Anda di halaman 1dari 15

Kelompok 2

Nama Anggota :
1. Agung Nugraha Purba
2. Daniel Haposan B. K. J. P
3. I Kadek Dharma Widiana
4. Kevin Parmahan Panjaitan
5. Michael Samuel Giovanni P. K
6. Petrus Hasiholan Simamora
7. Steven Jordan Ginting
Pengantar
Manusia purba adalah jenis manusia yang hidup pada zaman sebelum
mengenal tulisan.
Cara mengetahui kehidupan manusia purba di indonesia adalah sebagai
berikut :
1. Dengan melalui fosil makhluk hidup yang telah membatu .
2. Dengan melalui peninggalan peralatan dan perlengkapan kehidupan manusia sebagai hasil
budaya manusia yang biasa dikenal sebagai artefak.
Berikut adalah beberapa penemuan penting fosil manusia di beberapa tempat :
3. Sangiran
4. Trinil, Ngawi, Jawa Timur
Sangiran
Pada tahun 1936 ditemukanlah fosil manusia purba pertama di Sangiran. Setelah itu,
tahun demi tahun penelitian semakin banyak dilakukan di Sangiran yang menghasilkan
berbagai temuan, baik berupa fosil manusia, fosil hewan, alat tulang, dan alat batu.
Pada 1936-1941, GHR Von Koenigswald dan F Weidenreich melakukan
penyelidikan di sepanjang Sungai Bengawan Solo dan berhasil menemukan fosil tengkorak
manusia yang disebut Meganthropus Palaeojavanicus.
Dari penemuan itu disimpulkan bahwa manusia tertua bukan Pithecanthropus erectus
yang ditemukan pada 1890 di Trinil, melainkan Meganthropus palaeojavanicus.
Sekitar 50 fosil Meganthropus palaeojavanicus dan Pithecantropus erectus/Homo
erectus berhasil digali dari sini. Lebih dari separuh fosil manusia purba hominidae ditemukan
di Sangiran. Diperkirakan, manusia purba yang hidup 1,5 juta tahun lalu bermukim di
Sangiran.
Trinil, Ngawi, Jawa Timur
Pada tahun 1891 seorang ahli anatomi yaitu Eugene dubois menemukan bekas manusia purba
pertama di luar Eropa (saat itu) yaitu spesimen manusia Trinil, Ngawi, Jawa Timur. Pada 1893 Dubois
menemukan fosil manusia purba Pithecanthropus erectus serta berbagai fosil hewan dan tumbuhan purba.
Fosil yang ditemukan berupa tulang rahang bagian atas tengkorak, geraham dan tulang kaki. Fosil
ini ditemukan pada masa kala Pleistosen tengah.
 Tinggi badan sekitar 165 – 180 cm
 Volume otak berkisar antara 750 – 1350 cc
 Bentuk tubuh & anggota badan tegap, tetapi tidak setegap meganthropus
 alat pengunyah dan alat tengkuk sangat kuat
 bentuk graham besar dengan rahang yang sangat kuat
 Bentuk tonjolan kening tebal melintang di dahi dari sisi ke sisi
 bentuk hidung tebal
 bagian belakang kepala tampak menonjol menyerupai wanita berkonde
 Muka menonjol ke depan
 dahi miring ke belakang
Jenis-jenis Manusia Purba

Jenis manusia purba yang Hidup di zaman praaksara yaitu:


 Meganthropus Palaeojavanicus
 Pitechantentropus Erectus
 Homo Soloensis
 Homo Sapiens
Meganthropus Palaeojavanicus

Meganthropus palaeojavanicus ditemukan oleh G. H. R. von Koenigswald,


ditemukan di Desa Sangiran, lembah Bengawan Solo pada tahun 1941.

Ciri- ciri :
 Tulang pipi tebal
 Kening menonjol
 Tidak memiliki dagu
 Gerahamnya besar-besar
 Berbadan tegap
 Bentuk muka diduga massif
 Rahang bawah sangat tegap
 Memiliki bentuk gigi homonin
 Memakan tumbuh-tumbuhan
 Otot kunyah sangat kuat

Pitechantentropus Erectus
Pitechantentropus erectus ditemukan oleh Eugène Dubois ditemukan di desa
Trinil, Solo, Jawa Tengah pada tahun 1891.

Ciri-ciri Pithecanthropus erectus yaitu:


 Berbadan tegap
 Alat pengunyah yang kuat
 Berjalan tegak
 Tinggi badan berkisar antara 165-170 cm
 Berat badan kurang dari 100 kg
 Volume otaknya sekitar 900 cc
 Makanannya masih diolah secara sederhana
 Hidupnya diperkirakan antara 700.000 sampai satu juta tahun lalu.
Homo Soloensis
Homo Soloensis ditemukan oleh Willem Frederik Florus Oppenoorth, Carel ter Haar,
dan G. H. R. von Koenigswald ditemukan di Ngandong, tepi Bengawan Solo, dan Sangiran
serta Sambungmacan (Sragen) pada tahun 1931 hingga 1933

Ciri-ciri :
 Volume otak cukup besar mulai dari 1.013-1.251 cc
 Tinggi badan berkisar antara 130-210 cm
 Berat badan antara 30-150 kg
 Bagian belakang tengkorak telah membulat dan tinggi
 Otot-otot pada bagian tengkuk mulai mengalami reduksi
 Alat pengunyah menyusut sehingga gigi dan tulang rahang menjadi kecil
 Wajah dan hidungnya lebar
 Dahi dan mulut masih menonjol, namun tidak seperti Pithecanthropus
 Diperkirakan bisa berjalan dan berdiri sempurna
Homo Sapiens

Homo sapiens ditemukan oleh Van Rietschoten ditemukan di Jebel Irhoud,


Maroko, pada tahun 2000. Homo sapiens

Ciri – ciri :
 Tinggi badan berkisar antara 130-210 cm
 Berat badan antara 30-150 kg
 Volume otak antara 1.000-2.000 cc
 Reduksi pada bagian gigi, rahang, dan otot-otot kunyah sehingga mulai terdapat dagu pada
rahang bawah
 Otot-otot dan tulang-tulang ukurannya menjadi lebih mungil
 Telah menggunakan bahasa untuk berkomunikasi

Beberapa penggolongan Homo Sapiens dapat digolongkan sebagai berikut:


 Manusia Wajak (Homo Wajakensis)
 Manusia Liang Bua (Homo Floresiensis)
Manusia Wajak (Homo Wajakensis)
Homo wajakensis (Manusia Wajak) adalah manusia purba yang pernah hidup di
Indonesia. Fosil Homo wajakensis ditemukan oleh B.D. van Rietschoten pada tanggal 24
Oktober 1888 (Theunissen, 1989 dalam Storm, 1995) di sebuah ceruk di lereng pegunungan
karst di barat laut Kecamatan Campurdarat, Kabupaten tulungagung, Jawa Timur.
van Rietschoten menjabarkan bahwa fosil tengkorak tersebut ditemukan saat
eksplorasi pertambangan marmer, meskipun kondisi tengkorak hancur, terdapat empat gigi
geraham yang masih menempel di rahang.
Saetelah pencarian terus menerus lokasi penemuan terakhirnya disebut sebagai Kecil
Site, Goa Kecil Site atau juga Western Cave karena lokasinya yang berada di sebelah barat
Wajak Site
Temuan Wajak menunjukkan bahwa sekitar 40.000 tahun yang lalu Indonesia sudah
didiami oleh Homo Sapiens yang rasnya sukar dicocokkan dengan ras-ras pokok yang terdapat
sekarang, sehingga manusia Wajak dapat dianggap sebagai suatu ras tersendiri. Diperkirakan
dari manusia Wajak inilah sub-ras Melayu Indonesia dan turut pula berevolusi menjadi ras
Austromelanesoid sekarang.
Manusia Wajak (Homo Wajakensis)
Ciri-cirinya adalah:
Pada Perempuan:
 Memiliki ciri muka yang datar dan lebar.
 Akar hidung lebar dan bagian mulut menonjol dikit.
 Dahinya agak miring.
 Diatas matanya terdapat busur kening nyata.
 Mempunyai volume otak sekitar 1.630 cc.

Pada Laki-Laki:
 Perlekatan otot sangat nyata langit langit nya juga dalam.
 Rahang bawah serta gigi memiliki ukuran yang besar.
 Kalau menutupi gigi maka muka atas akan mengenai muka bawah.
 Dari tulang pahanya dapat di perkirakan tubuhnya setinggi 173 cm.
Manusia Liang Bua (Homo Floresiensis)

Manusia liang bua adalah manusia yang diperkirakan dahulu hidup di goa yang
berada di desa Liangbua di daerah Nusa Tenggara Timur. Disini ditemukan fosil mahluk
mirip manusia yang disebut Homo Floresiensis.
Liang Bua merupakan sebuah situs pemukiman di zaman prasejarah yang terletak
di Kabupaten Manggarai, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Menurut kebahasaan,
kata liang memiliki arti "gua" dan bua berarti "sejuk"/"dingin", yang diambil dari bahasa
Manggarai. Ukuran Liang Bua mencapai 50 meter untuk panjang, 40 meter untuk lebar, dan 25
meter untuk tinggi.
Homo floresiensis adalah spesies manusia purba berukuran kecil yang mendiami
Pulau Flores. Manusia purba ini ditemukan oleh Peter Brown dan Mike J. Morwood bersama-
sama dengan tim dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional pada September 2003.
Homo floresiensis ditemukan di Gua Liang Bua di Flores.Temuan itu kemudian
diberi nama Homo floresiensis atau Manusia Liang Bua, sesuai dengan lokasi
penemuannya.Fosil yang ditemukan berupa tengkorak manusia purba yang memiliki bentuk
sangat mungil.Diperkirakan ukuran tubuhnya tidak lebih besar dari anak-anak usia lima tahun.
Manusia Liang Bua (Homo Floresiensis)

Ciri – cirinya adalah :


 Tengkorak berukuran kecil dan memanjang.
 Bagian dahi tidak menonjol dan sempit.
 Volume otak 380 cc.
 Tinggi badan sekitar 100 cm.
 Beratnya sekiar 30 kg.
 Berjalan tegak dan tidak memiliki dagu.
Perdebatan antara Pithecanthropus ke Homo
Erectus
Penemuan fosil Pithecanthropus oleh Dubois di hubungkan dengan teori
evolusi manusia yang dituliskan oleh Charles Darwin. Dalam perdebatan ini Dubois
menyatakan bahwa, Pithecanthropus Erectus adalah peralihan kera ke manusia.
Pernyataan Dubois itu kemudian menjadi perdebatan, apakah benar atap
tengkorak dengan volume kecil, gigi berukuran besar dan tulang paha yang berciri
modern berasal dari satu individu? Sementara orang mendunga bahwa tengkorak
tersebut tengkorak gibbon.
Perdebatan ini kemudian berlanjut hingga ke eropa, ketika Dubois
mempresentasikan penemuan tersebut dalam seminar Internasional Zoologi pada
tahun 1895 di Leiden, Belanda, dan dalam pameran publik British Zoology Society
di London.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai