Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada Zaman Rasulullah, Ayat Al-Qur’an tidak dikumpulkan atau dibukunan
seperti sekarang. Namun disebabkan beberapa faktor, maka ayat Al-Qur’an
dimulai dikumpulkan atau dibukukan, yaitu dikumpulkan didalam satu
Mushaf. Pengumpulan Al-Qur’an pada masa Nabi hanya dilakukan pada dua cara
yaitu dituliskan melalui benda-benda seperti yang terbuat dari kulit binatang, batu
yang tipis dan licin, pelapah kurma, tulang binatang dan lain-lain.
Tulisan-tulisan dari benda-benda tersebut dikumpulkan untuk Nabi dan
beberapa diantaranya menjadi koleksi pribadi sahabat yang pandai baca tulis.
Tulisan-tulisan melalui benda yang berbeda tersebut memang dimiliki oleh
Rasulullah namun tidak tersusun sebagaimana mushaf yang sekarang ini.
Pemeliharaan ayat-ayat Al-Qur’an juga dilakukan melalui hafalan baik oleh
Rasulullah maupun oleh sahabat-sahabat beliau.
Peninggalan Nabi pun hanya mewariskan dokument tulisan dari benda-benda
sebagaimana tersebut di atas yang kemudian dipindahkan kepada Khalifah Abu
Bakar As-Siddiq yang tidak lengkap. Berangkat dari bayaknya sahabat nabi yang
tewas dalam peperangan (dikenal dengan perang yamamah) sebagaimana tercatat
dalam sejarah bahwa jumlah penghafal Al-Qur’an yang tewas pada peperangan
tersebut mecapai 70 orang. Olehnya itu muncul inisiatif dari Umar bin Khattab
untuk membukukan Al-Qur’an, lalu disampaikanlah niatnya itu pada Khalifah
Abu Bakar. Meskipun tidak langsung disetujui oleh Khalifah Abu Bakar, namun
alasan Umar bin Khattab bisa diterima dan dimulailah pengumpulan Al-Qur’an
hingga rampung.
Dengan demikian, disusunlah kepanitiaan atau Tim penghimpun Al-Qur’an
yang terdiri atas Zaid bin Tsabit sebagai ketua dibantu oleh Ubay bin Ka’ab,
Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, dan para Sahabat lainnya sebagai
Anggota. Namun dengan rentan waktu yang panjang, mulai pada tanggal 12

1
Rabbiul Awwal tahun 11 H/632 M yang ditandai dengan wafatnya Rasulullah,
hingga 23-35 H/644-656 M (masa pemerintahan Khalifah Usman bin Affan) atau
sekitar 18 tahun setelah wafatnya nabi barulah dibukukan Al-Qur’an yang dikenal
dengan Mushaf Utsmani. Antara rentan waktu yang cukup panjang hingga
beragam suku dan dialek apakah berpengaruh atas penyusunan kitab suci Al-
Qur’an tentunya masih menjadi tanda tanya. 1

Sementara pandangan seperti di atas, umat Islam di Seluruh Dunia meyakini


bahwa Al-Qur’an seperti yang ada pada kita sekarang ini adalah otentik dari Allah
swt. melalui Rasulullah saw., namun cukup menarik, semua riwayat mengatakan
bahwa pembukuan kitab suci itu tidak dimulai oleh Rasulullah saw., melainkan
oleh para sahabat beliau, dalam hal ini khususnya Abu Bakar, Umar Bin Khattab
dan Usman Bin Affan.
Pesan komunikasi yang telah melewati perantara dari seorang tertahap orang
lain, terlebih melewati frekuensi jumlah orang yang banyak akan meragukan
keabshahan pesan alsi tersebut. Selain itu, rentan waktu yang cukup lama juga
amat berpengaruh terhadap nilai dari pesan. Yang menarik adalah seperti apa
membuktikan bahwa pesan Al-Qur’an adalah sesuatu yang telah ditetapkan
berdasarkan ketetapan Allah!. 2

1.2 Rumusan Masalah

1
Ensiklopedia Untuk Anak-anak Muslim, Grasindo h. 38

2
Departemen Agama Republik Indonesia, Muqaddimah Al-Qur’an dan Terjemahnya, PT. Karya Toha Putra;
Semarang. 2002. hlm. 18

2
1. Apa itu penulisan dan pembukuan Al-Qur’an?
2. Bagaimana kronologis penulisan dan pembukuan Al-Qur’an masa Nabi
Muhammad SAW?
3. Bagaimana metode yang digunakan dalam penulisan dan pembukuan Al-
Qur’an?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui penulisan dan pembukuan Al-Qur’an..
2. Untuk mengetahui kronologis penulisan dan pembukuan Al-Qur’an masa
Nabi Muhammad SAW.
3. Untuk mengetahui metode yang digunakan dalam penulisan dan pembukuan
Al-Qur’an.

BAB II

3
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Penulisan dan Pembukuan Al-Qur’an


2.1.1 Penghimpunan Al-Qur’an dalam arti menghafalnya
Proses penghimpunan al Quran pada zaman Nabi berlangsung sekali
setiap tahun dan pada tahun terakhir dua kali (menjelang kewafatan Nabi)
melalui Jibril yang membacakan ulang di hadapan beliau. Proses penurunan
ayat terkadang hanya satu ayat dan terkadang sampai sepuluh ayat. Setiap kali
sebuah ayat turun, dihafal dalam dada dan ditempatkan dalam hati. Pada
awalnya perhatian nabi sepenuhnya tertuju pada penghafalan terhadapnya,
kemudian beliau membacakannya kepada para sahabat, sedikit demi sedikit
agar mereka juga mampu menghafalnya dengan baik. Pertimbangannya
adalah karena beliau seorang Nabi ummi yang diutus oleh Allah kepada
masyarakat yang ummi pula.3
Karakter yang menonjol pada komunitas Arab ummi termasuk Nabi
SAW sendiri adalah pengerahan segenap kekuatan hafalan terhadap sesuatu
yang dianggap penting. Mereka cepat hafal terhadap nasab, sejarah, dan syair.
Apalagi saat Al-Qur’an turun, mereka sangat tertarik untuk menghafalnya
karena kejelasannya, kebaikan redaksi dan pengertiannya, apalagi dirasakan
oleh mereka bahwa Al-Qur’an berhasil mengagetkan dan membangkitkan
kehidupan baru mereka. Termasuk antusiasme Nabi sendiri Nabi sendiri yang
amat menyukai wahyu. Beliau senantiasa menunggu penurunan wahyu
dengan rasa rindu dengan menghafal dan memahaminya. Mendorong beliau
menggerakan lidah, meski dalam kondisi yang sangat berat menghadapi
wahyu dan Jibril yang sedang turun. Beliau lakukan hal itu demi mendapatkan
hafalan yang cepat, karena khawatir ada satu kata ataupun satu huruf yang
terlewatkan. Nabi Muhammad SAW terus melakukan itu, sampai Allah SWT
menenangkan hati Beliau dengan berjanji akan menghimpun Al-Qur’an ke
dalam hati beliau dan membuat beliau mudah membaca dan memahami
pengertiannya, “Janganlah kamu gerakan lidahmu dengan cepat cepat
3
Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga, Al-Qur’an (Yogyakarta: Pokja Akademik, 2005) hlm. 9

4
(menguasai) nya. Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya
(di dadamu) dan membuatmu pandai membacanya. Apabila kami telah
selesai membacakannya, maka ikutilah bacaannya itu. Kemudian,
sesungguhnya atas tanggungan kamilah penjelasannya (QS. Al-Qiyamah:17
19).

2.1.2 Penghimpunan Al-Qur’an dalam arti penulisannya


Menghimpun Al-Qur’an dalam arti penulisannya adalah tulisan yang
dipakai orang di masa Rasulullah SAW. Rasul mempunyai orang-orang
yang akan menuliskan wahyu. Mereka ini golongan dari sahabat, seperti
Ali Muawiyah, Ubadah, Ubaiya bin Ka’ab dan Zaid bin Tsabit. Setelah
ayat itu turun lantas Nabi menyuruh mereka ini menuliskannya. Nabi
sendiri yang menunjukan kepada mereka untuk menempatkannya. Surat-
surat itu ditempatnya. Tulisan itu jelas dalam bentuk huruf, dikumpulkan
berdasarkan hafalan.4
Sebagaimana diketahui, mula-mula ada diantara sahabat itu
menuliskan Al-Qur’an itu hanya untuk dirinya sendirinya. Nabi menyuruh
supaya ditulis dengan rapi dan dikumpulkan sehingga merupakan sebuah
kitab. Mereka menuliskannya itu ada yang diatas pelepah kurma, diatas
batu, pelepah tamar, papan, potongan-potongan kulit, diatas kayu yang
dikletakkan diatas punggung keledai dan di atas tulang-tulang. Kata Zaid
bin Tsabit , kami di masa Rasulullah menuliskan Al-Qur’an itu di atas kulit
atau di atas daun. Hal ini menunjukan betapa sulitnya tugas yang dipikul
oleh sahabat Nabi dalam menuliskan Al-Quranaulkarim. Karena pada
waktu itu orang tidak mudah mendapatkan alat-alat tulis menulis, kecuali
dengan cara beginilah tulisan itu melimpah kepada hafalan.

2.2 Kronologis Penulisan dan Pembukuan Al-Qur’an Masa Nabi Muhammad


SAW

4
Ibid. hlm. 103.

5
2.2.1 Penulisan Al-Qur’an Masa Nabi Muhammad SAW
Demi peliharaan al-Qur’an, selain al-Qur’an dihafal, ia juga ditulis
pada pelepah kurma, pohon, daun, kulit, tulang dan lainnya. Rasulullah telah
memilih beberapa para sahabat sebagai penulis al-Qur’an, di antaranya
adalah sebagaimana yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim, dari Anas r.a
berkata;
“Ada empat orang yang mengumpulkan al-Qur’an pada masa
Rasulullah dari kalangan Anshar, yaitu Ubai bin Ka’ab, Mu’adz bin Jabal,
Zaid bin Tsabit dan Abu Yazid.”
Disamping mereka, masih banyak lagi para penulis al-Qur’an, di
antara mereka adalah khulafaurrasyidin dan para sahabat lainnya. Bahkan di
antara mereka ada yang mempunyai mushhaf Ali, mushhaf Ibnu Mas’ud dan
lain-lainnya.
Penghimpunan al-Qur’an pada masa Rasulullah ini tidak dilakukan
secara utuh dalam bentuk mushhaf, di antaranya disebabkan oleh hal-hal
sebagai berikut:
1. Al-Qur’an diturunkan tidak sekaligus dan terpisah-pisah.
Tidaklah mungkin untuk dihimpun secara keseluruhnya
sebelum wahyu selesai diturunkan.
2. Susunan ayat dan surat tidak berdasarkan urutan turunnya al-
Qur’an pada Rasulullah.
3. Masa turunnya al-Qur’an yang terakhir dengan wafatnya
Rasulullah sangat pendek.
4. Sebagian ayat ada yang di-mansukh.5

2.2.2 Pembukuan Al-Qur’an Masa Nabi Muhammad SAW


a. Pola Pengumpulan

5
Mohammad Gufron, M.Pd dan Rahmawati, MA, ULUMUL QUR’AN PRAKTIS DAN MUDAH
(Yogyakarta: Teras, 2013) hlm. 28

6
Pola pengumpulan al-Qur’an pada masa Rasulullah saw adalah
sebagaimana dikatakan Zaid bin Tsabit: “Kami bersama Rasulullah saw
mengurutkan al-Qur’an pada kulit daun.” (Naisaburi, II, t.t.: 229).
Maksudnya adalah: “kami mengumpulkan secara teratur dan tertib ayat-
ayatnya di kulit kayu atau kulit daun.”
Utsman bin Affan berkata:
Ketika turun seseuatu (wahyu), Rasulullah saw memanggil sebagian
orang yang pernah menuliskan wahyu, lalu beliau menyatakan “Letakkan
ini di surat yang menyebutkan di dalamnya, ini dan ini.” (Naisaburi: 221)
b. Keistimewaan Pengumpulan pada Masa Rasulullah saw
Pengumpulan al-Qur’an pada masa Rasulullah saw mempunyai
keistimewaan tersendiri, di antaranya adalah:
1. Dalam Sunnah Nabi ditetapkan bahwa al-Qur’an diturunkan atas
tujuh dialek. Hadits yang menjelaskan hal tersebut diantaranya
diriwayatkan oleh Umar bin Khattab, bahwa Rasulullah saw
bersabda:
“Sesungghunya al-Qur’an ini diturunkan atas tujuh dialek, maka
bacalah yang mudah dari pada tujuh dialek itu.” (Bukhari, VI, 1979:
100; dan Muslim, 1, 1400: 560).Memang penulisan al-Qur’an pada
masa Rasul terdiri atas tujuh detik tersebut.
2. Para ulama sepakat, bahwa pengumpulan al-Qur’an pada masa
Rasulullah saw disusun berdasarkan ayat-ayat, sedangkan susunan
suratnya terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama.
3. Sebagian yang ditulis pada masa Rasulullah saw di-mansukh
(dihapus) bacaannya, tetapi masih tertulis sampai Rasulullah saw
wafat. Hadits riwayat Aisyah menyebutkan:
“Ada ayat al-Qur’an yang diturunkan berbunyi “ Asyru
radha’atin ma’lumatin yuharrimna”, lalu dimansukh dan
diganti dengan “Khamsu ma’lumatin”. Setelah Rasulullah saw

7
wafat, kalimat tersebut tetap dibaca sebagai ayat al-Qur’an”
(Muslim, II, 1400; 1075).
4. Al-Qur’an pada masa Rasulullah saw belum terkumpul menjadi satu
mushaf. Al-Qur’an pada saat itu ditulis di dedaunan, kulit kayu,
bebatuan yang tipis, tulang-tulang yang lebar dan lain-lain. Oleh
karena itu, Zaid bin Tsabit berkata: “Pada saat Nabi wafat, al-Qur’an
belum dikumpulkan dalam bentuk apapun.” (Asqalani, IX, t.t.: 9; dan
Suyuthi, I, 1343/1370 : 57).
Demikian juga ketika Zaid bin Tsabit disuruh mengumpulkan al-
Qur’an pada masa Abu Bakar, dia kembali berkomentar:
“Aku mengurutkan al-Qur’an, mengumpulkannya dari pelepah
kurma dan dari lempengan batu, serta mencocokkan kepada orang-
orang yang hafal di luar kepala.” (Bukhari, VI, 1979: 98).6

2.3 Tahap Pembukuan Al-Qur’an


Pada zaman Nabi Muhammad SAW mereka menulis Al-Qur’an pada pelepah-
pelepah kurma, bebatuan tipis, kulit kayu dan tulang-tulang onta dan lain
sebagainya. Hal itu karena pembuatan kertas belum tersebar di Arab, tidak
sebagaimana di Persi dan Romawi, walaupun tidak tersebar secara meluas.
Bangsa Arab menulisi Al-Qur’an pada apa saja yang mereka dapati dan
memungkinkan. Diriwayatkan dari Zaid bin Tsabit, bahwasanya ia berkata: pada
zaman Rasulullah kami menyusun Al-Qur’an pada kulit-kulit kayu, demi
teraturnya ayat-ayat sebagaimana yang disarankan nabi dan diperintahkan oleh
Allah SWT.
Oleh karena itulah, maka para ulama’ sepakat bahwa penghimpunan Al-Qur’an
bersifat eksekutif, yakni bahwa methode penyusunan Al-Qur’an sebagaimana
yang kita lihat pada mashahif sekarang addalah berdasarkan perintah dan wahyu
Allah SWT.

6
Dr.Fahd Bin Abdurrahman Ar-Rumi, ULUMUL QUR’AN Studi Kompleksitas Al-Qur’an (Yogyakarta:
Titian Ilahi Press,1997) hlm. 110-112

8
Dan telah ditegaskan, bahwa jibril setelah menurunkan satu ayat atau beberapa
ayat kemudian berkata: Wahai Muhammad, sesungguhnya Allah memerintahka
untuk meletakkannnya pada tempat ini dari surat ini. Begitulah pula Rasulullah
menegaskan kepada sahabat: Letakkan ayat ini disini.7
Zaid Ibn Tsabit adalah oarang yang paling banyak terlihat dengan penulisan,
penghimpunan dan pengandaan Al-Qur’an masing-masing di aman Nabi, zaman
Abu Bakar, dan zaman Utsman Ibn Affan. Karenanya, simpul Khalid Muhammad
Khalid, sekiranya ada penaburan bunga untuk para arwah pahlawan yang paling
banyak terlibat dengan penulisan, pengumpulan/penghimpunan dan penggadaan
Al-Qur’an, maka Zaid Ibn Tsabit-lah orangnya yang paling berhak untuk
mendapat karangan bunga itu. 8

Sejarah memang mencatat bahwa dari skeian banyak penulis resmi ayat-ayat
Al-Qur’an yang diterima Rasul, dan kemudian disampaikan kepada para
sahabatnya, Zaid Ibn Tsabit-lah yang paling profesional dan paling andal
melakukannya. Dengan sangat cermat dan teliti, Zaid dan kawan-kawan selalu
mencatat ayat-ayat Al-Qur’an dan menempatkan serta mengurutkanya teks-teks
surat Al-Qur’an itu sesuai dengan petunjuk Nabi Muhammad Saw. Menginggat
pada zaman itu belum dikenal zaman pembukuan, maka tidaklah mengherankan
jika pencatatan Al-Qur’an bukan dilakukan pada kertas-kertas apalagi dalam
bentuk file-file komputer atau laptop seperti yang dikenal pada zaman sekarang.
Dan menginggat banyak jumlah benda yang ditulisi Al-Qur’an pada waktu itu
sehingga memerlukan banyak tempat penyimpanan padahal kediaman Nabi tidak
terlalu luas dan karenanya maka tidak memungkinkan untuk menyimpan semua
catatan Al-Qur’an itu. 9

Adapun faktor yang mendorong penulisan Al-Qur’an pada masa Nabi adalah :

7
Moh, Ali Ash-Shabunie Pengantar Ilmu-ilmu Al-Qur’an. Al-ikhlas Surabaya Indonesia 1983. Hlm. 103

8
Muhammad amin Suna Ulumul Qur’an. PT RajaGrafindo Persada Depok 2013. Hlm. 49

9
Muhammad amin Suna Ulumul Qur’an. PT RajaGrafindo Persada Depok 2013. Hlm. 49

9
1. Mem-back up hapalah yang telah dilakukan oleh Nabi dan para
sahabatny
2. Mempresentasikan wahyu dengan cara yang paling sepurna, karena
bertolak dari hapalan para sahabat saja tidak cukup karena terkadang
mereka lupa atau sebagaian dari mereka sudah wafat. Adapun tulisan
akan tetap terpelihara walaupun pada masa Nabi, Al-Qur’am tidak
ditulis di tempat tertentu. 10

Tahap Pembukuan Al-Qur’an


Pemeliharaan Al-Qur’an terus dilakukan dari waktu ke waktu,
termasuk ketika dunia tulis menulis mengalami kemajuan dalam hal
percetakan. Akan halnya buku-buku dan media cetak, Al-Qur’an pun
untuk pertama kali di cetak dikota Hanburg, Jerman pada abad ke-17 M.
Sejak percetakan yang pertama itu, percetakan Al-Qur’an terus-menerus
mengalami kemajuan yang sangat berarti. Hampir atau bahkan tidak ada
satu pun negara Islam atau yang berpenduduk mayoritas bahkan yang
minoritas sekalipun yang tidak memiliki percetakan ayat tepatnya yang
tidak mencetak Al-Qur’an termasuk Indonesia. 11

Lebih dari itu, negara-negara yang mayoritas penduduknya beragama


Islam, lebih-lebih yang menyatakan diri sebagai negara islam, telah
memiliki panitia khusus yang bertugas mentashhih setiap percatakan Al-
Qur’an. Di Indonesia, misalnya telah memiliki kepanitian tersebut sejak
hampir setngah abad yang lalu.
Untuk menjaga kemurnian Al-Qur’an yang diterbitkan di Indonesia
ataupun yang didatangkan dari luar negeri, Pemerintah Republik Indonesia
cq. Departemen Agama telah membentuk suatu panitia yang bertugas

10
Acep Hermawan Ulumul Qur’an. PT Remaja Rosdakarya. Bandung 2013. Hlm.39

11
Muhammad amin Suna Ulumul Qur’an. PT RajaGrafindo Persada Depok 2013. Hlm. 57

10
untuk memeriksa dan mentashhih Al-Qur’an yang akan di cetak dan yang
akan diedarkan.12

BAB III

PENUTUP

2.1 Kesimpulan

12
Ibid.hlm. 58

11
Pada Zaman Rasulullah, Ayat Al-Qur’an tidak dikumpulkan atau
dibukukan seperti sekarang. Pengumpulan Al-Qur’an pada masa Nabi
dilakukan dengan menuliskannya pada pelepah kurma, pohon, daun, kulit,
tulang dan lainnya. Hal itu karena pembuatan kertas belum tersebar di Arab.
Dalam penulisannya Rasulullah telah memilih beberapa para sahabat
diantaranya Ubai bin Ka’ab, Mu’adz bin Jabal, Zaid bin Tsabit dan Abu Yazid.

Penghimpunan al-Qur’an pada masa Rasulullah ini tidak dilakukan secara


utuh dalam bentuk mushhaf dikarenakan Al-Qur’an diturunkan tidak sekaligus
dan terpisah-pisah, susunan ayat dan surat tidak berdasarkan urutan turunnya al-
Qur’an pada Rasulullah, masa turunnya al-Qur’an yang terakhir dengan
wafatnya Rasulullah sangat pendek, sebagian ayat ada yang di-mansukh.

Pengumpulan al-Qur’an pada masa Rasulullah saw mempunyai


keistimewaan tersendiri, seperti al-Qur’an yang diturunkan atas tujuh dialek,
pengumpulan al-Qur’an pada masa Rasulullah saw disusun berdasarkan ayat-
ayat, sebagian yang ditulis pada masa Rasulullah saw di-mansukh (dihapus)
bacaannya, dan al-Qur’an yang masih ditulis di dedaunan, kulit kayu, bebatuan
yang tipis, tulang-tulang yang lebar dan lain-lain.

2.2 Saran
Demikian yang dapat saya sampaikan dalam makalah ini
semoga bermanfaat bagi kita semua khususnya para pembaca dan penulis, saya
mohon kritik dan saran yang dapat membangun makalah ini dan saya
sampaikan banyak terimah kasih.

Daftar Pustaka

UIN Sunan Kalijaga. 2005. Al-Qur’an. (Yogyakarta; Pokja Akademik )

Departemen Agama Republik Indonesia. 2002. Muqaddimah Al-Qur’an dan


Terjemahnya. (Semarang: PT. Karya Toha Putra)

12
Ar-RumiFahd Bin Abdurrahman Ar-Rumi. 1997. ULUMUL QUR’AN Studi
Kompleksitas Al-Qur’an (Yogyakarta: Titian Ilahi Press).

Ash-Shabunie, Moh. Ali. 1983. Pengantar Ilmu-ilmu Al-Qur’an. (Surabaya;


Al-ikhlas).

Suna, M. Amin. 2013. Ulumul Qur’an. (Depok: PT RajaGrafindo Persada) .

Hermawan, Acep. 2013. Ulumul Qur’an. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya)

13

Anda mungkin juga menyukai