PENDAHULUAN
1
Rabbiul Awwal tahun 11 H/632 M yang ditandai dengan wafatnya Rasulullah,
hingga 23-35 H/644-656 M (masa pemerintahan Khalifah Usman bin Affan) atau
sekitar 18 tahun setelah wafatnya nabi barulah dibukukan Al-Qur’an yang dikenal
dengan Mushaf Utsmani. Antara rentan waktu yang cukup panjang hingga
beragam suku dan dialek apakah berpengaruh atas penyusunan kitab suci Al-
Qur’an tentunya masih menjadi tanda tanya. 1
1
Ensiklopedia Untuk Anak-anak Muslim, Grasindo h. 38
2
Departemen Agama Republik Indonesia, Muqaddimah Al-Qur’an dan Terjemahnya, PT. Karya Toha Putra;
Semarang. 2002. hlm. 18
2
1. Apa itu penulisan dan pembukuan Al-Qur’an?
2. Bagaimana kronologis penulisan dan pembukuan Al-Qur’an masa Nabi
Muhammad SAW?
3. Bagaimana metode yang digunakan dalam penulisan dan pembukuan Al-
Qur’an?
BAB II
3
PEMBAHASAN
4
(menguasai) nya. Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya
(di dadamu) dan membuatmu pandai membacanya. Apabila kami telah
selesai membacakannya, maka ikutilah bacaannya itu. Kemudian,
sesungguhnya atas tanggungan kamilah penjelasannya (QS. Al-Qiyamah:17
19).
4
Ibid. hlm. 103.
5
2.2.1 Penulisan Al-Qur’an Masa Nabi Muhammad SAW
Demi peliharaan al-Qur’an, selain al-Qur’an dihafal, ia juga ditulis
pada pelepah kurma, pohon, daun, kulit, tulang dan lainnya. Rasulullah telah
memilih beberapa para sahabat sebagai penulis al-Qur’an, di antaranya
adalah sebagaimana yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim, dari Anas r.a
berkata;
“Ada empat orang yang mengumpulkan al-Qur’an pada masa
Rasulullah dari kalangan Anshar, yaitu Ubai bin Ka’ab, Mu’adz bin Jabal,
Zaid bin Tsabit dan Abu Yazid.”
Disamping mereka, masih banyak lagi para penulis al-Qur’an, di
antara mereka adalah khulafaurrasyidin dan para sahabat lainnya. Bahkan di
antara mereka ada yang mempunyai mushhaf Ali, mushhaf Ibnu Mas’ud dan
lain-lainnya.
Penghimpunan al-Qur’an pada masa Rasulullah ini tidak dilakukan
secara utuh dalam bentuk mushhaf, di antaranya disebabkan oleh hal-hal
sebagai berikut:
1. Al-Qur’an diturunkan tidak sekaligus dan terpisah-pisah.
Tidaklah mungkin untuk dihimpun secara keseluruhnya
sebelum wahyu selesai diturunkan.
2. Susunan ayat dan surat tidak berdasarkan urutan turunnya al-
Qur’an pada Rasulullah.
3. Masa turunnya al-Qur’an yang terakhir dengan wafatnya
Rasulullah sangat pendek.
4. Sebagian ayat ada yang di-mansukh.5
5
Mohammad Gufron, M.Pd dan Rahmawati, MA, ULUMUL QUR’AN PRAKTIS DAN MUDAH
(Yogyakarta: Teras, 2013) hlm. 28
6
Pola pengumpulan al-Qur’an pada masa Rasulullah saw adalah
sebagaimana dikatakan Zaid bin Tsabit: “Kami bersama Rasulullah saw
mengurutkan al-Qur’an pada kulit daun.” (Naisaburi, II, t.t.: 229).
Maksudnya adalah: “kami mengumpulkan secara teratur dan tertib ayat-
ayatnya di kulit kayu atau kulit daun.”
Utsman bin Affan berkata:
Ketika turun seseuatu (wahyu), Rasulullah saw memanggil sebagian
orang yang pernah menuliskan wahyu, lalu beliau menyatakan “Letakkan
ini di surat yang menyebutkan di dalamnya, ini dan ini.” (Naisaburi: 221)
b. Keistimewaan Pengumpulan pada Masa Rasulullah saw
Pengumpulan al-Qur’an pada masa Rasulullah saw mempunyai
keistimewaan tersendiri, di antaranya adalah:
1. Dalam Sunnah Nabi ditetapkan bahwa al-Qur’an diturunkan atas
tujuh dialek. Hadits yang menjelaskan hal tersebut diantaranya
diriwayatkan oleh Umar bin Khattab, bahwa Rasulullah saw
bersabda:
“Sesungghunya al-Qur’an ini diturunkan atas tujuh dialek, maka
bacalah yang mudah dari pada tujuh dialek itu.” (Bukhari, VI, 1979:
100; dan Muslim, 1, 1400: 560).Memang penulisan al-Qur’an pada
masa Rasul terdiri atas tujuh detik tersebut.
2. Para ulama sepakat, bahwa pengumpulan al-Qur’an pada masa
Rasulullah saw disusun berdasarkan ayat-ayat, sedangkan susunan
suratnya terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama.
3. Sebagian yang ditulis pada masa Rasulullah saw di-mansukh
(dihapus) bacaannya, tetapi masih tertulis sampai Rasulullah saw
wafat. Hadits riwayat Aisyah menyebutkan:
“Ada ayat al-Qur’an yang diturunkan berbunyi “ Asyru
radha’atin ma’lumatin yuharrimna”, lalu dimansukh dan
diganti dengan “Khamsu ma’lumatin”. Setelah Rasulullah saw
7
wafat, kalimat tersebut tetap dibaca sebagai ayat al-Qur’an”
(Muslim, II, 1400; 1075).
4. Al-Qur’an pada masa Rasulullah saw belum terkumpul menjadi satu
mushaf. Al-Qur’an pada saat itu ditulis di dedaunan, kulit kayu,
bebatuan yang tipis, tulang-tulang yang lebar dan lain-lain. Oleh
karena itu, Zaid bin Tsabit berkata: “Pada saat Nabi wafat, al-Qur’an
belum dikumpulkan dalam bentuk apapun.” (Asqalani, IX, t.t.: 9; dan
Suyuthi, I, 1343/1370 : 57).
Demikian juga ketika Zaid bin Tsabit disuruh mengumpulkan al-
Qur’an pada masa Abu Bakar, dia kembali berkomentar:
“Aku mengurutkan al-Qur’an, mengumpulkannya dari pelepah
kurma dan dari lempengan batu, serta mencocokkan kepada orang-
orang yang hafal di luar kepala.” (Bukhari, VI, 1979: 98).6
6
Dr.Fahd Bin Abdurrahman Ar-Rumi, ULUMUL QUR’AN Studi Kompleksitas Al-Qur’an (Yogyakarta:
Titian Ilahi Press,1997) hlm. 110-112
8
Dan telah ditegaskan, bahwa jibril setelah menurunkan satu ayat atau beberapa
ayat kemudian berkata: Wahai Muhammad, sesungguhnya Allah memerintahka
untuk meletakkannnya pada tempat ini dari surat ini. Begitulah pula Rasulullah
menegaskan kepada sahabat: Letakkan ayat ini disini.7
Zaid Ibn Tsabit adalah oarang yang paling banyak terlihat dengan penulisan,
penghimpunan dan pengandaan Al-Qur’an masing-masing di aman Nabi, zaman
Abu Bakar, dan zaman Utsman Ibn Affan. Karenanya, simpul Khalid Muhammad
Khalid, sekiranya ada penaburan bunga untuk para arwah pahlawan yang paling
banyak terlibat dengan penulisan, pengumpulan/penghimpunan dan penggadaan
Al-Qur’an, maka Zaid Ibn Tsabit-lah orangnya yang paling berhak untuk
mendapat karangan bunga itu. 8
Sejarah memang mencatat bahwa dari skeian banyak penulis resmi ayat-ayat
Al-Qur’an yang diterima Rasul, dan kemudian disampaikan kepada para
sahabatnya, Zaid Ibn Tsabit-lah yang paling profesional dan paling andal
melakukannya. Dengan sangat cermat dan teliti, Zaid dan kawan-kawan selalu
mencatat ayat-ayat Al-Qur’an dan menempatkan serta mengurutkanya teks-teks
surat Al-Qur’an itu sesuai dengan petunjuk Nabi Muhammad Saw. Menginggat
pada zaman itu belum dikenal zaman pembukuan, maka tidaklah mengherankan
jika pencatatan Al-Qur’an bukan dilakukan pada kertas-kertas apalagi dalam
bentuk file-file komputer atau laptop seperti yang dikenal pada zaman sekarang.
Dan menginggat banyak jumlah benda yang ditulisi Al-Qur’an pada waktu itu
sehingga memerlukan banyak tempat penyimpanan padahal kediaman Nabi tidak
terlalu luas dan karenanya maka tidak memungkinkan untuk menyimpan semua
catatan Al-Qur’an itu. 9
Adapun faktor yang mendorong penulisan Al-Qur’an pada masa Nabi adalah :
7
Moh, Ali Ash-Shabunie Pengantar Ilmu-ilmu Al-Qur’an. Al-ikhlas Surabaya Indonesia 1983. Hlm. 103
8
Muhammad amin Suna Ulumul Qur’an. PT RajaGrafindo Persada Depok 2013. Hlm. 49
9
Muhammad amin Suna Ulumul Qur’an. PT RajaGrafindo Persada Depok 2013. Hlm. 49
9
1. Mem-back up hapalah yang telah dilakukan oleh Nabi dan para
sahabatny
2. Mempresentasikan wahyu dengan cara yang paling sepurna, karena
bertolak dari hapalan para sahabat saja tidak cukup karena terkadang
mereka lupa atau sebagaian dari mereka sudah wafat. Adapun tulisan
akan tetap terpelihara walaupun pada masa Nabi, Al-Qur’am tidak
ditulis di tempat tertentu. 10
10
Acep Hermawan Ulumul Qur’an. PT Remaja Rosdakarya. Bandung 2013. Hlm.39
11
Muhammad amin Suna Ulumul Qur’an. PT RajaGrafindo Persada Depok 2013. Hlm. 57
10
untuk memeriksa dan mentashhih Al-Qur’an yang akan di cetak dan yang
akan diedarkan.12
BAB III
PENUTUP
2.1 Kesimpulan
12
Ibid.hlm. 58
11
Pada Zaman Rasulullah, Ayat Al-Qur’an tidak dikumpulkan atau
dibukukan seperti sekarang. Pengumpulan Al-Qur’an pada masa Nabi
dilakukan dengan menuliskannya pada pelepah kurma, pohon, daun, kulit,
tulang dan lainnya. Hal itu karena pembuatan kertas belum tersebar di Arab.
Dalam penulisannya Rasulullah telah memilih beberapa para sahabat
diantaranya Ubai bin Ka’ab, Mu’adz bin Jabal, Zaid bin Tsabit dan Abu Yazid.
2.2 Saran
Demikian yang dapat saya sampaikan dalam makalah ini
semoga bermanfaat bagi kita semua khususnya para pembaca dan penulis, saya
mohon kritik dan saran yang dapat membangun makalah ini dan saya
sampaikan banyak terimah kasih.
Daftar Pustaka
12
Ar-RumiFahd Bin Abdurrahman Ar-Rumi. 1997. ULUMUL QUR’AN Studi
Kompleksitas Al-Qur’an (Yogyakarta: Titian Ilahi Press).
13