Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PERSEBARAN MANUSIA PURBA DI

INDONESIA

OLEH:
Bintang Shafiqa A
X IPS 4 /08

SMAN 4 SURABAYA
TAHUN 2021
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah dengan judul “Manusia Purba di Indonesia dan Peta Persebarannya” ini dapat
tersusun hingga selesai. Tidak lupa juga kami mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan
dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi nilai tugas dalam mata
pelajaran Sejarah Minat.
Selain itu, pembuatan makalah ini juga bertujuan agar menambah pengetahuan dan wawasan
bagi para pembaca. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman maka kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempuraan makalah ini. Akhir kata,
semoga makalah ini dapat berguna bagi para pembaca.  

Surabaya, 16 Desember 2021

Bintang Shafiqa A.
Daftar Isi
Kata pengantar 1
Daftar isi 2
Bab I pendahuluan 3
1.1 Latar Belakang 3
1.2 Rumusan Masalah 3
1.3 Tujuan 3
Bab II Pembahasan 4
2.1 Pengertian Manusia Purba 4
2.2 Perkembangan Manusia Purba di Indonesia 4
2.3 Peta Persebaran Manusia Purba di Indonesia 7
Bab III Penutup 10
3.1 Kesimpulan 10
3.2 Saran 10
Daftar Pustaka 11
Bab I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah bangsa yang sangat besar, tetapi banyak masyarakat yang tidak tahu
akan nenek moyang bangsa Indonesia sendiri. Dengan semakin berkembangnya zaman,
semakin banyak masyarakat yang tidak perduli akan sejarah nenek moyangnya sendiri. Hal
ini mengakibatkan Sumber Daya Manusia di Indonesia masih di ragukan.[ CITATION Fah18 \l
1033 ].

1.2 Rumusan Masalah


1.     Bagaimana Evolusi Manusia?
2.     Bagamiana Perkembangan Manusia Indonesia?
3.     Pessebaran Manusia di Indonesia?

1.3 Tujuan
Penulisan makalah ini dilakukan untuk dapat memenuhi tujuan-tujuan yang dapat bermanfaat
bagi para remaja dalam pemahaman tentang Asal Usul dan Persebaran Manusia di Kepulauan
Indonesia. Secara terperinci tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengenali manusia purba
2. Mengetahui bagaimana Perkembangan manusia Indonesia 
3. Mengetahui bagaimana persebaran manusia purba di Indonesia
Bab II
Pembahasan
2.1 Pengertian Manusia Purba
Manusia purba sering disebut dengan manusia prasejarah atau manusia yang hidup
sebelum tulisan ditemukan. Manusia purba yang paling tertua di dunia diperkirakan berumur
lebih dari 4 juta tahun yang lalu. Maka dari itu, para ahli sejarah menyebutnya
sebagai  Prehistoric People atau manusia prasejarah. Manusia purba banyak ditemukan
diberbagai bagian dunia, tapi lebih banyak ditemukan di negara Indonesia. Fosil-fosil yang
ditemukan di berbagai daerah di Indonesia, salah satunya ada yang sudah berumur jutaan
tahun yang lalu.
Indonesia merupakan salah satu tempat ditemukannya fosil manusia purba. Ini artinya,
Indonesia pada masanya pernah didiami oleh manusia purba. Kenyataan inimenjadikan
Indonesia menjadi salah satu tempat penting bagi para ahli yang akan melakukan studi
tentang manusia purba[ CITATION Kha18 \l 1033 ] . Di indonesia penelitian tentang manusia
purba sudah lama dilakukan, yaitu sejak abad ke-18 M. Penelitian manusia purba di
Indonesia dipelapori oleh Eugene Dubois, beliau adalah seorang dokter dari Belanda.

Penelitian tersebut dilakukan untuk mengetahui jenis-jenis manusia purba yang ada di
Indonesia. Hal itu dibuktikan dengan penemuan-penemuan fosil yang ditemukan di daerah
Solo, Pacitan, Ngandong, Mojokerto, Sangiran, dan masih banyak lagi. Setelah melakukan
banyak penelitian mengenai manusia purba yang berada diberbagai daerah di Indonesia. Para
Ahli kemudian membagi manusia purba di Indonesia menjadi tiga jenis. Yaitu, Meganthropus
(Manusia besar), Pithecanthropus (Manusia kera yang berjalan tegak), dan Homo (Manusia
yang berpikir).
Jadi besar kemungkinan faktor utama yang menarik manusia purba untuk mendiami Indonesi
a adalah kesuburan tanahnya serta kekayaan akan faunanya. Sejak 10.000 tahun yang lalu
ras-ras manusia seperti yang kita kenal sekarang ada di Indonesia.

2.2 Perkembangan Manusia Purba di Indonesia

            Indonesia termasuk salah satu negara tempat ditemukannya manusia purba.
Penemuan manusia purba di Indonesia dapat dilakukan berdasarkan fosil-fosil yang telah
ditemukan. Fosil adalah tulang belulang, baik binatang maupun manusia, yang hidup pada
zaman purba yang usianya sekitar ratusan atau ribuan tahun. Adapun untuk mengetahui
bagaimana kehidupan manusia purba pada saat itu, yaitu dengan cara mempelajari benda-
benda peninggalannya yang biasa disebut dengan artefak.[ CITATION Waw \l 1033 ]

Manusia purba yang ditemukan di Indonesia memiliki usia yang sudah tua, hampir
sama dengan manusia purba yang ditemukan di negara-negara lainnya di dunia. Bahkan
Indonesia dapat dikatakan mewakili penemuan manusia purba di daratan Asia. Daerah
penemuan manusia purba di Indonesia tersebar di beberapa tempat, khususnya di Jawa.
Penemuan fosil manusia purba di Indonesia terdapat pada lapisan pleistosen. Salah satu
jenis manusia purba yang ditemukan di Indonesia hampir memiliki kesamaan dengan
yangditemukan di Peking Cina, yaitu jenis Pithecanthropus Erectus.
Penelitian tentang manusia purba di Indonesia telah lama dilakukan. Sekitar abad ke-
19 para sarjana dari luar meneliti manusia purba di Indonesia. Sarjana pertama yang meneliti
manusia purba di Indonesia ialah Eugene Dubois seorang dokter dari Belanda. Dia pertama
kali mengadakan penelitian di gua-gua di Sumatera Barat. Dalam penyelidikan ini, ia tidak
menemukan kerangka manusia. Kemudian dia mengalihkan penelitiannya di Pulau Jawa.
Pada tahun 1890, E. Dubois menemukan fosil yang ia beri nama PithecanthropusErectus di
dekat Trinil, sebuah desa di Pinggir Bengawan Solo, tak jauh dari Ngawi (Madiun). E.
Dubois pertama-tama menemukan sebagian rahang. Kemudian pada tahun berikutnya kira-
kira 40 km dari tempat penemuan pertama, ditemukan sebuah geraham dan bagian atas
tengkorak. Pada tahun 1892, beberapa meter dari situ ditemukan sebuah geraham lagi dan
sebuah tulang paha kiri. Untuk membedakan apakah fosil itu, fosil manusia atau kera,
E.Dubois memperkirakan isi atau volume otaknya. Volume otak dari fosil yang ditemukan
itu, diperkirakan 900 cc. Manusia biasa memiliki volume otak lebih dari 1000 cc, sedangkan
jenis kera yang tertinggi hanya 600 cc. Jadi, fosil yang ditemukan di Trinil merupakan
makhluk di antara manusia dan kera. Bentuk fisik dari makhluk itu ada yang sebagian
menyerupai kera, dan ada yang menyerupai manusia. Oleh karena bentuk yang demikian,
maka E. Dubois memberi nama Pithecanthropus Erectus artinya manusia-kera yang berjalan
tegak (pithekos = kera, anthropus = manusia, erectus = berjalan tegak). Jika makhluk ini
kera, tentu lebih tinggi tingkatnya dari jenis kera, dan jika makhluk ini manusia harus diakui
bahwa tingkatnya lebih rendah dari manusia (Homo Sapiens).
G.H.R von Koenigswald mengadakan penelitian dari tahun 1936 sampai 1941 di
daerah sepanjang Lembah Sungai Solo. Pada tahun 1936 Koenigswald menemukan fosil
tengkorak anak-anak di dekat Mojokerto. Dari gigi tengkorak tersebut, diperkirakan usia anak
tersebut belum melebihi 5 tahun. Kemungkinan tengkorak tersebut merupakan tengkorak
anak dari Pithecanthropus Erectus, tetapi von Koenigswald menyebutnya Homo
Mojokertensis. Pada tahun-tahun selanjutnya, von Koenigswald banyak menemukan bekas-
bekas manusia prasejarah, di antaranya bekas-bekas Pithecanthropus lainnya. Di samping itu,
banyak pula didapatkan fosil-fosil binatang menyusui. Berdasarkan atas fauna (dunia hewan),
von Koeningswald membagi diluvium Lembah Sungai Solo (pada umumnya diluvium
Indonesia) menjadi tiga lapisan, yaitu lapisan Jetis (pleistosen bawah), di atasnya terletak
lapisan Trinil (pleistosen tengah) dan paling atas ialah lapisan Ngandong (pleistosen atas).
Pada setiap lapisan itu ditemukan jenis manusia purba. Pithecanthropus
Erectuspenemuan E. Dubois terdapat pada lapisan Trinil, jadi dalam lapisan pleistosen
tengah.Pithecanthropus lainnya ada yang di pleistosen tengah dan ada yang di pleistosen
bawah. Di plestosen bawah terdapat fosil manusia purba yang lebih besar dan kuat tubuhnya
daripada Pithecanthropus Erectus, dan dinamakan Pithecanthropus Robustus. Dalam lapisan
pleistosen bawah  terdapat pula Homo Mojokertensis, kemudian disebut
pulaPithecanthropus Mojokertensis. Jenis Pithecanthropus memiliki tengkorak yang
tonjolankeningnya tebal. Hidungnya lebar dengan tulang pipi yang kuat dan
menonjol. Mereka hidup antara 2 setengah sampai 1 setengah juta tahun yang lalu. Hidupnya
dengan memakan tumbuh-tumbuhan dan hewan. Pithecanthropus masih hidup berburu dan
mengumpulkan makanan. Mereka belum pandai memasak, sehingga makanan dimakan tanpa
dimasak terlebih dahulu. Sebagian mereka masih tinggal di padang terbuka, dan ada yang
tewas dimakan binatang buas. Oleh karenanya, mereka selalu hidup secara
berkelompok. Pada tahun 1941, von Koeningwald di dekat Sangiran Lembah Sungai Solo
juga, menemukan sebagian tulang rahang bawah yang jauh lebih besar dan kuat dari
rahangPithecanthropus. Geraham-gerahamnya menunjukkan corak-corak kemanusiaan,
tetapi banyak pula sifat keranya. Tidak ada dagunya. Von Koeningwald menganggap
makhluk ini lebih tua daripada  Pithecanthropus. Makhluk ini ia beri nama Meganthropus
Paleojavanicus  (mega = besar), karena bentuk tubuhnya yang lebih besar. Diperkirakanhidup
pada 2 juta sampai satu juta tahun yang lalu. 
Von Koenigswald dan Wedenreich kembali menemukan sebelas fosil tengkorak pada
tahun 1931-1934 di dekat Desa Ngandong Lembah Bengawan Solo. Sebagian dari jumlah itu
telah hancur, tetapi ada beberapa yang dapat memberikan informasi bagi penelitiannya. Pada
semua tengkorak itu,tidak ada lagi tulang rahang dan giginya. Von Koeningswald menilai
hasil temuannya ini merupakan fosil dari makhluk yang lebih tinggi
tingkatannya  daripada Pithecanthropus Erectus, bahkan sudah dapat dikatakan
sebagai  manusia. Makhluk ini oleh von Koeningswald disebut Homo Soloensis (manusia dari
Solo).
Pada tahun 1899 ditemukan sebuah tengkorak di dekat Wajak sebuah desa yang tak
jauh dari Tulungagung, Kediri. Tengkorak ini ini disebut Homo Wajakensis. Jenis manusia
purba ini tinggi tubuhnya antara 130 – 210 cm, dengan berat badan kira-kira 30 – 150 kg.
Mukanya lebar dengan hidung yang masih lebar, mulutnya masih menonjol. Dahinya masih
menonjol, walaupun tidak seperti Pithecanthropus. Manusia ini hidup antara 25.000 sampai
dengan 40.000 tahun yang lalu. Di Asia Tenggara juga terdapat jenis ini. Tempat-tempat
temuan yang lain ialah di Serawak (Malaysia Timur), Tabon (Filipina), juga di Cina Selatan.
Homo ini dibandingkan jenis sebelumnya sudah mengalami kemajuan. Mereka telah
membuat alat-alat dari batu maupuntulang. Untuk berburu mereka tidak hanya mengejar dan
menangkap binatang buruannya. Makanannya telah dimasak, binatang-binatang buruannya
setelah dikuliti lalu dibakar. Umbian-umbian merupakan jenis makanan dengan cara dimasak.
Walaupun masakannya masih sangat sederhana, tetapi ini menunjukkan adanya kemajuan
dalam cara berpikir mereka dibandingkan dengan jenis manusia purba sebelumnya. Bentuk
tengkorak ini berlainan dengan tengkorakpenduduk asli bangsa Indonesia, tetapi banyak
persamaan dengan tengkorak penduduk asli benua Australia sekarang.
Menurut Dubois, Homo Wajakensis termasuk dalam golongan bangsa
Australoide,  bernenek moyang Homo Soloensis dan nantinya menurunkan bangsa-bangsa
asli di Australia. Menurut von Koenigswald, Homo Wajakensis seperti juga Homo
Solensis berasal dari lapisan bumi pleistosin atas dan mungkin sekali sudah termasuk
jenisHomo Sapiens, yaitu manusia purba yang sudah sempurna mirip dengan manusia.
Mereka telah mengenal penguburan pada saat meninggal. Berbeda dengan jenis manusia
purba sebelumnya, yang belum mengenal cara penguburan.
Selain di Indonesia, manusia jenis Pithecanthropus juga ditemukan di belahan dunia
lainnya. Di Asia, Pithecanthropus  ditemukan di daerah Cina, di Cina Selatan
ditemukanPithecanthropus Lautianensis  dan di Cina Utara ditemukan Pithecanthropus
Pekinensis. Diperkirakan mereka hidup berturut-turut sekitar 800.000 – 500.000 tahun yang
lalu. Di Benua Afrika, fosil jenis manusia Pithecanthropus ditemukan di daerah Tanzania,
Kenya dan Aljazair. Sedangkan di Eropa fosil manusia Pithecanthropus ditemukan di
Jerman, Perancis, Yunani, dan Hongaria. Akan tetapi, penemuan fosil
manusia Pithecanthropusyang terbanyak yaitu di daerah Indonesia dan Cina. [ CITATION Fah18
\l 1033 ]

2.3 Peta Persebaran Manusia Purba di Indonesia

Di Indonesia, penelitian manusia purba pertama kali dilakukan oleh seorang dokter yang
berasal dari Belanda bernama Eugene Dubois.

Penelitian tersebut dilakukan dengan tujuan agar mengetahui jenis-jenis manusia purba yang
terdapat di Indonesia. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya penemuan – penemuan fosil di
daerah Pacitan, Solo, Ngandong, Mojokerto, Sangiran, dan daerah lainnya.

Setelah melakukan berbagai penelitian mengenai manusia purba yang ada di beberapa daerah
di Indonesia, kemudian para ahli melakukan pembagian manusia purba di Indonesia, antara
lain:.

 Meganthropus (Manusia besar),


 Pithecanthropus (Manusia kera yang berjalan tegak)
 Homo (Manusia yang berpikir).

Berikut penjelasan beberapa jenis persebaran manusia purba di Indonesia, yang berhasil di
temukan oleh para ahli ;

1. Meganthropus Palaeojavanicus
Jenis manusia purba Meganthropus Palaeojavanicus ditemukan sekitar tahun 1936 di
kawasan Sangiran. Jenis manusia ini diperkirakan hidup sekitar 1 sampai 2 juta tahun yang
lalu.

Fosil manusia Meganthropus ini ialah manusia yang memiliki tubuh tinggi yang ditemukan
oleh arkeolog asal Belanda bernama Van Koenigswald.

Ciri-ciri dari Meganthropus Palaeojavanicus ini yaitu memiliki bentuk tubuh yang tegap,
tulang pipi yang tebal, otot rahang kuat, tulang kening yang menonjol, tidak memiliki dagu
dan memiliki bentuk kepala dengan tonjolan di belakang yang tajam.

2. Pithecanthropus Erectus
Manusia purba selanjutnya adalah Pithecanthropus Erectus yang oleh para ahli diperkirakan
hidup di Indonesia pada 1 hingga 2 juta tahun yang lalu.

Fosil Pithecanthropus Erectus pertamanya ialah fosil bagian geraham yang berhasil
ditemukan oleh Eugene Dubois (1890), di daerah Lembah Bengawan Solo, daerah Trinil.

Ciri-ciri Pithecanthropus Erectus ini ialah memiliki tengkuk dan geraham (gigi) yang kuat,
tubuhnya tidak terlalu tegap, hidungnya tebal, dahinya lebih menonjol dan juga lebar,
tingginya rata-rata 165 cm hingga 180 cm. Memiliki otak sekitar 750 cc – 1350 cc.

3. Pithecanthropus Soloensis
Fosil Pithecanthropus Soloensis berhasil ini ditemukan di daerah Ngandong, Solo. Nama
manusia purba (Pithecanthropus Soloensis) di ambil dari nama asal penemuannya yaitu Solo.

Ciri-ciri Pithecanthropus Soloensis ini memiliki tulang belakang yang menonjol, rahang
bawah yang kuat, hidung lebar serta memiliki tulang pipi yang kuat dan menonjol.

Pithecanthropus Soloeinsis memiliki tinggi sekitar 165 – 180 cm. Manusia yang satu ini
merupakan pemakan tumbuhan dan kerap juga berburu hewan.

Fosilnya berhasil ditemukan sekitar tahun 1931 – 1933 oleh Van Koenigswald dan rekannya,
Openorth.

4. Pithecanthropus Mojokertensis
Bukan hanya di Solo, di daerah Mojokerto juga ada ditemukan fosil manusia purba. Van
Koenigswald yang telah berhasil menemukan Pithecanthropus Soloensis, kembali
menemukan fosil pada tahun 1939 di Mojokerto, Jawa Timur.

Van Koenigswald pertama kali menemukan fosil manusia purba yang diperkirakan berusia 6
tahun. Kemudian pada tahun 1936, Widenreich menemukan kembali menemukan fosil di
kota yang sama.

Ciri-ciri Pithecanthropus Mojokertensis ini yaitu memiliki tulang tengkorak yang tebal,
memiliki tinggi badan sekitar 165 – 180 cm, tidak memiliki dagu dan memiliki badan yang
tegap. Saat penemuan, fosil Pithecanthropus Mojokertensis hancur saat sedang melakukan
proses penggalian.

5. Homo Floresiensis
Disebut ‘homo’ karena manusia purba ini memiliki kebiasaan yang hampir sama dengan
manusia modern, seperti sekarang. Mereka sudah mengerti berbagai akivitas dan disebut juga
sebagai mahkluk ekonomi.

Homo Floresiensis berhasil ditemukan di Pulau Flores Nusa Tengara, manusia purba yang
satu ini diperkirakan hidup 12 ribu tahun yang lalu.

Manusia purba ini sudah mampu hidup berdampingan dengan jenis-jenis manusia purba yang
lainnya.

Ciri-ciri Homo Floresiensis ini memiliki tinggi badan yang hanya 1 meter, bentuk dahinya
sempit dan tidak menonjol, tulang rahang nya menonjol, volume otak kira-kira 380 cc dan
memiliki tengkorak kepala yang kecil.

6. Homo Wajakensis
Manusia purba Homo Wajakensis ini hidup di zaman yang lebih modern dari yang
sebelumnya. Pendapat ini dibuktikan dengan adanya penemuan alat-alat / peralatan yang
bersamaan dengan fosil ini.

Fosil Homo Wajakensis ditemukan di daerah Campur Darat Tulungagung Jawa Timur, oleh
Eugene Dubois.
Ciri-ciri Homo Wajakensis ini memiliki bentuk wajah serta hidung yang datar dan lebar,
tulang pipi menonjol ke samping, letak hidung dengan mulut sedikit jauh, tinggi badannya
130 – 210 cm serta mampu berjalan tegap.

7. Homo Soloensis
Selain Pitecanthropus, di Solo juga telah ditemukan fosil Homo Soloensis. Masuk dalam
kategori ‘homo’ karena manusia purba yang satu ini tergolong lebih cerdas.

Koenigswald dan Weidenrich menemukannya pada tahun 1931. Mereka diperkirakan hidup
sekitar 300.000 hingga 900.000 tahun yang lalu.

Ciri-ciri Homo Soloensis ini memiliki volume otak 1000cc hingga 1300 cc, memiliki tinggi
badan mencapai 130 – 210 cm, fostur tubuhnya tegap serta memiliki struktur tulang wajah
yang tidak sama dengan manusia kera.

8. Homo Sapiens
Untuk jenis manusia purba yang satu ini mungkin sudah tidak asing lagi bagi kita. Jenis
manusia purba ini merupakan jenis manusia purba yang usianya paling muda yang ditemukan
serta mendekati seperti manusia modern saat ini.

Homo Soloensis merupakan manusia purba yang telah mengenal kehidupan sosial dan sudah
mampu berpikir cerdas.

Bentuknya pun mirip dengan manusia seperti bentuk tengkuk yang kecil, tulang wajah tidak
menonjol, memiliki tulang rahang dan dagu yang tidak terlalu kuat serta memiliki volume
otak antara 1000 hingga 1200 cc. [ CITATION Ilh19 \l 1033 ]
Bab III
Penutupan

3.1 Kesimpulan

Manusia purba atau yang biasa disebut dengan manusia prasejarah adalah manusia yang
hidup sebelum ditemukannya tulisan. Dari berbagai macam jenis yang sudah diteliti para
arkeolog, ternyata masih perlu banyak bukti konkret untuk membuktikan keberadaan manusia
purba di Indonesia. Tetapi atas usaha para peniliti, kini kita bisa membedakan dan
mengetahui ciri-ciri dari manusia purba yang pernah hidup di Indonesia.

3.2 Saran

Demikianlah makalah ini saya susun dengan baik. Semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penulis menyadari makalah ini masih banyak kekurangan, maka penulis mengharapkan saran
dan kritik yang bersifat membangun untuk menyempurnakan makalah ini.

 
Daftar Pustaka

Armansyah, W. (2015, Februari). www.penemuanterbaru.com. Diambil kembali dari


www.penemuanterbaru.com: https://www.penemuanterbaru.com/2015/02/asal-usul-
nenek-moyang-bangsa-indonesia.html

Fahromi, M. (2018, Januari 18). ayobelajarpengetahuan.blogspot.com. Diambil kembali dari


blogspot.com: https://ayobelajarpengetahuan.blogspot.com/2018/01/makalah-sejarah-
perkembangan-dan-persebaran-manusia-di-Indonesia.html

Genali, K. A. (2018). Makalah Manusia Purba. scribd.

Ilham. (2019, October 13). yuksinau.co.id. Diambil kembali dari yuksinau.co.id:


https://yuksinau.co.id/persebaran-manusia-purba-di-indonesia/

Anda mungkin juga menyukai