Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Pengertian Prasejarah Manusia Purba
Pada Zaman Batu Dan Zaman Logam
Manusia purba banyak ditemukan diberbagai bagian dunia, tapi lebih banyak ditemukan di
negara Indonesia. Fosil-fosil yang ditemukan di berbagai daerah di Indonesia, salah satunya ada
yang sudah berumur jutaan tahun yang lalu.
Untuk mengetahui keberadaan kehidupan manusia purba lebih dalam. Anda bisa melihat sisa-
sisa tulang manusia, hewan, dan tumbuhan, yang sudah menjadi batu atau jadi fosil. Atau bisa
melewati peninggalan-peninggalan peralatan yang digunakan oleh manusia purba. Seperti,
peralatan rumah tangga, senjata, bangunan, atau perhiasan.
Hasil penemuannya adalah : Fosil tengkorak di Ngandong, Blora. Tahun 1936, ditemukan
tengkorak anak di Perning, Mojokerto. Tahun 1937 – 1941 ditemukan tengkorak tulang dan
rahang Homo Erectus dan Meganthropus Paleojavanicus di Sangiran, Solo. Penemuan lain
tentang manusia Purba :
Ditemukan tengkorak, rahang, tulang pinggul dan tulang paha manusia Meganthropus, Homo
Erectus dan Homo Sapien di lokasi Sangiran, Sambung Macan (Sragen),Trinil, Ngandong dan
Patiayam (kudus).
DR. T. Jacob
Penelitian tentang manusia Purba oleh bangsa Indonesia dimulai pada tahun 1952 yang dipimpin
oleh Prof. DR. T. Jacob dari UGM, di daerah Sangiran dan sepanjang aliran Bengawan Solo.
Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Konflik Sosial : Pengertian, Macam, + 5
Faktor Penyebabnya
Penelitian tersebut dilakukan untuk mengetahui jenis-jenis manusia purba yang ada di Indonesia.
Hal itu dibuktikan dengan penemuan-penemuan fosil yang ditemukan di daerah Solo, Pacitan,
Ngandong, Mojokerto, Sangiran, dan masih banyak lagi.
Setelah melakukan banyak penelitian mengenai manusia purba yang berada diberbagai daerah di
Indonesia. Para Ahli kemudian membagi manusia purba di Indonesia menjadi tiga jenis. Yaitu,
Meganthropus (Manusia besar), Pithecanthropus (Manusia kera yang berjalan tegak), dan Homo
(Manusia yang berpikir).
Para ilmuwan sejarah di seluruh belahan dunia, sebagian besar menganut teori evolusi kera. Atau
yang lebih dikenal dengan teori Australopithecus yang sudah punah sebagai ras nenek moyang
manusia.
Sebenarnya teori tersebut terjadi banyak perbedaan yang sangat signifikan. Serta jauh sekali,
tidak ada hubungannya antara manusia dan kera. Perbedaan tersebut tidak bisa dijelaskan oleh
penganut teori Australopithecus, dengan peristiwa yang hilang atau lebih dikenal dengan
sebutan missing link.
Manusi purba Meganthropus Palaejavanicus adalah manusia purba yang paling besar dan tertua
di Indonesia. Manusia purba ini ditemukan oleh seorang arkeolog dari Belanda yang bernama
Van Koenigswald. Ia merupakan orang yang pertama kali menemukan fosil di daerah Sangiran
pada tahun 1936.
Meganthropus Palaeojavani memiliki arti manusia besar tua yang berasal dari Jawa. Ini unsur-
unsur namanya yang terdiri dari kata megan berarti besar, anthropus = manusia, paleo = tua, dan
javanicus = berasal dari Jawa.
Diperkirakan Meganthropus Palaeojavanicus hidup sejak 1 juta sampai 2 juta tahun yang lalu.
Hal tersebut dibuktikan dari fosil yang ditemukan tekniknya dengan peluruhan karbon. Maka
dari itu, usia dari fosil tersebut dapat diketahui.
Manusia purba ini diperkirakan hidup di Indonesia sejak satu sampai dua juta tahun yang lalu.
Pithecanthropus Erectus ditemukan oleh seorang dokter dari Belanda yaitu Eugene Dubois.
Pada awalnya dia mengadakan penelitian di Sumatera Barat, tetapi tidak menemukan fosil
disana. Kemudia dia berpindah ke pulau Jawa, ia pujn berhasil menemukan fosil
Pithecanthrophus Erectus di desa Trinil, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur pada tahun 1891.
Fosil yang ditemukan pada saat itu adalah berupa tulang rahang atas, tulang kaki, dan tengkorak.
Fosil tersebut ditemukan pada masa kala Pleistosen tengah.
Hasil dari penemuan tersebut, berupa tulang paha, rahang atas dan bawah, tulang kering. Dan
fragmen tengkorak yang mempunyai volume sekitar 1.600 cc. Dalam penelitian diperkirakan
manusia purba jenis ini sudah dapat membuat peralatan yang terbuat dari batu dan tulang. Serta
sudah mengerti caranya untuk memasak.Dibawah ini adalah ciri-ciri manusia purba Homo
Wajakensis, sebagai berikut :Memiliki muka datar dan lebar
Pithecanthropus Soloensisi merupakan salah satu jenis manusia purba yang ditemukan di
Indonesia. Fosil-fosil manusia purba ini dapat ditemukan di wilayah sekitar Jawa Tengah dan
Jawa Timur.
Pithecanthropus Soloensis ditemukan oleh sejarawan, yaitu Oppenort, Ter Harr, dan G.H.R.
Koenigswald di wilayah Ngandong, Jawa Tengah.
Pithecantropus Soloensis adalah salah satu manusia purba khas Indonesia. Yang memiliki
beberapa ciri khusus yang tidak dimiliki oleh semua manusia purba pada umumnya. Berikut ini
ciri dari pithecantropus soloensis.
Homo Floresiensis adalah termasuk salah satu dari manusia purba yang berjenis Homo di
Indonesia. Manusia purba ini ditemukan saat penggalian di Liang Bua, di Pulau Flores oleh tim
arkeolog gabungan. Yang terdiri dari Pusilitbang Arkeolog Nasional, Indonesia dan Unikversity
of New England.
Homo Floresiensis biasanya disebut disebut dengan manusia kerdil. Manusia purba ini
diperkirakan hidup sekitar 12.000 tahun yang lalu. Pada saat ditemukan oleh tim gabungan dari
Pusilitbang Arkeolog Nasional, Indonesia dan Unikversity of New England, Australia pada tahun
2003.
Kerangka dari manusia purba ini belum membatu atau belum menjadi fosil. Selain kerangka
Homo Floresiensis, juga ditemukan kerangka homo sapiens dan berbagai hewan mamalia
lainnya. Seperti Gajah Stegodo, Biawak, dan Tikus besar. Dan alat-alat batu seperti pisau, tulang
yang terbakar, arang, beliung dan mata panah.
Seorang Ahli yang menemukan kerangka ini menyatakan dugaannya bahwa Homo Floresiensis
ini hidup berdampingan. Atau hidup bersama dengan jenis spesies manusia purba Homo Sapiens,
dan manusia modern lainnya. Berikut ini ciri-ciri manusia purba Homo Floresiensis :
Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : “Zaman Neolitikum” Pengertian &
( Ciri – Hasil Peninggalan )
Ciri-ciri kehidupan manusia purba saat zaman berburu dan mengumpulkan makanan, sebagai
berikut :
Beberapa ahli lainnya, juga menyatakan bahwa keadaan yang terjadi sebelum munculnya
beternak dan bercocok tanam pada manusia purba. Adalah bermukim dan semakin bertambahnya
jumlah penduduk pada zaman itu.
Bertambah besarnya anggota kelompok dalam kehidupan manusia purba menyebabkan kondisi
makanan yang awalnya melimpah menjadi lebih sedikit. Dan bahkan berkurang pada daerah
pemukiman manusia purba.
Karena hewan-hewan sering diburu dan masa reproduksinya cukup lambat menjadikan manusia
beralih ke bercocok tanam. Jenis tanaman yang pertama kali dalam bercocok tanam, menurut
Vishu Mitre adalah Jawawut (pearl millet). Dan juga sorgum, Wijen, Kurma, serta Kacang-
kacangan.
Namun, juga ada pendapat lain tentang jenis makanan yang pertama kali ditanam oleh manusia
purba dalam bercocok tanam. Yaitu Pohon Ara (fig tree) yang mempunyai buah banyak dan
rasanya sedikit manis.
Pada sekitar tahun 10.000 SM mulai beralih ke tanaman gandum dan jenis-jenis tanaman yang
tumbuh liar. Seperti buncis, kacang p[olong, labu botol, kentang, labu, jagung, dan lain-lain.
Ciri-ciri kehidupan manusia purba saat zaman bercocok tanam, sebagai berikut :
Hidupnya sudah mulai menetap pada suatu tempat dan melakukan kegiatan bercocok
tanam
Sudah mulai memakai pakaian yang terbuat dari kulit hewan maupun kulit kayu
Membangun rumah atau tempat tinggal dari kayu
Membuat alat-alat bercocok tanam, seperti : mata panah, beliung persegi, kapak lonjong,
dan perhiasan.
Sistem kepercayaan yang di percaya manusia pada masa prakasara atau masa prasejarah antara
lain animisme, dinamisme, totemisme, dan totemisme
1. Animisme, adalah percaya pada roh nenek moyang maupun roh-roh lain yang
mempengaruhi kehidupan mereka. Upaya yang dilakukan agar roh-roh tersebut tidak
mengganggu adalah dengan memberikan sesaji.
2. Dinamisme, adalah percaya pada kekuatan alam dan benda-benda yang mempunyai sifat
gaib. Manusia purba melakukanya dengan cara menyembah batu atau pohon besar,
gunung, laut, gua, keris, jimat, dan patung.
3. Totemisme, adalah percaya pada binatang yang dinganggap suci dan memiliki kekuatan.
Dalam melakukan upacara ritual pemujaan manusia purba membutuhkan sarana atau
tempat. Mereka membangun bangunan dari batu yang dipahat dengan ukuran yang besar.
Masa ini di sebut sebagai kebudayaan Megalitikum (kebudayaan batu besar).
Ciri-ciri kehidupan manusia purba saat zaman mengenal kepercayaan, sebagai berikut :
Melaksankan upacara-upara khusus, untuk bukti adanya kekuatan yang melebihi mereka.
Mulai terdapat bangunan-bangunan besar untuk dijadikan sebagai tempat melakukan
pemujaan maupun upacara.
Nah, itulah penjelasan tentang manusia purba mengenai pengertian, sejarah, ciri – ciri, dan corak
kehidupannya. Semoga artikel ini bisa bermanfaat bagi kita semua dan bisa menambah
pengetahuan. Baca juga artikel lainnya, sekian dan terima kasih.
Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : “Zaman Mesolitikum” Pengertian &
( Peninggalan – Hasil Kebudayaan )
Kapak Genggam
Alat Serpih
Kedua, adalah alat serpih. Alat ini digunakan oleh manusia purba untuk menusuk, memotong dan
melubangi kulit binatang, dan terbentuk dari batu. Diperkirakan, alat ini merupakan serpihan-
serpihan dari batu yang dibuat sebagai kapak genggam. Alat ini pernah ditemukan di Sangiran
dan Gombong (Jawa Tengah), serta Cabbenge (Flores).
Kapak Persegi
Ketiga adalah kapak persegi, kapak ini merupakan alat yang terbuat dari batu dan digunakan oleh
manusia untuk mencangkul, memahat, dan berburu. Alat ini terbuat dari batu berbentuk segi
empat yang kedua sisinya diasah halus. Pada salah satu sisi pangkal, ada bagian berlubang untuk
tangkai. Sementara pangkal lainnya adalah bagian yang tajam. Alat ini banyak ditemukan di
berbagai tempat di Indonesia lho, mulai dari Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara, hingga Sulawesi.
Kapak Lonjong
Menhir
Kelima adalah menhir yang merupakan tugu batu yang tinggi. Diperkirakan menhir digunakan
sebagai tempat pemujaan oleh manusia prasejarah.
Dolmen
Keenam adalah dolmen yaitu meja yang terbuat dari batu, diperkirakan digunakan oleh manusia
pra sejarah sebagai tempat menyimpan sesaji untuk sesembahan.
Sarkofagus
Ketujuh adalah sarkofagus yaitu peti mati yang terbuat dari batu. Pasti tahu kan ya peti mati
digunakan untuk apa, RG Squad?
Arca
Arca merupakan batu yang dibentuk hingga menyerupai makhluk hidup tertentu.
Bejana Perunggu
Kesembilan adalah bejana perunggu, bejana ini merupakan benda yang terbuat dari perunggu.
Bentuknya mirip dengan gitar Spanyol tanpa gagang. Alat ini hanya ditemukan di dua tempat
yaitu di Madura dan Sumatra.
Kapak Corong
Kesepuluh, sekaligus terakhir adalah kapak corong yang terbuat dari perungu dan bentuk bagian
atas mirip dengan corong. Alat ini pernah ditemukan di Jawa, Bali, Sulawesi, dan Papua.
Dari bentuk rahang, para ilmuwan menyimpulkan cara hidup Ardi tidaklah agresif. Menurut
ilmuwan, penemuan ini mengubah teori yang berlaku selama ini mengenai asal usul manusia.
Homo antecessor
Hidup sebelum manusia Neanderthals dan Homo Sapiens, diduga datang ke gua-gua Atapurca
setelah mengalami migrasi dari Afrika dan melewati Timur Tengah, Italia utara dan kemudian
Prancis. Sejarah Penemuan Fosil Manusia Purba, Manusia Kera dan Manusia Modern Secara
umum penemuan fosil manusia dari jaman ke zaman terbagi atas tiga kelompok, yaitu manusia
kera, manusia purba dan manusia modern.
Yang perlu diingat adalah bahwa teori ini hanya dugaan dan tidak terbukti kebenarannya karena
teori evolusi telah runtuh. Fosil manusia lama yang ditemukan bisa saja bukan fosil manusia atau
manusia yang memiliki bentuk ciri tubuh yang unik, atau bahkan hasil rekayasa.
Australopithecus Africanus
Australopithecus africanus ditemukan di desa Taung di sekitar Bechunaland ditemukan oleh
Raymond Dart tahun 1924. Bagian tubuh yang ditemukan hanya fosil tengkorak kepala saja.
penemuan tersebut ditemukan di daerah Amerika Selatan dengan ciri isi volume otak sekitar 600
cm kubik, hidup di lingkungan terbuka, serta memiliki tinggi badan kurang lebih 1,5 meter.
Kedua fosil menusia kera tersebut disebut australopithecus.
Sinanthropus Pekinensis
Sinanthropus pekinensis adalah manusia purba yang fosilnya ditemukan di gua naga daerah
Peking negara Cina oleh Davidson Black dan Franz Weidenreich. Sinanthropus pekinensis
dianggap bagian dari kelompok pithecanthropus karena memiliki ciri tubuh atau badan yang
mirip serta hidup di era zaman yang bersamaan. Sinanthropus pekinensis memiliki volume isi
otak sekitar kurang lebih 900 sampai 1200 cm kubik.
Meganthropus Palaeojavanicus
Meganthropus palaeojavanicus ditemukan di Sangiran di pulau jawa oleh Von Koningswald
pada tahun 1939 – 1941.
Manusia Heidelberg
Manusia Heidelberg atau Homo heidelbergensis adalah spesies pada genus Homo yang telah
punah yang mungkin merupakan nenek moyang langsung Homo neanderthalensis di Eropa.
Bukti yang ditemukan mengenai H. heidelbergensis berusia 600.000 hingga 400.000 tahun yang
lalu. dan ini adalah fosil dari tempurung tengkoraknya Manusia heidelberg ditemukan di Jerman
Pithecanthropus Erectus
Pithecanthropus erectus adalah manusia purba yang pertama kali fosil telang belulang ditemukan
di Trinil Jawa Tengah pada tahun 1891 oleh Eugene Dubois. Pithecanthropus erectus hidup di
jaman pleistosin atau kira-kira 300.000 hingga 500.000 tahun yang lalu.
Volume otak Pithecanthropus erectus diperkirakan sekitar 770 – 1000 cm kubik. Bagian tulang-
belulang fosil manusia purba yang ditemukan tersebut adalah tulang rahang, beberapa gigi, serta
sebagian tulang tengkorak.
Jika binatang-binatang seperti ini memang pernah ada, maka seharusnya mereka muncul dalam
jumlah dan variasi sampai jutaan atau milyaran. Lebih penting lagi, sisa-sisa makhluk-makhluk
aneh ini seharusnya ada pada catatan fosil. Jumlah bentuk-bentuk peralihan ini pun semestinya
jauh lebih besar daripada spesies binatang masa kini dan sisa-sisa mereka seharusnya ditemukan
di seluruh penjuru dunia. Dalam The Origin of Species, Darwin menjelaskan:
“Jika teori saya benar, pasti pernah terdapat jenis-jenis bentuk peralihan yang tak terhitung
jumlahnya, yang mengaitkan semua spesies dari kelompok yang sama…. Sudah tentu bukti
keberadaan mereka di masa lampau hanya dapat ditemukan pada peninggalan-peninggalan
fosil.”
Bahkan Darwin sendiri sadar akan ketiadaan bentuk-bentuk peralihan tersebut. Ia berharap
bentuk-bentuk peralihan itu akan ditemukan di masa mendatang. Namun di balik harapan
besarnya ini, ia sadar bahwa rintangan utama teorinya adalah ketiadaan bentuk-bentuk peralihan.
Karena itulah dalam buku The Origin of Species, pada bab “Difficulties of the Theory” ia
menulis:
Jika suatu spesies memang berasal dari spesies lain melalui perubahan sedikit demi sedikit,
mengapa kita tidak melihat sejumlah besar bentuk transisi di mana pun? Mengapa alam tidak
berada dalam keadaan kacau-balau, tetapi justru seperti kita lihat, spesies-spesies hidup dengan
bentuk sebaik-baiknya?
Menurut teori ini harus ada bentuk-bentuk peralihan dalam jumlah besar, tetapi mengapa kita
tidak menemukan mereka terkubur di kerak bumi dalam jumlah tidak terhitung?…. Dan pada
daerah peralihan, yang memiliki kondisi hidup peralihan, mengapa sekarang tidak kita temukan
jenis-jenis peralihan dengan kekerabatan yang erat? Telah lama kesulitan ini sangat
membingungkan saya.2
Satu-satunya penjelasan Darwin atas hal ini adalah bahwa catatan fosil yang telah ditemukan
hingga kini belum memadai. Ia menegaskan jika catatan fosil dipelajari secara terperinci, mata
rantai yang hilang akan ditemukan.
Karena mempercayai ramalan Darwin, kaum evolusionis telah berburu fosil dan melakukan
penggalian mencari mata rantai yang hilang di seluruh penjuru dunia sejak pertengahan abad ke-
19. Walaupun mereka telah bekerja keras, tak satu pun bentuk transisi ditemukan. Bertentangan
dengan kepercayaan evolusionis, semua fosil yang ditemukan justru membuktikan bahwa
kehidupan muncul di bumi secara tiba-tiba dan dalam bentuk yang telah lengkap. Usaha mereka
untuk membuktikan teori evolusi justru tanpa sengaja telah meruntuhkan teori itu sendiri.
Teori evolusi menyatakan bahwa spesies makhluk hidup terus-menerus berevolusi menjadi
spesies lain. Namun ketika kita membandingkan makhluk hidup dengan fosil-fosil mereka, kita
melihat bahwa mereka tidak berubah setelah jutaan tahun. Fakta ini adalah bukti nyata yang
meruntuhkan pernyataan evolusionis.
Facebook
Twit
WhatsApp
Posting pada Sejarah, SMPDitag arti manusia purba dan macam macamnya, asal usul manusia
purba, asal usul manusia purba brainly, asal usul manusia purba menurut islam, australopithecus
africanus, ciri ciri australopithecus africanus, ciri ciri manusia purba di afrika, ciri ciri manusia
purba trinil, ciri ciri pithecanthropus mojokertensis, ciri ciri pithecanthropus soloensis, corak
kehidupan pithecanthropus soloensis, dasar teori nusantara, deskripsikan pembagian zaman
batu, evolusi manusia purba, fosil pithecanthropus erectus ditemukan di, gambar meganthropus
paleojavanicus, gua lida ajer, hewan purba, jelaskan berlangsungnya zaman ketiga
tersier, jelaskan istilah missing link, jenis jenis manusia purba di indonesia, jenis manusia
purba, jenis manusia purba di indonesia dan penemunya, kebudayaan manusia purba di
indonesia, kehidupan manusia purba, kliping sejarah manusia purba, maksud kedatangan eugene
dubois di indonesia, manusia modern, manusia modern adalah, manusia purba adalah
brainly, manusia purba di aceh, manusia purba di afrika, manusia purba di amerika, manusia
purba di dunia, manusia purba di eropa, manusia purba di indonesia, manusia purba
nama, manusia purba pengertian, manusia purba tertua di indonesia, manusia raksasa, mengenal
manusia purba, mengidentifikasi untuk mengenal manusia purba, missing link adalah, pebble
culture artinya adalah, pembabakan zaman berdasarkan temuan arkeologi, pembahasan tentang
manusia purba, pengertian lengkap manusia purba, pengertian manusia modern, Pengertian
Manusia Purba, pengertian manusia purba beserta gambarnya, pengertian manusia purba
brainly, pengertian manusia purba menurut para ahli, pengertian pithecanthropus, pengertian
sangiran, perbedaan manusia purba dan manusia modern, perbedaan manusia purba indonesia
dan dunia, pithecanthropus dubuis, pithecanthropus robustus, pithecanthropus
soloensis, ramapithecus brevirostris, sebutkan ciri ciri umum pithecanthropus, sebutkan manusia
purba yang ada di indonesia, sejarah manusia purba, sejarah manusia purba di dunia, sejarah
manusia purba di indonesia, sejarah singkat manusia, sinanthropus lantianensis, terangkan
pengertian manusia purba prehistoric people, volume otak meganthropus paleojavanicus
Navigasi pos
Pos sebelumnyaPerilaku Menyimpang – Pengertian, Faktor, Jenis, Dampak, Mengantisipasi,
Mengatasi, Contohnya
Pos berikutnyaPengertian Idiom Adalah – Macam, Unsur, Bentuk, Contohnya
Pos-pos Terbaru