Anda di halaman 1dari 24

CRITICALBOOK

REVIEW
MK. SEJARAH
INDONESIA MASA
PRAAKSARA DAN
HINDU BUDDHA

SKOR NILAI

DOSEN PENGAMPU: ARFAN DIANSYAH, S.Pd, M.Pd

DISUSUN OLEH KELOMPOK 9:

Marsela Aprilia Pasaribu (3213121045)

Rosa Titin Theresia Sihotang (3213321015)

Putri Harum Madiba (3212421015)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIIVERSITAS NEGERI MEDAN
SEPTEMBER 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan nikmat
dan kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas “ Critical Book Review” dalam
mata kuliah Sejarah Indonesia Masa Praaksara dan Hindu Buddha, dengan judul kedua
buku yaitu Prasejarah Indonesia oleh Teguh Wangsa Gandhi HW dan Telaah Filsafat
Pendidikan Operasional oleh Aswasulasikin.
Adapun penyusunan Critical Book Review ini di maksudkan untuk memenuhi tugas
mata kuliah Sejarah Indonesia Masa Praaksara dan Hindu Buddha, yang diberikan oleh
Bapak Arfan Ardiansyah, S.Pd, M.Pd.
kami menyadari bahwa sebagai manusia yang memiliki banyak kekurangan, tentu
dari hasil Critical Book Review yang kami susun ini tidak mungkin luput dari kesalahan
dan kekurangan. Oleh karena itu, kami memohon maaf apabila terdapat kekurangan
dan hal-hal yang mengganjal di hati mengenai Critical Book Review ini.

Semoga dengan adanya tugas ini dapat memberikan manfaat berupa ilmu pengetahuan
yang baik bagi penulis dan pembaca.

Garoga, November 2021

Kelompok 9
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………………………………...
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………………………………….
a. Informasi Bibliografi Buku Utama……………………………………………………………………...
b. Informasi Bibliografi Buku Pembanding…………………………………………………………….
BAB II PEMBAHASAN SECARA UMUM………………………………………………………………………….
BAB III PEMBAHASAN CRITICAL BOOOK REPORT……………………………………………………….
a. Latar Belakang Masalah Yang akan dikaji…………………………………………………………...
b. Permasalahan Yang akan di kaji…………………………………………………………………………
c. Kajian teori yang digunakan/ konsep yang digunakan……………………………………….
d. Metode yang digunakan
e. Analisis Critical Book Report…………………………………………………………………………….
BAB IV PENUTUP………………………………………………………………………………………………………..
a. Kesimpulan………………………………………………………………………………………………………
b. Saran………………………………………………………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………………………………
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN

A. Informasi Bibliografi Buku Utama


Judul : Prasejarah Indonesia
Penulis : Arfan Diansyah, Flores Tanjung, Abdul Haris Nasution
ISBN : 978-623-7645-03-0
Penerbit : Yayasan Kita Menulis
Tahun terbit : 2019
Urutan Cetakan : pertama
Dimensi Buku : 16 x 23cm
Tebal Buku : xiv+ 136hlm

B. Informasi Bibliografi Buku Pembanding


Judul : Kehidupan Masyarakat Pada Masa Praaksara, Masa Hindu
Buddha, Dan Masa Islam
Penulis : Tri Woresetyanningsih
ISBN : 978-602-53663-7-6
Penerbit : Myria Publisher
Tahun Terbit : 2019
Urutan Cetakan : pertama
Dimensi Buku :
Tebal Buku : 155
BAB II
PEMBAHASAN SECARA UMUM

Buku Utama terdiri dari 7 bab pembahasan. Yang diawali oleh bab pendahuluan,
selanjutnya berut-turut yaitu Pengantar Prasejarah Indonesia, Indonesia Sebelum
Kehadiran Manusia, Manusia Prasejarah di Indonesia, Kedatangan Penutur Austronesia,
Perkembangan Budaya Mausia Prasejarah, Kehidupan Manusia Purba Pada Masa
Prasejah, Sejarah Peninggalan Budaya Zaman Prasejarah Indonesia.

BAB 1 PENGANTAR PRASEJARAH INDONESIA


A. Prasejarah dan Batasan prasejarah istilah prasejarah
Istilah “prasejarah” (prehistory) terdiri dari dua kata yak I “pra” dan “sejarah”
yang secara harfiah berarti masa sebelum sejarah. Dari pengertian diatas dapat
diartikan secara sempit menyiratkan bahwa zaman prasejarah bukan bagian dari
zaman sejarah, padahal sejarah juga merupakan bagian dari hidup manusia
juga.istilah kain yang digunakan untuk menyebut zaman sebelum mengenal
tulisan , yakni “ nirkela” berasala dari Bahasa sansakerta yang tergabung dari
dua kata yaitu “ nir” yang ‘berarti tidak ada’ dan “leka” yang berarti ‘tulisan’. Jadi
pengertian nirkela adalah zaman dimana belum adanya tulisan.
B. Arkeologi Sebagai Ilmi Bantu Prasejarah
Dalam mengungkap peristiea sejarah masa prasejarah digunakan ilmu Arkeologi.
Kata arkeologi berasal dari Bahasa Yunani, archeo yang berartib”kuna” dan
logos, “ilmu”. Arkeologi merupakan ilmu pengethauan yang mempelajari
kebudayaan (manusia) masa lampau melalui kajian sistematis berdasarkan atas
data bendawi yang ditinggalka. Data Arkeologi terutama adalah artefak, ekofak,
fitur dan stratigrafi. Artefak adalah semua benda yang telah diubah
(dimodifikasi) atau dibuat oleh manusia. Ekofak adalah benda-benda bukan
buatan manusia, tetapi kehadirannya dapat menunjukkan adanya kegiatan
manusia. Misalnya, tulang hewan buruan manusia, bukti cangkang kerrang sisa
sisa makanan manusia, benda alam yang dipindahkan oleh
manusia(manuport),dan fosi ataupun rangka manusia. Adapun yang dimaksud
dengtan fitur adalah jejak-jejak kegitan manusia yang tidak bisa dipisahkan
dengan tempat itu berada. Contohnya bekas lubang tiang rumah, jejak kaki
manusia lumpur, abu dan arang sisa perapian, serta bekas pematang sawah atau
parit.
C. Sumber -sumber Prasejarah
1. Artefak
Artefak adalah benda-benda arkeologi atau benda pennggalan bersejarah
meliputi semua benda yang dibuat maupun dimodifikasi oleh manusia yang
bisa dipindahkan.
2. Fosil
Fosil berasal dari kata “fossa” ya ng artinya menggali keluar dari dalam
tanah. Fosil merupakan sisa-sisa makhluk hidup yang telah menjadi batu
atau mineral.
3. Ekofak adalah semua benda yang tifak pernah diuba oleh manusia, tatpi
menjadi bagian dari manusia.
4. Fitur adalah jejak-jejak kegiatan manusia yang tidak bisa dipisahkan dengan
tempat itu berada.
5. Stratigrafi adalah lapisan-lapisan tanah atau bahan yang terbentuk di suatu
tempat, seringkali didalmnya terdapat temuan arkeologis.
D. Konsepsi pembabakan prasejarah indonesi
Dalam pembabakan prasejarah Indonesia dikenal pembakakan prasejarah
dengan konsepi lama dan konsepsi baru. Konsepsi lama menggunakan teknologi
sedangkan konsepsi baru menggunakan model sosial ekonomi sebagai dasar
pemabakan prasejarahnya. Penyusunan perkerangkaan prasejarah Indonesia di
usahakan sejak tahhun 1924 dan yang dijadikan dasar pembabakan prasejarah
yaitu model teknologi yang mengabaikan dimensi manusia.
BAB 2 INDONESIA SEBELUM KEHADIRAN MANUSIA
A. Pembentukan Daratan di Indonesia
Menurut ilmu falaq, yaitu ilmu yang mempelajari binatang-binatang, maka dunia
ini berawal dari bola gas yang panas dan berputar pada porosnya sendiri. Karena
perputaran terus menerus maka gas tadi menjadi semakin padat dan kemudian
terjadilah kulit bumi. Berbagai macam teori tentang terbentuknya bumi yang
bisa kita pelajari seperti misalnya teori Nebula, teori Bintang Kembar, teori Big
Bang dan sebagainya.
B. Lingkungan flora dan fauna Indonesia
kehidupan flora dan fauna di bumi yang dimulai pada zaman Palaezoikum.
Zaman sebelumnya (Archaekum) yang merupakan zaman tertua masih belum
ditemukan adanya kehidupan sebab pada zaman ini keadaan bumi masih sangat
panas. Pada zaman Palaezoikum, kehidupan awal dimulai dari dalam air. Fauna
yang belum mempunyai tulang belakang (invertebrata) seperti artropoda,
moluska, dan oral, berkembang pesat pada zaman ini. Selain itu fauna bertulang
belakang juga muncul berupa ikan. selanjutnya mahluk vertebrata yang pertama
kali keluar dari lingkungan air dan bisa hidup di darat adalah jenis fauna yang
dapat hidup di dalam air dan di darat seperti amfibi, fauna melata seperti reptil.
Disamping jenis fauna terdapat juga jenis flora (tumbuhan). Tumbuhan yang
muncul pada masa Palaezoikum masih dalam bentuk yang amat sederhana,
bersel tunggal berupa algae (ganggang) yang hidup di dalam air. Tumbuhan
darat jenis paku-pakuan muncul pada zaman ini.

BAB 3 MANUSIA PRASEJARAH DI INDONESIA


A. Manusia purba awal di Indonesia
1. Kondisi lingkungan dan geografi
Teuku Jacob (1977) pernah mengatakan perlunya pengetahuan tentang aspek-
aspek lingkungan guna merekontruksi kehidupan manusia masa lampau.
Perhatian terhadap aspek lingkungan atau ekologi memang sangat patut
diperhatikan sebagai suatu hal yang tidak bisa diabaikan begitu saja dalam
memahami pengetahuan tentang kehidupan manusia seperti yang juga dipelajari
dalam arkeologi. Sementara kebudayaan merupakan sarana adaptasi manusia
terhadap lingkungannya. Oleh karenanya pada bab ini untuk memahami
kehidupan manusia purba awal (Homo Erektus), perlu kiranya diawali dengan
pembahasan berkaitan dengan aspek lingkungan. Sebab manusia, kebudayaan
dan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Zaman
kuarter merupakan zaman dimana mulai munculnya kehidupan manusia. Zaman
ini dibagi kala plestosen dan holosen. Fenomena-fenomena alam pada zaman
kuarter khususnya kala plestosen seperti paleogeografi, aktivitas glasial dan
interglasial, gejala tektonis, gejala vulkanis menyebabkan perubahan lingkungan
yang tentu saja berpengaruh terhadap dinamika kehidupan manusia prasejarah
pada kala itu.
Naik turunya permukaan air laut juga dipengaruhi oleh faktor iklim. Di kala
temperatur bumi dan udara turun, maka sebagian air laut akan membeku
terutama pada wilayah kedua kutub dan pegunungan. Kondisi ini mengakibatkan
terjadi penurunan muka laut sehingga tampak garis pantai maju kearah laut.
Masa ini disebut dengan masa Glasial. Sebaliknya pada saat temperatur bumi dan
udara berubah menjadi panas, maka es yang berada di kedua kutub dan
pegunungan akan mencair. Dengan mencairnya es maka permukaan air laut
menjadi bertambah. Masa meningkatnya temperatur bumi ini disebut dengan
masa Interglasial. Dengan bertambahnya permukaan air laut maka Sebagian
daratan menjadi tenggelam yang kemudian membentuk pulau-pulau yang
terisolasi satu dengan yang lainnya.
2. Migrasi fauna di Indonesia
Jalur migrasi sino-malayan dimulai dari cina selatan pada kala plestosen atas
melalui Vietnam, kamboja, dan semenanjung Malaya kemudian masuk ke
paparan sunda. Adapun fauna yang melewati jalur ini adalah orangutan,
siamang, beruang dan tapir. Kumlulan fauna ini mencirikan fauna yang hidup
di lingkungan hutan lebat tropis.
3. Penemuan manusia purba awal di Indonesia
Bentuk yang paling tua sebagai pendahulu kera dan monyet adalah Prosimia.
Mereka menggantungkan hidup sepenuhnya di atas pohon. (Harry Widianto
Dalam Taufik Abdullah, 2012). Salah satu contoh dari temuan fosil primata
yang hidup di atas pohon adalah Aegyptipithecus yang ditemukan di Lembah
Fayoum di Mesir dan Proplioppithecus. Secara hipotesis kedua jenis primate
tersebut hampir dipastikan hidup di atas pohon yang berusia sekitar 31 juta
tahun lalu. Pada Kala Miosen, ditemukan pula pecahan rahang atas yang
kemudian diberi nama Ramapithecus, berusia sekitar 40 juta tahun lalu.
Masih belum diketahui apakah primata ini sudah turun ke tanah atau masih
hidup di atas pohon. Observasi secara intensif terhadap fosil ini, sampai pada
kesimpulan bahwa Ramapithecus merupakan makhluk yang berjalan tegak,
homin yang paling awal, dan merupakan moyang dari Australopithecus.
4. Lokasi penemuan manusia purba awal di Indonesia
1) Sangiran
2) Trinil ,ngawi , jawa timur
3) Perning, mojekerto, jawa timur
4) Ngandong , Blora, Jawa tengah
5) Sambungmacan, sragen, Jawa tengah
B. Manusia modern Awal di Indonesia
1. Kondisi Lingkungan dan Geografi Indonesia
Kemunculan manusia modern awal sekitar paruh kedua Pleistosen atas erat
kaitannya dengan fluktuasi muka air laut di kala itu penurunan muka laut
memungkinkan terbentuknya daratan yang menghubungkan Asia continental
dengan Indonesia. Pada saat terbentuknya daratan itulah Homo Sapiens
bermigrasi dari Asia daratan ke kepulauan Indonesia. Masa paruh kedua
Pleistosen atas merupakan tonggak baru evolusi manusia dan perkembangan
budaya di Nusantara. Beberapa peristiwa atau fenomena besar menandai peiode
ini, antara lain iklim dan muka laut yang berfluktuasi serta kemunculan manusia
modern awal (Homo sapien fosil)
2. Lingkungan Fauna dan Flora
Perubahan iklim dan cuaca pada Kala Pleistosen atas tentu saja memberikan
pengaruh yang besar pada lingkungan fauna dan flora di Kawasan kepulauan
Asia Tenggara termasuk di Indonesia. Terbentuk dan terputusnya daratan akan
berpengaruh pada pola migrasi makhluk hidup. Sementara perubahan cuaca
sebagai akibat pendinginan dan pemanasan suhu bumi mengakibatkan
perubahan pada lingkungan flora.
3. Model Evolusi Out of Africa
Model evolusi Out of Africa atau sering disebut Teori Pengganti (replacement
theory) yang dipelopori oleh ide-ide dari Louis Leakey di tahun 1960-an
memandang bahwa manusia purba (Homo erectus) berasal dari benua Afrika
yang kemudian menyebar ke berbagai arah dan bermigrasi ke seluruh dunia
(Eropa dan Asia) sehingga sampai di Indonesia pada Kala Pleistosen (sekitar 1,8
juta tahun lalu). Setelah Homo erectus mengalami kepunahan pada sekitar
150.000 – 100.000 tahun lalu, muncullah manusia penggantinya, yaitu Homo
sapiens yang kemudian berkembang di Indonesia dan berlanjut ke Australia.

4.Jenis Manusia Modern awal di Indonesia


* Manusia Wajak (Homo Wajakeansis)
* Manusia Liang Bua ( Homo Floresinsis)

C. Manusia Modern Yang lebih Kemudian di Indonesia


1. Akhir Zaman Es dan Memasuki kala Holosen
Penurunan muka laut pada masa glasial membawa dampak pada
perubahan iklim Indonesia. Pada waktu periode glasial, Paparan Sunda
menyatu dengan Asia Tenggara Daratan, sedangkan Papua Nugini dan
Australia menyatu di Paparan Sahul. Kepulauan Indonesia sebagai
wilayah tropis menjadi lebih dingin dan kering, curah hujan berkurang
sehingga penguapan menjadi berkurang (Yahdi Zaim dalam Taufik
Abdullah, 2012)
2. Flora dan Fauna Di Indonesia
Perubahan iklim pada masa berakhirnya zaman es terakhir memberikan
dampak pada sebaran tumbuhan di Indonesia. Di Paparan Sunda muncul
hutan tropis yang makin meluas. Kantong-kantong hutan hujan tropis
juga terbentuk di Sulawesi Tengah, Halmaerah Tengah, dan Seram. Di
Kawasan yang sedikit lebih kering, seperti di Jawa Timur dan Nusa
Tenggara didominasi oleh hutan seluruh dan sabana. Koloni-koloni
bakau semakin menebar di tepi-tepi pantai. Sumber daya tanaman yang
disediakan pleh alam pada akhir pleistosen dan awal holosen telah
menarik manusia untuk memanfaatkannya dengan baik dan
membudidayakannya. Berbagai jenis tanaman dipilih untuk
dibudidayakan seperti jenis umbi-umbian yang dimanfaatkan sebagai
makanan. Tanaman palma menyediakan tepung yang dapat dijadikan
sebagai makanan. Tradaisi mengolah sagu diduga sudah muncul di Papua
sejak akhir pleistosen.
3. Wilayah sebaran Manusia Modern Di Indonesia
1) Sumatera
2) Jawa
3) Kalimantan
4) Sulawesi
5) Flores

BAB 4 KEDATANGAN PENUTUR AUSTRONESIA


A. Migrasi dan interaksi penutur autronesia di Indonesia
Migrasi merupakan salah satu komponen yang dikaji selain kelahiran
(fertilitas) dan kematian (mortalitas). Migrasi adalah mobilitas penduduk
yang melintasi batas wilayah tertentu menuju wilayah lain dalam periode
waktu tertentu. Mantra (dalam Noerwidi, 2014). Migrasi diikuti dengan
proses penghunian suatu wilayah oleh suatu komunitas tertentu. Proses
penghunian yang dimaksud meliputi: penghunian, perkembangan, dan
kejenuhan penduduk. Jika suatu komunitas sudah mengalami kejenuhan
penduduk, maka terdapat kemungkinan sebagian dari komunitas
tersebut akan memisahkan diri dari komunitas intinya dan kembali
melakukan proses migrasi. Oleh karena itu, fenomena migrasi
berhubungan erat dengan proses penghunian.
B. Persebaran dan integrasi Budaya Austronesia di Indonesia
Menyangkut asal-usul dan persebaran Penutur Austronesia di Kepulauan
Indonesia, sejauh ini data pertanggalan tertua berada di Sulawesi.
Setidaknya empat situs memperlihatkan pertanggalan di antara 3500-
3800 BP dengan pertanggalan dari Minanga Sipakko, Kalumpang sedikit
lebih tua. Keletakan Kalumpang yang di pedalaman Sulawesi
mengindikasikan kehadiran Penutur Austronesia yang paling awal
mestinya di wilayah pesisir sebelum mereka memasuki pedalaman,
menghuni Kalumpang. Atas dasar pemikiran inilah secara umum
penutur Austronesia awal diperkirakan sudah memasuki Nusantara di
sekitar 4000 tahun yang lalu.
C. Hasil-hasil Kebudayaan Austronesia di Indonesia
1. Teknologi alat Kerang
2. Budidaya Tanaman
3. Domestikasi Hewan
4. Pelayanan Antar Pulau

BAB 5 PERKEMBANGAN BUDAYA MANUSIA PRASEJARAH


A. Teknologi Litik (Zaman batu) di Indonesia
Untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dan untuk dapat mempertahankan
diri dari berbagai ancaman yang bisa saja terjadi, manusia purba mulai
menciptakan suatu alat atau benda. Keterbatasan kemampuan tangan yang dimiliki
terutama saat mencari dan memperoleh bahan pangan mendorong keinginan
manusia purba untuk menggunakan alat bantu. Pada tahap awal, penggunaan alat
bantu dilakukan secara kebetulan dan instan, yaitu alat-alat yang bersumber dari
alam sekitar yang tanpa sengaja mereka temukan seperti batu, kayu dan lain-lain.
Selain untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia purba, penggunaan alat bantu
juga dikarenakan adanya upaya manusia untuk mempertahankan diri dari ancaman
terutama ancaman binatang buas saat manusia purba melakukan pengembaraan.
Alat-alat yang mereka temukan kemudian berusaha dimofifikasi sesuai dengan
bentuk yang mereka inginkan. Kebutuhan akan penggunaan alat bantu yang
dimodifikasi ini kemudian pada akhirnya melahirkan teknologi pembutan
peralatan.
Berdasarkan pada benda-benda peninggalan prasejarah di Indonesia.
perkembangan teknologi litik (batu) dibagi dalam tiga zaman yaitu
paleolitikum( zaman batu tua), Mesolitikum (zaman batu Tengah), dan
Neolitikum( Zaman batu Muda)

BAB 6 KEHIDUPAN MASYARAKAT PADA ZAMAN PRASEJARAH

A. Pola kehidupan Masyarakat Prasejarah


1. Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Sederhana
Masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana berlangsung
pada kala Plestosen. Pada masa ini, muka bumi sering mengalami perubahan
oleh gerakan endogen dan eksogen atau oleh perubahan iklim. Pada kala ini
hewan dan tumbuh-tumbuhan telah hidup merata di bumi, sedangkan
manusia yang muncul kemudian diketahui baru mendiami beberapa daerah
antara lain Afrika, Eropa dan Asia termasuk Kepulauan Indonesia. Selain itu,
kegiatan vulkanik juga banyak mengubah bentuk muka tanah permukaan
bumi. Sungai dan danau merupakan bagian utama alam fisik tidak hanya
mempunyai arti penting bagi kehidupan manusia pada masa itu. Sungai dan
danau berfungsi sebagai smber makanan, sumber air minum, tempat mencuci
dan sebagai sarana pengangkut.
2. Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Lanjut
Masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut berlangsung pasca
kala Plestosein. Corak hidup pada masa ini masih terpengaruh dari masa
sebelumnya. Keadaan lingkungan pada masa pasca Plestosein tidak banyak
berbeda dengan masa sebelumnya. Faktor-faktor alam seperti iklim,
kesuburan tanah dan keadaan fauna sangat berpengaruh terhadap
kelangsungan hidup manusia purba. Hidup berburu dan mengumpulkan
makanan yang terdapat di alam sekitar tetap dilanjutkan. Ini terbukti dari
bentuk alat yang masih terbuat dari batu, tulang, kayu dan kulit kerang.
Hidup berburu dan mengumpulkan makanan merupakan cara hidup
yang cocok pada waktu itu, mengingat kondisi alam dan pola pikir
manusia yang masih primitif.
3. Masa Bercocok Tanam
Pada masa ini masyarakat mulai menunjukkan tanda-tanda menetap di
suatu tempat serta mengembangkan penghidupan baru berupa kegiatan
bercocok tanam sederhana dan penjinakan beberapa hewan tertentu.
Lokasi tempat mereka tinggal terlihat mulai mendiami lokasi terbuka
yang dekat dengan air seperti pinggiran sungai, tepian danau dan daerah
pantai. Lokasi yang mereka diami adalah tempat-tempat yang agak tinggi
dan bukit-bukit kecil yang dikelilingi oleh sungai atau jurang serta dipagar
oleh hutan. Tujuannya adalah untuk melindungi diri dari serangan musuh
dan gangguan binatang buas. Terkadang untuk tujuan tersebut dibuat parit
dan tanggul pertahanan di sekeliling tempat tinggal.
4. Masa Perundagaian
Pada masa perundagian, manusia telah menyebar ke berbagai pulau di
Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya sisa-sisa peninggalan
benda perunggu, benda besi, gerabah yang sudah maju, baik dalam bentuk
hiasan dan manik-manik di Sumatera, Jawa, Sulawesi, Bali, Sumba serta
beberapa pulau lain di Nusa Tenggara Timur dan Maluku. Kemajuan
teknologi yang berakibat pada meningkatnya kesejahteraan hidup dan
surplus kebutuhan pangan menyebabkan meningkatnya jumlah populasi
penduduk. Akibatnya terbentuklah desa-desa besar yang merupakan
gabungan dari dusun-dusun kecil. Dari sebuah ekskavasi di Gilimanuk (Bali),
ditemukan sebuah desa di pantai yang kegiatan utamanya adalah mencari
ikan. Dari hasil ekskavasi tersebut ditemukan gambaran bahwa rata-rata
umur penduduk dalam perkampungan tersebut adalah 30-40 tahun dan
angka kematian anak, rata-rata 5 dari jumlah penduduk.

B. Analisis Nilai Karakter Budaya Masyarakat Prasejarah


1. Niai Religius
2. Nilai Gotong Royong
3. Nilai Musyawarah
4. Niai Keadilan

BAB 7 SEBARAN PENINGGLAN BUDAYA PRAAKSARA INDONESIA


A. Situs Bukit Kerang (pesisir Timur Pulau Sumatera dan Kepulauan Riau)
Salah satu lokasi terpenting penemuan situs Bukit Kerang adalah situs
bukit kerang Pangkalan, Aceh Tamiang. Situs Bukit kerang atau
Kjoekkenmoddinger terletak di Desa Masjid Kecamatan Bendahara
Kabupaten Aceh Tamiang. Bukit kerang ini merupakan tumpukan sampah
cangkang kerang yang bercampur dengan tulang-tulang binatang yang telah
menjadi gundukan cangkang kerang. Bukit ini berada di areal perkebunan sawit
dan dikelilingi oleh persawahan penduduk. Bukit kerang merupakan sisa-sisa
peninggalan masa mesolithik (jaman batu pertengahan) yang merupakan bagian
dalam pembabakan masa prasejarah. Manusia pada masa tersebut hidup dengan
pola semi sedenter di daerah sekitar pantai, sungai, atau danau. Mereka
mengkonsumsi sejenis kerang-kerangan yang tersedia di sumber air tersebut
untuk bertahan hidup. Sisa dari hasil konsumsi kerang tersebut dibuang
disekitarnya dan lama kelamaan semakin banyak dan membukit menjadi
gundukan sampah dapur.
B. Situs Megalitik Nias (Sumatera Utara)
Adapun jenis tinggalan arkeologis yang terdapat pada perkampungan ini,yaitu :
1. Batu tegak berbentuk persegi empat
2. Meja batu dengan berbagai variasi bentuk dan ukuran di
antaranya : Meja batu polos Batu Sifarana-rana, meja batu
untuk tempat duduk terdakwa dalam acara persidangan Meja batu berbentuk
bulat berkaki satu. Meja batu berbentuk bulat berkaki empat.
3. Batu datar yang bentuknya menyerupai kapal
4. Wanaru wakhe, batu yang bentuknya bulat seperti alat musik
gendang dalam posisi berdiri, terdapat hiasan tangan dengan
sebagian lengan menempel pada batu.
5. Tabola batu, yaitu peti batu berbentuk persegi panjang .
6. Hombo, yaitu tumpukan batu vertical yang berada di tengah
kampong yang digunakan sebagai sarana lompat batu.
C. Situs Lima Puluh Koto (Sumatera Barat ) Situs
Peninggalan megalitik yang ada di Kabupaten Limapuluh Koto meliputi:
menhir, batu dakon, batu besar berukir, batu besar berlubang, batur
punden, lesung batu, lumping batu, kubur batu, fragmen menhir, menhir
yang belum selesai, dan batu altar. Menhir dalam berbagai ukuran, jenis
dan bentuk merupakan peninggalan yang paling menonjol di Kabupaten
Limapuluh Koto. Tempat-tempat penemuannya antara lain di Guguk,
Suliki Gunung Emas, Payakumbuh, Harau dan Luhak. Antara tahun 1981-
1983 tercatat 69 tempat penemuan menhir tersebar di Kecamatan Guguk,
dengan jumlah keseluruhan mencapai 1000 buah.
D. Situs Pasemah ( Sumatera Selatan)
Pasemah adalah satu wilayah di Kabupaten Lahat dan Kota Pagaralam, Provinsi
Sumatra Selatan. Daerah ini secara georafis merupakan suatu wilayah dataran
tinggi, dan posisinya masih satu rangkaian dengan Bukit Barisan di pulau
Sumatra. Hutan alam tropis dengan kondisi perbukitan batu-batu cadas,
merupakan satuan batuan beku dengan jenis batuan andesit, dan dilalui oleh
beberapa anak sungai (wilayah Batang Hari Sembilan), adalah daerah yang subur
dan sangat potensial bagi kehidupan masyarakat purba atau prasejarah, dalam
upaya pemenuhan kebutuhan hidup mereka yang secara naluriah dan adaptif
masih lebih mengandalkan ketersediaan bahan makanan dari alam. Di bumi
Pasemah ini banyak ditemukan artifak purba tinggalan budaya Megalitikum
(Batu Besar), seperti: Patung Batu, Kubur Batu, Lukisan Dinding Kubur Batu,
Batu Bergores, Gambar Gores di Dinding Cadas, Dolmen, Lumpang Batu, Menhir,
dan lain sebagainya. Wilayah sebar budaya Megalitikum Indonesia ditemukan di
beberapa tempat diantaranya: Sumatra, Nias, Jawa, Bali, Sumba, Sulawesi, dan
lain-lain. R.P. Soejono mengatakan, “di Indonesia tradisi megalitik muncul
setelah tradisi bercocok-tanam atau Bertani food-frouducing mulai meluas,
diperkirakan sejak zaman Neolitikum sampai dengan zaman Logam- Perunggu”
E. Situs Gunung Padang ( Jawa Barat)
Peninggalan megalitik di daerah Cianjur pada umumnya kebanyakan
berbentuk: Menhir (batu tegak), Bangunan berundak, Batupelor, Batu datar,
Susunan batu berbentuk persegi panjang, bulat, Batu pipisan, dan lumpang batu.
Beberapa peninggalan tradisi megalitik dihubungkan dengan tempat
pemakaman tokoh-tokoh tersebut atau merupakan peninggalan kerajaan kuna.
Bangunan tradisi megalitik tersebut biasanya hanya terdiri dan batu-batu kali
yang disusun membentuk bangunan berundak, gundukan batu-batu kali untuk
makam, menhir, batu datar untuk pemujaan, dan lain-lain. Batuan andesit
berbentuk besar di daerah ini biasanya dipergunakan untuk menhir seperti yang
dijumpai di Ciranjang, Bukit Tongtu, Bukit Kasur, dan lainnya (Harry
Widianto,2009).
F. Situs Sangiran, Ngandong, Sambung Macan, Dan Patiayam, (Jawa Tengah)
Penemuan lain dari Ngandong adalah sisa budaya berupa alatalat serpih,
bola batu dan alat-alat tulang. Khusus mengenai alat-alat tulang menjadi
sangat penting karena hingga saat ini merupakan alat tertua dari budaya
alat tulang di Indonesia. Ngandong memang selalu menjadi kontroversial.
karena keberadaan alatalat tulang tersebut diragukan oleh sebagian kalangan
sebagai produk manusia Ngandong. Penelitian terhadap situs ini menjadi sangat
penting dilanjutkan untuk mendapat kepastian tentang pertanggalan dan
budayanya. Aspek kontekstual di lokasi penemuan menunjukkan suatu
akumulasi dari endapan sungai yangmengubur tengkorak-tengkorak. Situs
Ngandong beserta benda-benda budayanya terkumpul di suatu meander sungai,
dari suatu tempat yang terletak lebih ke hulu.
G. Situs Braholo (Daerah Istimewah Yogyakarta)
Segi-segi teknologi tulang menunjukkan penguasaan teknologi yang
sudah sangat maju, dan penerapan teknik yang paling sederhana yaitu teknik
pecah sederhana, hingga pada teknik pangkas, teknik selumbar, dan teknik belah.
Oleh karena itu, penerapan berbagai teknik pengerjaan alat tulang tersebut telah
menghasilkan tipe-tipe alat yang cukup bagus dan halus. Tipe-tipe utamanya
adalah lancipan, jarum, dan spatula, dengan berbagai tipe yang lebih spesifik dan
masing-masing tipe utama tersebut.
H. Situs Trinil, Kedung Brubus, Perming, Pacitan, dan Song Terus ( Jawa Timur)
Dalam penelitiannya, Dubois menemukan sebuah atap tengkorak berbentuk
pendek dan memanjang ke belakang dengan volume otak sekitar 900 cc, sebuah
femur (tulang paha) kiri yang mengesankan pemiliknya telah berjalan tegak, dan
sebuah gigi pra-geraham manusia, yang oleh Dubois dianggap sebagai milik dari
satu individu yang sama. Setelah rangkaian penelitian tersebut, maka Duboi
memproklamirkan penemuan Pithecanthropus erectus, suatu mahkluk
penghubung antara manusia dan kera, yang telah puluhan tahun dinantikan oleh
para penganut faham evolusionis Darwin sejak 1859.
I. Situs Flores dan Leang Bua ( Nusa Tenggara Timur)
Flores memiliki banyak temuan situs-situs gua hunian masa prasejarah yang
mengandung temuan rangka manusia dan temuan artefak batu,
diantaranya adalah situs Flores dan Liang Bua. Sisa-sisa manusia
pertengahan pertama Kala Holosen ditemukan di beberapa tempat di
Flores, Nusa Tenggara Timur. Seorang missionaries, Th. Verhoeven, telah
melakukan penelitian arkeologis dan menemukan sejumlah alat-alat
serpih di beberapa gua. Salah satunya di Liang Toge, di mana ditemukan
sebuah rangka yang paling lengkap, terdiri atas tengkorak dengan
mandibulanya, pelvis dan tulang-tulang anggota badan dan beberapa
vertebrata yang menunjukkan sebagai bagian dari ras ProtoNegrito.
Menurut T. Jacob, rangka ini milik individu wanita berusia 30-40 tahun,
dengan aspek kranial yang menunjukkan persamaan dengan ras
Australomelanesid. Selain di Liang Toge, jejak manusia prasejarah juga
ditemukan di Situs Liang Momer, sekitar 5 km di sebelah timur laut
Labuhanbadjo. Di situs tersebut ditemukan lima buah kubur yang
berasosiasi dengan budaya pra-neolitik yang dicirikan dengan alat serpih,
alat kerang, dan alat tulang.
J. Situs Leang-leang, Situs Budaya Toala ( Sulawesi Selatan)
Situs Leang-Leang terletak di Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros,
Sulawesi Selatan. Lokasi situs ini terletak di komplek pegunungan kapur (karst)
Maros-Pangkep. Selain itu, lokasi situ Leang-leang juga termasuk ke dalam
wilayah Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung. Di kawasan karst Maros-
Pangkep (Mangkep) ditemukan sedikitnya 268 gua, diantaranya adalah gua
PettaE dan Petta Kere yang menyimpan banyak tinggalan prasejarah berupa
lukisan telapak tangan manusia. Pada tahun 1950, Van Heekeren dan Heeran
Palm menemukan lukisan gua prasejarah (rock painting) berwarna merah di gua
PettaE dan Petta Kere.Van Keeren menemukan gambar babi rusa yang sedang
meloncat yang dibagian dadanya tertancap mata panah. Sedangkan Heeren Palm
menemukan gambar telapak tangan wanita dengan cat warna merah. Menurut
para ahli, gambar atau lukisan prasejarah yang berada di gua-gua tersebut sudah
berumur sekitar 5000 tahun silam. Dari hasil penemuan itu mereka menduga
bahwa gua tersebut telah dihuni sekitar tahun 8000-3000 SM.
BAB III
PEMBAHASAN CRITICAL BOOK REPORT

A. Latar belakang masalah yang dikaji


Prasejarah Indonesia merupakan bagian awal dari sejarah kebudayaan
Indonesia.Oleh karena itu dengan mempelajari prasejarah Indonesia
diharapkan dapat mengerti danmemahami awal pertumbuhan kebudayaan
bangsa Indonesia, terutama pertumbuhan
dan perkembangan masyarakat prasejarah Indonesia dalam kaitanya dengan per
tumbuhandan perkembangan masyarakat masa kini. Selama ini terminologi
prasejarah Indonesiadipandang dalam pengertian yang terbatas. Padahal
pengertian prasejarah Indonesia tidakhanya mencakup seluruh aspek kehidupan
manusia sejak saat hadirnya hominid yang pertama
pada kala plestosen hingga saat manusia telah mengenal tulisan
pertama padasekitar abad 4-5 M. Dalam perkembangannya materi prasejarah
Indonesia ditambahdengan datadata etnoarkeologi terutama aspek tradisi
prasejarah yang masih bertahan dan berkembang hingga masa sekarang.Batas
antara zaman prasejarah dengan zaman sejarah adalah mulai adanya tulisan.Hal
ini menimbulkan suatu pengertian bahwa prasejarah adalah zaman
sebelumditemukannya tulisan, sedangkan sejarah adalah zaman setelah adanya
tulisan.Berakhirnya zaman prasejarah atau dimulainya zaman sejarah untuk
setiap bangsa didunia tidak sama tergantung dari peradaban bangsa tersebut.
Salah satu contoh yaitu bangsa Mesir sekitar tahun 4000 SM
masyarakatnya sudah mengenal tulisan, sehingga pada saat itu, bangsa Mesir
sudah memasuki zaman sejarah.Zaman prasejarah di Indonesia diperkirakan
berakhir pada masa berdirinyaKerajaan Kutai, sekitar abad ke-5; dibuktikan
dengan adanya prasasti yang berbentukyupa yang ditemukan di tepi Sungai
Mahakam, Kalimantan Timur baru memasuki erasejarah. Karena tidak terdapat
peninggalan catatan tertulis dari zaman prasejarah,keterangan mengenai zaman
ini diperoleh melalui bidang-bidang seperti paleontologi,astronomi, biologi,
geologi, antropologi, arkeologi. Dalam artian bahwa bukti-bukti pra-sejarah
hanya didapat dari barang-barang dan tulang-tulang di daerah penggalian
situssejarah. Prasejarah mengacu pada periode dimana keberadaan manusia
masih tercatatdalam catatan sejarah. Prasejarah juga dapat merujuk kepada
semua waktu sebelumkeberadaan manusia dan penemuan tulisan.

B. Permasalahan Yang dikaji


Permasalahan yang dikai dalam buku utama ini yaitu sesuai dengan judul dari
buku ini sendiri yakni prasejarah Indonesia. ini menandakan bahwa buku ini
membaha bagaimana sejarah manusia pada zaman sebelum dan sesudah
mengenal tulisan. Maka daru itu buku ini dimaksudkan bagi para mahasiswa
agar dapat memahami isi buku untuk memiliki kompetensi sosial yang kuat dan
Bersama-sama membangun masyarakat menuju pada system nilai sosial budaya
semakin kompleks di era globalisasi ini.

C. Kajian Teori yang digunakan/ Konsep Yang digunakan


Teori yang diajdikan pegangan dalam penyusunan buku ini yaitu teori. Sebab
Sebagian banyak dari bagian ini membahas secara lengkap mengenai manusia
purba.

D. Metode yang digunakan


Metode yang digunakan dalam penulisan buku ini yaitu dengan kegiatan
penelitian secara langsung ke lokasi-lokasi yang telah menjadi tempat tujuan
kegiatan. Penelitian dilakukan secara ringkas, deskriptif, obsservasi langsung.
Dan metode penelitian historis yang memiliki sebuah fungsi utama yakni untuk
bisa merekonstruksi info dari kejadian pada masa lalu secara objektif serta
sitematis.

E. Analisis Critical Book Rreport


Sudah banyak makalah dan penelitian yang membicarakan prasejarah Indonesia,
namun masih sedikit yang merangkumnya menjadi satu buku sehingga
memperlihatkan peninggalan-peninggala sejarah yang mengaitkan manusia
purba pada masa lampau, dan sekaligus menunjukkan titik awal keindonesiaan.
Buku ini( Prasejarah Indonesia) semakin memperjelas makna dan keberadaan
peninggalan-peninggalan sejarah. Namun jika dibandingkan dengan buku
pembanding( Kehidupan Masyarakat Pada Masa Praaksara, Masa Hindu Buddha,
dan islam) yang saya gunakan buku ini lebih berfokus pada sejarah kebudayaan
Indonesia Masa Hindu Buddha atau dikatakan lebih mengutamakan peninggalan-
peninggalan kebudayaan mulai dari asal-usul kebudayaan Hindu-Buddha, Proses
masuknya Hindu Buddha dan Islam, dll.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan buku diatas dapat disimpulkan bahwa amat banyak peninggalan
pada masa prasejarah Indonesia mulai yang jelas peninggalannya hingga yang
belum dan masih menjadi teka-taki sampai saat ini.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas ada baiknya kita sebagai mahasiswa berusaha
mencari tahu dan menggali lebih dalam lagi terkait peningalan-peninggalan pada
masa prasejaeah, hindu-buddha, dan islam di indonesi yang bukan hanya
bermanfaat secara pribadi namun juga berguna bagi para arkeolog dan tentu saja
kebenaran dari suatu sejarah tersebut akan terungkap.
DAFTAR PUSTAKA

Arfan Diansyah, Flores Tanjung, Abdul Haris Naution. 2019. Prsejarah Indonesia:
Yayasan Kita Menulis
Tri Woresetyanningsih, 2019. Kehidupan Masyarakat Pada Masa Praaksara, Masa Hindu
Buddha, Dan Masa Islam.
LAMPIRAN

BUKU 1 BUKU 2

Anda mungkin juga menyukai