Anda di halaman 1dari 11

PROBLEMATIKA KEIMANAN

MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Agama


yang Dibimbing oleh Hatta, M.Pd.I

Oleh:
Kelompok 7
Kelas A9 Semester VI
Dina Zilla Prihatini (084141405)
Feny Dyah Aprillia (084141407)
Muh. Ilham R. (084141418)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER
APRIL, 2017
KATA PENGANTAR

‫بسم اﷲ الرحمن الرحيم‬

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah SWT., yang telah memberikan karunia dan rahmat-
Nya sampai saat ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada
junjungan kita baginda Nabi Muhmmad SAW. Karena beliaulah kita mampu
keluar dari periode kegelapan memasuki ruang cahaya Islam.
Dalam kesempatan ini, penyusun mengucapkan terima kasih kepada
Bapak, selaku dosen pengampu mata kuliah Paikologi Agama. Yang terpenting
pula di sini bahwasanya makalah ini telah terselesaikan berkat doa dan partisipasi
dari berbagai pihak yang senantiasa setia mendampingi penyusun, baik secara
langsung ataupun tidak langsung. Oleh karena itu, penyusun mengucapkan ribuan
terima kasih kepada mereka yang telah membantu, mendorong, menyemangati
dan mendoakan penyusun.
Penyusun memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun, agar
dapat memperbaiki keilmuan dan menjadi lebih sempurna di masa mendatang.
Penyusun berharap semoga isi makalah ini bermanfaat, khususnya bagi para
pembaca yang budiman serta bagi civitas akademika pada umumnya. Aamiin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jember, April 2017

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................1
C. Tujuan Penulisan..........................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................2
A. Definisi Iman..............................................................................................2
B. Kualifikasi Iman..........................................................................................2
C. Faktor Penyebab Problematika Keimanan..................................................4

BAB III PENUTUP.........................................................................................7


Kesimpulan.......................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Agama merupakan keyakinan sebagian banyak orang. Sebagian orang
ada yang menganutnya dan adapula yang tidak, yang biasa disebut dengan
ateis. Agama yang ada di dunia ini memiliki nama dan tata cara beribadah
yang bermacam-macam. Agama ini adalah urusan yang menyangkut
kehidupan batin manusia. Oleh karena, itu kesadaran agama dan pengalaman
agama seseorang lebih menggambarkan sisi-sisi batin dalam kehidupan yang
ada kaitannya dengan sesuatu yang sakral dan dunia ghaib. Dari kesadaran
agama dan pengalaman agama ini pula kemudian munculnya sikap keagamaan
yang ditampilkan seseorang.
Di dalam syarat beragama salah satunya adalah “beriman”. Iman
merupakan unsur yang sangat diperlukan karena seseorang tidak akan
memeluk sebuah agama, apabila tidak didasari oleh iman atau percaya
terhadap ajaran agama tersebut. Oleh sebab itu, maka dalam makalah penulis
akan membahas mengenai problematika keimanan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan keimanan?
2. Apa saja klasifikasi keimanan?
3. Apa saja faktor-faktor penyebab problematika keimanan?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi keimanan.
2. Untuk mengatahui klasifikasi keimanan.
3. Untuk mengatahui faktor-faktor penyebab problematika keimanan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Iman
Iman menurut bahasa adalah tashdiq yang artinya membenarkan.
Adapun menurut istilah syariat yaitu meyakini dengan hati, mengucapkan
dengan lisan dan membuktikannya dengan amal perbuatan.1 Sebagaimana
hadist di bawah ini:

‫اك ر نلريماَ كنن كمرعنرفكةلَ نباَرلقكرل ن‬


(‫ب كوانرقراكلَرنباَلللسِّاَ كنن كوكعكملَل نباَرلكررككاَنن )رواه الطبراني‬
Artinya: “Iman adalah mengetahui dengan hati, mengikrarkan dengan lisan
dan mengamalkan dengan anggota badan.” (H. R. Thabrani).

Selain itu, iman juga diartikan sebagai kepercayaan yang meresap ke


dalam hati, dengan penuh keyakinan, tidak bercampur keraguan serta memberi
pengaruh bagi pandangan hidup, tingkah laku dan perbuatan sehari-hari. 2
Adapun keimanan adalah keyakinan, ketetapan hati, keteguhan hati dalam
mempercayai sesuatu (berkenaan dengan agama). Sedangkan keimanan dalam
Islam itu sendiri adalah percaya kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-
kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir dan beriman kepada takdir baik dan
buruk.3

B. Kualifikasi Keimanan
W.H. Clark mengklasifikasikan keimanan menjadi empat, yaitu:
1. Keimanan yang Verbalistik
Keimanan ini berkembang ditingkat usia sejak anak-anak.
Kesimanan tingkat ini terbatas pada pemahaman mengenai ucapan-ucapan
serta kata-kata magis keagamaan. Proses penerimaannya langsung melalui

1 Sudirman, Pilar-Pilar Islam (Malang: UIN-Maliki Press, 2012), 13.


2 Yusuf Al-Qardhawi, Iman dan Kehidupan (Jakarta:PT Bulan Bintang, 1993), 3.
3 Busyra dan Zainuddin Ahmad, Buku Pintar Aqidah Akhlaq dan Qur’an Hadis (Yogyakarta: Azna
Books, 2010), 33.
prinsip stimulus-stimulus. Proses belajarnya persuasif dengan cara
dicontohkan orang tua dan anak mengikutinya, terus apabila anak bisa
dalam pengucapan kata-kata tersebut, maka diberi hadiah sebagai
imbalannya.
2. Keimanan yang Intelektualistik
Pada tingkat ini, orang terikat oleh kelogisan dan alasan-alasan
yang masuk akal dalam upaya menerima keyakinan. Akan tetapi,
penerimaan keyakinan secara intelektual itu tidak berarti semata-mata
intelektual. Artinya sampai batas tertentu memang diperlukan tuntutan
kelogisan dalam upaya menerima keyakinannya. Selebihnya perlu
dipermasalahkan apakah keyakinan agama itu dicapai melalui proses
berfikir murni, sebagaimana tidak perlu sepenuhnya keyakinan agama itu
dikaitkan dengan kenyataan hidup. Biasanya tipe dan tingkat keyakinan
ini diorientasikan pada bukti-bukti adanya Tuhan, seperti halnya dalam
penciptaan alam semesta ini.
3. Keimanan yang Demonstratif
Pada tingkat ini keimanan lebih banyak diwujudkan dalam bentuk
tingkah laku dan pengalaman agama secara demonstratif dari pada hanya
dalam bentuk kata-kata. Manifestasi keimanan di sini berbeda dibanding
dengan tingkat keimanan yang bersifat verbalistik maupun yang bertipe
intelektulistik. Dasar pemikirannya adalah bahwa tingkah laku dan
pengamalan agama yang ditampilkan secara demonstratif belum tentu
didahului oleh analisis logika mengenai benar-tidaknya keyakinan yang
mendasarinya. Artinya belum tentu hasil analisis tentang keyakinan itu
akan menjadi penyebab munculnya pengalaman ajaran agama. Sebabnya
adalah bahwa tingkah laku dan pengamalan agama di sini hanya
merupakan kebiasaan yang sudah melekat dalam aktivitas kehidupan
sehari-hari.
4. Keimanan yang Komprehensif dan Integratif
Ketiga tipe dan tingkat keimanan di atas nampak perwujudannya
dalam bentuk ekspresi partikel yang satu sama lain terpisah. Justru karena
keterpisahannya itu, maka ketiganya tidak dapat memberikan kepuasaan
kepada pemiliknya, mengingat masing-masing mengandung kepincangan.
Lain halnya apabila ketiga tipe tersebut menyatu dan terinternalisasi pada
diri orang yang beragama, barulah akan dicapai keimanan yang
komprehensif dan integrative. Jelasnya apabila seseorang telah menguasai
ungkapan-ungkapan keagamaan, kemudian dipahami dan disadari
kebenaran isi kandungannya, baik dalam kaitan dengan tuntutan hidup
lahiriahnya maupun kelogisan ketergantungannya terhadap keyakinan
sebagai esensi agama, dan akhirnya dipantulkan dalam wujud pengamalan
ajaran agama, maka tercapailah tingkat keimanan yang keempat ini.
Konotasi komprehansifnya dapat dilihat dari pemahaman dan kesadaran
atas berkumpulnya ketiga tipe keimanan di atas dalam sati totalitas yang
terinternalisasi pada individu yang bersangkutan. Sedang orientasi
integrasinya dapat dipahami dari kenyataan bersambungnya dan saling
memperkuat anatara keimanan verbal yang diinternalisasi karena
dipahami melalui proses berpikir kritis, dan kreatif, serta akibat
kesadarannya itu maka terpatri tuntutan untuk mewujudkannya dalam
bentuk tingkah laku nyata.
Tentu saja konsepional tipa keimanan yang keempat ini
merupakan gambaran kualifikasi keimanan yang tertinggi. Namun hal ini
tidak berarti bahwa semua orang yang memiliki tipe keimanan ini akan
benar-benar dalam dan sempurna, sehingga seolah-olah melahirkan
kekokohan keimanan yang tidak dapat diganggu gugat.

C. Faktor-faktor Penyebab Problematika Keimanan


Kalish mengidentifikasikan ada lima hal yang dapat mencungkil
ketegaran keimanan orang yang beragama, yaitu :
1. Kontradiksi antara Ilmu dan Agama
Kalish menerangkan bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi telah menjadi sedemikian pentingnya bagi kehidupan manusia
dewasa ini. Dari hal itu sebagian orang mengaku bahwa ilmu pengetahuan
dan teknologi telah dapat menggantikan peran agama. Disinilah mulainya
terjadi kegoncangan dalam diri orang yang beragama karena mereka
terlibat dalam monolog yang mempermasalahkan mana yang paling benar
dan patut diikuti di antara keduanya.
Secara metodologis memang terdapat perbedaan yang mendasar
antara ilmu pengetahuan dan agama. Ilmu pengetahuan yang mendasarkan
perkembangannya pada keraguan, sehingga setiap kenyataan selalu
mengundang pertanyaan dan menuntut pembuktian, sementara agama
bertolak dari keyakinan bahwa Tuhan itu ada dan dan semua kenyataan itu
diciptakan oleh Tuhan.
2. Akibat Mempelajari Agama Lain
Seseorang yang mengalami ketidakmatangan dalam keimanan atau
beragama, ketika mempelajari agama lain, maka akan menimbulkan
kegoncongan batin dalam dirinya. Hal ini disebabkan karena adanya
perbedaan yang diajarkan oleh agamanya dengan agama yang baru
diplejarinya.
3. Kesulitan Membatasi Kebebasan Agama
Pada dasarnya hak dan kewajiban itu adalah bebas tapi terikat.
Artinya manakala seseorang telah mengikatkan diri pada suatu keyakinan,
sejak saat itu sebenarnya yang bersangkutan telah mengikatkan diri pada
keharusan melaksanakan kewajiban sebagai perwujudan dari
pengakuannya. Namun demikian juga bebas untuk melaksanakan atau
tidaknya, hanya ada resiko moral jika yang kebebasan itu diartikan
menuruti kemauannya, bisa jadi apa yang dimilikinya akan menjadi
terganggu, karena pada dasarnya tidak melaksanakan kewajiban itu
bertentangan dengan keinginan sendiri dan orang lain.
4. Masalah Tujuan Hidup
Secara prosedural tujuan hidup itu dapat ditetapkan melalui
pergaulan, pengembangan pikiran, atau mendasarkan pada literatur dan
referensi tertentu. Formulasinya tentu tidak statis, dan mungkin
berkelanjutan untuk berkembang serta berubah mengikuti tahun-tahun
kematangan beragamanya walaupun kebingungan dan kemuraman akan
senantiasa berulang kembali. Asosiasi umum dalam menginterpretasikan
tujuan hidup itu adalah sesuatu yang dianalogikan dengan kesenangan,
ketenteraman, kesejahteraan, dan berbagai hal positif lain yang dapat
mengenakan individu, baik secara fisik maupun untuk memenuhi tuntutan
mental. Interpretasi inilah sebenarnya yang membuka peluang bagi orang
yang beragama untuk mempertanyakan, apakah benar tujuan hidup harud
didasarkan pada prinsip-prinsip agama? Pertanyaan-pertanyaan seperti
muncul sebagai wujud kebimbangan, karena ada imbangan pertanyaan-
pertanyaan lain yang membayanginya, mengapa orang yang tidak
beragama atau bahkan atheis juga dapat meraih kesenangan dan
ketenangan hidup?
5. Arti Mati dan Hidup Sesudah Mati
Pada umumnya orang terpaku, seolah-olah ukuran mati itu adalah
ketuaan. Apabila dipegangi, bagi orang-orang seusia mahasiswa dan
pemuda diperhitungkan akan masih panjang umurnya. Namun mereka
tetap cemas terhadap masalah mati ini, sehingga mereka juga melibatkan
diri untuk memahaminya labih mendalam.
Keterangan-keterangan agama mengenai arti mati dan eksistensi
manusia sesudah kamatiannya, memang memberikan kesenangan dan
ketenangan terhadap sejumlah orang, sehingga tidak perlu lahi
memikirkan masa depan yang tanpa eksistensi. Namun hal itu tidak berarti
menutup peluang untuk tetap mempertahankan, apa sebenarnya mati itu?
Bukankah saya pernah berada dalam ketidakadaan saya dan pada waktu itu
saya tidak merasakan apapun tentang diri saya? Apabila mati itu berarti
kembali pada ketidakadaan, mengapa saya mempercayai adanya hidup
sesudah mati? Apalagi mengapa saya harus mempercayai bahwa konon di
sana akan diperoleh ganjaran dan siksaan? Buknkah hal itu justru
membuat panic manusia? Demikian kira-kira ekspresi internal seseorang
yang mengalami problema keimanan.4

BAB III

4 M.Hafiz Anshari, Dasar-Dasar Ilmu Jiwa Agama (Surabaya: Usaha Nasional,1991), 60.
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Definisi Iman
Iman adalah kepercayaan yang meresap ke dalam hati, dengan
penuh keyakinan, tidak bercampur keraguan serta memberi pengaruh bagi
pandangan hidup, tingkah laku dan perbuatan sehari-hari.
2. Kualifikasi Keimanan
a. Keimanan yang verbalistik
b. Keimanan yang intelektualistik
c. Keimanan yang demonstratif
d. Keimanan yang komprehensif dan integratif
3. Faktor-faktor Penyebab Problematika Keimanan
a. Kontradiksi antara ilmu dan agama
b. Akibat mempelajari agama lain
c. Kesulitan membatasi kebebasan agama
d. Masalah tujuan hidup
e. Arti mati dan hidup sesudah mati
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qardhawi Yusuf. 1993. Iman dan Kehidupan. Jakarta:PT Bulan Bintang.


Anshari, M.Hafiz. 1991. Dasar-Dasar Ilmu Jiwa Agama. Surabaya: Usaha
Nasional.
Busyra dan Zainuddin Ahmad. 2010. Buku Pintar Aqidah Akhlaq dan Qur’an
Hadis. Yogyakarta: Azna Books.
Sudirman. 2012. Pilar-Pilar Islam. Malang: UIN-Maliki Press.

Anda mungkin juga menyukai