SEJARAH INDONESIA
Senin, 8 Agustus 2021
Kompetensi Dasar :
3.2 Menganalisis kehidupan manusia dan hasil-hasil budaya masyarakat pra- aksara Indonesia.
3.2.1 Menelaah corak kehidupan masyarakat pada zaman praaksara
3.2.2 Menganalisis hasil budaya masyarakat praaksara berdasar- kan tipologinya
3.2.3 Menganalisis teori asal-usul nenek moyang bangsa Indonesia (Proto Melayu, Deutero
Melayu dan Melanesoid)
3.2.4 Mengaitkan nilai-nilai budaya masyarakat praaksara dengan budaya masyarakat dalam
konteks kekinian
4.2 Menyajikan informasi mengenai manusia dan hasil-hasil budaya khususnya masyarakat
praaksara Indonesia
4.2.1 Mengolah informasi tentang corak kehidupan masyarakat praaksara
4.2.2 Menyajikan hasil kesimpulan tentang hasil budaya masyarakat praaksara berdasarkan
tipologinya
4.2.3 Menyajikan hasil kesimpulan tentang teori asal-usul nenek moyang bangsa Indonesia
4.2.4 Menyajikan hasil kesimpulan tentang kaitan nilai-nilai budaya masyarakat praaksara
dengan budaya masyarakat dalam konteks kekinian
Manusia purba sering disebut dengan manusia prasejarah atau manusia yang hidup sebelum tulisan
ditemukan. Manusia purba yang paling tertua di dunia diperkirakan berumur lebih dari 4 juta tahun yang
lalu. Maka dari itu, para ahli sejarah menyebutnya sebagai Prehistoric People atau manusia prasejarah.
Manusia purba banyak ditemukan diberbagai bagian dunia, tapi lebih banyak ditemukan di negara
Indonesia. Fosil-fosil yang ditemukan di berbagai daerah di Indonesia, salah satunya ada yang sudah
berumur jutaan tahun yang lalu.
Untuk mengetahui keberadaan kehidupan manusia purba lebih dalam. Anda bisa melihat sisa-sisa tulang
manusia, hewan, dan tumbuhan, yang sudah menjadi batu atau jadi fosil. Atau bisa melewati
peninggalan-peninggalan peralatan yang digunakan oleh manusia purba. Seperti, peralatan rumah tangga,
senjata, bangunan, atau perhiasan.
Penelitian manusia purba di Indonesia :
1. Eugena Dobois,
Dia adalah yang pertama kali tertarik meneliti manusia purba di Indonesia setelah mendapat
kiriman sebuah tengkorak dari B.D Von Reitschoten yang menemukan tengkorak di Wajak, Tulung
Agung.
• Fosil itu dinamai Homo Wajakensis, termasuk dalam jenis Homo Sapien (manusia yang sudah
berpikir maju)
• Fosil lain yang ditemukan adalah :
Pithecanthropus Erectus (phitecos = kera, Antropus Manusia, Erectus berjalan tegak) ditemukan di
daerah Trinil, pinggir Bengawan Solo, dekat Ngawi, tahun 1891. Penemuan ini sangat
menggemparkan dunia ilmu pengetahuan.
3. DR. T. Jacob
Penelitian tentang manusia Purba oleh bangsa Indonesia dimulai pada tahun 1952 yang dipimpin
oleh Prof. DR. T. Jacob dari UGM, di daerah Sangiran dan sepanjang aliran Bengawan Solo.
Meganthropus Palaeojavani memiliki arti manusia besar tua yang berasal dari Jawa. Ini unsur-
unsur namanya yang terdiri dari kata megan berarti besar, anthropus = manusia, paleo = tua, dan
javanicus = berasal dari Jawa.
Diperkirakan Meganthropus Palaeojavanicus hidup sejak 1 juta sampai 2 juta tahun yang lalu.
Hal tersebut dibuktikan dari fosil yang ditemukan tekniknya dengan peluruhan karbon. Maka
dari itu, usia dari fosil tersebut dapat diketahui.
Berikut ini adalah ciri-ciri manusia purba jenis Meganthropus Palaeojavanicus :
1) Memiliki tulang pipi yang sangat tebal
2) Memiliki otot rahang yang kuat sekali
3) Tidak memiliki dagu dan memiliki hidung yang lebar
4) Memiliki tonjolan belakang yang tajam dan melintang sepanjang pelipis
5) Memiliki tulang kening menonjol dan mempunyai otot kunyah, gigi, serta rahang yang besar
kuat
6) Memiliki tinggi badan sekitar 165 – 180 cm
7) Berbadan tegap dan volume otok 900cc
8) Makanannya jenis tumbuh-tumbuhan
Manusia purba ini diperkirakan hidup di Indonesia sejak satu sampai dua juta tahun yang lalu.
Pithecanthropus Erectus ditemukan oleh seorang dokter dari Belanda yaitu Eugene Dubois.
Pada awalnya dia mengadakan penelitian di Sumatera Barat, tetapi tidak menemukan fosil
disana. Kemudia dia berpindah ke pulau Jawa, ia pujn berhasil menemukan fosil
Pithecanthrophus Erectus di desa Trinil, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur pada tahun 1891.
Fosil yang ditemukan pada saat itu adalah berupa tulang rahang atas, tulang kaki, dan tengkorak.
Fosil tersebut ditemukan pada masa kala Pleistosen tengah.
Pithecanthrophus Erectus hidup dengan cara berburu hewan-hewan. Kemudian mereka
mengumpulkan makanan dan hidup secara nomaden atau berpindah-pindah tempat. Untuk
mencari sumber bahan makanan dari satu tempat ke tempat lain.
Berikut ini adalah ciri-ciri manusia purba Pithecanthrophus Erectus :
1) Memiliki Volume otaknya sekitar 750 – 1350 cc.
2) Memiliki tinggi badan sekitar 165 – 180 cm.
3) Memiliki postur tubuh yang tegap tetapi tidak setegap meganthropus.
4) Mempunyai gigi geraham yang besar dengan rahang yang sangat kuat.
5) Mempunyai hidung yang tebal.
6) Memilik tonjolan kening yang tebal dan melintang di dahi.
7) Memiliki wajah menonjol ke depan serta dahinya miring ke belakang.
8) Pada bagian belakang kepala terlihat menonjol
9) Memiliki alat pengunyah dan alat tengkuk yang sangat kuat.
Hasil dari penemuan tersebut, berupa tulang paha, rahang atas dan bawah, tulang kering. Dan
fragmen tengkorak yang mempunyai volume sekitar 1.600 cc. Dalam penelitian diperkirakan
manusia purba jenis ini sudah dapat membuat peralatan yang terbuat dari batu dan tulang. Serta
sudah mengerti caranya untuk memasak.
Dibawah ini adalah ciri-ciri manusia purba Homo Wajakensis, sebagai berikut :
1) Memiliki muka datar dan lebar
2) Memiliki hidung lebar dan bagian mulut menonjol
3) Dahinya sedikit miring dan diatas mata terdapat kerutan dahi yang nyata
4) Pipinya menonjol ke samping
5) Berat badan sekitar 30 – 150 kg
6) Tinggi badan sekitar 130 -210 cm
7) Jarak antara hidung dan mulut masih jauh
8) Berdiri dan berjalan sudah tegak
Pithecanthropus Soloensis ditemukan oleh sejarawan, yaitu Oppenort, Ter Harr, dan G.H.R.
Koenigswald di wilayah Ngandong, Jawa Tengah.
Pithecantropus Soloensis adalah salah satu manusia purba khas Indonesia. Yang memiliki
beberapa ciri khusus yang tidak dimiliki oleh semua manusia purba pada umumnya.
Homo Floresiensis biasanya disebut disebut dengan manusia kerdil. Manusia purba ini
diperkirakan hidup sekitar 12.000 tahun yang lalu. Pada saat ditemukan oleh tim gabungan dari
Pusilitbang Arkeolog Nasional, Indonesia dan Unikversity of New England, Australia pada tahun
2003.
Kerangka dari manusia purba ini belum membatu atau belum menjadi fosil. Selain kerangka
Homo Floresiensis, juga ditemukan kerangka homo sapiens dan berbagai hewan mamalia
lainnya. Seperti Gajah Stegodo, Biawak, dan Tikus besar. Dan alat-alat batu seperti pisau, tulang
yang terbakar, arang, beliung dan mata panah.
Seorang Ahli yang menemukan kerangka ini menyatakan dugaannya bahwa Homo Floresiensis
ini hidup berdampingan. Atau hidup bersama dengan jenis spesies manusia purba Homo Sapiens,
dan manusia modern lainnya.
Berikut ini ciri-ciri manusia purba Homo Floresiensis :
1) Kepala dan badan memliki ukuran yang kecil
2) Ukurab bentuk otak yang sangat kecil
3) Volume otak 380 cc
4) Mempunyai rahang yang menonjol atau berdahi sempit
5) Berat badan sekitar 25 kg
6) Tinggi badan diperkirakan sekitar 1,06 m
CORAK KEHIDUPAN MANUSIA PRA AKSARA
Pola Hunian
Air adalah kebutuhan utama manusia dalam bertahan hidup. Manusa lebih baik kelaparan
daripada kehausan. Oleh sebab itu, air sangat dibutuhkan manusia sejak dahulu sampai sekarang. Hal itu
juga yang mempengaruhi pola kehidupan manusia sejak dahulu. Suatu tempat apabila mengandung
sumber air biasanya tanahnya subur dan tanamanpun hidup subur. Di daerah sumber air juga banyak
didatangi hewan dan ikan. Hal inilah yang menjadi dasar utama bahwa manusia purba hidup di dekat
sungai atau sumber air lainnya. Keberadaan air juga dapat dijadikan sarana penghubung atau transportasi
untuk dapat melakukan mobilitas dari satu tempat ke tempat lainnya. Selain itu, mereka juga
memanfaatkan gua-gua di sekitar aliran air sungai untuk dijadikan tempat tinggal.
Hal tersebut di perkuat dengan penemuan barang-barang dan sisa-sisa peralatan yang ditemukan
di dekat sungai. Pola hunian manusia purba memperli-hatkan dua karakter, yaitu kedekatan dengan
sumber air dan hidup di alam terbuka.
Ketika persediaan makanan di daerah yang mereka huni menipis, manusia purba akan segera
berpindah tempat mencari daerah yang memiliki banyak persediaan sumber makanan. Pola tersebut terus
berlangsung hingga manusia purba menemukan cara bercocok tanam. Setelah bercocok tanam mereka
mulai hidup menetap. Selain bercocok tanam menusia purba juga mulai memelihara dan beternak
binatang.
Sistem Kepercayaan
Sistem kepercayaan mulai muncul pada zaman Neolithikum. Pada zaman ini, masyarakat
purba sudah memahami adanya kehidupan setelah mati. Mereka juga meyakini adanya hubungan
antara orang hiup dan roh yang telah meninggal. Berkaitan dengan peristiwa itu maka kegiatan ritual
yang paling menonjol adalah upacara penguburan sebagai bentuk kehormatan terakhir pada orang
yang meninggal.
Bukti adanya sistem kepercayaan padazaman batu adalah terlihat melalui peninggalan berupa
tugu-tugu batu atau bangunan Megalithikum yang letaknya beradadi pucak bukit, dilereng gunung
atau bangunan yang lebih tinggi dari daratan sekitarnya. Hal ini muncul dari anggapan masyarakat
bahwa roh-roh tersebut berada di suatu tempat yang lebih tinggi. Oleh karena itu, selain ada upacara-
upacara penguburan pada zaman tersebut telah muncul upacara-upacarauntuk mendirikan bangunan
suci atau kebudayaan Megalithikum (Batu Besar) yang meliputi bangunan berikut ini.
A. Menhir
Menhir adalah bangunan berupa tugu batu yang didirikan untuk upacara menghormati
roh nenek moyang. Bentuk menhir ada yang berdiri tunggal juga ada yang berdiri berkelompok,
ada pula yang dibuat bersama bangunan lain seperti punden berundak-undak. Namun, bangunan
menhir yang dibuat oleh masyarakat praaksara tidak berpedoman kepada satu bentuk saja. Lokasi
tempat yang ditemukan menhir di Indonesia adalah Pasemah (Sumtera Selatamn), Sulawesi tenah
dan Kalimantan.
B. Punden Berundak-undak.
Punden berundak-undak adalah banguna dari batu yang bertingkat-tingkat dan fungsinya
sebagai tempat pemujaan terhadap roh nenek moyang. Bangunan tersebut dianggap sebagai
bangunan suci. Lokasi tempat penemuanny adalah Lebak Sibedug/Banten Selatan dan Lerengg
Bukit Hyang di Jawa Timur.
C. Dolmen
Dolmen merupakan meja dari batu yang fungsinya sebagai tempat meletakan sesaji untuk
pemujaan. Adakalanya dibawah dolmen dipkai untuk meletkkan mayat. Agar mayat tersebut tidak
dimakan binatang buas maka kaki mejanya diperbanyak sampai mayat tertutup rapat oleh batu.
Dolmen yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan mayat disebut kuburn batu. Lokasi
penemuan dolmen, antara lain Cupari Kuningan, Jawa Barat, Bondowoso, Jawa Timur, Merawan,
Jember, Jatim, Pasemah Sumatera, dan NTT. Bagi masyarakat Jawa Timur, dolmen yang
dibayahnya digunakan sebagai kuburan lebih dikenal dengan sebutan pandhusa atau makan
Tionghoa.
D. Sarkofagus.
Sarkofagus adalah keranda batu atau peti mayat yang terbuat dari batu. Bentuknya
menyerupai lesung dar batu utuh yang diberi tutup. Umumnya sarkofagus yang ditemukn mayat di
dalamnya dan bekal kubur berupa periuk, kapak persegi, perhiasan, dan benda-benda dari
perunggu atau besi. Daerah penemuan sarkofagusa adalah Bali. Menurut masyarakat Bali,
sarkofagus memiliki kekuatan gaib. Berdasarkan pendapat para ahli bahwa sarkofagus dikenal
masyarakat Bali sejk zaman logam.
E. Peti Kubur.
Peti kubur adalah peti mayat yang terbuat dari batu-batu besar. Peti kubur dibuat dari
lempengan/papan batu yang disusun persegi empat berbentuk peti mayat yang dilengkapi dengan
alas dan bidang atasnya juga barasal dari papan batu. Daerah penemuan pati kubur tersebut adalah
Cepari kuningan, Cirebon, Wonosari, dan Cepu. Di dalam kubur batu juga ditemukan rangka
manusia yang sudah rusak, alat-alat perunggu dan besi, serta manik-manik.
2. Dari pembahasan diatas coba anda sebutkan jenis-jenis manusia purba yang pernah ditemukan di
Indonesia beserta tempat penemuannya.!