Anda di halaman 1dari 9

KLIPING

MANUSIA PURBA

Disusun Oleh :
ACHMAD BIMA SYAPUTRA
KELAS VII A

SMP BLM SANGATTA UTARA


Manusia Purba di Indonesia dan Dunia

3.9.1 Jenis-Jenis Manusia Purba di Indonesia dan Dunia dengan Manusia Modern.
      Jenis-Jenis Manusia Purba di Indonesia
A. Pithecanthropus
Ciri-Ciri Pithecanthropus
                  1.     Mempunyai hidung lebar dan tidak berdagu
                  2.     Mempunyai rahang yang kuat dan geraham yang besar
                  3.     Memakan tumbuhan dan daging hewan buruan
                  4.     Tonjolan kening tebal dan melintang sepanjang pelipis
                  5.     Volume otak berkisar antara 750-1350 cc
                  6.     Berbadan tegap, namun tidak setegap Meganthropus
                  7.     Memiliki tinggi tubuh antara 165-180 cm
a)    Pithecanthropus Erectus
Fosil manusia purba jenis Pithecanthropus Erectus ditemukan di desa Trinil lembah bengawan
solo oleh E. Dubois (1890). Fosil yang ditemukan berupa tulang rahang atas, tengkorak dan
tulang kaki.

                                      Gambar 1 : Pithecanthropus Erectus


b)   Pithecanthropus Mojokertensis
Fosil manusia purba jenis Pithecanthropus Mojokertensis ditemukan di Mojokerto Jawa Timur
oleh Von Koeningswald pada tahun 1936. Fosil yang ditemukan hanya berupa tulang tengkorak
anak-anak. Pithecanthropus Mojokertensis disebut juga dengan Pithecanthropus Robustus.

                                     Gambar 2 : Pithecanthropus Mojokertensis


c)    Pithecanthropus Soloensis
Manusia purba jenis Pithecanthropus Soloensis ditemukan di Ngandong dan Sangiran antara
tahun 1931-1933 oleh Von Koeningswald dan Oppernoorth. Fosil yang ditemukan berupa
tengkorah dan juga tulang kering

                                       Gambar 3 : Pithecanthropus soloensis


B. Meganthropus
Ciri-Ciri Meganthropus Paleojavanicus
1. Mempunyai otot kunyah, gigi, dan rahang yang besar dan kuat
2. Tidak mempunyai dagu, sehingga lebih menyerupai kera
3. Bertulang pipi tebal dengan tonjolan kening yang mencolok.
4. Mempunyai tonjolan tajam di belakang kepala
5. Makanannya berupa tumbuh-tumbuhan
a). Meganthropus Paleojavanicus
Manusia purba jenis Meganthropus paleojavanicus ditemukan di Sangiran Jawa Tengah pada
tahun 1914 oleh Van Koenigswald. Fosil yang ditemukan berupa beberapa bagian tengkorak,
rahang bawah, serta gigi-gigi yang telah lepas.

Gambar 4 : Meganthropus Paleojavanicus

C. Homo
Manusia purba dari genus Homo adalah jenis manusia purba yang berumur paling muda,
fosil manusia purba jenis ini diperkirakan berasal dari 15.000-40.000 tahun SM. Dari volume
otaknya yang sudah menyerupai manusia modern, dapat diketahui bahwa manusia purba ini
sudah merupakan manusia (Homo) dan bukan lagi manusia kera (Pithecanthrupus). Homo
merupakan manusia purba yang memiliki fikiran yang cerdas Di Indonesia sendiri ditemukan
tiga jenis manusia purba dari genus Homo, antara lain Homo soloensis, Homo
wajakensis, dan Homo floresiensis.
Ciri-Ciri Homo Sapiens (Homo)
1. bentuk tubuh hampir sama dengan bentuk tubuh manusia pada zaman sekarang
2. memiliki kehidupan sederhana
3. banyak meninggalkan benda-benda budaya
a) Homo Soloensis
Manusia purba jenis Homo soloensis ditemukan oleh Von  Koeningswald dan Weidenrich antara
tahun 1931-1934 disekitar sungai bengawan solo. Fosil yang ditemukan hanya berupa tulang
tengkorak.
b) Homo Wajakensis
Manusia purba jenis Homo Wajakensis ditemukan oleh Eugene Dubois pada tahun 1889 di
Wajak, Jawa Timur. Fosil yang ditemukan berupa rahang bawah, tulang tengkorak, dan beberapa
ruas tulang leher.
c) Homo Florensis
Manusia purba jenis Homo Florensis ditemukan saat penggalian di Liang Bua, Flores oleh tim
arkeologi gabungan dari Puslitbang Arkeologi Nasional, Indonesia dan University of New
England, Australia pada tahun 2003. Saat dilakukan penggalian pada kedalaman lima meter,
ditemukan kerangka mirip manusia yang belum membatu (belum menjadi fosil) dengan
ukurannya yang sangat kerdil. Manusia kerdil dari
Flores ini diperkirakan hidup antara 94.000 dan 13.000 tahun SM. Homo Sapiens,diduga
merupaka nenek moyang bangsa indonesia yg berasal dari yunan-daratan cina selatan yg
menyebar di kepulauan indonesia tahun 1500 SM.

                    Jenis-Jenis Manusia Purba di Dunia


A. Sinanthropus Pekinensis
Fosil ini ditemukan oleh Prof. Devidson Black pada tahun 1927 di gua-gua dekat Chou- Kou-
Tien. Dari temuan fosil tersebut menunjukkan adanya persamaan dengan Pithecanthropus
Erectus
B. Homo Africanus (Homo Rhodesiensis)
Ditemukan oleh Raymond Dart dan Robert Brom pada tahun 1924 di goa Broken Hill, Rhodesia
(Zimbabwe).
C. Australopithecus Africanus
Ditemukan oleh Raymond Dart pada tahun 1924 di Taung, dekat Vryburg, Afrika selatan.
D. Homo Heidelbergensis
Ditemukan oleh Dr. Schoetensack di desa Maurer dekat kota Heidelberg (Jerman).
E. Homo Neanderthalensis
Ditemukan oleh Rudolf Virchow dan Dr. Fulrott di lembah sungai Neander, dekat Dusseldorf,
Jerman tahun 1956. Ciri manusia purba ini mendekati ciri homo wajakensis.
F. Homo Cro Magnon (Ras Cro-Magnon)
Ditemukan oleh Lartet di gua Cro Magnon dekat Lez Eyzies, sebelah Barat Daya Prancis tahun
1868.

3.9.2 Manusia Prasejarah di Indonesia


Jenis manusia purba yang ditemukan di Indonesia memiliki usia yang sudah tua, hampir
sama dengan penemuan manusia purba di negara-negara lainnya di dunia. Bahkan Indonesia
dapat dikatakan mewakili penemuan manusia purba di daratan Asia. Daerah penemuan manusia
purba di Indonesia tersebar di beberapa tempat, khususnya di Jawa. Penelitian tentang manusia
purba di Indonesia telah lama dilakukan. Para peneliti itu antara lain: Eugene Dubois, G.H.R
Von Koenigswald, dan Franz Wedenreich. Berikut ini jenis-jenis manusia purba yang ditemukan
di Indonesia.
1.   Pithecanthropus erectus (Manusia kera yang berjalan tegak)
Jenis manusia ini ditemukan oleh seorang dokter dari Belanda bernama Eugene Dubois pada
tahun 1890 di dekat Trinil, sebuah desa di pinggir Bengawan Solo, tak jauh dari Ngawi
(Madiun). Pithecanthropus Erectus diambil dari kata pithekos = kera, anthropus =
manusia, erectus = berjalan tegak. Jadi Pithecanthropus Erectus artinya manusia-kera yang
berjalan tegak. Jenis manusia ini menurut para ahli kemampuan berpikirnya masih rendah karena
volume otaknya 900 cc, sedangkan volume otak manusia modern lebih dari 1000cc. Kemudian
kalau dibandingkan dengan kera, volume otak kera tertinggi 600 cc. Jadi, jenis manusia purba ini
belum mencapai taraf ukuran otak manusia modern. Diperkirakan jenis manusia ini hidup antara
1 juta-600.000 tahun yang lalu atau pada zaman paleolithikum (zaman batu tua).
Fosil sejenis Pithecantropus lainnya ditemukan oleh G.H.R Von Koenigswald pada tahun
1936 di dekat Mojokerto. Dari gigi tengkorak diperkirakan usia fosil ini belum melebihi usia 5
tahun. Kemungkinan tengkorak tersebut anak dari Pithecanthropus Erectus dan von Koenigswald
menyebutnya dengan nama Pithecantropus Mojokertensis. Von Koenigswald di tempat yang
sama menemukan fosil yang diberi nama Pithecantropus Robustus.
2. Pithecanthropus Mojokertensis (Manusia kera dari Mojo)
Pada 1936, von Koenigswald di daerah Mojokerto menemukan fosil tengkorak anak-anak
yang diperkirakan belum melewati usia 5 tahun. Diperkirakan fosil ini merupakan
anak Pithecantropus Erectus. Fosil ini dinamakan Pithecanthropus Mojokertensis.
3. Pithecanthropus Soloensis(Manusia kera dari Solo)
Sebelum menemukan Meganthropus palaeojavanicus, pada tahun 1931 Von Koenigswald
juga berhasil menemukan tengkorak dan tulang kering yang mirip dengan Pithecanthropus
erectus temuan Dubois. Fosil tersebut kemudian diberi namaPithecanthropus soloensis berarti
manusia kera dari Solo yang ditemukan di Sambungmacan dan Sangiran.
4. Meganthropus Paleojavanicus (manusia besar dari zaman Batu di Jawa)
Pada tahun 1941, von Koeningwald di daerah menemukan sebagian tulang rahang bawah
yang jauh lebih besar dan kuat dari rahang Pithecanthropus. Geraham-gerahamnya menunjukkan
corak-corak kemanusiaan, tetapi banyak pula sifat keranya. Von Koeningwald menganggap
mahluk ini lebih tua daripada Pithecanthropus. Mahluk ini ia beri nama Meganthropuis
Paleojavanicus (mega = besar), karena bentuk tubuhnya yang lebih besar. Diperkirakan hidup
pada 2 juta sampai satu juta tahun yang lalu.

5. Homo Soloensis (Manusia dari Solo)


Hampir bersamaan dengan penemuan Meganthropus palaeojavanicus, Von Koenigswald
menemukan pula sebuahtengkorak manusia yang memiliki volume otak lebih besar  dari
manusia-manusia jenis Pithecanthropus. Struktur  tengkorak manusia ini tidak mirip dengan
kera. Karena itu, fosil ini diberi nama Homo soloensis yang artinya manusia dari Solo.
6. Homo Wajakensis (manusia dari Wajak)
Fosil tengkorak manusia yang mirip dengan penemuan Von Koenigswald pernah pula
ditemukan sebelumnya oleh seorang penambang batu marmer bernama B.D. Vonn Rietschotten
pada tahun 1889. Fosil tersebut kemudian diteliti oleh Eugene Dubois dan diberi nama Homo
wajakensis, artinya manusia dari Wajak.
7. Homo Sapiens (Manusia Cerdas)
Homo Sapiens merupakan manusia yang paling maju dan paling cerdik. Homo Sapiens,
artinya manusia yang cerdas. Homo Sapiens hidup pada masa Holosen dan memiliki bentuk fisik
yang yang hampir sama dengan manusia zaman sekarang. Fosil ini ditemukan oleh Von
Rietschoten pada tahun 1889, di Desa Wajak, Campur Darat, Tuluanggung, Jawa Timur.
Homo Sapiens yang terdapat di Indonesia sudah ada pada zaman Mesolithikum dan mereka
sudah mengenal tempat tinggal secara menetap serta mengumpulkan makanan dan menangkap
ikan. Kebudayaannya disebut kebudayaan Mesolithikum yang mendapat pengaruh dari
kebudayaan Bacson-Hoabinh dari Indo-Cina (Vietnam).
B.   Manusia Prasejarah di Asia, Afrika, dan Eropa
1.  Manusia Prasejarah di Asia
Penemuan fosil manusia zaman prasejarah di Asia antara lain terjadi di Peking. Namanya
Homo erectus pekinensis, atau manusia Peking (disebut juga dengan nama manusia Beijing atau
Sinanthropus Pekinensis). Ditemukan oleh Davidson Son Black dan Franz Waidenreich pada
tahun 1929-1980 didalam gua Zhoukoudian (Choukoutien), dekat Beijing (Peking), Cina.
Diduga fosil ini hidup pada 250.000-400.000 tahun yang lalau, pada zaman Pleistosen.
Sinanthropus pekinensis adalah manusia purba yang fosilnya ditemukan di gua naga daerah
Peking negara Cina oleh Davidson Black dan Franz Weidenreich. Sinanthropus pekinensis
dianggap bagian dari kelompok pithecanthropus karena memiliki ciri tubuh atau badan yang
mirip serta hidup di era zaman yang bersamaan. Sinanthropus pekinensis memiliki volume isi
otak sekitar kurang lebih 900 sampai 1200 cm kubik.
2.  Manusia Prasejarah di Eropa
Di benua Eropa, pada tahun 1856 diketemukan fosil manusia zaman prasejarah berupa
tempurung kepala dan beberapa tulang anggota tubuh yang diberi nama Homo Neanderthalensis,
oleh Rudolph Virchou. Tepatnya di Gua Neanderthal, dekat Dusseldorf. Diperkirakan mahluk ini
hidup pada pertengahan alhir Pleistosen, ± 500.000 sampai 50.000 yang lalu. Pada tahun tahun
1868, ditemukan fosil Homo Cro-Magnon di gua Cro_Magnon dekat kota Les Eyzies. Ciri
fisiknya mendekati manusia masa kini, umurnya sekitar 40.000-25.000 tahun yang lalu.
3.  Manusia Prasejarah di Afrika
Ditemukan fosil Homo Rhodesiensis di gua Broken Hill, Rhodesia (sekarang Zimbabwe)
pada tahun 1924 oleh Robert Brom. Selain itu, ditemukan pula fosil Australopithecus Africanus
di Taung dekat Vryburg, Afrika Selatan pada tahun 1924 oleh Raymond Dart.
1. Australopithecus Africanus
Australopithecus africanus ditemukan di desa Taung di sekitar Bechunaland ditemukan oleh
Raymond Dart tahun 1924. Bagian tubuh yang ditemukan hanya fosil tengkorak kepala saja.
2. Paranthropus Robustus dan Paranthropus Transvaalensis
Dua penemuan tersebut ditemukan di daerah Amerika Selatan dengan ciri isi volume otak sekitar
600 cm kubik, hidup di lingkungan terbuka, serta memiliki tinggi badan kurang lebih 1,5 meter.
Kedua fosil menusia kera tersebut disebut australopithecus.
C.  Manusia Modern
            Pengertian atau arti definisi manusia modern adalah manusia yang termasuk ke dalam
spesies homo sapiens dengan isi volum otak kira-kira 1450 cm kubik hidup sekitar 15.000
hingga 150.000 tahun yang lalu. Manusia modern disebut modern karena hampir mirip atau
menyerupai manusia yang ada pada saat ini atau sekarang.
1. Manusia Swanscombe - Berasal dari Inggris
2. Manusia Neandertal - Ditemukan di lembah Neander
3. Manusia Cro-Magnon / Cromagnon / Crogmanon - Ditemukan di gua Cro-Magnon, Lascaux
Prancis. Dicurigai sebagai campuran antara manusia Neandertal dengan manusia Gunung
Carmel.
4. Manusia Shanidar - Fosil dijumpai di Negara Irak
5. Manusia Gunung Carmel - Ditemukan di gua-gua Tabun serta Skhul Palestina
6. Manusia Steinheim - Berasal dari Jerman

3.9.3 Kehidupan Manusia Purba Indonesia dan Keterkaitannya Dengan Manusia Purba
Dunia Dalam Segi Budaya 
            Manusia purba yang ditemukan di Indonesia dengan julukan sebagai manusia modern
Dalam mengetahui corak kehidupan masyarakat Praaksara terlebih dahulu kita pasti mengenal
yang dimaksud manusia praaksara, yang kemudian berkelompok menjadi masyarakt praaksara.
Berawal dari muculnya atau adanya masyarakat praaksara tidak lepas dari sumber makanan dan
kebudayaan yang ada pada masa praaksara. Bisa dibayagkan kehidupan masyarakat praaksara
bermula dari mencari makan, tinggal dan menetap. Sehingga penggolongan kehidupan
masyarakat praaksara sebagai berikut.
A.      Pola Tempat Tinggal
Manusia prakasara merupakan manusia paling primitif dalam masa modern sekarang ini.
Namun dari masa praaksara kita dapat beradaptasi dan berkembang dalam berbagai hal,
khususnya tempat tinggal, atau rumah. Dalam masa praaksara tidak dapat disamakan dengan
masa sekarang, pada masa lampau manusia hidup berpindah-pindah mengikuti sumber makanan
dan kemudian berkembang menjadi menetap dan menanam makanan yang dibutuhkan untuk
hidup atau lebih dikenal dengan sistem cocok tanam.
Dalam buku Indonesia Dalam Arus Sejarah, jilid I meneragkan bahwa pola hunian
manusia purba pada masa itu memperhitugkan tempat yangstrategis dengan melihat bahwa
huniannya yang berupa gua (cave) dekat dengan sumber mata air (sungai, bahkan sumber mata
air) dan bahan makanan. Prinsip hidup manusia purba pada awalnya adalah nomaden,berpindah-
pindah mencari sumber makanan. Sehingga dimana ada sumber makanan dan tempat untuk
tinggal maka ditempat itulah manusia purba hidup. Sehingga dapat diketahui bahwa mobilisasi
manusia purba dalam kelompok kecil pada masa itu sangatlah tinggi menjelajah dari tempat atau
sumber makanan satu ke tempat lainya yang tidak tentu berpa jauh tempat tujuannya.
Namun dalam perembangannya manusia purba tiggal disuatu tempat dan mulai mengenal
sistem bercocok tanam, sehingga beralih pola kehidupan yang pada awalnya nomaden yang
kemudian berubah menjadi menetap. Pola menetap ini tepat dan tidaknya dalam memegang
prinsip untuk menetap pada sumber kehidupan atau dekat dengan sumber air. Namun jika dilihat
dan dipahami jika ingin menanam tanaman maka membutuhkan air dan tempat yang subur,
sehingga bisa dipastikan tempat tinggal masih dekat dengan sumber air. Pola menetap ini
menjadi perubahan besar yaitu terciptanya temuan alat baru yang memudahkan kehidupan
manusia purba dan hal lainnya. Sehingga gua sebagai tempat tinggal dan sumber air sebagai
sumber kehidupan.
B.  Penemuan Alat Bantu
Dalam kehidupan manusia purba membutuhkan alat atau lebih tepatnya pada awalnya
ditemukannya alat bantu karena unsur ketidak segajaan di dalam aktifitas mereka. Dalam buku
Sejarah Nasional Indonesia I, menjelaskan bahwa alat-alat keperluan hidup dibuat dari kayu,
batu dan tulang dengan pembuatan yang sederhana, sekedar memenuhi  tujuan penggunaannya.
Seperti batu yang digunakan untuk berburu, dimulai dari kapak perimbas alat serpih, alat tulang.
Berikut ini perkembangan alat-alat yang dibuat oleh manusia purba.
1.    Kapak Perimbas dan Alat Serpih
Kapak perimbas merupakan alat pertama yang dibuat oleh manusia purba, dalam Sejarah
Nasional Indonesia I, bahwa manusia jenis Pithecanthropus yang diduga pencipta kapak
perimbas ini, dengan bukti ditemukannya kapak perimbas bersama fosil-fosil Pithecanthropus.
Alat batu tersebut dibuat pada masa paleolitik sebagai alat tingkat awal budaya batu di Asia
Timur. Kapak perimbas dibagi dalam beberapa jenis menurut ciri-cirinya
a.    Kapak Perimbas
b.    Kapak Penetak
c.    Pahat Genggam
d.   Kapak Genggam Awal
Namun dalam penggolongan ciri-ciri pokok yang sudah ditentukan berdasarkan landasan
penggolongan Movius jenis kapak perimbas dapat digolongkan lagi dalam buku Sejarah
Nasional Indonesia I:
1.    Tipe strika (iron-heater chopper) bercirikan: bentuk panjang menyerupai setrika, berpenampang
lintang plano-konveks, dan memperlihatkan penyerpihan yang memanjang dan tegas.
2.    Tipe kura-kura (tortoise chopper) bercirikan: beralas membulat dengan permukaan atas yang
cembung dan meninggi.
3.    Tipe serut samping (side scraper) bercirikan: berbentuk tidak teratur dan tampak tegap,
tajamnya dibuat pada sebelah sisi.
Untuk alat serpih terbuat dari pecahan-pecahan kecil dari pembuatan alat kapak perimbas
yang berupa serpihan-serpihan kecil. Alat serpih ini berfungsi sebagi menguliti hewan buruan
yang didapatkan oleh manusia purba. Bentuk dari alat serpih masih kasar dengan terbuat dari
batuna krakal yang besar. Alat ini berkembang pada masa Plestosen Tengah yang menjadi
perkakas dalam kahidupan sehari-hari manusia purba.
Kapak perimbas dan alat serpih banyak ditemukan di Indonesia diberbagai wilayah
indonesia dari daerah Indonesia seperti Timor, Flores, Sumbawa, Bali, Sulawesi, Kalimantan,
Sumatra sampai Jawa. Kenapa manusia purba juga ditemukan di Indonesia karena pada masa
hidupnya manusia purba daratan Indonesia masih bersatu dengan daratan Gomal sehingga
mobilitasi dilakukan sampai ke daerah selatan yaitu Indonesia.
2.    Alat Tulang
Untuk alat tulang ditemukan di daerah Ngandong dengan temuan berupa alat-alat tulang
yang berukuran sedang dan kecil. ditemukan bersamaan dengan Pithecanthropus soloensis yang
dibuat dari tanduk hewan buruan. Tidak banyak sumber atau temuan khususnya untuk alat tulang
ini hanya ditemukan di solo dan daerah ngandong di dalam gua.
Dari alat yang disebutkan diatas mengalami perkambangan yang labih baik dari pada
pembuatan awal alat tersebut. Dimana telah terjadi proses penghalusan setelahnya yang lebih
tepatnya pada masa pasca plestosen. Serta dibuatnya alat-alat lainnya yaitu beliung persegi,
kapak lonjong, alat-alat obsididian, mata panah, dan alat pemukul kayu pada masa mesolitikum
atau masa bertani. Alat nekara perunggu, kapak perunggu, bejana perunggu, patung perungu,
perhiasan perunggu dibuat pada masa perundagian.

C.  Seni
Seni Lukis merupakan sebuah asil cipta yang ada pada zaman Mesolitikum atau Zaman Batu
Tengah oleh bangsa Papua-Melanosoid. Tujuan dalam pembuatan lukisan tidak bias dijelaskan
dengan tepat karena tidak ada sumber tertulis yang bias digunakan untuk menjelaskan tetang hal
tersebut  (Sumarto, dkk. 2009: 13). Namun melukis yang dilakukan manusia pada masa pra
sejarah merupakan bentuk dari sebuah ekspresi dengan penuh akan makna yang tersirat didalam
bentuk lukisan tersebut. Ditemukan lukisan telapak tangan, bentuk manusia berburu, hewan darat
dan laut, dari gambar tersebut dapat diketahui bahwa manusia pada saat itu berfikir bahwa
mereka melukis dengan maksud dibalik lukisan tersebut, baik religi maupun murni seni gambar
atau lukisan tersebut ditemukan di dinding gua di daerah Kaliantan Timur, Sulawesi Selatan, dan
lain-lain,  serta selain itu ada seni patung, kriya dan tato.

D.  Kepercayaan
Kepercayaan manusia purba masih berlandaskan pada apa yang dianggap sebagi hal yang sangat
penting dan tidak masuk akal. Pada mulanya tanah di percayaai sebagai unsur penting dalam
kehidupan manusia purba. Bekembang setelahnya yaitu upacara kematian yang pada mulanya
proses kematian dari seseorang dari kelompoknya dianggap sebagai hal yang basa, namun dalam
masa pra plestosen muncul kepercayaan bahwa setelah kematian ada alam sebagai tempat tinggal
roh. Setelah orang meninggal dilakukan upaca penguburan yang dalam meninggalnya orang
tesebut dibekali dengan bekal kubur seperti alat-alat yang milik orang yang meninggal tersebut.
Terus berkembang menjadi kepercayaan yang semula animisme yang menganggap roh nenek
moyang orang yang telah meninggal keudian berubah menjadi kepercayaan Dinamisme yaitu
menmpercayai tempat-tempat dan benda-benda mempunyai kekuatan magis. Sistem kepercayaan
ini berkembang pada masa mesolitik dan megalitik.

Dari budaya yang dihasilkan di atas tidak berbeda jauh dengan kebudayaan manusia purba yang
di luar wilayah Indonesia pada saat itu. Karena corak kehidupan dan budayanya hampir sama
dengan batas wilayah dan persebaran manusia purba melalui daratan.

Anda mungkin juga menyukai