MASA PERUNDAGIAN
Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Disusun Oleh :
Kelompok 5
2021/2022
i
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Masa
Perundagian” tepat pada waktu yang telah ditentukan.
Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Sejarah
Indonesia Pra-aksara hingga Hindu-Budha oleh DRA.SUMIYATUN,M.PD. selaku
dosen di UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO LAMPUNG.Tempat dimana
penulis melanjutkan jenjang pendidikan.
Terimakasih.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................ii
BAB I ..........................................................................1
PENDAHULUAN................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................1
C. Tujuan Penelitian..........................................................1
BAB II .............................................................................2
PEMBAHASAN..................................................................2
PENUTUP..........................................................................13
A. Kesimpulan...................................................................13
B. Saran............................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...........................................................14
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A . Latar Belakang
Masa akhir prasejarah di Indonesia atau yang lazim disebut Masa Logam,oleh
H.R van Heekeren (1958) disebut “The Bronze-iron Age”.Hal ini disebabkan tidak
ditemukan artefak tembaga,sedangkan artefak dari perunggu dan besi ditemukan
bersama dalam satu konteks.R.P. Soejono menyebutkan Masa
Perundagian.Kata Perundagian diambil dari kata dasar undagi dari bahasa
Bali.Undagi ialah seseorang atau sekelompok atau golongan masyarakat yang
mempunyai kepandaian atau keterampilan jenis usaha tertentu,misalnya
pembuatan gerabah,perhiasan kayu,sampan,dan batu.
B . Rumusan Masalah
C . Tujuan Penelitian
1
BAB II
PEMBAHASAN
1. Sisa-Sisa Manusia
Di masa ini manusia yang mendiami Indonesia dapat kita ketahui melalui
berbagai penemuan sisa-sisa rangka dari berbagai tempat.Yang terpenting di
antaranya ialah temuan dari Anyer Lor (Jawa Barat), Puger (Jawa
Timur),Gilimanuk (Bali),dan Melolo (Sumba),oleh karena bagian-bagian rangka
yang relative utuh banyak jumlahnya atau sisa budayanya ditemukan bersama
rangka.
2. Populasi Lokal
2
persoalan,terutama persoalan sampah dan kotoran. Proses pengolahan
bahan makanan menjadi rumit dan penyakit gigi bertambah banyak terdapat.
Jenis makanan ialah campuran dengan variasi yang berbeda-beda,di
antaranya zat putih telur dan zat tepung. Variasi ini disebabkan juga oleh
meningkatnya pembagian kerja.
3
gerabah menunjukkan perkembangannya yang lebih meningkat. Gerabah
tidak hanya untuk kebutuhan sehari-hari, tetapi juga diperlukan dalam
upacara penguburan, misalnya sebagai wadah dan bekal kubur. Seperti telah
dijelaskan di muka, selain benda perunggu, juga dikenal benda dari besi dan
emas. Penemuan dalam penggalian arkeologis kebanyakan telah hancur dan
sukar sekali diteliti.Mengenai perkembangan benda dari besi diperkirakan
bersamaan dengan masa penggunaan perunggu.
Jenis perhiasan jenis perhiasan pun beraneka ragam, berupa gelang,
cincin, benda gantungan kalung, penutup lengan, cunduk mentul, dan
sebagainya. Bahan lain untuk perhiasan antara lain dibuat dari kulit kerang,
tulang, batuan,dan kaca. Manik-manik pada umumnya dibuat dari kaca yang
pembuatannya melalui tingkat-tingkat peleburan bahan alam yang kemudian
dicetak dalam bentuk baru.
Kemajuan teknologi memengaruhi cara berpikir manusia yang membawa
peningkatan dalam bidang kepercayaan yang memusat pada tradisi pemujaan
nenek moyang.
1.Benda-Benda Perunggu
a . Istilah-istilah nekara
4
penduduk setempat disebut dengan nama ”Bulan Pejeng”, dan dianggap
sebagai roda bulan yang jatuh ke bumi. Selama beberapa abad Pejeng
merupakan kota dari kerajaan Hindu-Bali. Sebagai pusat kerajaan, banyak
kuil( pura) didirikan di wilayah ini. Di antara kuli ini adalah pura (kuil)
Penataran Sasih yang diperkirakan berupa tempat pemujaan di Masa
Perundagian. Sasih atau Bulan adalah nama yang diberikan pada nekara
yang ditemukan di sini. Rumphius sendiri belum pernah melihat benda
tersebut. Dia mendapatkan informasi dari orang lain yang menyatakan bahwa
di Pejeng ada benda yang misterius dari perunggu yang diketahui sebagai
gans (atau bangsa yang berarti artefak yang dibuat dari logam). Benda ini
dianggap meteorit,dan bidang pukulnya yang bulat dianggap sebagai bulatan
roda. Rumphius menuliskan bahwa benda ini semua tergeletak di tanah,tidak
seorang pun yang berani memindahkan karena takut mendapat celaka. Pada
awal kerajaan Hindu Bali yang diletakkan di tempat yang tinggi yang disebut
Sangga pada tahun tanggal 17 nekara rusak karena gempa bumi dan setelah
diperbaiki negara kembali diletakkan di tempat yang tinggi.
Nekara perunggu tipe Heger yang ditemukan di Indonesia dari tipe I.Dua
buah nekara dari tipe Heger IV yang ditemukan di Banten dan Waleri, dan
sebuah dari tipe Heger II yang tersimpan di Istana Merdeka kemungkinan
merupakan hadiah antarnegara. Nekata tipe Heger I tersebar dari Sumatera
hingga Irian Jaya/Papua. Nekara-nekara tersebut didapatkan dari penggalian
tidak sengaja oleh penduduk atau penggalian secara sistematis oleh Pusat
Penelitian Arkeologi Nasional,pembelian,dan hadiah.
b . Fungsi Nekara
5
2. Kapak Perunggu
Tipe I atau tipe umum merupakan tipe dasar. Kapak jenis ini lebar dengan
penampang lonjong, garis Puncak (pangkal) tangkainya cekung atau kadang-kadang
lurus, dan bagian tajaman cembung. Kapak jenis ini tersebar di sumatera selatan,
Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Maluku,
Bali, flores.
Tipe II atau tipe ekor burung Seriti mempunyai bentuk tangkai dengan ujungnya
membelah seperti ekor burung Seriti.Ujung tajaman yang biasanya berbentuk cembung
atau seperti kipas. Daerah temuannya ialah di Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa
Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Bali, dan Flores.
Tipe III atau tipe pahat memiliki tangkai yang pada umumnya lebih panjang
daripada tajammanya. Bentuk tangkai Ini ada yang menyempit dan lurus, ada yang
pendek dan lebar. Daerah penemuannya ialah di Jawa Barat, Jawa Timu, Sulawesi
Selatan, Maluku, dan Irian Jaya/Papua.
Tipe IV atau tipe tembilang berbentuk seperti tembilang zaman sekarang: tangkai
pendek, mata kapak gepeng, bagian bahu lurus ke arah sisi-sisinya. Mata kapak
berbentuk trapesoida atau setengah lingkaran.kapak- kapak ini ditemukan di Jawa
Timur, Bali, dan Sulawesi Selatan.
Tipe V atau tipe bulan sabit memiliki mata kapak berbentuk bulan sabit,bagian
tengahnya lebar yang kemudian menyempit ke kedua sisi, serta sudut-sudut tajamnnya
membulat. Tangkai lebar di Pangkal kemudian menyempit pada bagian tajamnya.Pada
jenis yang kecil, kedua sebut pangkal tangkai sapu lidi, sedangkan mata kapaknya
sangat pipih. Kapak-kapak tipe ini ditemukan di Bali atau Irian Jaya/Papua.
Tipe VI atau tipe jantung memiliki mata kapak berbentuk seperti jantung, tangkainya
panjang dengan pangkal yang cekung, bagian bahu melengkung pada ujungnya.Kapak
tipe ini hanya ditemukan di Bali.
Tipe VII tipe candrasa bertangkai pendek dan melebar pada pangkalnya. Maka
kapak tipis dengan kedua ujungnya melebar dan melengkung ke arah dalam.
Pelebaran ini tidak sama sehingga membentuk bidang maka yang asimetris.Kapak dari
Tipe ini temukan di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Tipe VIII atau tipe kapak Rote berbentuk khusus dan hanya ada tiga buah yang
ditemukan di Rote;sebuah di antaranya musnah dalam kebakaran pada waktu
mengikuti pameran di Paris pada tahun 1931.Tangkai kapak yang lengkung serta
panjang dituang menjadi satu dengan kapaknya.Fragmen tersebut ditemukan di Irian
Jaya/Papua
6
5. Perhiasan Perunggu
Gelang dan cincin perunggu, pada umumnya tanpa hiasan, tetapi ada juga
yang dihias dengan pola geometris atau pola bintang. Bentuk-bentuk yang
kecil mungkin dipergunakan sebagai alat penukar atau benda pusaka. Gelang
yang mempunyai hiasan pada umumnya besar dan tebal. Pola hias pada
gelang-gelang ini berupa pola-pola tumpal, garis, tangga, dan duri ikan. Pola
hias lain adalah spiral yang disusun membentuk kerucut. Maka cincin yang
berbentuk seekor kambing jantan (ibex) ditemukan di Kedu (Jawa Tengah).
Bentuknya mirip dengan bentuk hewan dari gaya seni Ordos ( Mongolia).
Gelang dan cincin perunggu ini ditemukan hampir di semua daerah
perkembangan budaya perunggu di Indonesia.
7
7. Benda-Benda Besi
f. Mata pedang yang antara lain ditemukan pada rangka dalam peti
batu di Kajardua (Gunung Kidul).
g. Mata tombak.
8. Gerabah
9.Manik-manik
8
sekarang. Pada tingkat kehidupan gua-gua, manik-manik di gua hari kulit
kerang seperti yang ditemukan di Sampung (Jawa Timur). Pada tingkat
perundagian dibuat dari bermacam-macam bahan dengan berbagai bentuk
dan warna, antara lain, dari batu akik (kornalin), kaca dan tanah liat yang
dibakar, yang sangat menarik adalah jenis-jenis manik dari kaca yang
berwarna-warna.
Dalam tata kehidupan yang sudah teratur, perburuan liar seperti harimau
dan Kijang masih tetap dilakukan. Perburuan ini, selain untuk menambah
9
pencaharian, juga maksudkan untuk menunjukkan tingkat keberanian dan
kegagahan dalam lingkungan masyarakatnya. Pertanian dalam untuk
perladangan atau persawahan menjadi mata pencaharian yang tetap.
Perdagangan dilakukan antar-pulau di Indonesia dan antara kepulauan
Indonesia dengan Daratan Asia Tenggara. Perdagangan Dengan Daratan
Asia Tenggara rupa-rupanya telah berkembang dengan pesat dan barang-
barang yang diperdagangkan terutama rempah-rempah, jenis-jenis kayu, dan
hasil bumi yang lain.
2. Kehidupan Sosial-Budaya
Seni ukir yang diterapkan pada benda-benda megalitik dan seni hias pada
benda-benda perunggu mengembangkan penggunaan pola-pola geometri
sebagai pola hias utama. Sampai awal abad ke-20 ini benda-benda tersebut
masih dibuat. pemahatan arca dan pendirian bangunan batu untuk tujuan
pemujaan makin meningkat Dan mencapai puncaknya pada masa-masa
berikutnya dalam pendirian bangunan-bangunan candi. Keterampilan dalam
teknologi yang dipadukan yang diselaraskan dengan rasa estetik dan religius
telah menghasilkan ciptaan-ciptaan yang bernilai tinggi.
10
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
B.Saran
11
DAFTAR PUSTAKA
12