Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Islam mlayu merupakan salah satu dari tujuan wilayah peradaban islam terbesar di dunia.
Kedudukan islam melayu tidak terlepas dari asia tenggara yang disebut juga indonesia melayu.
Sampai saat ini waktu kedatangan islam diindonesia belum diketahui secara pasti.dan memang
sulit untuk mengetahui kapan suatu kepercayaan mulai diterima oleh suatu komunitas tertentu.
disamping wilayah itu nusantara yang luas dengan banyak daerah perdagangan yang
memungkinkan terjadinya kontak dengan orang asing, mengakibatkan suatu daerah mungkin
lebih awal menerima pengaruh islam dari pada daerah lain.

Penyebara islam telah banyak berperan pada masyarakat melayu dari berbagai kehidupan
terutama perkembangan politik. Melalui kerajaan islam seperti kerjaan perlak yang berdiri dari
abad ke-3 H atau 9M.kerajaan samudra pasai abad ke-12M, kerajaan aceh darussalam tahun
1524M, kerajaan siak indragiri abad ke-17M, dan lain-lain. Sebelum kesultanan demak lahir,
penyebaran agama islam dijawa sudah dilakukan baik dari orang asing maupun bumi putera
sendiri. Ada pun cara-cara penyebaran yang dilakukan antara lain melalui pernikahan dengan
wanita setempat, dakwah, pendidikan, dan kesenian. Sebagai penyebaran agama islam, beberapa
antaranya tergolong dalam wali songo, penyebaran agama islam juga ditunjukan kepulau-pulau
lain, seperti maluku, lombok, kalimantan, dan sulawei, penyebaran tersebut dipelopori oleh para
ulama, termasuk wali song, dan mendapatkan dukungan dari para penguasa.

B. Rumusan Masalah
1. Sejarah Islam Melayu
2. Mengenal Tradisi Islam Melayu

C. Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dsn tujuan penulisan makalah ini adalah

1. Untuk Mengetahui Sejarah Islam Melayu


2. Untuk Mengenal Tradisi Islam Melayu
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Islam Melayu

Sejarah Melayu, yang ditulis pada abad ke-16, juga memberitakan tentang Sultan Malaka
yang senang berdiskusi tentang masalah-masalah agama. Namun, satu hal yang menarik untuk di
catat, kata Taufik Abdullah, bahwa awal masa berdirinya kerajaan Islam ditandai tidak saja oleh
usaha konsolidasi kekuasaan, tetapi juga, dan bahkan ini yang lebih penting, keterlibatan sang
raja dalam pengembangan ilmu keagamaan serta penyebaran kesadaran kosmopolitanisme
kultural Islam. Tetapi, konversi secara massif penduduk Asia tenggara kepada Islam (juga
Kristen), seperti diungkapkan Anthony Reid, baru bermula pada sekitar tahun 1400, dan
mencapai puncaknya pada 1570-1630, yang disebutnya sebagai “masa perdagangan”, the age of
commerce. Reid menyebut “konversi massal” (lebih dari seperdua penduduk Asia Tenggara
menjadi Islam dan Kristen) ini sebagai “revolusi keagamaan”, relegious revolution.

Setelah berdirinya kerajaan Samudera Pasai pada akhir abad ke 13 itu, seiring dengan
terjadinya boom ekonomi sebagai berkah dari perdagangan bebas atau kapitalisme merkantilis,
muncul berbagai entitas atau masyarakat politik Islam di berbagai wilayah Nusantara yang
mencapai puncak kejayaannya pada abad ke-17.

B. Tradisi Islam Melayu


1. Petang Megang

Tradisi di Pekanbaru ini memiliki arti sesuai dengan namanya. Kata Petang di sini berarti
petang hari atau sore hari, sesuai dengan waktu dilaksanakan tradisi ini memang dilaksanakan
pada sore hari. Sedangkan Megang di sini berarti memegang sesuatu yang juga dapat di artikan
memulai sesuatu. Hal ini sesuai dengan waktu diadakan tradisi ini yaitu sebelum Ramadhan dan
ingin memulai sesuatu yang baik dan suci yaitu puasa.

Tradisi Petang Megang dilaksanakan di Sungai Siak. Hal ini mengacu pada leluhur suku
Melayu di Pekanbaru yang memang berasal dari Siak. Tradisi ini diawali dengan ziarah ke
berbagai makam pemuka agama dan tokoh-tokoh penting Riau. Ziarah dilakukan setelah sholat
Dzuhur. Lalu, dilanjutkan dengan ziarah utamanya yaitu ziarah ke makam Sultan Muhammad
Ali Abdul Jalil Muazzam Syah, yang juga dikenal dengan nama Marhum Pekan. Beliau
merupakan sultan kelima Kerajaan Siak Sri Indrapura (1780-1782 M) dan juga pendiri kota
Pekanbaru.

2. Tradisi Nikah-Kawin

Nikah-kawin terjadi tentu saja berawal dari sentuhan pandang memandang. Dalam hal ini
besar kemungkinan bermula dari sentuhan pandangan antar lelaki (anak bujang) dengan
perempuan (anak gadis). Tapi juga bisa terjadi dari pandangan ibu-bapa atau kaum kerabat yang
berminat untuk mencarikan jodoh anaknya. Bila seorang anak bujang memberitahukan gadis
pujaannya kepada ibu-bapanya maupun kaum kerabat memandang ada seorang anak gadis yang
patut menjadi jodoh anaknya, maka pihak keluarga lelaki mulailah melakukan semacam kegiatan
yang bernama merisik.

1) Merisik

Salah satu keluarga atau seseorang diutus oleh pihak calon pengantin pria untuk meneliti atau
mencari informasi mengenai salah satu keluarga keluarga lain yang mempunyai anak gadis.
Tugas yang diamatkan adalah untuk mengetahui apakah anak gadis tersebut dapat dilamar, atau
belum mempunyai ikatan dengan orang lain. Selain itu, utusan akan melakukan pembicaraan
tentang kemungkinan pihak pria untuk melamar. Utusan tersebut tentunya menanyakan berapa
mas kawin/mahar dan persyaratan apa saja yang diminta oleh keluarga wanita.

2) Meminang

Meminang dalam istilah Melayu sama dengan melamar. Acara ini diselenggarakan pada hari
yang telah disepakati bersama, setelah melalui penentuan hari baik menurut perhitungan adat
serta orangtua. Pihak keluarga calon pengantin pria yang dipimpin oleh keluarga terdekat akan
melaksanakan lamaran secara resmi kepada keluarga calon pengantin wanita
3) Berinai

Biasanya berlangsung pada suatu hari atau satu malam sebelum acara akad nikah. Melalui
serangkaian adat, calon pengantin wanita didudukan di atas pelaminan. Rangkaian acara ber-inai
diawali dengan acara tersendiri yakni khatam Al-Qur'an yang dilaksanakan oleh keluarga-
keluarga terdekat. Selanjutnya, calon pengantin wanita akan melaksanakan upacara di-Tepung
Tawari. Ritual Tepuk Tepung Tawar adalah suatu upacara adat budaya Melayu peninggalan para
raja terdahulu. Pemberian "tepung tawar" kepada calon mempelai biasanya diiringi dengan doa
dan harapan dipimpin oleh yang dituakan; dilakukan oleh orangtua, sesepuh dan tokoh-tokoh
adat yang dihormati. Selanjutnya, calon pengantin wanita akan diberi daun inai yang telah
ditumbuk halus pada kuku-kuku jari tangan dan kakinya. Malam ber-inai lazim dimeriahkan
dengan iringan bunyi-bunyian seperti gendang dan nyanyian lagu-lagu Melayu lama, ataupun
diadakan tari gambus.

4) Berandam

Upacara berandam lazim dilakukan setelah malam berinai yaitu keesokan harinya. Tujuannya
untuk menghapuskan/membersihkan sang calon pengantin dari "kotoran" dunia sehingga hatinya
menjadi putih dan suci. Berandam pada hakikatnya adalah melakukan pencukuran bulu roma
pada wajah dan tengkuk calon pengantin wanita sekaligus juga membersihkan mukanya.

5) Menikah ( Akad Nikah )

Pada hari yang telah ditentukan, calon mempelai pria diantar oleh rombongan keluarga menuju
ke tempat kediaman calon pengantin wanita. Biasanya calon mempelai pria berpakaian haji
(memakai topi haji dan jubah). Kedatangan keluarga mempelai pria sambil membawa mahar atau
mas kawin, tepak sirih adat, barang hantaran atau seserahan yang telah disepakati sebelumnya.
Selain itu, juga menyertakan barang-barang pengiring lainnya seperti kue-kue dan buah-buahan.
Prosesi berikutnya adalah pelaksanaan akad nikah.
6) Bersanding

Upacara ini dilaksanakan setelah resmi akad nikah. Prosesi bersanding merupakan acara resmi
bagi kedua pengantin akan duduk di atas pelaminan yang sudah dipersiapkan. Terlebih dahulu
pengantin wanita didudukan di atas pelaminan, dan menunggu kedatangan pengantin pria.
Kehadiran pengantin pria diarak dengan upacara penyambutan dan berbalas pantun. Rangkaian
prosesi bersanding yakni acara penyambutan pengantin pria, Hampang Pintu, Hampang Kipas,
dan Tepung Tawar. Kehadiran pengantin pria beserta rombongan pengiring dalam jumlah cukup
banyak, terdiri dari :

 Barisan Pulut Kuning beserta hulubalang pemegang tombak kuning.


 Wanita (Ibu) pembawa Tepak Sirih.
 Wanita (Ibu) pembawa beras kuning (Penabur).
 Pengantin pria berpakaian lengkap
 Dua orang pendamping mempelai pria, mengenakan pakaian adat Teluk Belanga.
 Pemegang payung kuning.
 Orang tua mempelai pria.
 Saudara-saudara kandung pengantin pria.
 Kerabat atau sanak famili Kedatangan rombongan disambut pencak silat dan Tarian
Penyambutan.
3. Tradisi Barzanji

Tradisi Barzanji merupakan tradisi Melayu yang berlangsung hingga kini. Tradisi ini
terus mengalami perkembangan dengan berbagai inovasi yang ada. Misalnya, penggunaan alat
musik modern untuk mengiringi lantunan Barzanji dan shalawat. Barzanji menghubungkan
praktik tradisi Islam masa kini dengan tradisi Islam di masa lalu. Selain itu, melalui Barzanji
masyarakat Melayu Islam dapat mengambil pelajaran dari kehidupan Nabi Muhammad Saw.

Dari perayaan pembacaan Barazanji ini, ada banyak nilai-nilai yang dapat kita ambil.
Misalnya, menambah kecintaan kita terhadap baginda Rasul. Dan dari syair-syair tersebut kita
dapat mengambil hikmah dari kehidupan Nabi Muhammad. Dan juga, dengan kegiatan tradisi
ini, dapat membuka ruang sosialisasi antar satu dengan lainnya sehingga mempererat hubungan
tali silaturrahmi. Dan dengan perpaduan antara budaya Islam dan Indonesia akan melahirkan
budaya baru sehingga memperkaya kebudayaan Indonesia.
BAB III

KESIMPULAN

Islam datang dikawasan Melayu diperkirakan pada sekitar abad ke-7. Kemudian
mengalami perkembangan secara intensif dan mengislamisasi masyarakat secara optimal yang
diperkirakan terjadi pada abad ke-13 M. SAwal kedatangannya diduga akibat hubungan dagang
antara pedagang-pedagang Arab dari Timur Tengah (seperti Mesir, Yaman, atau Teluk Persia)
atau dari daerah sekitar India (seperti Gujarat, Malabar, dan Bangladesh), dengan kerajaan-
kerajaan di Nusantara, semacam Sriwijaya di Sumatra atau dengan di Maja Pahit di Jawa.

Budaya melayu telah ada dan berkembang sejak lama hingga kini. Masyarakat melayu
sangat menjunjung tinggi adat istiadat yang bersumberkan dari ajaran agama islam. Tradisi islam
sangat kental dalam budaya masyarakat melayu.

Tradisi dan adat istiadat yang masih dipegang teguh hingga kini adalah mengenai adab
kepada orang tua, sikap hidup bergotong royong dalam masyarakat dan perilaku kehidupan yang
harus selalu berpegang pada nilai agama. Tradisi masyaakat melayu yang religius menjadi ciri
penting orang melayu.

Dalam setiap kelahiran, rasa syukur dihaturkan kepada sang pencipta melalui acara
akikahan dan cukur rambut. Acara tersebut dilakukan dengan sangat meriah. Dalam makalah ini
akan dibahas mengenai tradisi aqiqah dan cukur rambut yang biasa dilakukan masyarakat melayu
setelah kelahiran anaknya.

Anda mungkin juga menyukai