Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

Tentang

MANUSIA PURBA, MANUSIA HOMO HABILIS

DAN MANUSIA ERECTUS

Dosen Pengampun :Faharuddin. M.pd

Disusun Oleh :

: FATHUR RAJIK : 211020039

SEMESTER/KELAS : 1/B

JURUSAN BIBINGAN KONSLING BK

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIMBINGAN KONSLING (BK)

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN STKIP BIMA

TAHUN 2021

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr wb.

Puji-puji dan syukur saya panjatkan pada Allah SWT. Tidak lupa shalawat serta salam
saya haturkan pada junjungan Nabi kita, Nabi Muhammad SAW. Risalah beliau lah yang
bermanfaat bagi kita semua sebagai petunjuk menjalani kehidupan.
Dengan pertolongan-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah berjudul "Manusia
purba, manusia homo habilis dan manusia erectus" Kepada yang terhormat bapak
FAHARUDDIN, M.Pd dan teman-teman yang saya cintai, adapun makalah yang saya buat
ialah yang berjudul Makalah "Manusia purba, manusia homo habilis dan manusia eractus"
disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Ilmu Alamiah Dasar. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca.

BIMA, 1 OKTOBER
2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………… iii


DAFTAR ISI………………….…………………………………..……………………... iii
BAB 1 PENDAHULUAN MANUSIA PURBA
A. LATAR BELAKANG……………..………………...…………………………1
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENULISAN…..…………………………………………………….2

BAB 2 PEMABAHASAN………....…………….…………………………………3

BAB 3 PENUTUP………………………………….…………….……..…………..6

DAFTAR PUSTAKA…….…………………………..…………….…………...…..7

BAB 1 PENDAHULUAN MANUSIA HOMO HABILIS

A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASAH
C. TUJUAN PENELITIAN……………………………………………...………..8
D. MANFAAT PENELITIAN…………………………………………………….9
E. STUKTUR ORGANISASI………………………………………………….....14

BAB 1 PENDAHULUAN MANUSIA ERECTUS

A. LATAR BELAKANG…………………………………………………………16

BAB 2 PEMBAHASAN

A. Ciri-Ciri Homo erectus


B. Klasifikasi Homo erectus
C. Kontroversi Homo erectu

BAB 3 PENUTUP

A. KESIPULAN…………………………………………………………………23

DAFTAR PUSTAKA……………….……………………………………………24

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia yang hidup pada zaman Praaksara sekarang sudah berubah menjadi fosil. Fosil
manusia yang ditemukan di Indonesia dalam perkembangan terdiri dari beberapa jenis.
Penemuan-penemuan fosil ini banyak disumbang oleh Indonesia. Hal ini dikarenakan
Indonesia merupakan wilayah tropis dan mempunyai iklim yang cocok dihuni manusia kala
itu. Penemuan-penemuan fosil sangat berguna bagi perkembangan ilmu sejarah sekarang ini.
Baik dalam hal menjelaskan kehidupan manusia kala itu. Hewan yang pernah hidup dan
bagaimana evolusi manusia hingga menjadi sekarang ini. Indonesia banyak menyumbang
fosil manusia-manusia purba. Dilihat dari hasil penemuan di Indonesia maka dapat dipastikan
Indonesia mempunyai banyak sejarah peradapan manusia mulai saat manusia hidup. Dengan
begitu ilmu sejarah akan terus berkembang sejalan dengan fosil- fosil yang ditemukan. Hal
ini diketahui dari kedatangan para ahli dari Eropa pada abad ke-19, dimana mereka tertarik
untuk mengadakan penelitian tentang fosil manusia di Indonesia. Itu sebabnya makalah ini
dibuat untuk mengetahui lebih jelas dan terperinci mengenai pengertian manusia purba yang
ditemukan di Indonesia dan homo sapiens serta kehidupannya pada masa itu.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa


permasalahan yang akan dibahas adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan manusia purba?
2. Siapa sajakah para ahli yang meneliti keberadaan manusia purba di
Indonesia?
3.Bagaimana kondisi alam dan jenis manusia purba di Indonesia?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, makalah ini bertujuan sebagai berikut:


1. Untuk mengetahui pengertian manusia purba.
2. Untuk mengetahui para ahli yang meneliti keberadaan manusia purba di Indonesia.
3.Untuk mengetahui kondisi alam dan jenis-jenis manusia purba di Indonesia.

4
5
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Manusia Purba Manusia purba diyakini sudah tinggal di bumi ini sekitar
4 juta tahun yang lalu Tetapi para ahli meyakini bahwa manusia ini sudah ada di bumi
sejak 2 juta tahun yang lalu. Manusia purba adalah manusia penghuni bumi pada zaman
praaksara atau prasejarah yaitu zaman ketika manusia belum mengenal tulisan. Secara
fisik, cirri-ciri manusia purba mempunyai kemiripan dengan manusia modern sekarang
(homo sapiens) namun hal kecerdasannya masih rendah (volume otak < 1200 cc)
dibandingkan manusia modern. Para ahli dapat mendeskripsikan kehidupan manusia
purba setelah menemukan fosil atau artefak peninggalan manusia purba. Dengan
ditemukannya fosil dan artefak tersebut dapat disusun dan dirangkai perkiraan kehidupan
manusia pada zaman lampau. Fosil- fosil manusia hampir ditemukan di seluruh
permukaan bumi. Melalui fosil dan artefak itu para ahli dapat meneliti manusia purba
untuk mengetahui dan menentukan usia dan keberadaannya
2. Para Peneliti Manusia Purba di Indonesia Fosil- fosil manusia purba banyak
ditemukan di bumi Indonesia. Para ahli hanya dapat membuat berbagai macam perkiraan
atau penafsiran sebagian kecil kehidupan manusia purba. Berikut ini yang pernah
meneliti keberadaan manusia purba di Indonesia ada 4 orang. Yaitu:

1. Eugene Dubois dan BD. Van Reitschotten


2.  Ter Haar, Oppenoorth, dan GRH. Von Koenigswald
3. Tjokrohandoyo dan Duifjes
4. Prof. Dr. Teuku Jacob

  a. Eugene Dubois dan BD. Van Reitschotten Ia mempunyai nama lengkap Marie
Francois Thomas Dubois, lahir pada 28 Januari 1858.Eugene Dubois adalah seorang
dokter yang berkebangsaan Belanda yang pertama kali datang ke Indonesia.
Kedatangannya ke Indonesia bertujuan untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut
tentang manusia purba di Indonesia

6
d. Prof. Dr. Teuku Jacob ia adalah ilmuwan yang terus memperjuangkan
penemuannya bahwa fosil di Flores. Penelitian ini berhasil menemukan 13 fosil, dan
fosil terakhir ditemukan pada tahun 1973 di Desa Sambung Macan dan Sragen

3. Kondisi Alam dan Jenis Manusia Purba di Indonesia Konon pada zaman es, wilayah
kita terbagi menjadi dua bagian. Wilayah barat yang disebut Paparan Sunda menjadi satu
dengan Asia Tenggara kontinental. Paparan ini meliputi Jawa, Kalimantan, serta Sumatra
dan menjadi satu dengan daratan Asia Tenggara, sehingga merupakan wilayah yang luas.
Wilayah timur yang disebut Paparan Sahul menjadi satu dengan Benua Australia.
Wilayah yang terletak di antara Paparan Sunda dan Sahul itu meliputi Kepulauan
Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Maluku. Kawasan ini kelak, oleh Wallacea disebut
penyaring bagi fauna (bahkan manusia) di kedua daratan. Karenanya, tipe fauna di kedua
daratan cenderung berbeda satu dengan yang lainnya.

Perubahan mulai terjadi pada daratan dan kehidupan manusia, saat es mulai mencair.
Karena air laut menjadi lebih tinggi dan menutupi bagian-bagian rendah dari kedua paparan,
maka membentuk pulau-pulau baru yang saling terpisah. Dampaknya adalah kelompok-
kelompok manusia itu menjadi tercerai-berai dan hidup di dalam pulau-pulau yang saling
berlainan. Fenomena alam itu tidak hanya sekali terjadi, sehingga memungkinkan faktor-
faktor evolusi seperti seleksi alam, arus gen, dan efek perintis untuk bekerja. Hasilnya adalah
populasi baru yang mungkin sekali berbeda dengan induknya. Latar belakang sejarah di atas
memunculkan kehidupan manusia di bumi Indonesia. Berdasarkan penemuan para ahli dapat
diketahui adanya beberapa jenis manusia purba yang berhasil ditemukan di Indonesia,
diantaranya ada:

1. Meganthropus Paleojavanicus Meganthropus paleojavanicus berasal dari kata; Megan


artinya besar, Anthropus artinya manusia, Paleo berarti tua, Javanicus yang artinya dari
Jawa. Jadi bisa disimpulkan bahwa Meganthropus Paleojavanicus adalah manusia purba
bertubuh besar tertua di Jawa. Fosil manusia purba ini ditemukan di daerah Sangiran,
Jawa Tengah antara tahun 1936-1941 oleh seorang peneliti Belanda bernama Von
Koeningswald. Pada tahun 1952, Marks juga menemukan fosil rahang bawah manusia
Meganthropus yang lain pada lapisan Kabuh (Pleistosen tengah) di Sangiran. Fosil yang
ditemukan di Sangiran ini diperkirakan telah berumur 1-2 Juta tahun. Ciri-cirinya sebagai
berikut: 1) Memiliki tulang pipi yang tebal. 2) Memiliki otot kunyah yang kuat. 3)

7
Memiliki perawakan yang tegap. 4) Memiliki tonjolan kening yang menyolok. 5)
Memiliki tonjolan belakang yang tajam. 6) Tidak memiliki dagu. 7) Memakan jenis
tumbuh-tumbuhan. 8) Mempunyai tempat perlekatan otot tengkuk yang besar dan kuat.
2. Pithecanthropus Mojokertensis / Pithecanthropus Robustus Pithecanthropus
Mojokertensis berarti manusia kera dari Mojokerto. Fosil manusia purba ini ditemukan
dan diteliti oleh Tjokrohandoyo yang bekerja di bawah pimpinan ahli purbakala Duifjes
pada tahun 1936 di daerah Kepuhlagen sebelah utara Perning, Mojokerto. Temuan
tersebut berupa fosil anak-anak berusia sekitar 5 tahun. Pithecanthropus Mojokertensis
diperkirakan hidup sekitar 2,5 sampai 2,25 juta tahun yang lalu. Jenis Phitecanthropus
mempunyai ciri-ciri antara lain sebagai berikut: 1) Badan tegap, tetapi tidak seperti
Meganthropus. 2) Tinggi badannya 165-180 cm. 3) Tidak mepunyai dagu. 4) Tulang
tahang dan geraham kuat serta bagian kening menonjol. 5) Volume otak belum sempurna
seperti jenis Homo, yaitu hanya berkisar 750 - 1.300 cc. 6) Tulang atap tengkorak tebal
dan berbentuk lonjong. 7) Alat pengunyah dan otot tengkuk sudah mengecil.

8
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan Berdasarkan pembahasan di atas, maka diperoleh kesimpulan sebagai


berikut: Manusia yang hidup pada zaman praaksara (prasejarah) disebut manusia purba.
Manusia purba adalah manusia penghuni bumi pada zaman prasejarah yaitu zaman ketika
manusia belum mengenal tulisan. Ditemukannya manusia purba karena adanya fosil dan
artefak. Ada beberapa jenis manusia purba yang ditemukan di wilayah Indonesia
Meganthropus Paleojavanicus yaitu manusia purba bertubuh besar tertua di Jawa dan
Pithecanthrophus adalah manusia kera yang berjalan tegak. Homo Sapiens adalah jenis
manusia purba yang memiliki bentuk tubuh yang sama dengan manusia sekarang. Mereka
telah memiliki sifat seperti manusia sekarang. Kehidupan mereka sangat sederhana, dan
hidupnya mengembara. Jenis kaum Homo Sapiens yang ditemukan di Indonesia ada 2, yaitu
Homo Soloensis yang berarti manusia purba dari Solo dan Homo Wajakensis yang berarti
manusia purba dari Wajak. 2.2 Saran Demikianlah makalah ini kami susun dengan baik.
Semoga dapat bermanfaat bagi teman-teman. Kami menyadari makalah ini masih banyak
kekurangan, maka kami mengharapkan saran dan kritik yang senantiasa bersifat membangun
demi menyempurnakan makalah ini.

9
DAFTAR PUSTAKA

http://www.plengdut.com/2013/03/Manusia-Purba-Indonesia-yang-Hidup-pada-Masa-
Praaksara.html http://indonesiaindonesia.com/f/89905-manusia-purba-indonesia/
http://www.info-asik.com/2012/10/sejarah-manusia-purba.html
http://marhadinata.blogspot.com/2013/01/sejarah-manusia-purba-di-indonesia.html
http://smpn1sdk91bubun2013.blogspot.com/2013/03/sejarah-manusia-purba.html
http://yessicahistory.blogspot.com/2013/04/sejarah-manusia-purba-di-indonesia.html
http://zulfahmigo.blogspot.com/2013/01/manusia-purba-pithecanthropus-erectus.html
http://jagoips.wordpress.com/2012/12/28/kehidupan-manusia-pra-aksara/

10
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia sebagai homo sapiens merupakan manusia yang cerdas. Manusia yang
cerdas dapat dilihat dari pendidikannnya. Manusia belajar dari kehiduapan sehari-hari,
baik dilingkungan keluarga maupun dilingkungan masyarakat. Lingkungan keluarga
memiliki peran untuk mengajarkan sikap yang baik. Begitu juga lingkungan masyarakat,
belajar untuk berinteraksi dengan orang lain. Interaksi dapat dijadikan sebagai salah satu
cara untuk mendapatkan pendidikan yang belum didapatkan pada lingkungan keluarga.
Manusia berinterkasi dengan lingkungan sekitar, maka di sini terjadi proses pendidikan.

Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi


pembangunan bangsa. Dalam penyelenggaraan yang dilakukan di sekolah melibatkan
guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik, hal ini diwujudkan dengan adanya
proses pembelajaran. Berlakunya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
membawa implikasi perubahan khususnya terhadap proses pembelajaran dan sistem
penilaian. Dalam proses pembelajaran guru dituntut untuk menerapkan metode
pembelajaran yang melibatkan seluruh siswa dan menggunakan berbagai media
pembelajaran yang beragam yang mengarah pada pendekatan Contextual Teaching And
Learning (CTL). Demikian pula penilaian harus mencangkup berbagai aspek yaitu, aspek
kognitif, afektif dan psikomotor.

Pembelajaran merupakan salah satu faktor yang penting dalam sistem pendidikan,
karena dengan melalui proses tersebut tujuan pendidikan dapat tercapai dalam bentuk
perubahan perilaku peserta didik. Pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan belajar
mengajar adalah guru serta siswa yang berinteraksi edukatif antara satu dengan yang
lainya. Sebagaimana yang diutarakan oleh Mulyasa (2006, hal.255) memaparkan bahwa
pembelajaran pada hakikatnya adalah “proses interaksi antara peserta didik dengan
lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik”. Dalam
interaksi tersebut banyak sekali faktor yang mempengaruhi pembelajaran, baik itu faktor
internal dari diri siswa itu sendiri, maupun faktor eksternal dari lingkungannya.

Keberhasilan dalam proses pembelajaran di kelas ditentukan oleh banyak faktor,


diantarnya guru. Guru memiliki kemampuan dalam proses pembelajaran dengan memilih

11
model pembelajaran yang tepat untuk diberikan kepada siswa untuk meningkatkan
keterampilan dasar. Tentunya siswa harus memiliki keterampilan tersebut sebagaimana
makhluk sosial yang kini hidup pada masa globalisasi. Karakteristik masyarakat global ini
ditandai dengan memiliki keterampilan dasar baik untuk individu maupun masyarakatnya.
Keterampilan tersebut misalnya kemampuan untuk mampu bekerjasama, mampu
memecahkan masalah, mampu mengambil keputusan, berpikir kreatif, dan lain
sebagainya.

Kegiatan pembelajaran dikelas, siswa tentunya dituntut untuk dapat memiliki


hubungan yang baik dengan temannya. Tetapi agar hubungan tersebut dapat
dikembangkan, tentunya seorang guru diharapkan mampu untuk membantu
mengembangkan keterampilan tersebut. Dalam hal ini peneliti memilih untuk
mengembangkan salah satu keterampilan sosial dasar yakni kerja sama agar terjalin
hubungan yang baik antara siswa yang satu dengan yang lainnnya.

Berangkat dari hasil observasi dan pra-penelitian yang dilakukan di SMPN 1 Bandung
kelas VIII-2, terdapat beberapa temuan permasalahan di kelas yang dapat digambarkan
sebagai berikut pertama, ketika dibagi menjadi beberapa kelompok kecil, banyak siswa
yang ingin memilih sendiri anggotanya. Kedua, ketiga guru yang menentukan anggota
kelompok, banyak siswa yang melakukan protes, dikarenakan tidak ingin satu kelompok
dengan anggota yang telah ditentukan. Ketiga siswa sudah menerima anggota
kelompoknya dengan terpaksa, namun ketika mendapatkan tugas hanya beberapa orang
saja yang mengerjakan tugas tersebut, dan beberapa siswa lainnnya tidak mengerjakan
tugas. Alasannya mereka kurang sesuai dengan anggota kelompoknya. Keempat, pada
saat presentasi berlangsung, terdapat siswa yang memotong pemaparan dan
menertawakan temannya yang sedang membacakan hasil diskusi.

Berdasarkan hasil observasi diatas dan hasil diskusi dengan guru mitra, diperoleh
gambaran bahwa model pembelajaran diskusi yang diterapkan oleh guru kurang direspon
dengan baik oleh siswa. Pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung siswa kurang
mampu bekerjasama dengan kelompoknya. Selain itu, kegiatan pembelajaran tersebut
menitikberatkan kepada penguasaan konsep, belum adanya pengembangan dari aspek
nilai, sikap dan perilaku sosial siswa, sehingga dalam poses pembelajaran berlangsung
tidak adanya ruang untuk mengasah kemampuan sosial lainnya. Setiap orang diharapkan

12
dapat menjadi seseorang yang cerdas dalam berbagai hal, termasuk juga siswa yang
diharapkan mampu berperilaku baik dan memiliki keterampilan sosial yang baik.

Kerja sama dalam pembelajaran tidak hanya meningkatkan hasil belajar siswa
melainkan mempengaruhi hubungan siswa dengan teman-temannya, yaitu membangun
suatu hubungan kearah yang lebih positif. Hubungan pergaulan antar siswa yang baik
dapat mempengaruhi juga sikap siswa dalam berhubungan dengan masyarakat diluar
lingkungan kelas. Menurut Lie (dalam Huda, 2012, hlm.73) “kerja sama merupakan
kebutuhan yang penting bagi kelangsungan hidup, karena tanpa adanya kerja sama maka
tidak akan ada individu, keluarga, organisasi, bahkan tidak akan ada kehidupan”. Dalam
kehidupan sehari-hari tentunya keterampilan bekerja sama sangat dibuthkan dalam
kehidupan bermasyarakat, karena kita sebagai manusia sejatina tidak akan bisa hidup
sendiri tanpa bantuan orang lain. Dengan demikian, dimulai menerapkan pembelajaran
dengan mengajarkan kerjasama dikelas, akan memberikan pemahaman kepada siswa
bahwa kerjasama merupakan kegiatan yang dibutuhkan, dan dapat menolong siswa dalam
berinteraksi dikehidupan bermasyarakat.

Disinilah peran guru sangat dibutuhkan, khususnya guru IPS untuk dapat
mengembangkan keterampilan kerja sama siswa melaui proses pembelajaran di kelas.
Berbagai macam metode yang dapat dilakukan oleh seorang guru untuk mengembangkan
keterampilan kerja sama siswa, salah satunya dengan penerapan metode pembelajaran
untuk dapat melatih dan meningkatkan keterampilan kerja sama.

Pemaparan diatas menjelaskan bahwa proses pembelajaran IPS tentunya guru harus
kreatif dalam mengembangkan berbagai macam metode pembelajaran yang ada,
ditunjang juga dengan media yang tersedia disuatu sekolah. Karena tujuan dari proses
pembelajaran IPS adalah siswa mampu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan
yang pada akhirnya akan bermanfaat dalam kehidupan bermasyarakat. Pembentukan
keterampilan sosial siswa dalam mata pelajaran IPS diperlukan adanya sebuah metode
pembelajaran. Metode tersebut, memiliki tujuan memunculkan dan mengembangkan
keterampilan dalam meningkatkan keterampilan kerjasama siswa. Sehingga, siswa
mampu berinteraksi dengan teman sebayanya maupun dengan guru ketika proses
pembelajaran IPS berlangsung.

Menjawab permasalahan di atas, peneliti mencoba menerapkan metode yang dapat


meningkatkan keterampilan kerja sama siswa. Sebagaimana diketahui bahwa metode

13
mengajar merupakan sarana interaksi guru dengan siswa di dalam kegiatan belajar
mengajar. Dengan demikian,peneliti akan menerapkan metode pembelajaran kooperatif,
karena pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang terdapat metode-metode
yang menekankan kegiatan kerja sama kelompok sehingga dapat menjadi penunjang
dalam meningkatkan keterampilan bekerja sama.

Menurut Benr & Erickson (dalam Komalasari, 2010, hlm.62) mengemukakan bahwa
“cooperative learning (pembelajaran kooperatif) merupakan strategi pembelajaran yang
mengorganisisr pembelajaran dengan menggunakan kelompok-kelompok belajar kecil di
mana siswa bekerja bersama untuk mencapai tujuan pembelajaran”. Pada penelitian ini,
peneliti akan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray
dalam pembelajaran IPS. Dalam metode ini, memungkinkan setiap kelompok untuk
saling berbagi informasi baik dengan anggota setiap kelompoknya, maupun dengan
kelompok lain. Tidak hanya itu, setiap siswa akan belajar bagaimana menerpakan
tanggung jawab baik untuk dirinya sendiri maupun untuk kelompoknya.

Berdasarkan pemaparan diatas, diperoleh gambaran bahwa metode two stay two stray
merupakan pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk bertukar pikiran dengan
kelompoknya untuk mengembangkan berbagai ide-ide dalam menyelesaikan sebuah
masalah. Dengan menggunakan metode two stay two stray untuk aktiv dalam kegiatan
pembelajaran namun tentunya lebih terarah. Metode two stay two stray cocok digunakan
pada semua mata pelajaran. Menurut Lie (2002, hlm. 61) “metode pembelajaran two stay
two stray bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan semua tingkatan usia anak
didik, metode ini memungkinkan siswa berbagi informasi denga kelompok lain sehingga
masing- masing kelompok mendapatkan informasi dan pembelajarann yang lebih luas”.

Berdasarkan pemaparan diatas, peneliti akan menggunakan teknik pemecahan dengan


metode penelitian tindakan kelas (PTK) untuk memperbaiki pembelajran dan
mengorganisasikan kondisi praktek pembelajaran. Dari pemaparan fenomena mengenai
keterampilan kerja sama, peneliti tertarik untuk meneliti upaya peningkatan keterampilan
kerja sama siswa. Melalui metode two stay two stray di harapkan keterampilan kerja
sama siswa dapat berkembang sehingga siswa dapat mudah berinteraksi dan menjalin
hubungan dengan teman. Melalui penelitian tindakan kelas ini, maka peneliti
memfokuskan judul “PENINGKATAN KETERAMPILAN KERJA SAMA SIWA
MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY

14
DALAM PEMBELAJARAN IPS” (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VIII-1
SMPN 1 Bandung).

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana mendesain pembelajaraan IPS di kelas VIII-2 SMPN 1 Bandung dengan


menggunakan pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray untuk mengembangankan
keterampilan kerja sama siswa ?

2. Bagaimana mengimpelentasikan pembelajaraan IPS dengan menggunakan pembelajaran


kooperatif tipe two stay two stray untuk mengembangankan keterampilan kerja sama di kelas
VIII-2 SMPN 1 Bandung?

3. Bagaimana merefleksikan pembelajaraan IPS dengan menggunakan pembelajaran


kooperatif tipe two stay two stray untuk mengembangankan keterampilan kerja sama di kelas
VIII-2 SMPN 1 Bandung?

4. Bagaimana kendala serta cara mengatasi hambatan yang dihadapi pada proses
pembelajaran IPS dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe

two stay two untuk mengembangkan keterampilan kerja sama di kelas VIII- 2 SMPN 1
Bandung?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini sebagai berikut :

1. Mendesain pembelajaran IPS di kelas VIII-2 SMPN 1 Bandung dengan


menggunakan pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray untuk mengembangkan
keterampilan kerja sama.

2. Mengimplementasikan pembelajaran IPS di kelas VIII-2 SMPN 1 Bandung dengan


menggunakan pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray untuk mengembangkan
keterampilan kerja sama.

3. Merefleksikan pembelajaran IPS di kelas VIII-2 SMPN 1 Bandung dengan


menggunakan pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray untuk mengembangkan
keterampilan kerja sama.

15
4. Mengetahui bagaimana kendala serta cara mengatasi hambatan yang dihadapi pada
saat proses pembelajaran IPS di kelas VIII-2 SMPN 1 Bandung dengan menggunakan
pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray untuk mengembangkan keterampilan
kerja sama.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini terbagi dua yaitu:

1. Manfaat teoritis

a) Untuk memperkaya dan menambah referensi bagi penelitian selanjutnya yang


berhubungan.

2. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber belajar guru mengenai
mengembangankan keterampilan kerja sama siswa yang ditingkatkan melalui metode two
stray two stray.

3. Manfaat praktis

a) Siswa

 Meningkatkan kemampuan sikap toleransi dalam pembelajaran IPS


 Mampu memahami setiap materi yang disampaikan tidak hanya pada tingkat
kognitifnya saja tetapi pada kemampuan afektif dan psikomotoriknya.

b) Guru

 Sebagai masukan agar guru mampu mengembangankan keterampilan kerja


sama siswa melalui metode two stay two stray.
 Agar guru lebih peka terhadap permasalahan siswa dalam kelas.

c) Sekolah

 Masukan untuk dapat dijadikan bahan pertimbangan terhadap kualitas


pembelajaran IPS di SMPN 1 kota Bandung yang mampu sesuai dengan
tujuan pendidikan nasional.

16
 Memajukan kualitas pendidikan dengan mengembangkan metode- metode
pembelajaran kontekstual untuk memenuhi harapan siswa, guru, maupun
masyarakat.

E. Struktur Organisasi

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang Latar Belakang , Rumusan Masalah, Tujuan Maslah, Manfaat
Penelitian dan Sistematikan Penelitian yang merupakan sistematika skripsi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Bab ini menggambarkan pemaparan berbagai teori yang mendukung terkait


permasalahan dan cara penyelesaiannya dari berbagai literatur yang sesuai, terkait
keterampilan kerja sama, metode two stay two stray dalam pembelajaran IPS.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini menggambarkan keseluruhan cara penelitian meliputi persiapan, perencanaan,


prosedur, pelaksanaan, penyelesaian penelitian berdasarkan pada teknik penelitian, data dan
fakta yang sebenarnya terjadi dilapangan yang digunakan sebagai alat pengumpulan data.

BAB IV HASIL PENELITIAN

Bab ini menggambarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti dilapangan terkait
data informasi yang dikolaborasikan dengan berbagai literatur yang sesuai.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini memaparkan kesimpulan yang menjawab pertanyaan pertanyaan dari rumusan
masalah. Kemudian adanya sebuah saran peneliti untuk pihak yang bersangkutan.

17
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Marie Eugene Francois Thomas Eugene Dubois, atau Eugene Dubois adalah ahli yang
pertama kali menemukan fosil the missing link dalam evolusi Charles Darwin. Fosil itu
ditemukan di Desa Trinil, tidak jauh dari Kota Ngawi, Jawa Timur pada tahun 1891-1892.
Mengikuti nomenklatur yang diusulkan oleh Ernst Haeckel untuk “mata rantai yang
hilang”, Eugene Dubois menamai temuan fosilnya sebagai Pithecanthropus erectus.
Peristiwa penemuan fosil Pithecanthropus erectus merupakan tonggak sejarah yang amat
penting bagi dunia paleoantropologi dan bagi Indonesia. Sejak penemuan itu, Indonesia
dikenal sebagai ladang perburuan fosil manusia purba yang amat subur hingga kini.
Namun, peristiwa penting itu belum banyak diabadikan dan dipresentasikan kepada
masyarakat luas, khususnya di Indonesia.
Ekspedisi Eugene Dubois dimulai tahun 1887, tepatnya ketika dia memutuskan
mengundurkan diri sebagai tenaga pengajar di Universitas Amsterdam Belanda dan
bergabung pada kesatuan militer Belanda sebagai tenaga medis. Hindia Belanda adalah
pilihan lokasi penelitiannya, dan salah satu jalan untuk masuk wilayah koloni tersebut
adalah dengan menjadi tenaga medis militer. Dia memutuskan orientasi penelitiannya ke
Hindia Belanda karena beberapa alasan, yaitu : (1) missing link dibayangkan akan
menyerupai kera yang banyak ditemukan di Eropa, namun fosil primata juga banyak
ditemukan di daerah tropis, tempat yang menjadi habitatnya saat ini; (2) fosil banyak
ditemukan juga di Hindia Belanda khususnya di Pulau Jawa yang dikumpulkan oleh
Raden Saleh seorang bangsawan Jawa dan Franz Junghuhn peneliti dari Jerman yang
bekerja sebagai tenaga medis di tentara Belanda; (3) struktur geologi di Pulau Sumatera
dan Pulau Jawa berpotensi menghasilkan banyak fosil, karena terdapat banyak gua-gua
alam. Fosil terbaik yang pernah ditemukan di Eropa sebagian besar berada dalam gua; (4)
semua fosil yang ditemukan di Hindia Belanda khususnya wilayah Timur, berada pada
Kala Plestosin, yang secara prinsip banyak persamaan dengan temuan di Eropa.
Penemuan Eugene Dubois yang paling terkenal adalah fosil Pithecanthropus erectus di

18
Trinil Jawa Timur pada tahun 1891 dan 1892. Temuan spesimen ini kini lebih dikenal
sebagai Homo erectus. Penemuan tersebut membuktikan adanya transisi evolusioner
karena menunjukkan manifestasi karakteristik dari dua spesies, yaitu kera dan manusia.
Eugene Dubois adalah ilmuwan satu-satunya di masanya yang melakukan penelitian
secara terencana dan konsisten untuk menemukan the missing link. Dia juga merupakan
ilmuwan pelopor yang menganalisis hubungan rasio volume otak dengan ukuran tubuh
manusia purba. Menggunakan skala metrik dan perhitungan matematis dalam
membandingkan ukuran volume otak, adalah metode analisis baru yang belum pernah
dilakukan sebelumnya. Dia juga menemukan metode baru untuk memperkirakan volume
otak berdasarkan fosil tengkorak yang tidak lengkap, dan memperkirakan tinggi badan
berdasarkan satu tulang paha saja. Eugene Dubois adalah ilmuwan pertama yang
menggunakan metode evolusioner dengan data yang sangat terbatas, dikotomi antara
manusia dengan spesies kera dimanfaatkannya untuk mengevaluasi fosil-fosil hasil
temuannya.
Rudolf Virchow berpendapat lain, fragmen atap tengkorak temuan Eugene Dubois
merupakan bagian dari tengkorak siamang (gibbon) dan tulang paha kiri temuannya
merupakan bagian tulang kaki manusia. Kritik-kritik yang sama juga bermunculan dari
beberapa ahli Inggris seperti Lydekker, Cuningham, Keith dan Tunner, ahli anatomi dari
Swiss Rudolf Martin, Topinard dari Perancis, dan Ten Kate dari Belanda. Hanya dua
orang ahli paleontologi yang mendukung hipotesa Dubois, yaitu Othniel C. Marsh dari
Amerika dan Ernst Haeckel dari Jerman.
Menanggapi berbagai kritikan dari para ahli tentang hasil hipotesanya, Eugene Dubois
semakin gencar melakukan kampanye dan ceramah di Belanda. Secara terus menerus dia
melakukan perbaikan dan penyempurnaan hasil penelitiannya, termasuk menyertakan
data geologi dan fauna Trinil sebagai pelengkap. Dia juga menghadiri berbagai
konferensi, simposium dan melakukan ceramah hampir di tiap institusi besar di Eropa
dalam kurun waktu 1895-1896. Dalam setiap ceramahnya ia juga memamerkan fosil
Pithecanthropus erectus dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk
mengamati, meneliti dan membuat argumen persuasif secara pribadi. Pada era tersebut
Eugene Dubois adalah ilmuwan yang sangat terkenal, posisi evolusi Pithecanthropus
erectus juga menjadi topik utama. Semangatnya dalam mempertahankan hipotesanya
layak untuk mendapatkan apresisasi. Lebih dari seratus artikel terbit antara tahun 1895-
1900 yang membahas Pithecanthropus erectus sebagai isu utama. Puncak pengakuan
hipotesa Eugene Dubois terjadi pada tahun 1898, ketika Pithecanthropus erectus menjadi
19
topik dalam konggres Internasional zoologi ke empat di Cambridge Inggris. Pada
konggres tersebut banyak yang setuju dan menyimpulkan bahwa Pithecanthropus erectus
adalah fosil the missing link yang valid
Awal abad ke-20 ditandai dengan pengakuan hipotesa Eugene Dubois, bahwa fosil
Pithecanthropus erectus merupakan the missing link yang valid. Makalah ini pada
akhirnya adalah membahas pengembangan potensi historic house museum atau museum
rumah bersejarah di Kabupaten Tulungagung.

B. Tujuan
1. Mengetahui ciri-ciri Homo erectus.
2. Mengetahui klasifikasi Homo erectus.
3. Mengetahui kebudayaan Homo erectus.
4. Mengetahui penyebab kepunahan Homo erectus.

20
BAB II

PEMBAHASAN

A. Ciri-Ciri Homo erectus


Homo erectus dengan tinggi badan 165 hingga 180 senti meter, postur tegap, serta
cara berjalan tegak, merupakan contoh manusia purba sempurna, tidak berbeda dengan
manusia sekarang. Dengan koleksi yang tergolong lengkap, bukan satu keanehan, jika
Sangiran menjadi salah satu tempat penelitian utama bagi arkeolog dalam dan luar negeri.

B. Klasifikasi Homo erectus

Homo erectus memiliki klasfikasi sebagai berikut:

Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Primates
Famili : Hominidae
Genus : Homo
Spesies : H. Erectus

C. Kontroversi Homo erectus

Homo erectus pertama kali dipaparkan dalam dua tulisan yang diterbitkan dalam
majalah Nature, setahun setelah ditemukan. Selanjutnya terdapat beberapa kontroversi
mengenai keberadaan Homo erectus, sebagai berikut.

1. Homo erectus termasuk hominin (manusia modern) tetapi mengalami mikrosefali.


2. Pendapat bahwa fosil ini berasal dari spesies bukan manusia ditentang oleh kelompok
peneliti yang juga terlibat dalam penelitian ini, dimotori oleh Prof. Teuku Jacob dari
UGM. Berdasarkan temuannya, fosil dari Liang Bua ini berasal dari sekelompok orang

21
katai Flores, yang sampai sekarang masih bisa diamati pada beberapa populasi di sekitar
lokasi penemuan, yang menderita gangguan pertumbuhan yang disebut mikrosefali
("kepala kecil"). Menurut tim ini, sisa manusia dari Liang Bua merupakan moyang
manusia katai Homo sapiens yang sekarang juga masih hidup di Flores dan termasuk
kelompok Australomelanesoid.
3. Homo erectus bukan merupakan manusia modern melainkan merupakan spesies yang
berbeda (lebih primitif daripada H. sapiens dan berada pada wilayah variasi H. erectus).
Pada bulan September 2007, para ilmuwan peneliti Homo erectus menemukan
petunjuk baru berdasarkan pengamatan terhadap pergelangan tangan fosil yang
ditemukan. Penemuan tersebut menunjukkan bahwa Homo erectus bukan merupakan
manusia modern melainkan merupakan spesies yang berbeda. Hal ini sekaligus menjadi
jawaban terhadap tentangan sejumlah ilmuwan mengenai keabsahan spesies baru ini
karena hasil penemuan menunjukkan bahwa tulang Homo erectus berbeda dari tulang
Homo sapiens (manusia modern) maupun manusia Neandertal.
Dua publikasi pada tahun 2009 memperkuat argumen bahwa spesimen LB1 lebih
primitif daripada H. sapiens dan berada pada wilayah variasi H. erectus. Publikasi
pertama yang dimuat di Anthropological Science membandingkan LB1 dengan spesimen
H. sapiens (baik normal maupun patologis) dan beberapa Homo primitif. Hasil kajian
morfometri ini menunjukkan bahwa H. erectus tidak dapat dipisahkan dari H. erectus dan
berbeda dari H. sapiens normal maupun patologis karena mikrosefali. Publikasi kedua
dimuat di jurnal Significance menyatakan bahwa Homo erectus secara nyata memiliki
ciri-ciri berbeda dari manusia modern dan lebih dekat kepada hominin purba berdasarkan
hasil analisis kladistika dan statistika morfometri terhadap tengkorak dan bagian tulang
lainnya dari individu LB1 (betina), dan dibandingkan dengan manusia modern, manusia
modern dengan mikrosefali, beberapa kelompok masyarakat pigmi di Afrika dan Asia,
serta tengkorak hominin purba. Meskipun demikian, kedua kajian ini tidak
membandingkan Homo erectus dengan kerangka manusia kerdil Flores yang menderita
mikrosefali.
4. ADA YANG BILANG SINDROM DOWN??
5. Sejak penemuan itu, klaim awalnya adalah bahwa spesimen itu adalah manusia
modern dengan microcephaly - kepala kecil yang abnormal. Hal ini dibantah oleh
berbagai peneliti. Klaim selanjutnya adalah bahwa spesimen tersebut memiliki sindrom
Laron, bentuk dwarfisme. Ini juga dibantah. Para ilmuwan menolak sindrom Down
terbaru karena tidak ada orang dengan kondisi tersebut yang memiliki tengkorak kecil
22
yang hanya memiliki kapasitas 400cc seperti erectus, juga tidak memiliki tulang kranial
yang tebal seperti spesimen.
6. http://www.bradshawfoundation.com/origins/homo_erectus.php

BUAT REFERENSI (Sumber: http://h-erectus.saturnus.web.id/id1/1792-1678/H-


erectus_41332_h-erectussaturnus.html)

Menjelaskan profil garis tengah tengkorak seperti yang terlihat dalam sebuah x-ray
atau ct scan untuk orang dengan dan tanpa sindrom down serta lb1 , jenis spesimen homo
erectus .Perbedaan antara kedua jenis manusia adalah kecil jika dibandingkan dengan
inflasi pada lb1 bentuk yang benar benar berbeda .Tokoh: kredit pemain dari penulis
Analisis banyak data baru yang bertentangan dengan yang lebih awal mengklaim bahwa
lb1 , sebuah ~ 80,000 kerangka fosil berusia tahun dari penjualan pulau flores , telah
sindrom down , uang domestik seiring dengan menguat membenarkan statusnya sebagai
fosil spesies manusia , homo erectus . Dari awal , fosil penduduk yang mungil human-like
makhluk ciptaan yang flores ( orang so-called ' hobbit ' asia tenggara ) telah
kontroversial .Apakah ini tetap bukti dari jenis baru dari fosil manusia , homo erectus ?
Atau apakah serpihan tersebut hanya seorang penduduk small-bodied manusia ( ) homo
sapiens , seperti kami , tetapi dengan satu atau lebih individu menderita gangguan
perkembangan ?Para peneliti yang baru baru ini didiagnosa lb1 , ditemukan individu yang
terlengkap , dengan sindrom down . Analisis baru fitur dari seberang kerangka oleh tim
peneliti internasional yang dipimpin oleh karen baab, d. , asisten profesor dari anatomi di
midwestern universitas di glendale, az, meyakinkan membuktikan bahwa lb1 tidak
memiliki sindrom down.Selain itu pada mengukur individu tulang, para ilmuwan
digunakan ct scan terhadap merekonstruksi otak dan melihat struktur internal tengkorak,
serta penilaian ( 3d 3-dimensi ) bentuk tengkorak. Studi, yang berjudul ' evaluasi kritis
dari bawah diagnosis untuk lb1 sindrom, homo erectus tipe spesimen, ' disiarkan dalam
pada 8 juni, edisi plos satu 2016. Sindrom down diagnosis sindrom down s adalah yang
paling baru baru ini di garis panjang penyakit dikaitkan dengan kerangka ini .Sindrom
down adalah kelainan kromosom ditandai dengan kognitif yang lambat dan sering ciri
fisik tertentu , termasuk mengurangi menjulang tinggi dan ukuran otak .Diagnosis juga
menekankan asli yang lebar dan pendek ( front-to-back ) bentuk tengkorak , bentuk dagu ,
dan pendek paha ( tulang paha ) di lb1 sebagai bukti dari sindrom down .Mendiagnosis
sindrom down tertinggal dalam fosil adalah rumit dengan kenyataan bahwa banyak fitur
umum yang ditemukan di jaringan lunak tubuh , yang tidak menjadi .Namun demikian ,

23
studi ini menyediakan informasi baru tentang ukuran dan bentuk otak dan tengkorak di
sindrom down kependudukan . Sindrom down diagnosis bust untuk studi saat ini, tim
dibandingkan ciri-ciri fisik diawetkan dalam kerangka lb1 untuk yang ditemukan di
sindrom down.Meski banyak orang dengan sindrom down tidak identik satu sama lain, itu
meskipun demikian jelas bahwa lb1 sangat berbeda dari semua manusia, termasuk orang-
orang dengan sindrom down. Studi menemukan bahwa otak lb1 jauh lebih sedikit
daripada yang terlihat di sindrom down individu.Demikian juga, bentuk tengkorak kubah,
yang mengelilingi otak, dan dagu anatomi berdua di luar kisaran melihat pada manusia,
dengan atau tanpa sindrom down.Selain itu, individu yang kecil lb1, yang diperkirakan
hanya sedikit di atas meter ( 1.09 m ) di puncaknya ( atau 3 ' 7 ' ), adalah jauh di bawah
angka tinggi jangkauan dari sebanding perorangan dengan sindrom down. Bahkan,
perempuan dengan sindrom down dari turki mencapai suatu tinggi masjid orang dewasa
lb1 sebanding naik 6,5 tahun dan yang ada terbilang lebih tinggi sebagai orang dewasa
( 1.45 m atau 4 ' ' 9 rata-rata ).Tulang paha adalah tidak proporsional pendek dalam lb1
relatif terhadap kaki dan lengan dibandingkan bagi manusia, tidak peduli apakah mereka
telah sindrom down. Lb1 tetap tipe spesimen homo erectus penting lagi, studi ini
menunjukkan bahwa lb1 tidak hanya berbeda dari perorangan dengan sindrom down,
tetapi tidak lebih kuno lebih jelas diselaraskan dengan spesies manusia.Otak yang kecil,
kranial kubah bentuk rendah, tidak adanya dagu, lebih kecil proporsi semua ukuran tubuh
dan tungkai menunjukkan adanya pre-homo sapiens keturunan.Penulis menyimpulkan: '
bukti kerangka mencapai kesepakatan bertentangan diagnosis sindrom down.Agak,
pelajari adalah kami lebih tersesat bukti bahwa homo erectus adalah seorang spesies yang
berbeda dengan sangat menarik, jika agak samar-samar, sejarah evolusi.

24
BAB III
PENUTUP

A.Kesimpula
Homo erectus memiliki ciri-ciri: 1) tengkorak yang panjang dan rendah,
berukuran kecil, dan dengan volume otak 380 cc. Kapasitas cranial tersebut berada
jauh di bawah Homo erectus ( 1000 cc ), manusia modern Homo sapiens (1400 cc),
dan bahkan berada di bawah volume otak simpanse (380 cc); 2) postur paling tinggi
sekitar 100 cm; 3) diperkirakan hidup pada 94.000 hingga 13.000 tahun yang lalu
(zaman Pleistosen akhir). Klasifikasi dari Homo erectus yaitu Kingdomnya Animalia,
Filumnya Chordata, Kelasnya Mammalia, Ordonya Primates, Familinya Hominidae,
Genusnya Homo dan Spesiesnya H. erectus. Kontroversi mengenai Homo erectus
antara lain: 1) Homo erectus berasal dari spesies bukan manusia, tetapi dari
sekelompok orang katai Flores yang menderita mikrosefali, 2) Homo erectus bukan
merupakan manusia modern melainkan merupakan spesies yang berbeda, yaitu lebih
primitif daripada H. sapiens dan berada pada wilayah variasi H. erectus, 3) Spesimen
tersebut memiliki sindrom Laron, bentuk dwarfisme. Ini juga dibantah. Para ilmuwan
menolak sindrom Down terbaru karena tidak ada orang dengan kondisi tersebut yang
memiliki tengkorak kecil yang hanya memiliki kapasitas 400cc seperti erectus, juga
tidak memiliki tulang kranial yang tebal seperti spesimen.

25
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2016. Manusia Purba dari Cekungan So’a. Badan Geologi - Kementerian
Energi dan Sumber Daya Mineral. Vol.6 No.3 September 2016. Anonim. _____. Homo
erectus. Diakses dari http://h-erectus.saturnus.web.id/id1/17921678/H-erectus_41332_h-
erectus-saturnus.html pada 18 Desember 2017 pukul 19.03 WIB. Karen L. Baab, Kieran
P. McNulty, Katerina Harvati. 2013. Homo erectus Contextualized: A Geometric
Morphometric Comparative Analysis of Fossil and Pathological Human Samples. PLOS
ONE | www.plosone.org. July 2013 | Volume 8 | Issue 7 | e69119.

26

Anda mungkin juga menyukai