KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Asal-Usul Nenek Moyang Indonesia
B. Perseberan Nenek Moyang di Indonesia
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Berdasarkan jenis artefak yang ditemukan, para ahli memperkirakan nenek moyang
berasal dari Teluk Tankin yang melakukan migrasi ke daerah lain.
Selain berasal dari Teluk Tankin, nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari daratan
Asia yang berimigrasi ke Indonesia yang menyebabkan manusia purba di Indonesia mengalami
kepunahan. Jenis homo waja kensis yang menjadi penghuni asli Indonesia yang menyebar kea
rah Barat dan timur. Mereka yang menyebar ke arah Barat dan Timur termasuk Austro
Melansoid, mereka menetap di Sumatera Timur. Dan yang arah Timur menetap di Papua,
kepulauan Kei, pulau Seram, dan Sulawesi Selatan. Adapun beberapa pendapat para ahli
mengenai asal-usul Nenek moyang Indonesia diantaranya adalah:
1. Von Hiene Geldern
Menurut Von Hiene Geldern, penduduk bangsa Indonesia sebelum nenek moyang masuk ke
Indonesia adalah Homo Wajakensis. Homo wajakensis yang tidak mau berasimilasi berimigrasi
menuju ke Timur dan akhirnya melahirkan penduduk Asia Australia.
2. Mandaline Coloni
Sebelum nenek moyang bangsa Indonesia datang, di wilayah Indonesia sudah berpenduduk suku
nagrito dan suku weddoit. Kedua suku ini berasal dari Tonkin yang menyebar ke Indonesia dan
pulau-pulau di Pasifik.
Pada saat nenek moyang bangsa Indonesia datang, suku nagrito sudah punah. Namun suku
weddoit masih ada, diantaranya suku Sakai di Siak, suku Kubu di Jambi, dan suku Kubu di
Palembang.
3. H. Kern dan Hiene Geldern
Menurut H. Kein dan Hiene Geldern nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari daratan Asia.
Pada mulanya nenek moyang Indonesia bertempat di daerah Yunan (Cina Selatan) ke Selatan
daerah Vietnam.
4. Prof. Dr. H. Kern
Ilmuwan asal Belanda ini menyatakan bahwa bangsa Indonesia berasal dari Asia. Kern
berpendapat bahwa bahasa – bahasa yang digunakan di kepulauan Indonesia, Polinesia,
Melanesia, Mikronesia memiliki akar bahasa yang sama, yakni bahasa Austronesia. Kern
menyimpulkan bahwa bangsa Indonesia berawal dari satu daerah dan menggunakan bahasa
Campa. Menurutnya, nenek-moyang bangsa Indonesia menggunakan perahu-perahu bercadik
menuju kepulauan Indonesia. Pendapat Kern ini didukung oleh adanya persamaan nama dan
bahasa yang dipergunakan di daerah Campa dengan di Indonesia, misalnya kata “kampong”
yang banyak digunakan sebagai kata tempat di Kamboja. Selain nama geografis, istilah-istilah
binatang dan alat perang pun banyak kesamaannya. Tetapi pendapat ini disangkal oleh K. Himly
dan P.W. Schmidt berdasarkan perbendaharaan bahasa Campa.
5. Moh. Yamin
Pendapat Moh. Yamin adalah bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari daerah
Indonesia sendiri. Hal ini berdasarkan penemuan fosil-fosil dan artefak manusia tertua di
Indonesia.
B. Persebaran Nenek Moyang di Indonesia
Homo erectus dan homo wajakensis pernah tinggal dan hidup di Indonesia. Namun ada
yang menduga bahwa kedua jenis manusia purba tersebut bukan nenek moyang bangsa
Indonesia.
Demikian pula dengan Austro Melanesoid yang juga diragukan sebagai nenek moyang
bangsa Indonesia. Berdasarkan ciri-ciri fisik bangsa Indonesia terutama yang tinggi di kawasan
Timur yaitu Austro Melanesoid.
Ciri-ciri fisiknya tinggi, berkulit agak gelap, hidung lebih mancung dan berambut
keriting. Adapun dugaan bahwa Austro Melanesoid sebagai nenek moyang bangsa Indonesia.
a. Keturunan langsung dari homo wajakensis, dugaan tersebut didasarkan atas pewaris ciri-ciri
fisik ragawi.
b. Keturunan protoaustroid yang berpindah di sekitar laut tengah dan pernah tinggal di India
sebelum bangsa Dravida. Persamaan ragawi dan bahasa mendasari dugaan. Jadi, bangsa ini
bukan asli Nusantara.
Nenek moyang bangsa Indonesia bukanlah manusia-manusia jenis Meganthropus
Palaeojavanicus, Pithecantropus Erectus, Homo Soloensis, atau Homo Wajakensis. Walaupun
terdapat di Indonesia, manusia-manusia jenis itu sudah punah. Untuk mengetahui asal nenek
moyang bangsa Indonesia, kita dapat menggunakan dua cara, yakni persebaran rumpun bahasa
dan persebaran kebudayaan bercocok tanam.
1. Rumpun Bahasa Melayu Austronesia
Bahasa yang tersebar di Indonesia termasuk rumpun bahasa Melayu Austronesia.
Rumpun bahasa ini meliputi wilayah yang luas: dari Madagaskar di Afrika sampai ke Melanesia
dan Polinesia di Samudera Pasifik, lalu dan Taiwan sampai ke Indonesia. Penggunaan bahasa
Melayu Austronesia di wilayah yang luas itu erat kaitannya dengan persebaran penduduk yang
menggunakan bahasa tersebut. Para pakar sejarah berpendapat bahwa bahasa Melayu
Austronesia berasal dari Taiwan. Sekitar 5000 SM, masyarakat di Taiwan menggunakan bahasa
yang disebut Proto Austronesia (Austronesia kuno).
Masyarakat di tempat itu telah mengenal cocok tanam dan beternak. Masyarakat itu
kemudian menyebar ke sebelah selatan Cina, Vietnam, Semenanjung Malaya, lalu ke Indonesia.
Ada juga yang mengarungi laut menuju Filipina terus ke arah kepulauan di Indonesia dan
Samudera Pasifik.
2. Masyarakat Tani di Yunan
Peralihan dan kebudayaan berburu dan mengumpulkan makanan pada kebudayaan
bercocok tanam merupakan perubahan amat besar. Perubahan itu tidak mungkin dilakukan oleh
penduduk asli Indon esia yang sudah terbiasa dengan kehidupan berburu dan mengumpulkan
makanan. Para pakar sejarah menyimpulkan bahwa kebudayaan bercocok tanam diperkenalkan
oleh masyarakat pendatang. Mereka ini sudah terbiasa dengan bercocok tanam dan beternak di
tempat asalnya. Kebiasaan itu mereka terapkan di tempat baru di Indonesia. Pendatang inilah
yang menjadi nenek moyang bangsa Indonesia.
Nenek moyang bangsa Indonesia ternyata berasal dan luar Indonesia, yaitu dan daerah
Yunan, di sebelah selatan Cina (sekarang RRC). Kesimpulan tersebut dibuktikan oleh kesamaan
artefak prasejarah yang ditemukan di wilayah itu dengan artefak prasejarah di Indonesia. Dari
artefak yang ditemukan di Yunan, tampak bahwa sekitar 3000 SM, masyarakat di wilayah itu
telah mengenal cocok tanam.
Kemudian, masyarakat Yunan melakukan migrasi ke daerah sekitar Teluk Tonkin,
sebelah utara Vietnam. Di tempat itu mereka mengembangkan kebudayaan bercocok tanam. Dari
tempat itu, mereka melakukan migrasi ke Kepulauan Indonesia. Migrasi dilakukan secara
bergelombang. Gelombang yang satu dengan yang berikut bejarak waktu lebih dan 1000 tahun.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Nenek moyang bangsa Indonesia datang ke nusnatara melalui dua jalur yakni jalur barat
dan timur.Migrasi jalur barat di lakukan dari yunan ke semenanjung Malaysia, Kalimantan,
menuju Jawa dan Nusa Tenggara. Penyebaran jalur timur di mulai dari Teluk Tonkin menyusuru
pantai asia timur menuju Taiwan , Filipina, Sulawesi, Maluku, papua, sampai australia . Mereka
datang secara bergelombang, gelombang pertama adalah bangsa prota melayu yang datang
membawa kebudayaan kapak persegi dan kapal bercadik satu. Gelombang kedua adalah bangsa
deutro melayu yang datang membawa kebudayaan kapak lonjong dan kapal bercadik dua.
Sebelum kedua bangsa melayu tersebut datang ke nusantara da beberapa suku primitive
yang sudah terlebih dahulu menetap di nusantara.
Oleh karna itu saat bengsa melayu datang ke nusantara meraka melakukan proses kawin
mengawin dangan suku asli yang sudah mendiami nusantara terlebih dahulu. Karna itu bangsa
Indonesia sekarang adalah turunan dari bangsa deutro melayu, prota melau, bangsa Melanesia
dan bangsa primitive yang dulu mendiami nusantara.
Dan padasaat itu keadaan geografis Indonesia yang luas memaksa mereka untuk tinggal
terpencar di seluruh wilayah nusantara yang sangat luas. Sehingga mereka hidup sacara terisolasi
dari suku bangsa yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
http://fitrinuraenialhafidza.wordpress.com/2013/02/19/makalah-asal-usul-penyebaran-dan-
pengaruh-nenek-moyang-bangsa-indonesia/
http://www.artikelsiana.com/2014/09/persebaran-nenek-moyang-bangsa-Indonesia.html#_
Mustafa Shodiq . 2006. Wawasan Sejarah 1 Indonesia dan Dunia. Solo : Tiga Serangkai
Mustopo Habib. 2007. Sejarah 1. Jakarta : Yudhistira