Ir.A.RAHMAN SYAFAR P.
OLEH:
FITRIYANTI
19044014008
Batas antara zaman pra aksara dengan zaman aksara adalah mulai adanya
tulisan. Hal ini menimbulkan suatu pengertian bahwa pra aksara adalah zaman
sebelum ditemukannya tulisan, sedangkan aksara adalah zaman setelah adanya
tulisan. Berakhirnya zaman pra aksara atau dimulainya zaman aksara untuk setiap
bangsa di dunia tidak sama tergantung dari peradaban bangsa tersebut. Salah satu
contoh yaitu bangsa Mesir sekitar tahun 4000 SM masyarakatnya sudah mengenal
tulisan, sehingga pada saat itu, bangsa Mesir sudah memasuki zaman aksara. Zaman
pra aksara di Indonesia diperkirakan berakhir pada masa berdirinya Kerajaan Kutai,
a..Meganthropus Paleojavanicus
Kata Meganthropus berasal dari dua kata yakni megas yang artinya besar dan
anthropus yang artinya manusia. Sedangkan, kata Paleojavanicus berasal dari kata
paleo yang artinya tua dan javanicus yang artinya Jawa. Jadi, Meganthropus
Paleojavanicus berarti manusia raksasa tertua dari Jawa dan diperkirakan sebagai
manusia purba tertua di Indonesia dan juga disebut sebagai salah satu
fosil .Paleojavanicus ditemukan oleh Van Koenigswald, seorang peneliti Belanda
pada tahun 1936 M di daerah Sangiran, Jawa Tengah dan diperkirakan berusia
1-2 juta tahun saat masa penelitian. Penemuan fosil meganthropus tidaklah
ditemukan lengkap melainkan hanya berupa beberapa bagian tengkorak,
rahang bawah, serta beberapa gigi yang telah lepas. Jenis fosil ini diperkirakan
hidup dengan cara mengumpulkan bahan makanan terutama tumbuh-
tumbuhan.
2. Pithecanthrophus
ke tempat lain atau untuk melakukan pemburuan hewan – hewan. Adapun ciri – ciri
dari Pithecanthropus Erectus adalah :
3. Homo
Jenis fosil Homo merupakan jenis fosil manusia purba yang termuda dari fosil
manusia purba lainnya. Fosil ini diperkirakan berasal dari 15.000 – 40.000 SM. Jenis
Homo diperkirakan bukan manusia kera lagi ( Pithecanthrophus ) melainkan sudah
tergolong jenis manusia (Homo), hal itu dapat dilihat pada volume otaknya yang
menyerupai manusia modern. Di Indxcxonesia, sudah ditemukan tiga jenis manusia
purba Homo yakni Homo Soloensis, Homo Wajakensis, dan Homo Floresiensis.
Kehidupannya pun sudah lebih maju dengan adanya berbagai peralatan untuk
bertahan hidup. Sebagian ahli menggolongkan Homo Soloensis dengan Homo
Neanderthalensis. Homo Neanderthalensis sendiri merupakan jenis manusia purba
Homo Sapiens dari Asia, Eropa dan Afrika yang berasal dari lapisan Pleistosen atas.
Selain itu, menurut Von Koegniswald, Homo Soloensis memiliki tingkatan
Ditemukan pula hasil dari kebudayaan manusia purba Homo Soloensis yaitu kapak
genggam atau kapak perimbas, alat – alat serpih, peralatan yang terbuat dari tulang,
dan peralatan zaman dahulu lainnya.
Homo Wajakensis
Jenis fosil ini ditemukan oleh Eugene Dubois di Wajak, Tulungagung, Jawa Timur
pada tahun 1889. Fosil yang berhasil ditemukan hanya berupa tulang tengkorak,
rahang bawah dan beberapa ruas tulang leher. Diperkirakan bahwa Homo Wajakensis
merupakan nenek moyang dari ras Australoid yang merupakan penduduk asli
Australia. Adapun ciri – ciri dari Homo Wajakensis antara lain :
Homo Floresiensis
Jenis fosil ini ditemukan oleh tim arkeologi gabungan dari Puslitbang Arkeologi
Nasional, Indonesia dan University Of New England, Australia pada tahun 2003 saat
melakukan penggalian di Liang Bua, Flores. Ketika penggalian sudah mencapai
kedalaman lima meter, ditemukan kerangka mirip manusia yang belum menjadi fosil
dengan ukuran yang sangat kerdil. Diperkiran hidup diantara 94.000 – 13.000 tahun
SM. Adapun ciri – ciri dari Homo Floresiensi antara lain :
Perlu kamu ketahui bahwa sekalipun belum mengenal tulisan manusia purba
sudah mengembangkan kebudayaan dan teknologi. Teknologi waktu itu bermula dari
teknologi bebatuan yang digunakan sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan. Dalam
praktiknya paralatan atau teknologi bebatuan tersebut dapat berfungsi serba guna.
Pada tahap paling awal alat yang digunakan masih bersifat kebetulan dan seadanya
serta bersifat trial dan eror. Mula – mula mereka hanya menggunakan benda – benda
dari alam terutama batu. Teknologi bebatuan pada zaman ini berkembang dalam
kurun waktu yang begitu panjang. Oleh karena itu, pad ahli kemudian membagi
kebudayaan zaman batu di era pra-aksara ini menjadi beberapa zaman atau tahap
perkembangan. Dalam buku R. Soekmono, Pengantar sejarah kebudayaan Indonesia
I, dijelaskan bahwa kebudayaan zaman batu ini dibagi menjadi tiga, yaitu,
Paleotikum, Mesolitikum, Neolitikum, dan Megalitikum serta zaman logam yaitu
perunggu dan besi
Zaman Batu terjadi sebelum logam dikenal. Zaman batu menunjuk pada suatu
periode di mana alat-alat kehidupan manusia umumnya/dominan terbuat dari batu,
walaupun ada juga alat-alat tertentu yang terbuat dari kayu dan tulang. Zaman batu
ini diperiodisasi lagi menjadi 4 zaman, antara lain:
3.Zaman Neolitikum
Megalitikum berasal dari kata mega yang berarti besar, dan lithos yangberarti
batu. Zaman Megalitikum biasa disebut dengan zaman batu besar,karena pada zaman
ini manusia sudah dapat membuat dan meningkatkankebudayaan yang terbuat dan
batu-batu besar. kebudayaan ini berkembang dari zaman Neolitikum sampai zaman
Perunggu. Pada zaman ini manusia sudah mengenal kepercayaan.
Walaupunkepercayaan mereka masih dalam tingkat awal, yaitu kepercayaan terhadap
roh nenek moyang, Kepercayaan ini muncul karena pengetahuan manusia sudah
Menurut Von Heine Geldern, kebudayaan Megalithikum menyebar ke Indonesia
melalui a) Megalith Tua menyebar ke Indonesia pada zaman Neolithikum (2500-
1500 SM) dibawa oleh pendukung Kebudayaan Kapak Persegi (Proto Melayu).
Contoh bangunan Megalithikum adalah menhir, punden berundak-undak, Arca-arca
Statis.
c) Dolmen
Dolmen merupakan meja dari batu yang berfungsi sebagai tempat meletakkan
saji-sajian untuk pemujaan. Adakalanya di bawah dolmen dipakai untuk meletakkan
mayat, agar mayat tersebut tidak dapat dimakan oleh binatang buas maka kaki
mejanya diperbanyak sampai mayat tertutup rapat oleh batu.
Dengan demikian dolmen yang berfungsi sebagai tempat menyimpan mayat disebut
dengan kuburan batu. Lokasi penemuan dolmen antara lain Cupari Kuningan / Jawa
Barat, Bondowoso / Jawa Timur, Merawan, Jember / Jatim, Pasemah / Sumatera, dan
NTT.
d) Sarkofagus
Sarkofagus adalah keranda batu atau peti mayat yang terbuat dari batu.
Bentuknya menyerupai lesung dari batu utuh yang diberi tutup. Dari Sarkofagus yang
ditemukan umumnya di dalamnya terdapat mayat dan bekal kubur berupa periuk,
kapak persegi, Daerah tempat ditemukannya sarkofagus adalah Bali. Menurut
masyarakat Bali Sarkofagus memiliki kekuatan magis/gaib. Berdasarkan pendapat
para ahli bahwa sarkofagus dikenal masyarakat Bali sejak zaman logam.
a) Pasemah
Pasemah merupakan wilayah dari Propinsi Sumatera Selatan, berada di kaki Gunung
Dempo. Tinggalan-tinggalan megalitik di wilayah ini tersebar sebanyak 19 situs,
berdasarkan penelitian yang di lakukan oleh Budi Wiyana (1996), dari Balai
Arkeologi Palembang. Tinggalan megalitik Pasemah muncul dalam bentuk yang
begitu unik, patung-patung dipahat dengan begitu dinamis dan monumental, yang
mencirikan kebebasan sang seniman dalam memahat sehingga tinggalan [megalitik
pasemah], disebut oleh ahli arkeologi sebagai Budaya Megalitik Pasemah.
b) Nias
Rangkaian kegiatan mendirikan batu besar (dolmen) untuk memperingati kematian
seorang penting di Nias (awal abad ke-20). Etnik Nias masih menerapkan beberapa
elemen megalitik dalam kehidupannya. Lompat batu dan kubur batu masih
memperlihatkan elemen-elemen megalitik. Demikian pula ditemukan batu besar
c) Sumba
Etnik Sumba di Nusa Tenggara Timur juga masih kental menerapkan beberapa
elemen megalitik dalam kegiatan sehari-hari. Kubur batu masih ditemukan di
sejumlah perkampungan. Meja batu juga dipakai sebagai tempat pertemuan adat.
Masyarakat awal mulai memikirkan cara mengatasi hal ini sampai akhirnya
mereka menemukan jalan keluarnya, yaitu dengan jalan pertanian yang menetap di
suatu perkampungan dan membentuk masyarakat yang teratur dan mempertahankan
kesuburan tanah dengan pemupukan. Menurut H.R Van Heekeren tanah pertanian
diciptakan di hutan dengan cara penebangan dan pembakaran pohon-pohon dan
semak-semak belukar. Abu dari pohon-pohon dan semak-semak belukar tersebut
kemudian dijadikan pupuk (H.R. Van Heekeren 1957, halaman 154). Pertanian
menetap dilakukan di lahan kering maupun lahan basah. sumber-sumber alam mereka
manfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup pada umumnya dilakukan secara
bersama-sama atau gotong royong. Jenis tanaman di lahan kering meliputi sayuran
dan jenis yang biasa pada lahan perladangan, yaitu padi, keladi, ubi jalar, kacang-
kacangan, dan berbagai jenis tanaman musiman serta tahunan seperti buah-buahan
dan biji-bijian.
D .Zaman Logam
Di Eropa zaman logam ini mengalami 3 fase, zaman tembaga, perunggu, dan besi.
Sedangkan di Kepulauan Indonesia hanya mengalami zaman perunggu dan besi.
Ciri-ciri Masa Perundagian
2.Pandai berlayar
2.Pyhtagoras berpendapAt bahwa menyatakan bahwa bumi adalah bumi ini bulat
F.Zaman Modern