Anda di halaman 1dari 9

KLIPING SEJARAH

FOSIL-FOSIL MANUSIA PURBA

DI SUSUN OLEH

NAMA : HELENA REFALINA DUE

FAUSTINA KLAUDIA JANGO

ANGELINA OKTAVIANA MBUNGA

KELAS : X UPW

SMK PGRI BAJAWA


MEGANTHROPUS PALEOJAVANICUS

Sejarah Penemuan dan Ciri-cirinya Oleh Dwi Latifatul Fajri 12 April 2022, 17:07 EBOOK BUKU
SISWA SEJARAH PEMINATAN SMA/MA KELAS 10 Ilustrasi, manusia purba. Meganthropus
Paleojavanicus tercatat sebagai manusia purba tertua di Indonesia. Indonesia memiliki sejarah dan
kebudayaan penting, termasuk di dunia arkeologi atau ilmu kepurbakalaan. Contohnya saja penemuan
fosil manusia purba. Dari beberapa fosil manusia purba di Indonesia, Meganthropus Paleojavanicus
diketahui merupakan fosil manusia purba tertua. Advertisement: 3:15 Close Player Fosil Meganthropus
Paleojavanicus ditemukan di daerah Sangiran, Jawa Tengah. Sekarang ini Sangiran menjadi situs
arkeologi di pulau Jawa. Penemu fosil Meganthropus Paleojavanicus adalah G.H.R Von Koenigswald
pada 1941 silam. Dalam buku ensiklopedia "Sejarah Lengkap Indonesia dari Era Klasik Sampai
Kontemporer", disebutkan jenis manusia purba ini memiliki struktur tulang yang besar. G.H.R Von
Koenigswald melakukan penelitian dari sungai Bengawan Solo dari tahun 1936-1941. Diperkirakan
Manusia Raksasa Jawa ini berasal dari lapisan Pleistosen bawah. ad Meganthropus Paleojavanicus
memiliki ciri badan tegap, rahang besar, dan kuat. Jenis manusia purba ini diperkirakan hidup di zaman
Batu Tua (Pleothihikum). Waktu hidup diperkirakan 1 juta sampai 2 juta tahun yang lalu. BACA JUGA 5
Manusia Purba yang Ditemukan di Indonesia Meganthropus Palaeojavanicus Pemberian nama
Meganthropus Paleojavanicus berasal dari kata 'mega' artinya 'besar' dan anthropus artinya manusia.
Sedangkan kata 'paleo' berarti tua, dan Javanicus berasal dari Jawa. Penemuan fosil tidak ditemukan
dalam keadaan lengkap. Penemuan fosil yang ditemukan yaitu bagian tengkorak, rahang bawah, dan gigi-
gigi yang lepas. Advertisement Ciri Ciri Meganthropus Paleojavanicus Perawakan Tegap Memiliki
tonjolan kening yang mencolok Otot kunyahnya kuat Tidak memiliki dagu Mempunyai tulang pipi yang
tebal dan kuat Memakan jenis tumbuh-tumbuhan Memiliki tonjolan belakang yang tajam Perlekatan otot
tengkuk yang besar dan kuat

Artikel ini telah tayang di Katadata.co.id dengan judul "Meganthropus Paleojavanicus, Sejarah Penemuan
dan Ciri-cirinya" , https://katadata.co.id/agung/berita/62554f6dafa16/meganthropus-paleojavanicus-
sejarah-penemuan-dan-ciri-cirinya
Penulis: Dwi Latifatul Fajri

Editor: agung
Pithecantropus Mojokertensis

Kali ini kita akan mempelajari sejarah salah satu makhluk purba atau dikenal
dengan istilah manusia kera. Walaupun kata “manusia” untuk makhluk
Pithecanthropus masih dipertanyakan oleh beberapa pihak.

Orang yang menemukan fosis “manusia purba” Pithecantropus


mojokertensis pertama kali adalah G.H.R. Von Koenigswald, pada tahun
1939 di Mojokerto.

Fosil yang ditemukan saat itu masih berusia balita, sekitar 5-6 tahun.

Sesuai dengan teori pembagian lapisan diluvium, Pithecanthropus yang


ditemukan oleh Dubois berada pada lapisan trinil, sedangkan paa lapisan
Jetis merupakan jenis Pithecantrophus Erectus atau Pithencantropus
robustus karena memiliki tubuh lebih besar dan kuat.

Koenigswald berpendapat bahwa Homo Mojokertensis atau Pithecantrophus


mojokertensis berada pada lapisan Plaistosen bawah atau lapisan Jetis.

Ciri-Ciri utama Fosil Pithecanthropus Mojokertensis

Apa ciri ciri Pithecanthropus mojokertensis menurut temuan Koenigswald?


Ciri ciri utama fosil Pithecanthropus mojokertensis adalah:

 Berbadan tegak
 Tulang pipi yang kuat.
 Kening tebal
 Mukanya menonjol ke depan
PITHECANTHROPUS ERECTUS

Pithecanthropus erectus adalah manusia purba yang pertama kali ditemukan fosilnya di Pulau
Jawa, Indonesia. Fosil Pithecanthropus erectus ditemukan di desa Trinil, Solo, Jawa Tengah
pada tahun 1891.

Sejarah Penemuan Pithecanthropus erectus


Dubois mengklasifikasikan temuannya sebagai Pithecanthropus erectus yang juga memiliki arti
manusia kera yang berjalan tegak.

– Tulang tengkorak yang sangat tebal

– Rahang besar tanpa dagu

– Gigi pada dasarnya seperti gigi manusia, meskipun dengan beberapa fitur mirip kera, seperti
taring besar yang sebagian tumpang tindih.

– Berjalan tegak sepenuhnya seperti manusia modern (dengan adanya tulang femur)

– Tinggi mencapai 170 cm (5 kaki 8 inci)

Selama lebih dari tiga dekade, Dubois tidak mengizinkan ilmuwan lain untuk memeriksa tulang
atap tengkorak dan femur tersebut sampai 1923.

Sejumlah orang mengkritik bahwa temuan Pithecanthropus erectus Dubois adalah hoax. Mereka
melontarkan kritik tersebut karena kecenderungan Dubois untuk berahasia terkait fosil
tersebut dan sindiran bahwa fosil tersebut mungkin milik makhluk primitif yang lebih mirip kera
atau owa daripada manusia. Sindiran itu ditulis Dubois sendiri dalam surat-suratnya sesaat
sebelum meninggal pada tahun 1940.

Namun, setelah penyelidikan lebih lanjut ahli biologi Amerika Ernst Mayr pada tahun
1944, Pithecanthropus erectus diklasifikasikan sebagai bagian dari Homo erectus.

Sumber: www.detik.com
Pithecantropus Soloensis

Pithecantropus soloensis merupakan salah satu jenis manusia purba yang dapat kita
temukan di Indonesia. Fosil dari pithecantropus soloensis dapat ditemukan di sekitar
wilayah jawa Tengah dan juga Jawa Timur.
Pithecantrupus mempunyai ciri dari bentuk fisik seperti badan yang tegap dan tulang
kening yang lebar. Jika diperhatikan dari namanya, pithecantropus soloensis ini
pertama kali ditemukan di daerah Solo.
Sejarawan yang berhasil menemukan pithecantropus soloensis adalah Oppenoort, Ter
Harr, dan G.H.R Koenigswald di daerah Ngandong, Jawa Tengah. Jika dilihat dari
tekstur pada tenggorokannya, pithecantropus soloensis mempunyai bentuk
tenggorokan tebal dan memanjang.
Pithecantropus soloensis adalah salah satu dari 3 fosil pithecantropus yang berhasil
ditemukan di Indonesia. Fosil pithecantropus yang lain diberi
nama pithecantropus erectus dan pithecantropus mojokertensis.
Secara umum, fosil pithecantropus memiliki beberapa ciri khas yang dapat dilihat dari
struktur tubuhnya. Badannya tegap, tinggi, rahang dan pengunyah makanan kuat, dan
belum memiliki tulang dagu, akan tetapi sudah mempunyai tulang pada kening dengan
ukuran yang cukup lebar.
Ciri-ciri Pithecantropus Soloensis
tandapagar.com

Pithecantropus soloensis yang merupakan salah satu manusia purba khas Indonesia
memiliki beberapa ciri khusus yang tidak dimiliki oleh semua manusia purba pada
umumnya. Berikut ini ciri dari pithecantropus soloensis.
 Makanannya hewan buruan dan tumbuhan
 Memiliki gigi geraham yang besar dan rahang yang kuat
 Bentuk hidung lebar dan tidak berdagu
 Bentuk tonjolan pada kening tebal dan melintang di sepanjang pelipis
 Isi volume otak sekitar 750-1350 cc
 Berbadan tegap
 Tinggi tubuh sekitar 165-180 cm.
Homo Soloensis

HOMO soloensis ialah salah satu jenis manusia purba yang paling maju dibandingkan dengan jenis lain.
Di Indonesia, terdapat beberapa tempat penemuan fosil-fosil homo soloensis yakni Ngandong, tepi
Bengawan Solo, dan Sangiran, serta Sambungmacan (Sragen). Penemuan itu dari penggalian yang
dilakukan oleh Willem Frederik Florus Oppenoorth, Carel ter Haar, dan GHR von Koenigswald pada 1931
hingga 1933. Fosil yang ditemukan terdiri dari 14 tengkorak, 2 tulang kering, dan tulang panggul.
Diperkirakan homo soloensis ialah evolusi dari Pithecanthropus mojokertensis yang hidup sekitar 117
hingga 108 ribu tahun lalu pada Zaman Pleistosen Akhir.

Ciri-ciri homo soloensis

1. Volume otak cukup besar mulai dari 1.013-1.251 cc.

2. Tinggi badan berkisar antara 130-210 cm.

3. Berat badan antara 30-150 kg.

4. Bagian belakang tengkorak telah membulat dan tinggi.

5. Otot-otot pada bagian tengkuk mulai mengalami reduksi.

6. Alat pengunyah menyusut sehingga gigi dan tulang rahang menjadi kecil.

7. Wajah dan hidungnya lebar.

8. Dahi dan mulut masih menonjol, namun tidak seperti Pithecanthropus yang diperkirakan bisa berjalan
dan berdiri sempurna.

Jika melihat dari penelitian yang dilakukan, manusia purba asal Solo ini dikatakan sudah hidup sejak
300.000-900.000 tahun lalu dan memiliki budaya yang cukup maju serta berkembang.

Kebudayaan manusia homo soloensis

- Penggunaan duri ikan pari.

- Penggunaan batu-batuan rusak.

- Penggunaan tulang binatang.

Salah satu ciri khas dari manusia purba ini yaitu kapasitas otaknya yang besar. Bahkan, kapasitas otak
dari manusia purba ini dikatakan tidak kalah jauh dari kapasitas otak manusia zaman sekarang
Homo Wajakensis (Manusia dari Wajak)

Homo wajakensis ditemukan di Wajak, Tulungagung, Jawa Timur


pada tahun 1889 oleh Van Rietschotten di lapisan pleistosen atas.
Van Rietschotten menemukan beberapa bagian tengkoran manusia
purba.

Temuan tersebut kemudian diselidiki oleh Eugene Dubois dan diberi


nama Homo wajakensis. Berdasarkan lapisan asalnya (pleistosen
atas), Homo wajakensis termasuk ras Australoid dan bernenek
moyang Homo sapiens, serta menurunkan penduduk asli Australia.

Oleh karena sudah mengenal upacara penguburan, maka oleh Von


Koesnigswald, Homo wajakensis dikategorikan dalam jenis Homo
sapiens.

Ciri-Ciri Homo Wajakensis


Adapun ciri-ciri Homo wajakensis adalah sebagai berikut.

 Kapasitas tengkorak 1.650 cc.


 Muka lebar.
 Hidung lebar tetapi rata.
 Orbit mata persegi.
 Rahang bawah dan gigi berukuran besar.

Berdasarkan ciri-ciri tersebut dapat disimpulkan bahwa tubuh Homo


wajakensis tinggi, isi tengkoraknya besar, dan dapat dikategorikan
ke dalam jenis Homo sapiens. Namun, para ahli menentukan
ras Homo sapiens karena Homo sapiens termasuk ras Mongoloid dan
Austromelanesoid.
Homo Floresiensis (Manusia dari Flores)

Homo floresiensis merupakan salah satu jenis manusia purba


Indonesia yang ditemukan oleh sekelompok peneliti dari Indonesia
(peneliti dari Pusat Arkeologi Nasional yang dipimpin oleh R.O.
Soedjono) dan Mike Morwood dari Australia.

Dalam penelitian tahun 2003 berhasil menemukan fosil kerangka


manusia kecil jenis hobit yang diperkirakan berusia 18.000 tahun.
Fosil tersebut ditemukan di Liang Bua, sebuah gua kapur yang ada
di Ruteng, Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur.

Fosil kerangka hobit yang ditemukan berjenis kelamin wanita


dengan ukuran tubuh jauh lebih kecil dibandingkan ukuran manusia
normal. Selain fosil kerangka hobit, juga ditemukan fosil tikus
raksasa sebesar kucing, gajah kerdil yang disebut stegodon, fosil
komodo, dan peralatan dari batu seperti yang digunakan Homo
erectus, tetapi berukuran jauh lebih kecil.

Selanjutnya, temua fosil kerangka hobit tersebut diumumkan


sebagai spesies manusia baru yang disebut dengan Homo
floresiensis atau manusia dari Flores. Diperkirakan Homo
floresiensis hidup sekitar 18.000 tahun lalu di Kepulauan Flores.

Ciri-Ciri Homo floresiensis


Adapun ciri-ciri Homo floresiensis adalah sebagai berikut.

 Memiliki tinggi 100 cm.


 Berat badan 30 kg.
 Berjalan tegak.
 Tidak memiliki dagu.

Penyebutan Homo floresiensis sebagai manusia baru masih menuai


kontroversi. Menurut harian Sydney Morning Heraldya terbit pada
tanggal 19 November 2009, para ilmua menyatakan bahwa hobit
yang ditemukan merupakan spesies yang belum diketahui.

Anda mungkin juga menyukai