Anda di halaman 1dari 16

TUGAS ALAMIAH DASAR

ALAM PIKIRAN MANUSIA DAN PERKEMBANGANNYA DARI


ZAMAN PRAKSARA SAMPAI ZAMAN MODERN

DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH :

Ir.A.RAHMAN SYAFAR P.

OLEH:

FITRIYANTI

19044014008

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI FISKAL


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR
TAHUN AKADEMIK 2020
ALAM PIKIRAN MANUSIA DAN PERKEMBANGANNYA DARI ZAMAN
PRA AKSARA SAMPAI ZAMAN MODERN (SAAT INI)

 A. Masa Pra Aksara

Pra aksara atau nirleka (nir: tidak ada, leka: tulisan) adalah istilah yang


digunakan untuk merujuk kepada masa di saat catatan sejarah yang tertulis belum
tersedia. Zaman pra aksara dapat dikatakan permulaan terbentuknya alam semesta,
namun umumnya digunakan untuk mengacu kepada masa di saat kehidupan manusia
di Bumi yang belum mengenal tulisan.

Batas antara zaman pra aksara dengan zaman aksara adalah mulai adanya
tulisan. Hal ini menimbulkan suatu pengertian bahwa pra aksara adalah zaman
sebelum ditemukannya tulisan, sedangkan aksara adalah zaman setelah adanya
tulisan. Berakhirnya zaman pra aksara atau dimulainya zaman aksara untuk setiap
bangsa di dunia tidak sama tergantung dari peradaban bangsa tersebut. Salah satu
contoh yaitu bangsa Mesir sekitar tahun 4000 SM masyarakatnya sudah mengenal
tulisan, sehingga pada saat itu, bangsa Mesir sudah memasuki zaman aksara. Zaman
pra aksara di Indonesia diperkirakan berakhir pada masa berdirinya Kerajaan Kutai,

B. Jenis Jenis manusia purba

a..Meganthropus Paleojavanicus
Kata Meganthropus berasal dari dua kata yakni megas yang artinya besar dan
anthropus yang artinya manusia. Sedangkan, kata Paleojavanicus berasal dari kata
paleo yang artinya tua dan javanicus yang artinya Jawa. Jadi, Meganthropus
Paleojavanicus berarti manusia raksasa tertua dari Jawa dan diperkirakan sebagai
manusia purba tertua di Indonesia dan juga disebut sebagai salah satu
fosil .Paleojavanicus ditemukan oleh Van Koenigswald, seorang peneliti Belanda
pada tahun 1936 M di daerah Sangiran, Jawa Tengah dan diperkirakan berusia
1-2 juta tahun saat masa penelitian. Penemuan fosil meganthropus tidaklah
ditemukan lengkap melainkan hanya berupa beberapa bagian tengkorak,
rahang bawah, serta beberapa gigi yang telah lepas. Jenis fosil ini diperkirakan
hidup dengan cara mengumpulkan bahan makanan terutama tumbuh-
tumbuhan.

Ciri – ciri Meganthropus Paleojavanicus :

 Makanannya berupa jenis tumbuh – tumbuhan.

 Tidak memiliki dagu sehingga lebih mirip kera.

 Memiliki tonjolan yang tajam di belakang kepala.

2. Pithecanthrophus

Pithecantrophus merupakan jenis fosil manusia purba yang paling banyak


ditemukan di Indonesia. Di Indonesia, ada tiga jenis Pithecanthrophus yang sudah
ditemukan antara lain Pithecanthrophus Erectus, Pithecanthrophus Mojokertensis, dan
Pithecanthropus Soloensis. Berikut rincian dari ketiga jenis fosil Pithecantrophus.

Pithecantrophus merupakan jenis fosil manusia purba yang paling banyak


ditemukan di Indonesia. Di Indonesia, ada tiga jenis
Penemu fosil Pithecanthrophus Erectus adalah seorang dokter Belanda bernama
Eugene Dubois. Awalnya ia mengadakan penelitian di Sumatera Barat tetapi tidak
menemukan apa-apa, lalu pindah ke pulau Jawa. Ia pun berhasil menemukan fosil
Pithecanthrophus Erectus di desa Trinil, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur pada tahun
1891. Pithecantrophus Erectus sendiri berarti manusia kera yang berjalan tegak. Fosil
yang ditemukan adalah berupa tulang rahang atas, tulang kaki, dan tengkorak. Fosil
Pithecanthrophus Erectus sendiri ditemukan pada masa kala Pleistosen tengah.

ke tempat lain atau untuk melakukan pemburuan hewan – hewan. Adapun ciri – ciri
dari Pithecanthropus Erectus adalah :

 Volume otaknya diantara 750 – 1350 cc.


 Tinggi badan sekitar 165 – 180 cm.
 Postur tubuh yang tegap tetapi tidak setegap meganthropus.
 Memiliki gigi geraham yang besar dengan rahang yang sangat kuat.
 Memiliki hidung yang tebal.
 Memiliki tonjolan kening yang tebal dan melintang di dahi dari sisi ke sisi.
 Wajah menonjol ke depan serta dahinya miring ke belakang.
 Pada bagian belakang kepala terlihat menonjol yang mirip dengan wanita
berkonde.
 Memiliki alat pengunyah dan alat tengkuk yang sangat kuat.
 Pithecanthrophus Mojokertensis

Pithecanthrophus Mojokertensis disebut juga sebagai Pithecantrophus Robustus.


Von Koenigswald berhasil menemukan fosil yang hanya berupa tulang tengkorak
anak – anak yang dinamakan Pithecanthrophus Mojokertensis di Jetis dekat
Mojokerto, Jawa Timur. Selanjutnya, pada tahun 1936, Weidenrich menemukan fosil
tengkorak anak yang dinamakan Pithecantropus Robustus di Lembah Sungai Brantas,
Desa Jetis, Mojokerto.
 Pithecanthrophus Soloensis

Sedangkan, Pithecanthrophus Soloensis ditemukan di Ngandong, Lembah


Bengawan Solo oleh Von Koenigswald, Ter Harr dan Oppernoorth. Lebih jelasnya,
fosil ini ditemukan di dua tempat yang berbeda oleh Von Koenigswald dan
Oppernoorth di daerah Ngandong dan Sangiran sekitar tahun 1931 – 1933. Adapun
fosil yang ditemukan adalah berupa tengkorang dan juga tulang kering.

.Di dalam kehidupan sehari – hari, Pithecanthrophus menggunakan peralatan


yang terbuat dari batu atau kayu yang didapatkannya. Berdasarkan hasil penelitian,
tidak ditemukan tanda – tanda bahwa makanan yang dimakan oleh Pithecanthrophus
tersebut sudah diolah ataupun dimasak terlebih dahulu sebelum dimakan meskipun
pada saat itu mereka sudah menggunakan peralatan dari kayu dan batu serta
memakan apa saja yang terdapat di alam baik berupa tumbuh – tumbuhan dan hewan.

Adapun ciri-ciri dari Pithecantrophus secara umum antara lain :

 Memiliki volume otak yang berkisar antara 750 – 1350 cc.

 Memiliki tinggi badan sekitar 165 – 180 cm.

 Badannya tegap tetapi tidak setegap Meganthrophus.

3. Homo

Jenis fosil Homo merupakan jenis fosil manusia purba yang termuda dari fosil
manusia purba lainnya. Fosil ini diperkirakan berasal dari 15.000 – 40.000 SM. Jenis
Homo diperkirakan bukan manusia kera lagi ( Pithecanthrophus ) melainkan sudah
tergolong jenis manusia (Homo), hal itu dapat dilihat pada volume otaknya yang
menyerupai manusia modern. Di Indxcxonesia, sudah ditemukan tiga jenis manusia
purba Homo yakni Homo Soloensis, Homo Wajakensis, dan Homo Floresiensis.
Kehidupannya pun sudah lebih maju dengan adanya berbagai peralatan untuk
bertahan hidup. Sebagian ahli menggolongkan Homo Soloensis dengan Homo
Neanderthalensis. Homo Neanderthalensis sendiri merupakan jenis manusia purba
Homo Sapiens dari Asia, Eropa dan Afrika yang berasal dari lapisan Pleistosen atas.
Selain itu, menurut Von Koegniswald, Homo Soloensis memiliki tingkatan

Ditemukan pula hasil dari kebudayaan manusia purba Homo Soloensis yaitu kapak
genggam atau kapak perimbas, alat – alat serpih, peralatan yang terbuat dari tulang,
dan peralatan zaman dahulu lainnya.

 Homo Wajakensis

Jenis fosil ini ditemukan oleh Eugene Dubois di Wajak, Tulungagung, Jawa Timur
pada tahun 1889. Fosil yang berhasil ditemukan hanya berupa tulang tengkorak,
rahang bawah dan beberapa ruas tulang leher. Diperkirakan bahwa Homo Wajakensis
merupakan nenek moyang dari ras Australoid yang merupakan penduduk asli
Australia. Adapun ciri – ciri dari Homo Wajakensis antara lain :

 Homo Floresiensis

Jenis fosil ini ditemukan oleh tim arkeologi gabungan dari Puslitbang Arkeologi
Nasional, Indonesia dan University Of New England, Australia pada tahun 2003 saat
melakukan penggalian di Liang Bua, Flores. Ketika penggalian sudah mencapai
kedalaman lima meter, ditemukan kerangka mirip manusia yang belum menjadi fosil
dengan ukuran yang sangat kerdil. Diperkiran hidup diantara 94.000 – 13.000 tahun
SM. Adapun ciri – ciri dari Homo Floresiensi antara lain :

B.     Perkembangan Zaman Teknologi

Teknologi adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang


diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia. Penggunaan
teknologi oleh manusia diawali dengan pengubahan sumber daya alam menjadi alat-
alat sederhana. Penemuan prasejarah tentang kemampuan mengendalikan api telah
menaikkan ketersediaan sumber-sumber pangan, sedangkan penciptaan roda telah
membantu manusia dalam beperjalanan dan mengendalikan lingkungan mereka.
Perkembangan teknologi terbaru, termasuk di antaranya mesin cetak, telepon,
dan Internet, telah memperkecil hambatan fisik terhadap komunikasi dan
memungkinkan manusia untuk berinteraksi secara bebas dalam skala global. Tetapi,;
pengembangan senjata penghancur yang semakin hebat telah berlangsung sepanjang
sejarah, dari pentungan sampai senjata nuklir

Perlu kamu ketahui bahwa sekalipun belum mengenal tulisan manusia purba
sudah mengembangkan kebudayaan dan teknologi. Teknologi waktu itu bermula dari
teknologi bebatuan yang digunakan sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan. Dalam
praktiknya paralatan atau teknologi bebatuan tersebut dapat berfungsi serba guna.
Pada tahap paling awal alat yang digunakan masih bersifat kebetulan dan seadanya
serta bersifat trial dan eror. Mula – mula mereka hanya menggunakan benda – benda
dari alam terutama batu. Teknologi bebatuan pada zaman ini berkembang dalam
kurun waktu yang begitu panjang. Oleh karena itu, pad ahli kemudian membagi
kebudayaan zaman batu di era pra-aksara ini menjadi beberapa zaman atau tahap
perkembangan. Dalam buku R. Soekmono, Pengantar sejarah kebudayaan Indonesia
I, dijelaskan bahwa kebudayaan zaman batu ini dibagi menjadi tiga, yaitu,
Paleotikum, Mesolitikum, Neolitikum, dan Megalitikum serta zaman logam yaitu
perunggu dan besi

Zaman Batu terjadi sebelum logam dikenal. Zaman batu menunjuk pada suatu
periode di mana alat-alat kehidupan manusia umumnya/dominan terbuat dari batu,
walaupun ada juga alat-alat tertentu yang terbuat dari kayu dan tulang. Zaman batu
ini diperiodisasi lagi menjadi 4 zaman, antara lain:

1.Paleolitikum atau Zaman Batu Tua


Paleotikum adalah zaman prasejarah yang bermula kira-kira 50.000 hingga
100.000 tahun yang lalu. Periode zaman ini adalah antara tahun 50.000 SM - 10.000
SM.Pada zaman ini, manusia Peking dan manusia Jawa telah ada. Di Afrika, Eropa
dan Asia, manusia Neanderthal telah hidup pada awal tahun 50.000 SM, manakala
pada

Beberapa perkembangan kebudayaan ditemukan di sekitar Pacitan (ditemukan


oleh Von Koenigswald) dan Ngandong. Pada zaman ini, manusia hidup
secara nomaden atau berpindah-randah dalam kumpulan kecil untuk mencari
makanan. Mereka mencari biji-bijian, umbi, serta dedaunan sebagai makanan.
Mereka tidak bercocok tanam. Mereka menggunakan batu, kayu dan tulang binatang
untuk membuat peralatan sehari-hari. Alat-alat ini juga digunakan untuk
mempertahankan diri dari musuh. Peninggalan yang ditemukan antara lain berupa
peralatan batu seperti flakes (alat penyerpih berfungsi misalnya untuk mengupas,
menguliti), chopper (kapak genggam/alat penetak), selain itu terdapat pula peralatan
dari tulang.

Kapak genggam banyak ditemukan di daerah Pacitan, biasa disebut Chopper


(alat penetak/pemotong). Dinamakan kapak genggam karena alat tersebut serupa
dengan kapak, tetapi tidak bertangkai dan cara menggunakannya dengan cara
menggenggam. Pembuatannya dengan cara memangkas salah satu sisi batu sampai
menajam dan sisi lainnya dibiarkan apa adanya sebagai tempat menggenggam.

Spesies manusia purba yang telah ada: Meganthropus Paleojavanicus,


Pithecanthropus Erectus (Pithecanthropus Mojokertensis, Pithecanthropus Robustus)

2.Mesolitikum atau Zaman Batu Tengah


Mesolitikum atau Zaman Batu Madya (Bahasa Yunani: mesos "tengah", lithos batu)
adalah suatu periode dalam perkembangan teknologi manusia, antara Paleolitik atau
Zaman Batu Tua dan Neolitik atau Zaman Batu Muda.

Istilah ini diperkenalkan oleh John Lubbock dalam makalahnya "Zaman


Prasejarah" (bahasa Inggris: Pre-historic Times) yang diterbitkan pada tahun 1865.
Namun istilah ini tidak terlalu sering digunakan sampai V. Gordon
Childe mempopulerkannya dalam bukunya The Dawn of Europe (1947).

Pada zaman mesolitikum di Indonesia, manusia hidup tidak jauh berbeda


dengan zaman paleolitikum, yaitu dengan berburu dan menangkap ikan, namun
manusia pada masa itu juga mulai mempunyai tempat tinggal agak tetap dan
bercocok tanam secara sederhana.[3] Tempat tinggal yang mereka pilih umumnya
berlokasi di tepi pantai (kjokkenmoddinger) dan goa-goa (abris sous roche) sehingga
di lokasi-lokasi tersebut banyak ditemukan berkas-berkas kebudayaan manusia pada
zaman itu.

3.Zaman   Neolitikum

Neolitikum atau Zaman Batu Muda adalah fase atau tingkat kebudayaanpada zaman


pra aksara yang mempunyai ciri-ciri berupa unsur kebudayaan, seperti peralatan
dari batu yang diasah, pertanian menetap, peternakan, dan pembuatan tembikar.
4.  Megaliti
kum

Megalitikum berasal dari kata mega yang berarti besar, dan lithos yangberarti
batu. Zaman Megalitikum biasa disebut dengan zaman batu besar,karena pada zaman
ini manusia sudah dapat membuat dan meningkatkankebudayaan yang terbuat dan
batu-batu besar. kebudayaan ini berkembang dari zaman Neolitikum sampai zaman
Perunggu. Pada zaman ini manusia sudah mengenal kepercayaan.
Walaupunkepercayaan mereka masih dalam tingkat awal, yaitu kepercayaan terhadap
roh nenek moyang, Kepercayaan ini muncul karena pengetahuan manusia sudah
Menurut Von Heine Geldern, kebudayaan Megalithikum menyebar ke Indonesia
melalui a)      Megalith Tua menyebar ke Indonesia pada zaman Neolithikum (2500-
1500 SM) dibawa oleh pendukung Kebudayaan Kapak Persegi (Proto Melayu).
Contoh bangunan Megalithikum adalah menhir, punden berundak-undak, Arca-arca
Statis.

b)      Megalith Muda menyebar ke Indonesia pada zaman perunggu (1000-100 SM)


dibawa oleh pendukung Kebudayaan Dongson (Deutro Melayu). Contoh bangunan
megalithnya adalah peti kubur batu, dolmen, waruga Sarkofagus dan arca-arca
dinamis.
Apa yang dinyatakan dalam uraian di atas, dibuktikan dengan adanya penemuan
bangunan batu besar seperti kuburan batu pada zaman prasejarah, banyak ditemukan
manik-manik, alat-alat perunggu dan besi. Hasil kebudayaan megalithikum biasanya
tidak dikerjakan secara halus, tetapi hanya diratakan secara kasar dan terutama hanya
untuk mendapatkan bentuk yang diperlukan.

Adapun beberapa hasil-hasil kebudayaan pada zaman megalitikum adalah sebagai


berikut:
a)      Menhir
Menhir adalah bangunan yang berupa tugu batu yang didirikan untuk upacara
menghormati roh nenek moyang, sehingga bentuk menhir ada yang berdiri tunggal
dan ada yang berkelompok serta ada pula yang dibuat bersama bangunan lain yaitu
seperti punden berundak-undak. Lokasi tempat ditemukannya menhir di Indonesia
adalah Pasemah (Sumatera Selatan), Sulawesi Tengah dan Kalimantan.
b)     Punden Berundak-undak

Punden berundak-undak adalah bangunan dari batu yang bertingkat-tingkat


dan fungsinya sebagai tempat pemujaan terhadap roh nenek moyang yang telah
meninggal.
Bangunan tersebut dianggap sebagai bangunan yang suci, dan lokasi tempat
penemuannya adalah Lebak Sibedug/Banten Selatan dan Lereng Bukit Hyang di Jawa
Timur.

c)      Dolmen
Dolmen merupakan meja dari batu yang berfungsi sebagai tempat meletakkan
saji-sajian untuk pemujaan. Adakalanya di bawah dolmen dipakai untuk meletakkan
mayat, agar mayat tersebut tidak dapat dimakan oleh binatang buas maka kaki
mejanya diperbanyak sampai mayat tertutup rapat oleh batu.
Dengan demikian dolmen yang berfungsi sebagai tempat menyimpan mayat disebut
dengan kuburan batu. Lokasi penemuan dolmen antara lain Cupari Kuningan / Jawa
Barat, Bondowoso / Jawa Timur, Merawan, Jember / Jatim, Pasemah / Sumatera, dan
NTT.
d)     Sarkofagus

Sarkofagus adalah keranda batu atau peti mayat yang terbuat dari batu.
Bentuknya menyerupai lesung dari batu utuh yang diberi tutup. Dari Sarkofagus yang
ditemukan umumnya di dalamnya terdapat mayat dan bekal kubur berupa periuk,
kapak persegi, Daerah tempat ditemukannya sarkofagus adalah Bali. Menurut
masyarakat Bali Sarkofagus memiliki kekuatan magis/gaib. Berdasarkan pendapat
para ahli bahwa sarkofagus dikenal masyarakat Bali sejak zaman logam.

Di Indonesia, beberapa etnik masih memiliki unsur-unsur megalitik yang


dipertahankan

a)   Pasemah
Pasemah merupakan wilayah dari Propinsi Sumatera Selatan, berada di kaki Gunung
Dempo. Tinggalan-tinggalan megalitik di wilayah ini tersebar sebanyak 19 situs,
berdasarkan penelitian yang di lakukan oleh Budi Wiyana (1996), dari Balai
Arkeologi Palembang. Tinggalan megalitik Pasemah muncul dalam bentuk yang
begitu unik, patung-patung dipahat dengan begitu dinamis dan monumental, yang
mencirikan kebebasan sang seniman dalam memahat sehingga tinggalan [megalitik
pasemah], disebut oleh ahli arkeologi sebagai Budaya Megalitik Pasemah.
b)   Nias
Rangkaian kegiatan mendirikan batu besar (dolmen) untuk memperingati kematian
seorang penting di Nias (awal abad ke-20). Etnik Nias masih menerapkan beberapa
elemen megalitik dalam kehidupannya. Lompat batu dan kubur batu masih
memperlihatkan elemen-elemen megalitik. Demikian pula ditemukan batu besar
c)    Sumba
Etnik Sumba di Nusa Tenggara Timur juga masih kental menerapkan beberapa
elemen megalitik dalam kegiatan sehari-hari. Kubur batu masih ditemukan di
sejumlah perkampungan. Meja batu juga dipakai sebagai tempat pertemuan adat.

Masyarakat awal mulai memikirkan cara mengatasi hal ini sampai akhirnya
mereka menemukan jalan keluarnya, yaitu dengan jalan pertanian yang menetap di
suatu perkampungan dan membentuk masyarakat yang teratur dan mempertahankan
kesuburan tanah dengan pemupukan.  Menurut H.R Van Heekeren tanah pertanian
diciptakan di hutan dengan cara penebangan dan pembakaran pohon-pohon dan
semak-semak belukar. Abu dari pohon-pohon dan semak-semak belukar tersebut
kemudian dijadikan pupuk (H.R. Van Heekeren 1957, halaman 154). Pertanian
menetap dilakukan di lahan kering maupun lahan basah. sumber-sumber alam mereka
manfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup pada umumnya dilakukan secara
bersama-sama atau gotong royong. Jenis tanaman di lahan kering meliputi sayuran
dan jenis yang biasa pada lahan perladangan, yaitu padi, keladi, ubi jalar, kacang-
kacangan, dan berbagai jenis tanaman musiman serta tahunan seperti buah-buahan
dan biji-bijian.
D  .Zaman Logam

Di Eropa zaman logam ini mengalami 3 fase, zaman tembaga, perunggu, dan besi.
Sedangkan di Kepulauan Indonesia hanya mengalami zaman perunggu dan besi.
Ciri-ciri Masa Perundagian

 Berkemampuan dalam membentuk suatu kelompok kerja dalam bidang


pertukangan.
 Berkemampuan dalam membuat berbagai perkakas dari logam
 Sudah menganut suatu keyakinan dan melakukan pemujaan terhadap roh
nenek moyang, yang terbuat dari batu- batu besar.
 Kepercayaan yang mereka anut ialah Animisme dan Dinamisme.
 Tempat mereka tinggal di daerah pegunungan atau dataran rendah
 Sudah mahir dalam teknik bersawah yang baik (sistem pengaturan air)

Keadaan manusia menjelang zaman prasejarah

1.Sudah pandai bercocok tanam

2.Pandai berlayar

3.Pandai membuat bangunan megalitik

4.Pandai menenun dan membuat pakaian.


E.Zaman yunani kuno

Zaman yunani yaitu zaman perkembangan yang tetap mendasari kehidupan


sehari hari tetapi lebi maju dari zaman zamn sebelumnnya dalam bidang ini
munculllah tokoh tokoh filsafat. Yng pengarug sangat besar.

1. Thales menyatakan bahawa bintang sinar yng dapat memantlkan cahaya

2.Pyhtagoras berpendapAt bahwa menyatakan bahwa bumi adalah bumi ini bulat

F.Zaman Modern

Pada permulaaan abad ke 14 dinegara Negara eropa mulai terjadi perkembangan


ilmu pengetahuan.Sejak zaman dlu sampai sekarang Eropa menjadi pusat
kemajuan ilmu pengetahuan menjadi sangat pesat yng kemajuan ilmu
pengetahuan diman manusia sudah tumbuh dan berkembang dalam segala hal
dimana.

Anda mungkin juga menyukai