disusun oleh :
KELOMPOK 1 :
i
KATA PENGANTAR
Seraya mengucapkan Alhamdulillah, segala puji serta syukur kami sampaikan kehadirat Ilahi
Rabbi, atas segala kenikmatan dan kekuatan-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Sholawat serta salam kami sampaikan kepada baginda Nabi Muhammad SAW yang telah
membimbing kita menuju masa yang penuh dengan kedamaian.
Keberhasilan penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan beberapa pihak, untuk itu kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar -- besarnya kepada :
Bapak Prof. Dr. H. Babun Suharto,SE.,MM selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri Jember
Ahmad Fauzi S.Pd., M.E.I,selaku dosen mata kuliah Dasar-dasar Ekonomi Islam
Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu-persatu, terima kasih atas bantuannya.
Kami menyadari akan kekurangan dalam penulisan dan penyusunan makalah ini. Kritik dan
saran yang membangun, sangat kami harapkan dari pembaca. Akhirnya semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak, umumnya bagi pembaca, dan khususnya bagi penyusun.
Penyusun,
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sebelum agama islam masuk ke Indonesia, berbagai macam agma dan kepercayaan
seperti Animisme, Dinamisme, Hindu, dan Budha telah dianut oleh masyarakat Indonesia.
Islam merupakan agama terbesar di dunia. Penganutnya terus-menerus mengalami
peningkatan dan perkembangan yang sangat signifikan setiap tahunnya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Menjelaskan tentang apa saja teori tentang masuknya agama islam ke Nusantara
2. Menjelaskan tentang bagaimana Saluran dan Cara-Cara Islamisasi di Indonesia
3. Menjelaskan tentang bagaimana Fase dan Tahapan Islamisasi
4. Menjelaskan tentang apa saja Sebab-sebab Islamisasi Cepat Berkembang di Indonesia
C. TUJUAN MASALAH
1
BAB II
PEMBAHASAN
Ada empat teori tentang islamisasi awal masuknya Islam di Indonesia, yaitu Islam bersumber
dari Anak Benua India (teori India), teori Arab, teori Persia, dan Teori China.
1. Teori India
Teori ini di kemukakan oleh Pijnappel, Snouck Hurgronje, Moquette, dan Fatimi. Dalam teori
ini di jelaskan bahwa islam pertama kali datang ke Indonesia berasal dari anak Benua India
sekitar abad ke-13. Pijnappel mengajukan buktiadanya persamaan mazhab Syaf'i anatara di
Anak Benua dengtan di Indonesia. Orang-orang mazhab Syafi'i bermigrasi dan menetap di
Gujarat dan Malabar kemudian membawa islam ke Nusantara. Jadi ia berpendapat bahwa
islamisasi di Nusantara dilakukan oleh orang Arab, tetapi bukan datang langsung dari Arab,
melainkan dari India, terutama dari Gujarat dan Malabar. Snouck Hurgronje berpendapat
bahwa saat Islam mempunyai pengaruh yang kuat di kota-kota India Selatan, banyak muslim
Dhaka yang di sana. Mereka inilah yang pertama menyebarkan Islam ke kepulauan Melayu,
kemudian diikuti oleh orang-orang Arab. Ia berpendapat bahwa Islam Nusantara berasal dari
India, karena sudah lama terjalin hubungan perdagangan antara Indonesia dengan India dan
adanya inskripsi tetua tentang Islam yang terdapat di Sumatra mengindikasikan adanya
hubungan anatara Sumatra dan Gujarat. Snouck Hurgronje menybutkan bahwa Sumatra
Utara, yaitu mengenai Pasai dalam kisah perjalanan Ibn Battuta, musafir Maroko yang
singgah di daerah pada tahun 1345 M dalam perjalanannya dari Benggala ke Tiongkok
merupakan tempat yang penting bagi rekonstruksi perkembangan Islam di kepulauan itu.
2. Teori Arab
Teori ini antara lain dikemukakan oleh Sir Thomas Arnold, Crawfurd, Niemann, dan de
Hollander. Arnold berpendapat bahwa selain dari Coromandel dan Malabar Islam Nusantara
juga berasal dari Arab. Bukti yang ia ajukan ialah adanya kesamaan mazhab antara di
Coromandel dan Malabar dengan mazhab mayoritas umat islam di nusantaram yaitu mazhab
syafi'i mazhab ini dibawa oleh para pedagang Coromandel dan Malabar ke Nusantara.
Mereka mempunyai peranan penting dalam perdagangan antara India dan Nusantara. Di
sampimg melakukan kegiatan perdagangan, mereka juga menyebarkan agama islam.
Megnenai pendapatnya tentang asal Islam Nusantara dari Arab, Arnold berpendapat bahwa
para pedagang Arab membawa Islam kepada saat mereka menguasai perdagang Barat-Timur
sejak awal abad ke-7 M dan ke-8 M. dapat di duga bahwa mereka juga menyebarkan agama
Islam ke Nusantara. Arnold juga mengatakan bahwa sebuah sumber Cina menyebutkan
bahwa menjelang perempat ketiga abad ke-7 M ada seorang Arab yang menjadi pemimpin
pemukiman Arab muslim di pesisir barat Sumatra. Mereka ini juga melalukan kawin campur
dengan penduduk setempat, sehingga muncullah komunitas muslim. Crawfurd mengatakan
bahwa Islam dikenalkan langsung dari Arab, meskipun demikian dia juga menegaskan bahwa
hubungan bangsa Melayu-Indonesia dengan kaum muslim dari pesisir Timur India juga
merupakan faktor penting. Niemann tidak menyebut tentang waktu masuknya Islam ke
Nusantara, Sedangkan de Hollander mengatakan kemungkinan pada abad ke-13 M sudah ada
orang arab di Jawa. Niemann dan de Hollander mengatakan bahwa Islam datang dari
Hadramaut, karena adanya persamaan antara mazhab yang dianut oleh muslim Hadramaut
dengan muslim Nusantara, yaitu mazhab syafi'i.
2
3. Teori Persia
Teori ini di kemukakan oleh P.A. Hoesein Djajadiningrat. Dalam teori ini dinyatakan bahwa
Islam masuk ke Nusantara pada abad ke-13 M di Sumatra, yang berpusat di Samudra pasai.
Dia mendasarkan argumennya pada persamaan budaya yang berkembang di kalangan
masyarakat Islam Indonesia dengan budatya yang ada di Persia.
Adanya peringatan 10 Muharram atau asyura yang merupakan tradisi yang berkembang
dalam masyarakat Syiah Untuk memperingati hari kematian Husain di Kerbela. Tradisi ini
diperingati dengan membuat bubur syura. Bulan Muharram di Mingkabau disebut dengan
bulan Hasan-Husain, sedangkan di Sumatra Tengah sebelah barat di sebut dengan bulan
tabut. Mereka mengarak keranda yang di atasnamakan keranda Husain yang di sebut dengan
"Keranda Tabut" untuk dilempar ke sungai. Adanya persamaan antara ajaran al-Hallaj, tokoh
sufi Iran dengan ajaran Syeikh Siti Jenar. Persamaan dalam sistem mengeja huruf Arab bagi
pengajian al-Qur-an tingkat awal.
4. Teori Cina
Teori ini menyatakan bahwa Islam datang ke Nusantara bahwa dari timur Tengah/Arab
maupun Gujarat/India, tetapi dari Cina. Pada abad ke-9 M banyak orang muslim china di
kanton dan wilayah China Sekatan lain yang mengungsi ke Jawa, sebagian ke Kedah dan
Sumatra. Hal ini terjadi karena pada masa Huan Chou terjadi penumpasan terhadap penduduk
Kanton dan wilayah China Selatan lainnya yang mayoritas penduduknya beragama islam.
Mereka berusaha mengadakan revolusi politik terhadap keraton China pada ke 9 M. Pada
abad-abad berikutnya peranan orang China semakin tampak dengan adanya bukti-bukti
artefak, yakni adanya unsur-unsur China dalam arsitektur masjid-masjid Jawa kuno, seperti
tampak pada atap masjid Banaten, mustaka, yang berbentuk bola dunia yang menyerupai
setupa dengan dikelilingi tempat ular hampir selalu ada di masjid-masjid kuno di Jawa
sebelum arsitektur timur tengah memasuki wilayah ini, motif hiasan di masjid sedang Duwur
Paciran Lamongan dan lain-lain. Di samping adanya pengungsi China ke Jawa pada abad ke
9 M, pada abad ke 8-11 M sudah ada pemukimkan Arab muslim di China dan di Campa.
China mempunyainperanan yang besar dalam perkembangan Islam di Indonesia. Di samping
bukti-bukti di atas, arsitektur masjid Demak dan juga berdasarkan beberapa catatan sejarah
beberapa sultan dan sunan yang berperan dalan penyiaran agama islam di Indonesia adalah
keturunan China, misalnmya Raden Patah yang mempunyai nama China Jin Bun, sunan
Ampel dan lain-lain.
3
B. SALURAN DAN CARA-CARA ISLAMISASI DI INDONESIA
Kedatangan Islam ke Indonesia dan penyebarannya kepada golongan bangsawan dan rakyat
umumnya, dilakukan secara damai. Saluran-saluran Islamisasi yang berkembang ada enam,
yaitu:
1. Saluran Perdagangan
Diantara saluran Islamisasi di Indonesia pada taraf permulaannya ialah melalui perdagangan.
Hal ini sesuia dengan kesibukan lalu lintas perdagangan abad-7 sampai abad ke-16,
perdagangan antara negeri-negeri di bagian barat, Tenggara dan Timur benua Asia dan
dimana pedagang-pedagang Muslim (Arab, Persia, India) turut serta menggambil bagiannya
di Indonesia. Penggunaan saluran islamisasi melalui perdagangan itu sangat menguntungkan.
Hal ini menimbulkan jalinan di antara masyarakat Indonesia dan pedagang. Dijelaskan di sini
bahwa proses islamisasi melalui saluran perdagangan itu dipercepat oleh situasi dan kondisi
politik beberapa kerajaan di mana adipati-adipati pesisir berusaha melepaskan diri dari
kekuasaan pusat kerajaan yang sedang mengalami kekacauan dan perpecahan. Secara umum
Islamisasi yang dilakukan oleh para pedagang melalui perdagangan itu mungkin dapat
digambarkan sebagai berikut: mulal-mula mereka berdatangan di tempat-tempat pusat
perdagangan dan kemudian diantaranya ada yang bertempat tinggal, baik untuk sementara
maupun untuk menetap. Lambat laun tempat tinggal mereka berkembang menjadi
perkampungan-perkampungan. Perkampungan golongan pedangan Muslim dari negeri-negeri
asing itu disebut Pekojan.
2. Saluran Perkawinan
Perkawinan merupakan salah satu dari saluran-saluran Islamisasi yang paling memudahkan.
Karena ikatan perkawinan merupakan ikatan lahir batin, tempat mencari kedamaian diantara
dua individu. Kedua individu yauitu suami isteri membentuk keluarga yang justru menjadi
inti masyarakat. Dalam hal ini berarti membentuk masyarakat muslim. Saluran Islamisasi
melalui perkawinan yakni antara pedagang atau saudagar dengan wanitia pribumi juga
merupakan bagian yang erat berjalinan dengan Islamisasi. Jalinan baik ini kadang diteruskan
dengan perkawinan antara putri kaum pribumi dengan para pedagang Islam. Melalui
perkawinan inilah terlahir seorang muslim. Dari sudut ekonomi, para pedagang muslim
memiliki status sosial yang lebih baik daripada kebanyakan pribumi, sehingga penduduk
pribumi, terutama putriputri bangsawan, tertarik untuk menjadi istri saudagar-saudagar itu.
Sebelum kawin, mereka diislamkan terlebih dahulu. Setelah setelah mereka mempunyai
kerturunan, mereka makin luas. Akhirnya timbul kampung-kampung, daerah-daerah, dan
kerajaan-kerajaan muslim.
3. Saluran Tasawuf
Tasawuf merupakan salah satu saluran yang penting dalam proses Islamisasi. Tasawuf
termasuk kategori yang berfungsi dan membentuk kehidupan sosial bangsa Indonesia yang
meninggalkan bukti-bukti yang jelas pada tulisantulisan antara abad ke-13 dan ke-18. hal itu
bertalian langsung dengan penyebaran Islam di Indonesia. Dalam hal ini para ahli tasawuf
hidup dalam kesederhanaan, mereka selalu berusaha menghayati kehidupan masyarakatnya
dan hidup bersama di tengah-tengah masyarakatnya. Para ahli tasawuf biasanya memiliki
4
keahlian untuk menyembuhkan penyakit dan lain-lain. Jalur tasawuf, yaitu proses islamisasi
dengan mengajarknan teosofi dengan mengakomodir nilai-nilai budaya bahkan ajaran agama
yang ada yaitu agama Hindu ke dalam ajaran Islam, dengan tentu saja terlebih dahulu
dikodifikasikan dengan nilai-nilai Islam sehingga mudah dimengerti dan diterima. Diantara
ahli-ahli tasawuf yang memberikan ajaran yang mengandung persamaan dengan alam pikiran
Indonesia pra-Islam itu adalah Hamzah Fansuri di Aceh, Syeh Lemah Abang, dan Sunan
Panggung di Jawa. Ajaran mistik seperti ini masih berkembang di abad ke-19 bahkan di abad
ke-20 ini.
4. Saluran Pendidikan
Para ulama, guru-guru agama, raja berperan besar dalam proses Islamisasi, mereka
menyebarkan agama Islam melalui pendidikan yaitu dengan mendirikan pondok-pondok
pesantren merupakan tempat pengajaran agama Islam bagi para santri. Pada umumnya di
pondok pesantren ini diajarkan oleh guru-guru agama, kyai-kyai, atau ulama-ulama. Mereka
setelah belajar ilmu-ilmu agama dari berbagai kitab-kitab, setelah keluar dari suatu pesantren
itu maka akan kembali ke masing-masing kampung atau desanya untuk menjadi tokoh
keagamaan, menjadi kyai yang menyelenggarakan pesantren lagi. Semakin terkenal kyai
yang mengajarkan semakin terkenal pesantrennya, dan pengaruhnya akan mencapai radius
yang lebih jauh lagi.
5. Saluran Kesenian
Saluran Islamisasi melalui seni seperti seni bangunan, seni pahat atau ukir, seni tari, musik
dan seni sastra. Misalnya pada seni bangunan ini telihat pada masjid kuno Demak, Sendang
Duwur Agung Kasepuhan di Cirebon, masjid Agung Banten, Baiturrahman di Aceh, Ternate
dan sebagainya. Contoh lain dalam seni adalah dengan pertunjukan wayang, yang digemari
oleh masyarakat. Melalui cerita-cerita wayang itu disisipkan ajaran agama Islam. Seni
gamelan juga dapat mengundang masyarakat untuk melihat pertunjukan tersebut. Selanjutnya
diadakan dakwah keagamaan Islam.
6. Saluran Politik
Pengaruh kekuasan raja sangat berperan besar dalam proses Islamisasi. Ketika seorang raja
memeluk agama Islam, maka rakyat juga akan mengikuti jejak rajanya. Rakyat memiliki
kepatuhan yang sangat tinggi dan raja sebagai panutan bahkan menjadi tauladan bagi
rakyatnya. Misalnya di Sulawesi Selatan dan Maluku, kebanyakan rakyatnya masuk Islam
setelah rajanya memeluk agama Islam terlebih dahulu. Pengaruh politik raja sangat
membantu tersebarnya Islam di daerah ini.
Dengan beberapa perbedaan tentang Islamisasi tersebut, haruslah diupayakan sintesis dari
berbagai pendapat yang ada. Di antara upaya tersebut adalah dengan membuat fase-fase atau
tahapan tentang Islamisasi di Indoneia, seperti tahap permulaan kedatangan yang terjadi pada
abad ke-7 Masehi. Adapun pada abad ke-13 Masehi dipandang sebagai proses penyebaran
dan terbentuknya masyarakat Islam di Nusantara. Para pembawa Islam pada abad ke-7
sampai abad ke-13 Masehi tersebut adalah orang-orang Muslim dari Arab, Persia dan India
(Gujarat dan Bengal). Hal serupa juga dilakukan oleh Uka Tjandrasasmita yang mengatakan
bahwa sebelum abad ke-13 merupakan tahap proses Islamisasi. Abad ke-13 itu sendiri
5
dipandang sebagai masa pertumbuhan Islam sebagai kerajaan bercorak Islam yang pertama di
Indonesia. Sementara itu, Hasan Mu'arif Ambary, berpendapat berdasarkan data-data
arkeologis yang ada, ia membagi fase Islamisasi Indonesia ke dalam tiga fase, yaitu :
1. fase kehadiran para pedagang Muslim
2. fase terbentuknya kerajaan Islam
3. fase pelembaan Islam.
Dalam fase kehadiran para pedagangMuslim di Indonesia, Ambary tidak memberi angka
yang jelas tentang permulaan Islam datang ke Indonesia. Walaupun demikian, dapat diduga
bahwa fase tersebut terjadi pada sebelum abad ke-13 M, yaitu abad ke-1 sampai ke-5 Hijriah,
atau abad ke-7 sampai ke-11 Masehi. Adapun fase terbentuknya kerajaan Islam berlansung
antara abad ke-13 M sampai abad ke-16 M. Sedangkan masa pelembagaan Islam
terjadisesudah abad-abad tersebut. Khusus Islamisasi di Jawa, Denys Lombard secara garis
besar membedakan tiga tahap dalam proses Islamisasi di wilayah ini, yaitu:
1. berlangsungnya Islamisasi di wilayah pantai utara, melalui pelabuhan perdagangan
sejak abad ke-15 memainkan peranan yang makin penting
2. merembesnya Islam kedaerah pedalaman yang secara berangsurangsur memunculkan
semacam kaum berjuis Islam di pedalaman
3. terbentuknya jaringan Islam pedesaan, dengan peran penting yang dimainkan oleh
pesantrendantarekat.
6
Metode terakhir ini terjadi segera setelah sebuah kerajaan Islam berdiri di Indonesia di mana
kadang-kadang Islam disebarkan dari sana ke kawasan-kawasan lain melalui peperangan.
Perlu dijelaskan di sini bahwa teori-teori yang dikemukakan di atas, pada dasarnya tidak
membicarakan masuknya agama Islam ke setiap pulau di Nusantara. Teori-teori tersebut
hanya menganalisis masuknya agama Islam di Pulau Sumatera, khususnya Aceh, dan Pulau
Jawa. Kedua pulau ini dipandang mempunyai peranan penting dalam perkembangan Islam di
pulau-pulau lain di Indonesia. Teori apapun tentang Islamisasi Nusantara-Melayu senantiasa
akan dituntut untuk menjelaskan kenapa proses tersebut berawal dari suatu masa tertentu, dan
bukan beberapa abad sebelumnya atau sesudahnya. Orang-orang Muslim dari negeri asing,
mungkin sudah menetap di pelabuhanpelabuhan dagang di Sumatera dan Jawa selama
berabad-abad. Namun, baru menjelang akhir abad ke-13 lah ditemukan adanya jejak orang
Islam pribumi. Dalam abad-abad selanjutnya, Islam secara berangsur-angsur menyebar
melampaui daerah pantai Sumatera dan Semanjung Malaya, ke pantai utara pulau Jawa dan
beberapa pulau penghasil rempahrempah di Indonesia bagian timur. Patut disayangkan, cara
berlangsungnya perpindahan agama ini tidak terdokumentasikan dengan baik, sehingga
banyak menimbulkan spekulasi di kalangan ilmuan dan kadang-kadang menimbukan
perdebatan yang sengit. Yang pasti, proses tersebut tidak mungkin berjalan menurut pola
yang seragam untuk seluruh wilayah Indonesia yang cukup luas.
1. Faktor Agama
Faktor agama, yaitu akidah Islam itu sendiri dan dasar-dasarnya yang memerintahkan
menjunjung tinggi kepribadian dan meningkatkan harkat dan martabatnya, menghapuskan
kekuasaan kelas Rohaniwan seperti Brahmana dalam system kasta yang diajarkan Hindu.
2. Faktor Politik
Faktor politik yang di warnai oleh pertarugan dalam negeri antara negara-negara dan
penguasa-penguasa Indonesia, serta oleh pertarungan negara-negara bagian itu dengan
pemerintah pusatnya yang beragama Hindu. Hal tersebut mendorong para penguasa, para
bangsawan dan para pejabat di negara-negara bagian tersebut untuk menganut agama Islam,
yang di pandang mereka sebagai senjata ampuh untuk emlawan dan menumbangkan
kekuatan Hindu, agar menmdapt dukunga kuat dari seluruh lapisan masyarakat. Hal itu dapat
di buktikan hingga kini, bahwa apabila semangat keislaman di bangkiutkan di tengah-tengah
masyarakat Indonesia, baik di Sumatera, Jawa, maupun kepulauan Indonesia lainnya, denga
mudah sekali seluruh kekuatan dan semangat keislaman itu akan mangkit serentak sebagai
suatu kekuatan yang dahsyat.
7
3. Faktor Ekonomis
Faktor ekonomis, yang pertama diperankan oleh para pedagang yang menggunakan jalan laut
baik anatar kepulauan Indonesia sendiri, maupun yang melampaui perairan Indonesia ke
China, India, dan Teluk Arab-Parsi yang merupakan pendukung utama, karena telah
memberikan keuntungan yang tidak sedikit sekaligus mendatangkan bea masuk yang besar
bagi pelabuhan-pelabuahan yang disinggahinya, baik menyangkut barang-barang yang masuk
maupun yang kelu
8
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Proses Islamisasi di Indonesia terjadi dengan jalan yang sangat pelik dan panjang, yang
didasari pada teori-teori yang beagam pula. Diterimanya Islam oleh penduduk pribumi,
secara bertahap membuat Islam terintegrasi dengan tradisi, norma dan tatanan kehidupan
keseharian penduduk lokal. Hal ini menunjukan bahwa bangsa Indonesia mudah menerima
nilai-nilai dari luar dan menjadi bukti akan keterbukaan sikap mereka. Sikap ini pada
gilirannya telah ikut membentuk komunitas-komunitas muslim di daerah pesisir yang pada
mulanya sebagai tempat interaksi antara penduduk local dengan bangsa- bangsa asing, seperti
yang disebutkan para pakar dalam teori di atas, yaitudari Arab, Persia, India dan China. Salah
satu bukti kehadiran bangsa-bangsa asing tersebut adalah adanya pekampungan yang disebut
Pakojan (perkampunga norang-orangArab), Pachinan (perkampungan orang-orang china),
Keling (perkampungan orang-orang India) dan lain sebagainya di Indonesia. Komunitas
pribumi yang telah terintegrasi ke dalam Islam, selanjutnya terlembagakan secara politis
dalam bentuk kerajaan-kerajaan Islam di kawasan ini sejak masa yang palingawal.
9
DAFTAR PUSTAKA
10