Anda di halaman 1dari 23

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat, rahmat dan karunia Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Model dan Metode Pembelajaran” tepat
pada waktunya. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah
Inovasi Pendidikan. Isi dari makalah ini adalah pengetahuan tentang Model dan Metode
Pembelajaran.
Makalah ini sudah saya susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya menyampaikan
terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari segala hal tersebut, saya sadar sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan maupun tata bahasanya. Oleh karenanya, saya lapang dada menerima
segala saran dan kritik dari pembaca dan saya agar saya dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata saya berharap semoga makalah tentang lidah buaya untuk kulit kering ini bisa
memberi manfaat ataupun inspirasi untuk pembaca.

Pekanbaru, 19 September 2019

Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar belakang
2. Rumusan masalah
3. Tujuan Penulisan
BAB II Pembahasan
1. Model Pembelajaran Sesuai Kurikulum 2013
2. Pengalaman Belajar yang Akan Didapatkan Peserta Didik
3. Pembelajaran Kooperatif
4. Contoh Inovasi Dalam Pembelajaran

BAB III Penutup


1. Kesimpulan
2. Saran
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar. Lingkungan belajar merupakan suatu sistem yang
terdiri dari unsur tujuan, bahan pelajaran, alat, siswa dan guru. Semua unsur atau
komponen tersebut saling berkaitan, saling mempengaruhi dan semuanya berfungsi
dengan berorientasi pada tujuan. Seperti kita ketahui bahwa tugas guru ialah mengajar
yang berarti membelajarkan siswa untuk mencapai tujuan tertentu atau kompetensi.
Tujuan atau kompetensi itu telah dirumuskan dalam kurikulum yang berfungsi sebagai
pedoman pelaksanaan proses pembelajaran.
Dalam mengajar diperlukan suatu variasi. Dalam pengembangan variasi mengajar
tentu saja tidak sembarangan tetapi ada tujuan yang hendak dicapai. Selain itu metode
mengajar juga diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar. Metode mengajar adalah
suatu cara atau jalan yang harus dilalui di dalam mengajar. Metode mengajar
mempengaruhi belajar, metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi
belajar siswa yang tidak baik pula. Didalam proses belajar mengajar tercakup komponen,
pendekatan dan berbagai metode pengajaran yang dikembangkan dalam proses tersebut.

Tujuan utama diselenggarakannya proses belajar adalah demi tercapainya tujuan


pembelajaran. Dan tujuan tersebut utamanya adalah keberhasilan siswa dalam belajar
dalam rangka pendidikan baik dalam suatu mata pelajaran maupun pendidikan pada
umumnya. Jika guru terlibat didalamnya dengan segala macam metode yang
dikembangkannya maka yang berperan sebagai pelajar atau individu yang belajar. Usaha-
usaha guru dalam proses tersebut utamanya adalah membelajarkan siswa agar tujuan
khusus maupun umum proses belajar itu tercapai.

Berdasarkan dari paparan di atas, maka tulisan ini dirasa perlu untuk membahas
mengenai model dan metode dalam pembelajaran.
2. Rumusan Masalah

1) Bagaimana model pembelajaran k13 yang disarankan?


2) Bagaimana pengalaman belajar yang akan didapatkan peserta didik?
3) Apakah pembelajaran kooperatif itu?
4) Bagaimana inovasi dalam pembelajaran itu?

3. Tujuan Penulisan

1) Untuk mengetahui bagaimana model pembelajaran yang disarankan untuk K13


2) Untuk mengetahui apa saja pengalaman yang akan didapatkan peserta didik
3) Untuk mengetahui apa itu pembelajaran kooperatif
4) Untuk mengetahui apa contoh dari inovasi pembelajaran
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Model Pembelajaran Sesuai Kurikulum K13

a. Discovery Learning
Metode pembelajaran discovery (penemuan) adalah metode mengajar yang
mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan
yang sebelumnya belum diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan, sebagian
atau seluruhnya ditemukan sendiri. Dalam pembelajaran discovery (penemuan)
kegiatan atau pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat
menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri.
Dalam menemukan konsep, siswa melakukan pengamatan, menggolongkan,
membuat dugaan, menjelaskan, menarik kesimpulan dan sebagainya untuk
menemukan beberapa konsep atau prinsip.
Metode discovery diartikan sebagai prosedur mengajar yang mementingkan
pengajaran perseorang, memanipulasi objek sebelum sampai pada generalisasi.
Sedangkan Bruner menyatakan bahwa anak harus berperan aktif didalam belajar.
Lebih lanjut dinyatakan, aktivitas itu perlu dilaksanakan melalui suatu cara yang
disebut discovery. Discovery yang dilaksanakan siswa dalam proses belajarnya,
diarahkan untuk menemukan suatu konsep atau prinsip.
Discovery ialah proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan
suatu konsep atau prinsip. Proses mental yang dimaksud antara lain: mengamati,
mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan,
mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya. Dengan teknik ini siswa dibiarkan
menemukan sendiri atau mengalami proses mental sendiri, guru hanya
membimbing dan memberikan intruksi. Dengan demikian pembelajaran discovery
ialah suatu pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental
melalui tukar pendapat, dengan berdiskusi, membaca sendiri dan mencoba sendiri,
agar anak dapat belajar sendiri.
Metode pembelajaran discovery merupakan suatu metode pengajaran yang
menitikberatkan pada aktifitas siswa dalam belajar. Dalam proses pembelajaran
dengan metode ini, guru hanya bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator yang
mengarahkan siswa untuk menemukan konsep, dalil, prosedur, algoritma dan
semacamnya.
Tiga ciri utama belajar menemukan yaitu: (1) mengeksplorasi dan
memecahkan masalah untuk menciptakan, menggabungkan dan menggeneralisasi
pengetahuan; (2) berpusat pada siswa; (3) kegiatan untuk menggabungkan
pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah ada.
Blake etal membahas tentang filsafat penemuan yang dipublikasikan oleh
Whewell. Whewell mengajukan model penemuan dengan tiga tahap, yaitu: (1)
mengklarifikasi; (2) menarik kesimpulan secara induksi; (3) pembuktian kebenaran
(verifikasi).
Langkah-langkah pembelajaran discovery adalah sebagai berikut:
1.Identifikasi kebutuhan siswa;
2.Seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian konsep dan
generalisasi pengetahuan;
3.Seleksi bahan, problema/ tugas-tugas;
4.Membantu dan memperjelas tugas/ problema yang dihadapi siswa serta peranan
masing-masing siswa;
5.Mempersiapkan kelas dan alat-alat yang diperlukan;
6.Mengecek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan dipecahkan;
7.Memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan penemuan;
8.Membantu siswa dengan informasi/ data jika diperlukan oleh siswa;
9.Memimpin analisis sendiri (self analysis) dengan pertanyaan yang mengarahkan
dan mengidentifikasi masalah;
10.Merangsang terjadinya interaksi antara siswa dengan siswa;
11.Membantu siswa merumuskan prinsip dan generalisasi hasil penemuannya.
Salah satu metode belajar yang akhir-akhir ini banyak digunakan di sekolah-
sekolah yang sudah maju adalah metode discovery. Hal ini disebabkan karena
metode ini:
(1) Merupakan suatu cara untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif;
(2) Dengan menemukan dan menyelidiki sendiri konsep yang dipelajari, maka hasil
yang diperoleh akan tahan lama dalam ingatan dan tidak mudah dilupakan siswa;
(3) Pengertian yang ditemukan sendiri merupakan pengertian yang betul-betul
dikuasai dan mudah digunakan atau ditransfer dalam situasi lain;
(4) Dengan menggunakan strategi discovery anak belajar menguasai salah satu
metode ilmiah yang akan dapat dikembangkan sendiri;
(5) Siswa belajar berpikir analisis dan mencoba memecahkan problema yang
dihadapi sendiri, kebiasaan ini akan ditransfer dalam kehidupan nyata.
Beberapa keuntungan belajar discovery yaitu: (1) pengetahuan bertahan lama
dan mudah diingat; (2) hasil belajar discovery mempunyai efek transfer yang lebih
baik dari pada hasil lainnya; (3) secara menyeluruh belajar discovery meningkatkan
penalaran siswa dan kemampuan untuk berpikir bebas. Secara khusus belajar
penemuan melatih keterampilan-keterampilan kognitif siswa untuk menemukan dan
memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain.
Selain memiliki beberapa keuntungan, metode discovery (penemuan) juga
memiliki beberapa kelemahan, diantaranya membutuhkan waktu belajar yang lebih
lama dibandingkan dengan belajar menerima. Untuk mengurangi kelemahan tersebut
maka diperlukan bantuan guru. Bantuan guru dapat dimulai dengan mengajukan
beberapa pertanyaan dan dengan memberikan informasi secara singkat. Pertanyaan
dan informasi tersebut dapat dimuat dalam Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
yang telah dipersiapkan oleh guru sebelum pembelajaran dimulai.

b. Problem Based Learning


1.Pengertian
Problem Based Learning Problem Based Learning (pembelajaran berbasis
masalah) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia
nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berfikir kritis dan
keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep
yang esensial dari materi pelajaran. Pembelajaran berbasis masalah digunakan untuk
merangsang berfikir tingkat tinggi dalam situasi berorientasi masalah, termasuk
didalamnya belajar bagaimana belajar. Peran guru dalam pembelajaran berbasis
masalah adalah menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan, dan memfasilitasi
penyelidikan dan dialog.
Problem Based Learning merupakan suatu model pembelajaran yang
melibatkan siswa untuk memecahkan masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah
sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah
tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah. Problem
Based Learning merupakan proses pembelajaran yang titik awal pembelajaran
berdasarkan masalah dalam kehidupan nyata dan kemudian dari masalah ini siswa
dirangsang untuk mempelajari masalah ini berdasarkan pengetahuan dan pengalaman
baru.
2. Tujuan Model Pembelajaran Problem Based Learning Departemen Pendidikan
Nasional (2003)
Pembelajaran berbasis masalah membuat siswa menjadi pembelajar yang
mandiri, artinya ketika siswa belajar, maka siswa dapat memilih strategi belajar yang
sesuai, terampil menggunakan strategi tersebut untuk belajar dan mampu mengontrol
proses belajarnya, serta termotivasi untuk menyelesaikan belajarnya itu. Dari
pengertian ini, dikatakan bahwa tujuan utama pembelajaran berbasis masalah adalah
untuk menggali daya kreativitas siswa dalam berpikir dan memotivasi siswa untuk
terus belajar. Muslimin Ibrahim (2000:7) Pembelajaran berdasarkan masalah tidak
dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada
siswa, akan tetapi pembelajaran berbasis masalah dikembangkan untuk membantu
siswa mengembangkan kemampuan berfikir, pemecahan masalah, dan keterampilan
intelektual, belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam
pengalaman nyata atau simulasi dan menjadi pembelajar yang mandiri. Dari
pengertian ini kita dapat mengetahui bahwa pembelajaran berbasis masalah ini
difokuskan untuk perkembangan belajar siswa, bukan untuk membantu guru
mengumpulkan informasi yang nantinya akan diberikan kepada siswa saat proses
pembelajaran.
3. Karakteristik Problem Based Learning
Belajar dimulai dengan satu masalah,memastikan bahwa masalah tersebut
berhubungan dengan dunia nyata siswa,mengorganisasikan pelajaran seputar
masalah, bukan seputar disiplin ilmu,memberikan tanggung jawab yang besar kepada
siswa dalam membentuk dan menjalankan secara langsung proses belajar mereka
sendiri,menggunakan kelompok kecil,menuntut siswa untuk mendemonstrasi-kan
yang telah mereka pelajari dalam bentuk produk atau kinerja.
4.Kriteria Pemilihan Bahan Pembelajaran Berbasis Masalah
Bahan pelajaran harus mengandung isu-isu yang mengandung konflik yang
bisa bersumber dari berita,rekaman,video dan lain sebagainya.Bahan yang dipilih
adalah bahan yang bersifat familiar dengan siswa, sehingga setiap siswa dapat
mengikutinya dengan baik.Bahan yang dipilih merupakan bahan yang berhubungan
dengan kepentingan orang banyak,sehingga terasa manfaatnya.Bahan yang dipilih
adalah bahan yang mendukung tujuan atau kompetensi yang harus dimiliki oleh
siswa sesuai dengan kurikulum yang berlaku.Bahan yang dipilih sesuai dengan minat
siswa sehingga setiap siswa merasa perlu untuk mempelajarinya.
5. Prinsip-prinsip Pembelajaran Problem Based Learning
Belajar adalah proses konstruktif dan bukan penerimaan. Pembelajaran
tradisional didominasi oleh pandangan bahwa belajar adalah penuangan pengetahuan
ke kepala pembelajar. Kepala pembelajar dipandang sebagai kotak kosong yang siap
diisi melalui repetisi dan penerimaan. Pengajaran lebih diarahkan untuk
penyimpanan informasi oleh pembelajar pada memorinya seperti menyimpan buku-
buku di perpustakaan. Pemanggilan kembali informasi bergantung pada kualitas
nomer panggil(call number) yang digunakan dalam mengklasifikasikan informasi.
Namun, psikologi kognitif modern menyatakan bahwa memori merupakan struktur
asosiatif. Pengetahuan disusun dalam jaringan antar konsep, mengacu pada jalinan
semantik. Ketika belajar terjadi informasi baru digandengkan pada jaringan informasi
yang telah ada. Jalinan semantik tidak hanya menyangkut bagaimana menyimpan
informasi, tetapi juga bagaimana informasi itu diinterpretasikan dan dipanggil.
Knowing About Knowing (metakognisi) Mempengaruhi Pembelajaran.
Prinsip kedua yang sangat penting adalah belajar adalah proses cepat, bila
pebelajar mengajukan keterampilan-keterampilan self monitoring, secara umum
mengacu pada metakognisi (Bruer, 1993 dalam Gijselaers, 1996). Metakognisi
dipandang sebagai elemen esensial keterampilan belajar seperti setting tujuan (what
am I going to do), strategi seleksi (how am I doing it),dan evaluasi tujuan (did it
work).
Keberhasilan pemecahan masalah tidak hanya bergantung pada pemilikan
pengetahuan konten (body of knowledge), tetapi juga penggunaan metode
pemecahan masalah untuk mencapai tujuan. Secara khusus keterampilan
metakognitif meliputi kemampuan memonitor prilaku belajar diri sendiri, yakni
menyadari bagaimana suatu masalah dianalisis dan apakah hasil pemecahan masalah
masuk akal.
6. Implementasi Problem Based Learning (PBL)
PBL merupakan model pembelajaran yang berorientasi pada kerangka kerja
teoritik konstruktivisme. Dalam model PBL, fokus pembelajaran ada pada masalah
yang dipilih sehingga siswa tidak saja mempelajari konsep-konsep yang
berhubungan dengan masalah tetapi juga metode ilmiah untuk memecahkan masalah
tersebut. Oleh sebab itu, siswa tidak saja harus memahami konsep yang relevan
dengan masalah yang menjadi pusat perhatian tetapi juga memperoleh pengalaman
belajar yang berhubungan dengan ketrampilan menerapkan metode ilmiah dalam
pemecahan masalah dan menumbuhkan pola berpikir kritis.

PBL dapat dimulai dengan mengembangkan masalah yang:


a) menangkap minat siswa dengan menghubungkannya dengan isue di dunia
nyata;
b) menggambarkan atau mendatangkan pengalaman dan belajar siswa
sebelumnya;
c) memadukan isi tujuan dengan ketrampilan pemecahan masalah;
d) membutuhkan kerjasama, metode banyak tingkat (multi-staged method) untuk
menyelesaikannya; dan
e) mengharuskan siswa melakukan beberapa penelitian independent untuk
menghimpun atau memperoleh semua informasi yang relevan dengan masalah
tersebut.
7. Kelebihan
a) Menantang kemampuan siswa
b) Meningkatkan motivasi dan aktivitas pembelajaran yang aktif
c) Mengembangkan pengetahuan baru
d) Mengembangkan minat siswa
8. Kekurangan

a) Niat siswa yang minim untuk memecahkan masalah


b) Siswa beranggapan bahwa tanpa pemahaman mengenai materi yang
diperlukan untuk menyelesaikan masalah mengapa mereka harus
menyelesaikan masalah tersebut.

3. Project Based Learning


1. Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)
Proyek adalah tugas yang kompleks, berdasarkan tema yang menan tang,
yang melibatkan siswa dalam mendesain, memecahkan masalah, mengambil
keputusan, atau kegiatan investigasi; memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bekerja dalam periode waktu yang telah dijadwalkan dalam menghasilkan produk
(Thomas, Mergendoller, and Michaelson, 1999).
Proyek sebagai media dalam proses pembelajaran untuk mencapai
kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan. Penekanan pembelajaran terletak
pada aktivitas-aktivitas siswa untuk menghasilkan produk dengan menerapkan
keterampilan meneliti, menganalisis, membuat, sampai dengan mempresentasikan
produk pembelajaran berdasarkan pengalaman nyata. Produk yang dimaksud adalah
hasil Proyek berupa barang atau jasa dalam bentuk desain, skema, karya tulis, karya
seni, karya teknologi/prakarya, dan lain-lain. Melalui penerapan Pembelajaran
Berbasis Proyek, siswa akan berlatih merencanakan, melaksanakan kegiatan sesuai
rencana dan menampilkan atau melaporkan hasil kegiatan.
Bentuk aktivitas proyek terdiri dari : (1) Proyek produksi yang meli batkan
penciptaan seperti buletin, video, program radio, poster, laporan tertulis, esai, foto,
surat-surat, buku panduan, brosur, menu banquet, jadwal perjalanan, dan
sebagainya; (2) Proyek kinerja seperti pementasan, presentasi lisan, pertunjukan
teater, pameran makanan atau fashion show ; (3) Proyek organisasi seperti
pembentukan klub, kelompok diskusi, atau program-mitra percakapan. Lebih lanjut,
menurut Fried-Booth (2002) ada dua jenis proyek yaitu (1) Proyek skala kecil atau
sederhana yang hanya menghabiskan dua atau tiga pertemuan. Proyek ini hanya
dilakukan di dalam kelas; (2) Proyek skala penuh yang membutuhkan kegiatan yang
rumit di luar kelas untuk menyelesaikannya dengan rentang waktu lebih panjang.
Pengertian metode atau Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based
Learning = PBL) adalah metode pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan
sebagai media. Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis,
dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar.
2. Contoh Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning / PBL)
Melalui Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning=PBL),
proses inquiry dimulai dengan memunculkan pertanyaan penuntun (a guiding
question) dan membimbing peserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang
mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam kurikulum. Pada saat pertanyaan
terjawab, secara langsung peserta didik dapat melihat berbagai elemen utama sekaligus
berbagai prinsip dalam sebuah disiplin yang sedang dikajinya.
Mengingat bahwa masing-masing peserta didik memiliki gaya belajar yang
berbeda, maka Pembelajaran berbasis proyek memberikan kesempatan kepada para
peserta didik untuk menggali konten (materi) dengan menggunakan berbagai cara
yang bermakna bagi dirinya, dan melakukan eksperimen secara kolaboratif.
Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan investigasi mendalam tentang sebuah topik
dunia nyata, hal ini akan berharga bagi atensi dan usaha peserta didik.
Pembelajaran berbasis proyek dapat dikatakan sebagai operasionalisasi konsep
“Pendidikan Berbasis Produksi” yang dikembangkan di Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK). SMK sebagai institusi yang berfungsi untuk menyiapkan lulusan untuk
bekerja di dunia usaha dan industri harus dapat membekali peserta didiknya dengan
“kompetensi terstandar” yang dibutuhkan untuk bekerja dibidang masing-masing.
Dengan pembelajaran “berbasis produksi” peserta didik di SMK diperkenalkan dengan
suasana dan makna kerja yang sesungguhnya di dunia kerja. Dengan demikian model
pembelajaran yang cocok untuk SMK adalah pembelajaran berbasis proyek.
3.Karakteristik Pembelajaran Berbasis Proyek
a. Peserta didik membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja
b. Adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada peserta didik
c. Peserta didik mendesain proses untuk menentukan solusi atas permasalahan atau
tantangan yang diajukan
d. Peserta didik secara kolaboratif bertanggungjawab untuk mengakses dan
mengelola informasi untuk memecahkan permasalahan
e. Proses evaluasi dijalankan secara kontinyu
f. Peserta didik secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang sudah
dijalankan
g. Produk akhir aktivitas belajar akan dievaluasi secara kualitatif, dan
h. Situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan perubahan.

4. Kelebihan Dan Kekurangan Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based


Learning)
a. Kelebihan / Keuntungan Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based
Learning)
a) Meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar, mendorong
kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan penting, dan mereka perlu
untuk dihargai.
b) Membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-
problem yang kompleks.
c) Meningkatkan kolaborasi.
d) Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan mempraktikkan
keterampilan komunikasi.
e) Memberikan pengalaman kepada peserta didik pembelajaran dan praktik dalam
mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain
seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
f) Melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil informasi dan
menunjukkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan dengan
dunia nyata.
g) Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga peserta didik
maupun pendidik menikmati proses pembelajaran

b. Kelemahan Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)


a) Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah.
b) Membutuhkan biaya yang cukup banyak.
c) Banyak instruktur yang merasa nyaman dengan kelas tradisional, di mana
instruktur memegang peran utama di kelas.
d) Banyaknya peralatan yang harus disediakan.
e) Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan
informasi akan mengalami kesulitan.
f) Ada kemungkinan peserta didik yang kurang aktif dalam kerja kelompok.
g) Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok berbeda,
dikhawatirkan peserta didik tidak bisa memahami topik secara keseluruhan
c. Prinsip-Prinsip Pembelajaran pada Pembelajaran Berbasis Proyek
Prinsip-prinsip Pembelajaran Berbasis Proyek adalah sebagai berikut.
a. Pembelajaran berpusat pada siswa yang menggunakan tugas-tugas proyek pada
kehidupan nyata untuk memperkaya pembelajaran.
b. Tugas Proyek menekankan pada kegiatan penyelesaian proyek berasarkan suatu
tema atau topik yang telah ditentukan dalam pembelajaran.
c. Tema atau topik yang dibelajarkan dapat dikembangkan dari suatu kompetensi
dasar tertentu atau gabungan beberapa kompetensi dasar dalam suatu mata
pelajaran, atau gabungan beberapa kompetensi dasar antar mata pelajaran. Oleh
karena itu, tugas proyek dalam satu semester dibolehkan hanya satu penugasan
dalam suatu mata pelajaran.
d. Penyelidikan atau eksperimen dilakukan secara otentik dan menghasilkan
produk nyata. Produk tersebut selanjutnya dikomunikasikan untuk mendapat
tanggapan dan umpan balik untuk perbaikan produk.
e. Pembelajaran dirancang dalam pertemuan tatap muka dan tugas mandiri dalam
fasilitasi dan monitoring oleh guru. Pertemuan tatap muka dapat dilakukan di awal
pada langkah penentuan proyek dan di akhir pembelajaran pada penyusunan
laporan dan presentasi/publikasi hasil proyek, serta evaluasi proses dan hasil
proyek.
d. Langkah langkah pelaksanaan Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based
Learning)
1. Penentuan pertanyaan mendasar (Start With the Essential Question).
2. Mendesain perencanaan proyek (Design a Plan for the Project.
3. Menyusun jadwal (Create a Schedule)
4. Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek (Monitor the Students and the
Progress of the Project)
5. Menguji hasil (Assess the Outcome)
6. Mengevaluasi pengalaman (Evaluate the Experience)

e. Tujuan Pembelajaran Berbasis Proyek


1. Memperoleh pengetahuan dan ketrampilan baru dalam pembelajaran
2. Meningkatkan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah proyek
3. Membuat siswa lebih aktif dalam memecahkan masalah proyek yang kompleks
dengan hasil produk nyata berupa barang atau jasa
4. Mengembangkan dan meningkatkan keterampilan ssiwa dalam mengelola
sumber/bahan/alat untuk menyelesaikan tugas/proyek;
5. Meningkatkan kolaborasi siswa khususnya pada Pembelajaran Ber basis Proyek
yang bersifat kelompok.

2.2 Pengalaman Belajar yang Akan Didapatkan Peserta Didik


Pengalaman Belajar dari beberapa model pembelajaran
A. Model Discovery Learning
1. Peserta didik dapat memulai belajar mandiri sehingga situasi belajar mengajar dari
TCL menjadi SCL.
2. Peserta didik tersebut dapat mempelajari makna dari bekerja dengan kelompok
3. Peserta didik tersebut juga dapat mempejari tata cara pengolaan emosi, karena pada
umumnya model discovery learning dilakukan dengan cara kerja kelompok
4. Peserta didik juga dapat memahami makna dari pengalaman yang ia dapat selama
proses pembelajaran, misalnya saat peserta didik tersebut sedang melakukan
eksperimen nyala api yang awalnya ia mengetahui api itu hanya berwarna kuning tapi
setelah saat ia melakukan eksperimen ia menyimpulkan tidak selamanya api berwarna
kuning tapi ada api yang berwarna merah, biru, hijau dan bahkan berwarna putih
tergantung dari apa yang dibakar, disini peserta didik dapat memaknai bahwa didunia
ini setiap hal pasti memiliki perbedaan walaupun sebenarnya hal tersebut terlihat
sama.
B. Problem Based Learning
1. Pengalaman belajar yang dapat diambil dari problem based learning adalah siswa
tersebut dapat lebih aktif dan teliti dalam melihat dan memecahkan masalah yang
terjadi disekitar diri dan lingkungan peserta didik tersebut
2. Peserta didik tersebut lebih kritis mengenai permasalahan yang ada, tidak langsung
menyimpulkan
3. Peserta didik tersebut dapat memahami arti dari sebuah kerja sama dalam kelompok,
saling menghargai dan tidak mencela pendapat orang, walaupun sebenarnya pendapat
orang tersebut salah
C. Project Based Learning
1. Pengalaman belajar yang didapat dari project based learning ialah peserta didik
tersebut dapat memuculkan rasa percaya diri dalam dirinya karena pada model project
based learning peserta didik diminta untuk membuat sebuah keputusan dari suatu
permasalahan yang ingin ia pecahkan.
2. Dapat memunculkan rasa tanggung jawab dalam diri peserta didik dalam menyikapi
suatu hal, dan diharapkan setelah pembelajaran selesai peserta didik dapat
mengimplementasikan pengalaman yang ia dapat kan diluar lingkup pembelajaran.
3. Dalam project based learning peserta didik juga dituntut untuk dapat cakap dalam
berkomunikasi, karena ia akan melakukan suatu proyek dengan orang lain,
pengalaman belajar yang didapat adalah peserta didik dapat mengetahui tata cara
bahasa dan cakap untuk berkomunikasi dengan orang yang lebih muda, seumuran,
atau yang lebih tua.

2.3 Pembelajaran Kooperatif

Cooperative Learning
Pembelajaran kooperatif adalah strategi pengajaran yang sukses di mana tim
kecil, masing-masing dengan siswa dari tingkat kemampuan yang berbeda,
menggunakan berbagai aktivitas belajar untuk meningkatkan pemahaman mereka
tentang suatu subjek. Setiap anggota tim bertanggung jawab tidak hanya untuk belajar
apa yang diajarkan tetapi juga untuk membantu rekan belajar, sehingga menciptakan
suasana prestasi bersama-sama.

a) Kelebihan Cooverative Learning


Kelebihan pembelajaran kooperatif dilihat dari aspek siswa, yaitu memberi
peluang kepada siswa agar mengemukakan dan membahas suatu pandangan,
pengalaman, yang diperoleh siswa belajar secara bekerja sama dalam merumuskan ke
arah satu pandangan kelompok. Dengan melaksanakan model pembelajaran cooperative
learning, siswa memungkinkan dapat meraih keberhasilan dalam belajar, di samping itu
juga bisa melatih siswa untuk memiliki keterampilan, baik keterampilan berpikir
(thinking skill) maupun keterampilan sosial (social skill) seperti keterampilan untuk
mengemukakan pendapat, menerima saran dan masukan dari orang lain, bekerjasama,
rasa setia kawan, dan mengurangi timbulnya perilaku yang menyimpang dalam
kehidupan kelas. Model pembelajaran ini memungkinkan siswa untuk mengembangkan
pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan secara penuh dalam suasana belajar yang
terbuka dan demokratis. Siswa bukan lagi sebagai objek pembelajaran namun bisa juga
berperan sebagai tutor bagi teman sebayanya. Selanjutnya menurut Lie, Anita (2000),
siswa yang belajar dengan mengunakan metode pembelajaran koperatif akan memiliki
motivasi yang tinggi karena didorong dan didukung dari rekan sebaya. Cooperative
learning juga menghasilkan peningkatan kemampuan akademik, meningkatkan
kemampuan berpikir kritis, membentuk hubungan persahabatan, menimba berbagai
informasi, belajar menggunakan sopan-santun, rneningkatkan motivasi siswa
memperbaiki sikap terhadap sekolah dan belajar mengurangi tingkah laku yang kurang
baik, serta membantu siswa dalam menghargai pokok pikran orang lain

Melalui model cooperative learning siswa dapat memperoleh pengetahuan,


kecakapan sebagai pertimbangan untuk berpikir dan menentukan serta berbuat dan
berpartisipasi sosial. Siswa yang bersama-sama bekerja dalam kelompok akan
menimbulkan persahabatan yang akrab, yang terbentuk dikalangan siswa. ternyara
sangat berpengaruh pada tingkah laku atau kegiatan masing-masing secara individual.
Kerjasama antar siswa dalam kegiatan belajar menurut Menurut Syah (2002) dapat
memberikan berbagai pengalaman.

Mereka lebih banyak mendapatkan kesempatan berbicara, inisiatif, menentukan


pilihan dan secara umum mengembangkan kebiasaan yang baik. Kelebihan yang
diperoleh dalam pembelajaran ini adalah sebagai berikut :
1) Saling ketergantungan yang positif
2). Adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu
3) Siswa dilibatkan daiam perencanaan dan pengelolaan kelas
4) Suasana kelas yang rileks dan menyenanakan
5) Terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dengan guru
6) Memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman emosi
yang menyenangkan.

b) Kekurangan Cooperative Learning.

Kekurangan model pembelajaran cooperative learning bersumber pada dua


faktor yaitu faktor dari dalam (intern) dan faktor dari luar (ekstern). Faktor dari dalam
yaitu sebagai berikut:
1) Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, disamping itu memerlukan
lebih banyak tenaga, pemikran dan waktu
2) Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan
fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai
3) Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan topik
permasalahan yang sedang dibahas meluas. Sehingga banyak yang tidak sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan
4) Saat diskusi kelas, terkadang didominasi oleh seseorang, hal ini mengakibatkan siswa
yang lain menjadi pasif
Faktor dari luar erat kaitannya dengan kebijakan pemerintah yaitu padamya
kurikulum pembelajaran sejarah, selain itu pelaksanaan tes yang terpusat seperti
UN/UAS sehingga kegiatan belajar mengajar di kelas cenderung dipersiapkan untuk
keberhasilan perolehan UN/UAS.

2.4 Contoh Inovasi dalam Pembelajaran

EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN “KAPRA” PADA MATERI KESETIMBANGAN


KIMIA DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI IPA SMA
KAPRA yaitu Kaitkan (K), Alami (A), Pikirkan (P), Rundingkan (R) dan
Aplikasikan (A). Model pembelajaran ini menekankan pada aktivitas siswa yang
diformulasikan dari teori konstruktivisme, pendekatan inkuiri dan pendekatan kontekstual.
Tujuan penelitian adalah untuk mengkaji keefektifan model KAPRA pada materi
kesetimbangan kimia dalam meningkatkan prestasi belajar siswa Penelitian ini
menggunakan rancangan eksperimental semu pretes-pascates. Data dikumpulkan dengan tes
prestasi belajar dan observasi selanjutnya dianalisis secara statistik dan deskriptif. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa proses pembelajaran di kelas ekperimen dan kontrol
terlaksana dengan baik; model pembelajaran KAPRA lebih efektif dalam meningkatkan
prestasi belajar siswa dibandingkan dengan metode konvensional dan model pembelajaran
KAPRA memberi pengaruh paling kuat pada kelompok konsep kesetimbangan dinamis.
(Susanti, 2011)
PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN METODE TEAMS GAMES TOURNAMENTS (TGT)
MENGGUNAKAN MEDIA ANIMASI DAN KARTU DITINJAU DARI KEMAMPUAN
MEMORI DAN GAYA BELAJAR SISWA
Dalam penelitian yang dilakukan di SMK MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA tahun
pelajaran 2012/2013. Dalam penelitian ini pemilihan sampel dilakukan secara acak yaitu
kelas XI TKR D diberi metode pembelajaran TGT menggunakan media kartu dan kelas XI
TKR E diberi metode pembelajaran TGT menggunakann media animasi. Adapun
kesimpulan pada penelitian ini adalah:
1. Metode pembelajaran TGT menggunakan media animasi dan kartu dapat diterapkan pada
materi konsep reaksi redoks
2. Kemampuan memori memberikan kontibusi positif terhadap prestasi belajar peserta
didik.
3. Metode pembelajaran TGT menggunakan media animasi lebih tepat digunakan pada
peserta didik yang memiliki kemampuan memori rendah (Desstya,2012)
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Model, pendekatan, strategi dan metode mengajar sangat penting dikuasai oleh
seorang guru untuk mencapai pembelajaran yang optimal. Materi yang sulit bisa
menjadi mudah, materi yang kurang menarik bisa menjadi menarik bila guru mampu
menggunakan model, pendekatan, strategi dan metode pembelajaran yang baik dan
menyenangkan. Oleh karenanya, para guru haruslah berupaya merancang model,
pendekatan, strategi dan metode pembelajaran yang baik dan menyenangkan dalam
pembelajaran.
Model pembelajaran adalah pola interaksi siswa dengan guru di dalam
kelas yang menyangkut strategi, pendekatan, metode dan teknik pembelajaran yang
diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas. Model pembelajaran
terdiri dari: model pembelajaran kooperatif dan model pembelajaran teman sebaya.
Seorang guru harus mampu membuat inovasi-inovasi dalam model
ataupun metode-metode yang akan diterapkannya nanti kepada peserta didik, untuk
memotivasi si peserta didik dalam belajar. Menjadikan belajar menjadi lebih
menyenangkan, dan dapat merubah pola pikir peserta didik yang mengatakan bahwa
kimia itu sulit, kimia itu rumit. Para guru harus mampu merubah stigma tersebut
menjadi Kimia Itu Seru dan Menyenangkan.
DAFTAR PUSTAKA

Alexander, D. (2000). The learning that lies between play and academics in afterschool
programs. National Institute on Out-of-School Time. Retrieved from
http://www.niost.org/Publications/papers.
Desstya, anatri , Dkk. 2012. “Pembelajaran Kimia Dengan Metode Teams Games Tournaments
(Tgt) Menggunakan Media Animasi Dan Kartu Ditinjau Dari Kemampuan Memori Dan
Gaya Belajar Siswa”, Jurnal inkuiri 1(III) : 177-182
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Modul Pelatihan Kurikulum 2013,
Jakarta:Kemdikbud
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2016). Modul Pelatihan Kurikulum 2013,
Jakarta:Kemdikbud.
Markham, T. (2003). Project-Based Learning Handbook (2nd ed.). Novato, CA: Buck Institute
for Education
Nasution.Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Dan Mengajar. Bumi
Aksara.1982.Bandung.
Sadirman A.M. Interaksi dan motivasi belajar mengajar.Pt RajagrafindoPersada.2006.Jakarta.
Susanti, Reni, Dkk. 2011. “Efektifitas Model Pembelajaran “Kapra” Pada Materi Kesetimbangan
Kimia Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas Xi Ipa Sma”.
MALANG:Universitas Negeri Malang.
Prof,dr. Nana Syaodih Sukmadinata.Landasan Psikologi Proses Pendiddika.Pt Remaja
Rosdakarya.2005 Bandung.

Anda mungkin juga menyukai