Anda di halaman 1dari 38

MANUSIA PURBA DI INDONESIA

Di SUSUN
Oleh:
Kelompok 3 :
1. Muh. Dzul Fadhli
2. Nurul Aulia Safira
3. A. Ainun Mardiah
4. A. Giska Febrianti
5. Lily Apriani
6. Muh. Badry Abdi Zarni
7. Abbas Rasulung

KELAS X BAIK
UPT SMAN 1 PANGKEP
2022
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
rahmat dan karunia-Nya lah, Makalah ini dapat terselesaikan dengan baik, tepat pada
waktunya, Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Sejarah di
tahun ajaran 2022, dengan judul “ MANUSIA PURBA DI INDONESIA “. Dengan
membuat tugas ini kami diharapkan mampu untuk lebih mengenal tentang Manusia Purba
di Indoneisa.

Kami sadar, sebagai seorang pelajar yang masih dalam proses pembelajaran,
penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan karya ilmiah
yang lebih baik lagi di masa yang akan dating.

Harapan kami, semoga makalah yang sederhana ini, dapat memberi manfaat
tersendiri bagi teman-teman sekalian.

Pangkep, 1 Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.....................................................................................................................i

Daftar Isi..............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1

1.1 Latar Belakang...................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................1

1.3 Tujuan ...............................................................................................................1

1.4 Manfaat penelitian.............................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia yang hidup pada Zaman Praaksara sekarang sudah berubah menjadi fosil.
Fosil manusia yang ditemukan di Indonesia dalam perkembangan terdiri dari beberapa
jenis. Penemuan-penemuan fosil ini banyak disumbang oleh Indoneisa. Hal ini dikarenakan
Indonesia merupakan wilayah tropis dan mempunyai iklim yang cocok dihuni manusia kala
itu. Penemuan-penemuan fosil sangat berguna bagi perkembangan ilmu sejarah sekarang
ini. Baik dalam hal menjelaskan kehidupan manusia kala itu. Hewan yang pernah hidup dan
bagaimana evolusi manusia hingga menjadi sekarang ini. Indonesia banyak menyumbang
fosil manusia-manusia purba. Dilihat dari hasil penemuan di Indonesia maka dapat
dipastikan Indoneisa mempunyai banyak sejarah perdapan manusia mulai saat manusia
hidup. Dengan begitu ilmu sejarah akan terus berkembang sejalan dengan fosil-fosil yang
ditemukan. Hal ini diketahui dari kedatangan para ahli dari Eropa pada abad ke- 19, dimana
mereka tertarik untuk mengadakan penelitian tentang fosil manusia di Indoneisa. Itu
sebabnya makalah ini dibuat untuk mengetahui lebih jelas dan terperinci mengenai
pengertian manusia purba yang ditemukan di Indonesia dan homo sapiens serta
kehidupannya pada masa itu.

B. Rumusan Masalah

Adapun pula permasalahan yang akan ditulis pada makalah ini sebagai berikut:

1. Bagaimana perkembangan manusia purba jenis meganthropus ?


2. Bagaimana perkembangan manusia purba jenis pithecanthropus ?
3. Bagaimana perkembangan manusia purba jenis homo ?
Tujuan dan Manfaat Penilitian

A. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dan manfaat peneliti dari makalah adalah
sebagai berikut:

 Untuk mengetahui perkembangan manusia purba di Indonesia


 Untuk mengetahui jenis jenis manusia purba di Indonesia.
 Sebagai salah satu syarat guna menyelesaikan tugas sejarah kelas X.

B. Manfaat Peneliti

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Peneliti
 Memberi informasi dan pengetahuan kepada penulis tentang
bagaimana perkembangan manusia purba di Indonesia.
 Mengatahui bagaimana ciri ciri dan pembagian manusia purba di
Indonesia di setiap jenisnya.
2. Bagi Pihak Lain
 Sebagai bahan untuk menambah wawasan bagi siswa tentang
perkembangan manusia purba di Indonesia.
 Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi bagi peneliti
serupa ditempat lain.
BAB II
PERKEMBANGAN MANUSIA PURBA JENIS MEGANTHROPUS

Manusia Purba Meganthropus


1. Pengertian Manusia Purba Meganthropus
Meganthropus Paleojavanicus berasal dari kata ‘mega’ yang
artinya ‘besar’ dan anthropus artinya manusia. Sedangkan kata ‘paleo’
berarti tua dan ‘Javanicus’ berasal dari Jawa. Penemuan fosil tidak
ditemukan dalam keadaan lengkap. Penemuan fosil yang ditemukan
hanya bagian tengkorak, rahang bawah dan gigi – gigi yang lepas.

Penanaman tersebut juga bukan sekedar nama dan tanpa alasan.


Hal tersebut tubuh Meganthropus Paleojavanicus cukup besar
dibandingkan dengan manusia purba lainnya. Para peneliti
memperkirakan keberadaan mereka dari beberapa benda sisa kehidupan
yang ada di sekitar tempat penemuan, seperti ukiran, alat – alat rumah
tangga dan lain sebagainya.

Adapun fosil Meganthropus Paleojavanicus yang berhasil


ditemukan adalah fragmen tulang rahang atas, fragmen tulang rahang
bawah dan sejumlah gigi lepas. Selain keberadaan Meganthropus
Paleojavanicus, di Jawa juga terdapat banyak bukti fisik eksistensi
manusia purba yang sudah terkubur sejak zaman Pleistosen bawah,
tengah, atas hingga pada awal zaman Holosen.

Fosil Meganthropus Paleojavanicus ini diperkirakan sudah ada


dari masa paling tua, yakni Pleistosen bawah atau sekitar 2.588.000
tahun lalu.
2. Penemuan Manusia Purba Meganthropus

Kontribusi indonesia untuk pengembangan ilmu pengetahuan di


dunia, terutama studi arkeologi, sangat penting. Ini muncul dari
penemuan spesies tertua manusia purba di jawa, yaitu Meganthropus
paleojavanicus. Von Koenigswald menemukan fosil tersebut di Desa
Sangiran, lembah Bengawan Solo. Fosil yang ditemukan berupa
fragmen rahang bawah sebelah kanan (dengan kedua geraham muka
dan geraham bawah), rahang atas sebelah kiri (dengan geraham kedua
dan ketiga), dan gigi lepas.
Karena fosil tersebut berukuran sangat besar dan menyerupai
raksasa, maka Von Koenigswald menyebutnya Meganthropus
Paleojavanicus .Meganthropus Paleojavanicus berasal dari kata mega
yang berarti besar, anthropus yang bermakna manusia, paleo berarti
tertua, dan javanicus artinya Jawa.
Penemu fosil Meganthropus Paleojavanicus adalah G.H.R Von
Koenigswald pada 1941 silam. Jenis manusia purba mempunyai structur
tulang yang besar.
G.H.R Von Koenigswald melakukan penelitian dari sungai
Bengawan Solo dari tahun 1936 – 1941. Diperkirakan manusia raksasa
jawa ini berasal dari lapisan Pleistosen bawah. Meganthropus
Paleojavanicus mempunyai ciri badan tegap, rahang besar dan kuat.
Jenis manusia purba ini diperkirakan hidup di zaman Batu Tua
(Pleothihikum). Waktu hidup diperkirakan 1 juta sampai 2 juta tahun
yang lalu.
Adapun bagian yang ditemukan pada saat itu, yaitu rahang bawah
dan rahang atas. Von Koenigswald-lah yang memberikan nama
Meganthropus Paleojavanicus yang artinya “manusia raksasa dari
Jawa.”
Meganthropus Paleojavanicus masih mengandalkan alam untuj
bertahan hidup. Saat sumber daya alam sebagai bahan pangan habis,
mereka akan berpindah ke tempat lain yang menyediakan sumber daya
alam melimpah.
3. Kehidupan Manusia Purba Meganthropus

Pola kehidupan Meganthropus paleojavanicus masih nomaden


alias berpindah-pindah tempat, serta mencari makan dengan cara
berburu dan meramu. Sayangnya, fragmen fosil Meganthropus
paleojavanicus yang ditemukan sangat sedikit. Sampai sekarang, belum
ditemukan alat-alat apa saja yang digunakan oleh jenis manusia purba
satu ini.
Para ahli pun mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi
keberadaan dan kebudayaan yang mereka tinggalkan. Hal ini juga, yang
memicu perbedaan pendapat di kalangan para ahli.
Sebagian ahli menganggapnya sebagai Pithecanthropus,
sementara sebagian lainnya meyakininya sebagai Australopithecus. Di
Afrika, ditemukan fosil yang berasal dari lapisan yang sama dengan
Meganthropus.
Di sekitar fosil tersebut, ditemukan peralatan dari batu yang
masih kasar. Diduga mereka menggunakan peralatan memasak yang
masih sangat kasar, karena dibuat dengan cara yang sangat sederhana,
yaitu dengan membenturkan batu dengan permukaan yang lain.
Pecahan dari benturan batu akan menyerupai kapak. Alat inilah
yang kemudian digunakan untuk mengumpulkan makanan dan
memasak. Peralatan tersebut berupa kapak penetak dan alat-alat serpih.
Dari temuan tersebut disimpulkan, bahwa kehidupan
Meganthropus paleojavanicus dilakukan dalam kelompok kecil. Mereka
mencari makan dengan berburu binatang dan mengambil tanaman umbi,
untuk dikumpulkan sebagai persediaan.
4. Ciri – ciri Manusia Purba Meganthropus

1. Ciri-ciri meganthropus paleojavanicus pertama adalah memiliki


rahang bawah yang tebal dan kuat.
2. Tubuhnya sangat tegap.
3. Kening pada meganthropus paleojavanicus juga tabal dan menonjol.
4. Tulang pipi juga tebal dan menonjol tampak sangat dominan.
5. Punya otot yang sangat kuat.
6. Tidak terlihat memiliki dagu, tetapi bagian mulutnya menonjol.
7. Tulang pada ubun-ubun nampak pendek.
8. Bentuk hidungnya melebar.
9. Gigi dan rahang sangat besar sehingga otot kunyahnya sangat kuat.
10. Bentuk geraham menyerupai manusia.
11. Volume otaknya sebesar 900 cc.
12. Tingginya sekitar 2,5 meter.
13. Tangannya berukuran lebih panjang daripada kakinya.

Selain ciri-ciri meganthropus paleojavanicus dari segi fisik, kamu


juga bisa mengenali ciri-ciri meganthropus paleojavanicus lainnya,
yaitu:

1. Cara berjalannya mirip dengan orang utan, yaitu agak membungkuk


dengan tangan yang menyangga tubuh.
2. Menggunakan peralatan memasak yang masih sangat kasar, karena
dibuat dengan cara yang sangat sederhana yaitu dengan membenturkan
batu dengan yang lain. Pecahan dari benturan batu akan menyerupai
kapak. Alat inilah yang kemudian digunakan untuk mengumpulkan
makanan dan memasak.
3. Meganthropus paleojavanicus hidupnya hanya mengandalkan hasil
alam, sehingga kehidupannya tergantung pada alam.
4. Cara hidup meganthropus paleojavanicus selalu berpindah tempat
karena bertahan hidup dengan mengumpulkan makanan. Ketika sumber
makanan di suatu tempat sudah habis, maka mereka akan berpindah
mencari lokasi lainnya.
5. Pembagian Manusia Purba Meganthropus

1. Pithecanthoropus Soloensis
Pithecanthoropus Soloensis merupakan seorang pria monyet dari
Solo. Jenis fosil manusia purba ini ditemukan sekitar 1931 oleh
Openorth dan Von Koenigswald di pulau Jawa.
Bagian pertama yang ditemukan adalah sebuah tulang tibialis dan
tengkorak.
2. Meganthropus 2
Meganthropus 2 merupakan sebuah fragmen tengkorak yang
pertama kali dijelaskan oleh Sartono pada 1982. Bentuk dari tengkorak
itu lebih dalam, lebih melengkung, dan lebih luas dari spesies yang
sebelumnya ditemukan.
Tak hanya itu, temuan ini punya lambang sagital yang sama atau
punggung temporal ganda dengan kapasitas tengkorak yaitu sekitar
800-1000 cc.
3. Meganthropus 1
Spesimen Tyler (1) ini sudah digambarkan sebagai sebuah
tengkorak yang hampir lengkap, tetapi dihancurkan dalam batas-
batasnya.
Apa yang berbeda dari tipe lain, yaitu spesimen ini tak punya
sebuah ketinggian ganda yang memenuhi hampir di atas tengkorak dan
bagian belakang lehernya sangat tebal.
4. Homo Soloensis
Franz dan Koenigswald menemukan manusia purba ini pada
kisaran 1931-1934. Karena volume otaknya, manusia purba tersebut
tidak termasuk kelas monyet-manusia.
Mereka juga dianggap lebih pintar dan mempunyai kehidupan
yang lebih baik. Adapun fosil pertama yang ditemukan yaitu tulang
tengkorak dan diperkirakan hidupnya terjadi antara 900 ribu dan 300
ribu tahun yang lalu.
5. Arkaik
Arkaik sudah ditemukan pada lapisan tanah liat hitam dalam
pembentukan grenzbank dan pucangan di Sangiran dan pasir vulkanik
di utara Perning. Tipe Arkaik ini merupakan sebuah tipe terbesar dan
paling berotot, dengan volume otak sekitar 870 cc.
6. Progresif
Progresif merupakan sebuah jenis paling maju yang ditemukan di
endapan aluvial di Ngandong (Blora), Selopuro (Ngawi), dan endapan
vulkanik di Tiger Connect.
Volume otak pada jenis Progresif ini mencapai 1.100 cc, dengan
tengkorak yang lebih tinggi dengan wajah pudar.
7. Tipik
Tipik merupakan tipe yang paling maju, kalau dibandingkan
dengan tipe arkaik atau tipe lainnya. Spesies tipik ini ukurannya lebih
besar dari Homo Erectus di Indonesia. Tipik ditemukan di Kedung

Brubus (Madiun), Patiayam (Kudus), dan sejak 2011 kembali


ditemukan di (Tegal).
Konstruksi tengkorak pada spesies tipik lebih ramping, meski
dahi masih miring, dan agak bengkok. Kapasitas otak pada spesies tipik
ini sekitar 1.000 cc.
6. Hasil Kebudayaan Manusia Purba Meganthropus

1. Kapak perimbas (chopper)

Bagian yang tajam berbentuk cembung, digunakan untuk memangkas.


Fungsi kapakini untuk penetak dan pemotong. Kapak ini ditemukan di
Pacitan oleh Von Koenigswald tahun 1935 yang diperkirakan
pendukung Pithecanthropus erectus, kapak ini disebut juga chopper
chopping tool. Kapak ini juga ditemukan di luar Nusantara, seperti di
Pakistan, Myanmar, Malaysia, Thailand, Filipina, dan Vietnam.
 
2. Kapak penetak

Kapak ini mirip kapak perimbas, hanya bentuknya lebih besar,


dipergunakan untuk membelah kayu, pohon, atau bambu. Alat ini
disebut chopping tool, ditemukan hampir diseluruh wilayah Nusantara.

3.Kapak genggam

Kapak ini memiliki bentuk mirip kapak perimbas, tetapi jauh lebih
kecil. Cara pemakaiannya dengan digenggam pada ujungnya yang lebih
kecil. Hampir di seluruh Nusantara terdapat alat tersebut.
4.Pahat genggam
Bentuknya lebih kecil dari kapak genggam yang berfungsi untuk
menggemburkantanah  dan mencari ubi-ubian. Alat ini sangat tajam.

5.Alat serpih

Alat serpih dipergunakan untuk pisau, mata panah, dan alat pemotong.
Alat serpih ini ditemukan oleh Von Koenigswald tahun 1934 di
Sangiran, juga  di Gua Lawa, (Sampung, Ponorogo), Cabbenge
(Sulawesi Selatan), Timor, dan Roti. Alat serpih ini berukuran kecil
antara 10 – 20 cm yang banyak ditemukan di gua-gua.
6.Alat-alat dari tulang

Alat ini dibuat dari tulang binatang untuk pisau, belati, dan mata
tombak yang banyak ditemukan di Ngandong (Ngawi Jawa Timur). 
BAB III
PERKEMBANGAN MANUSIA PURBA JENIS PITHECANTROPUS

Manusia Purba Pithecantropus

1. Pengertian Manusia Purba Pithecantropus

Pithecanthropus erectus atau disebut juga sebagai Manusia Jawa


adalah fosil manusia purba yang ditemukan oleh Eugene Dubois pada
1890 di Trinil, tepi Sungai Bengawan Solo, Ngawi, Jawa Timur. Saat
ditemukan, fosil ini diperkirakan berusia antara 700.000 hingga satu
juta tahun. Pithecanthropus erectus merupakan fosil manusia purba
yang paling terkenal dan paling awal ditemukan di Indonesia.

Pada awalnya, Eugene Dubois memberi nama temuannya ini


sebagai Anthropopithecus erectus. Nama Pithecanthropus erectus
kemudian ditetapkan karena fosil-fosil yang ditemukan membentuk
kerangka manusia yang menyerupai kera. Kata Pithecanthropus erectus
berasal dari bahasa Yunani, fithkos yang artinya kera, anthropus berarti
manusia, dan erectus berarti tegak. Pithecanthropus erectus berarti
manusia kera yang berjalan tegak.  Salah satu manusia pendukung
masyarakat praaksara pada masa berburu dan mengumpulkan makanan
adalah Pithecantropus erectus.
2. Penemuan Manusia Purba Pithecantropus

Salah satu teori keberadaan manusia ourba adalah identifikasi


bahwa Asia Tenggara adalah tempat lahir manusia, karena di sinilah
kera ini hidup. Teori ini yang membawa ditemukannya fosil
Pithecanthropus erectus di Indonesia.

Pithecanthropus erectus ditemukan oleh ahli anatomi dan geologi


Belanda Eugène Dubois pada awal tahun 1890-an. Melansir Britannica,
Dubois melakukan perjalanan ke Asia Tenggara dengan harapan
menemukan nenek moyang manusia modern.

Setelah mencari fosil di pulau Sumatera, ia pindah ke Jawa pada


tahun 1890. Dengan bantuan dua sersan tentara dan sejumlah
narapidana, ia mulai bekerja pada Agustus 1891 di sepanjang Sungai
Bengawan Solo di Trinil.

Tengkorak bagian atas ditemukan pada Oktober, dan tulang paha


ditemukan kemudian dari lubang yang sama. Dengan sebagian
tempurung kepala sebagai bukti otak kecil dan tulang paha yang tampak
modern sebagai indikasi postur tegak, Dubois dapat berargumen bahwa
ia telah menemukan “mata rantai yang hilang”.

Dubois mengklaim bahwa Pithecanthropus erectus adalah


makhluk yang berada di antara posisi evolusionernya antara kera dan
manusia. Klaim ini menjadi sangat kontroversial di mata ilmuwan.
Namun, banyak juga ilmuwan pada saat itu yang mengajukan teori
bahwa Manusia Jawa mungkin merupakan mata rantai yang hilang
antara manusia kera dengan manusia modern saat ini.
Fosil yang lebih lengkap kemudian ditemukan di desa Sangiran,
Jawa Tengah, sekitar 18 km ke Utara dari kota Solo pada 1936. Fosil
berupa tempurung tengkorak manusia ini ditemukan oleh Gustav
Heinrich Ralph von Koenigswald, seorang ahli paleontologi dari Berlin.
3. Penamaan Manusia Purba Pithecanthropus

Dubois pertama kali memberi nama spesies ini, Anthropopithecus


yang berarti "manusia-kera". Ia memilih nama ini karena gigi serupa
yang ditemukan di Perbukitan Siwalik di India pada tahun 1878 diberi
nama Anthropopithecus. Dubois mengganti nama spesimen
Anthropopithecus erectus. Dubois kembali mengganti nama spesies ini
sebagai Pithecanthropus erectus.
Nama Pithecanthropus erectus berasal dari akar bahasa Yunani
dan latin dan memiliki arti manusia-kera yang dapat berdiri.
Pithecanthropus erectus juga dikenal sebagai Java Man atau Manusia
Jawa. Nama ini meminjam nama genus Pithecanthropus dari Ernst
Haeckel, yang telah menciptakannya beberapa tahun sebelumnya untuk
merujuk pada "mata rantai yang hilang" antara kera dan manusia.
4. Ciri ciri Manusia Purba Pithecanthropus

1. Kapasitas tengkorak

Ciri-ciri Pithecanthropus erectus ditandai dengan kapasitas


tengkorak rata-rata 900 cm kubik. Ini lebih kecil dari spesimen H.
erectus.

2. Bentuk tengkorak

Pithecanthropus erectus memiliki tengkorak datar di profil


dengan dahi kecil. Ada puncak di sepanjang bagian atas kepala
untuk perlekatan otot rahang yang kuat. Tulang tengkorak sangat
tebal, alis tebal, dan rahang besar tanpa dagu.

3. Gigi

Gigi Pithecanthropus erectus sama seperti manusia meskipun


dengan beberapa fitur mirip kera, seperti besar, sebagian tumpang
tindih gigi taring.

4. Tinggi

Ciri-ciri Pithecanthropus erectus bisa memiliki tinggi mencapai


sekitar 170 cm (5 kaki 8 inci). Tulang paha menunjukkan bahwa pria
Jawa berjalan tegak sepenuhnya, seperti manusia modern.
5. Masa kehidupan

Manusia Jawa mendahului Manusia Peking dan biasanya


dianggap agak lebih primitif. Diperkirakan mereka telah menduduki
Jawa dari sekitar satu juta hingga 500.000 tahun yang lalu. Namun,
tanggal radiometrik yang diperoleh untuk mineral vulkanik di
Sangiran menunjukkan bahwa beberapa fosil Jawa mungkin jauh
lebih tua, mungkin mendekati usia 1,5 juta hingga 1,8 juta tahun.
5. Kehidupan Manusia Purba Pithecanthropus

Zaman ketika manusia purba hidup merupakan masa dimana


seluruh kehidupan masih bergantung dengan alam.

Pola kehidupan masa purba antara lain sebagai berikut:

1. Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan

Pada masa ini manusia berburu dengan tujuan untuk


mengumpulkan bahan makanan bagi kelompoknya.

Ciri-ciri kehidupannya adalah:

a. Tidak memiliki tempat tinggal tetap

b. Hidup sendiri atau dalam kelompok kecil

c. Mengumpulkan makanan berupa umbi-umbian

d. Menggunakan kapak genggam untuk berburu hewan

e. Menempati gua

f. Membuat lukisan cap jari tangan dan babi rusa dalam


keadaan terpanah.

Lukisan tersebut dibuat menggunakan warna hitam, putih, dan


merah

2. Masa Bercocok Tanam

Pada masa ini manusia telah mengenal bercocok tanam dan


tinggal dalam suatu wilayah lebih lama.

Ciri-cirinya:

a. Mulai menetap disekitar lokasi bercocok tanam


b. Mulai mengenakan pakaian dari kulit hewan dan kulit
kayu

c. Membuat rumah dari kayu

d. Berpindah jika tanah sudah tidak subur

e. Menggunakan alat bercocok tanam, seperti mata panah,


beliung persegi dan kapak lonjong

f. Menggunakan perhiasan

3. Masa Mengenal Kepercayaan

Pada masa ini manusia telah mengenal kepercayaan terhadap


sesuatu, seperti matahari, hewan, pohon dan lainnya.

Ciri-cirinya:

a. Melakukan upacara-upacara tertentu sebagai tanda jika


terdapat kekuatan yang melebihi manusia

b. Mulai membangunan bangunan besar untuk upacara-


upacara tertentu

c. Masa Perundagian – Pada masa ini manusia mulai


memiliki kehidupan yang lebih maju, ciri-ciri
kehidupannya.

d. Mulai tinggal dalam sebuah desa atau perkampungan


dalam waktu yang cukup lama

e. Telah mampu mengolah logam untuk dibuat perhiasan,


seperti cincin atau kalung
f. Mengenal sistem perdagangan sederhana, yaitu barter
untuk mendapatkan logam, hasil bercocok tanam, hewan,
dan lainnya

4. Peralatan Manusia Purba

Bukti keberadaan manusia purba di Indonesia juga didukung oleh


peninggalan berbagai macam perkakas yang digunakan untuk
membantu kehidupan mereka.

Alat-alat manusia purba yaitu:

- Kapak genggam

- Alat serpih

- Kapak persegi

- Kapak lonjong

- Menhir

- Dolmen

- Sorkofagus

- Arca

- Bejana perunggu

- Kapak corong
6. Jenis jenis Manusia Purba Pithecantropus

Berikut ini merupakan manusia purba Pithecantropus


1. Pithecanthropus Mojokertensis
Penemu: Von Koeningswald (1936)
Ciri ciri:
 Berbadan tegak
 Muka menonjol ke depan
 Kening tebal
 Tulang pipi kuat
2. Pithecanthropus Erectus
Penemu: Eugene Dubois (1890)
Ciri ciri:
 Berbadan tegap
 Tinggi badan sekitar 165-170cm
 Berjalan tegak
 Makanannya masih kasar dengan sedikit pengolahan
3. Pithecanthropus Soloensis
Penemu: Von Koeningswald dan Openorth (1931-1933)
Ciri ciri:
 Tengkorak lonjong
 Kepala bagian depan menonjol
 Rongga mata yang panjang
 Hidung tebal dan lebar
 Tidak punya dagu
 Tinggi badan sekitar 165-180cm
 Volume otak 750-1.350 cc
7. Kebudayaan Manusia Purba Pithecantropus

Ada banyak hasil kebudayaan seperti alat-alat untuk hidup,


sebagai bukti bahwa pada zaman sebelumnya terdapat manusia purba.
Banyaknya alat-alat tersebut terbuat dari batu, kayu, tulang hewan dan
sebagainya sebagai alat bantu untuk kelangsungan hidup. Berikut ini
adalah beberapa jenis alat kebudayaan yang dimiliki oleh
pithecanthropus erectus.

1. Kapak Genggam

Bentuk dari kapak ini tidak besar melainkan memiliki ukuran


yang lebih kecil dari jenis kapak lainnya. Kapak jenis ini telah tersebar
ke beberapa wilayah di Nusantara dan masih dikembangkan hingga
pada zaman yang modern ini. Kapak ini awalnya adalah buatan manusia
purba menggunakan bahan-bahan yang sederhana, dengan cara
penggunaannya yang digenggam pada ujung.

2. Kapak Perimbas

Jenis kapak ini memiliki bentuk yang sedikit cembung dan sering
digunakan dalam kebutuhan untuk memangkas suatu benda. Kapak ini
ditemukan di oleh seorang ilmuan pada tahun 1935 dengan fungsinya
sebagai alat pemotong atau penetak. Selain di Indonesia, kapak jenis ini
juga banyak ditemukan di berbagai negara lainnya.
3. Alat Penetak

Alat ini sering kali disebut sebagai kapak, namun bentuknya


terlihat lebih besar dan hanya dapat digunakan untuk memotong benda
tertentu saja. Umumnya, alat ini digunakan oleh manusia purba tepatnya
pithecanthropus untuk memotong kayu, pohon sebagainya. Alat ini bisa
dijumpai dengan mudah di seluruh wilayah Nusantara.

4. Pahat Genggam

Manusia purba juga sebelumnya melakukan kegiatan bercocok tanam,


untuk memanfaatkan hasil alam yang lebih. Alat yang digunakan yaitu
merupakan pahat genggam dengan bentuk yang kecil untuk
menggemburkan tanah. Selain itu alat ini juga sering kali dimanfaatkan
untuk mencari ubi atau hal lain, mengingat bahwa alat ini sangat tajam.

5. Benda Tajam

Ada banyak pisau yang digunakan oleh manusia purba untuk hal
apa saja, adapun alat yang digunakan ini berasal dari tulang hewan.
Selain itu banyaknya benda tajam lainnya seperti pisau, belati, tombak
dan sebagainya yang biasa digunakan oleh pithecanthropus. Daerah
yang banyak ditemukan alat ini yaitu Ngawi Jawa Timur.
6. Alat Serpih

Alat yang terakhir ini juga ditemukan oleh seseorang bernama


Von Koenigswald tepatnya pada tahun 1934. Alat ini banyak ditemukan
di gua-gua, di mana manusia purba tersebut dahulu tinggal di sana.
Ukuran alat ini sendiri umumnya sangat kecil dan hanya berkisar antara
11-20 cm. Alat serpih banyak digunakan untuk pisau, mata panah dan
juga alat pemotong lainnya.

7. Batu Penggiling

Manusia purba juga menggunakan batu sebagai media untuk


menggiling sesuatu dan banyak ditemukan di sekitar gua-gua atau
hutan. Ukuran batu ini umumnya sangat beragam dan biasanya sesuai
dengan genggaman tangan. Hasil kebudayaan ini masih dikembangkan
dan masih tetap digunakan untuk kebutuhan alat dapur saat memasak.
BAB IV
PERKEMBANGAN MANUSIA PURBA JENIS HOMO

Manusia Purba Homo


1. Pengertian Manusia Purba Homo
Homo sapiens atau manusia cerdas adalah manusia purba yang
menyerupai manusia modern. Mereka terbentuk setelah terjadi proses
evolusi selama ribuan tahun. Homo sapiens hidup antara 40.000 sampai
10.000 tahun yang lalu, dari akhir zaman batu kuno sampai zaman batu
muda. Spesies jenis ini tidak hanya mampu membuat peralatan sehari-
hari, tetapi juga memiliki kemampuan berpikir yang sangat baik. Tidak
hanya itu, mereka sudah bisa membuat teknologi lukisan yang awet di
dinding gua.

Ciri-ciri fisiknya juga hampir menyamai fisik manusia yang


hidup pada masa sekarang. Homo sapiens merupakan spesies yang
sangat tangguh dalam beradaptasi dengan lingkungannya. Selain itu,
kapasitas otaknya jauh lebih besar daripada jenis manusia sebelumnya.
2. Penemuan Manusia Purba Homo di Indonesia
Dalam beberapa temuan, jenis manusia purba di Indonesia yang
paling mendekati jenis manusia sekarang adalah Homo sapiens.
Penemuan fosil Homo sapiens di Indonesia berawal pada 1889, yaitu
saat van Rietschoten menemukan beberapa bagian tengkorak dan
rangka manusia di daerah Tulungagung, Jawa Timur.

Homo sapiens di Indonesia kemudian digolongkan menjadi tiga


jenis berdasarkan lokasi temuannya.

1. Homo Wajakensis

Homo wajakensis ditemukan di Wajak, Tulungagung oleh von


Rietschoten pada 1889. Fosil yang ditemukan berupa tulang paha,
rahang atas, rahang bawah, tulang kering, dan fragmen tengkorak
dengan volume sekitar 1.600 cc. Temuan Rietschoten ini digolongkan
sebagai Homo sapiens pertama di Asia. Fosil tersebut kemudian diteliti
oleh Eugene Dubois.

Dalam sebuah penelitian disebutkan bahwa manusia purba ini


sudah bisa membuat alat dari batu dan tulang. Tak hanya itu, Homo
wajakensis juga diketahui sudah mengetahui cara memasak.

Dari segi fisik, ciri-ciri Homo sapiens ini sebagai berikut:

 Wajah datar dan lebar;


 Hidung lebar dengan bagian mulut menonjol;
 Berat badan sekitar 30–150 kilogram;
 Tinggi badan kurang lebih 130–210 sentimeter;
 Otak sudah lebih berkembang;
Tengkorak dari Homo wajakensis diketahui mempunyai
persamaan dengan tengkorak masyarakat asli Aborigin di Australia,
sehingga E. Dubois memperkirakan jenis Homo sapiens ini
dikelompokan dalam manusia modern yang masuk ras Australoide.
Fosil dari Homo wajakensis mempunyai persamaan dengan manusia
Niah di Sarawak (Malaysia) dan manusia Tabon di Palawan (Filipina).

Berbicara tentang Homo wajakensis, kita akan selalu diingatkan


pula kepada Eugene Dubois, seorang dokter asal Belanda yang
memiliki keinginan keras untuk datang ke Hindia Belanda (Indonesia)
untuk membuktikan atau mencari bukti-bukti akan teori evolusi Charles
Darwin seperti yang tertuang dalam bukunya berjudul The Origin Of
Species, walaupun saat itu masih sarat akan polemik-akademik.

Dengan mendaftar sebagai tentara Belanda untuk tenaga medis,


bersama istri dan anaknya, Dubois akhirnya dikirim ke Sumatra. Dubois
selalu mencari waktu untuk melakukan “misi utamanya”, yaitu mencari
fosil dan sisa-sisa nenek moyang manusia di sela-sela waktunya
bertugas sebagai dokter tentara Belanda.

Sayangnya, ekspedisi Sumatra rupanya belum berhasil dan dia


mengalihkan perhatiannya ke Jawa. Hal ini juga dipicu adanya
informasi tentang temuan fosil tulang-belulang manusia di Desa
Campurdarat, Kabupaten Tulungagung yang kemudian dikenal sebagai
fosil Wajak I. Berdasarkan data tersebut, Dubois melakukan penggalian
di sekitar tempat penemuan fosil Wajak I dan berhasil menemukan fosil
manusia Wajak II.
Selain tulang-belulang dari Campurdarat di atas, temuan penting
Eugene Dubois selama penelitiannya di Jawa adalah beberapa fosil
tulang hominid yang dia pastikan sebagai makhluk nenek moyang
manusia yang selama ini dicari-cari oleh para pengikut teori evolusi
Darwin. Temuan spesies hominid yang dinamakan Pithecanthropus
erectus yang kemudian disebut Homo erectus inilah missing link yang
berhasil ditemukannya di Trinil, Madiun, Jawa Timur, tidak jauh dari
aliran Bengawan Solo.

Temuan yang menggemparkan dunia ilmu pengetahuan yang


dimaksud adalah fosil cranium, femur, dan gigi hominid yang
dipastikan dari satu individu yang sama. Sebagai seorang ahli anatomi,
Dubois berhasil merekonstruksi dan menyimpulkan bahwa cranium,
gigi, dan tulang paha tersebut milik hominid yang telah berjalan tegak,
walaupun bentuk muka menyerupai kera. Dalam publikasinya
disebutkan bahwa hominid tersebut adalah makhluk manusia kera yang
berjalan tegak.

2. Homo Soloensis

Manusia purba jenis Homo soloensis ditemukan oleh von


Koenigswald dan Weidenrich di dekat Desa Ngandong, lembah Sungai
Bengawan Solo. Oleh sebagian ahli, manusia purba ini digolongkan
dengan Homo neandertal yang merupakan jenis Homo sapiens dari
Asia, Eropa, dan Afrika yang berasal dari lapisan Pleistosen Atas.
3. Homo Floresiensis (Manusia Liang Bua)

Homo floresiensis ditemukan oleh Peter Brown dan Mike J.


Morwood pada September 2003. Manusia Liang Bua dianggap sebagai
penemuan spesies baru yang kemudian diberi nama sesuai dengan
tempat ditemukannya, yaitu di Liang Bua, Flores.

Adapun ciri ciri Homo sapiens yang ditemukan di Flores sebagai


berikut:

 Kepala dan badan mempunyai ukuran kecil;


 Ukuran otak juga kecil;
 Volume otak sekitar 380 cc;
 Rahang menonjol atau berdahi sempit;
 Berat badan sekitar 25 kilogram;
 Tinggi badan sekitar 1,06 meter.

Pengelompokan Homo floresensis sebagai manusia modern


masih menjadi perdebatan banyak ahli. Sebagian menyimpulkan jenis
ini adalah hasil evolusi Pithecantropus, tetapi ahli lain menduga Homo
floresensis hidup berdampingan atau bahkan satu zaman dengan Homo
sapiens.
3. Persebaran Manusia Purba Homo

Persebaran Homo sapiens berawal dari Afrika, kemudian meluas


ke berbagai belahan dunia seperti Asia, Eropa, Amerika, dan Australia,
termasuk Indonesia. Selama masa perubahan iklim yang dramatis
sekitar 300.000 tahun lalu, Homo sapiens berevolusi di Afrika. Seperti
manusia purba lainnya, mereka menjalani kehidupan sederhana dengan
berburu dan mengumpulkan makanan.

Asal-usul manusia modern dan pengembaraannya keluar dari


Afrika sesuai dengan teori yang dikembangkan oleh Stringer dan
Brauner. Teori tersebut bernama Theory Out of Africa. Teori tersebut
juga didukung dengan adanya bukti genetik, linguistik, dan arkeologis
yang menyebutkan bahwa fosil yang ditemukan di dekat Sungai Omo,
Ethiopia (Afrika Timur) merupakan fosil Homo sapiens tertua, bahkan
usianya lebih tua dari Homo neandertal.

Teori tersebut juga didukung dengan data penelitian DNA


mitokondria (mtDNA), yaitu sel tubuh berbentuk molekul kompleks
yang menggambarkan sistem genetika dari satu generasi ke generasi
selanjutnya. Dari catatan DNA fosil yang ditemukan, kemudian
dicocokan dengan fosil manusia saat ini dan diperoleh kesimpulan
bahwa genetika manusia atau genom 99,9% identik di seluruh dunia.

Para ahli juga menyimpulkan bahwa tidak ditemukan


pencampuran mtDNA manusia modern dengan manusia pra modern di
suatu wilayah. Dengan kata lain, Homo sapiens dari Afrika
menggantikan dan menghapus populasi manusia sebelumnya (Homo
erectus dan Homo neandertal) di wilayah yang didatanginya.
Teori lainnya yang mengulas tentang asal-usul Homo sapiens
adalah Theory Multiregional Evolution Model yang dikemukakan oleh
Wolpoff, Thorne, dan Wu. Para ahli tersebut menyebutkan bahwa
manusia modern tidak hanya dari Afrika, tetapi ada juga yang dari
Eropa dan Asia yang merupakan hasil dari populasi menusia
sebelumnya di wilayahnya masing-masing. Teori ini juga menyebutkan
bahwa Afrika merupakan sumber kedatangan nenek moyang menusia
yang menyebar, tetapi tidak bercampur dengan manusia pramodern
sebelumnya di suatu wilayah dan berkembang sesuai dengan rasnya.

Seiring berjalannya waktu, Homo sapiens mulai mengembangkan


kemampuan untuk menanggapi tantangan bertahan hidup di tengah
kondisi lingkungan yang tidak stabil. Fosil tertua Homo sapiens
ditemukan di Jebel Irhoud, Maroko, pada 2000. Temuan tersebut berupa
pecahan tengkorak, tulang rahang lengkap, dan perkakas batu, yang
diperkirakan berumur 315.000 tahun.

Homo sapiens kemudian menyebar ke seluruh benua dan tiba di


Tiongkok antara 120.000 sampai 80.000 tahun lalu. Sementara itu, jenis
Homo sapiens yang ditemukan di Indonesia diperkirakan berasal dari
zaman Holosen, yang berlangsung sekitar 40.000 tahun lalu.

Homo sapiens tidak hanya membuat dan menggunakan perkakas


dari batu, tetapi juga membuat peralatan yang lebih kecil dan kompleks.
Seperti contohnya mata pancing, anak panah, pelempar tombak, dan
jarum jahit. Dalam 12.000 tahun terakhir, Homo sapiens melakukan
transisi dari mengumpulkan makanan menjadi menghasilkan makanan
sendiri. Masyarakatnya juga menyadari bahwa mereka dapat
mengembangbiakkan tanaman dan hewan. Saat mereka mulai
menginvestasikan lebih banyak waktu untuk memproduksi makanan
dan menjinakkan hewan, mereka memutuskan untuk hidup menetap.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Indonesia merupakan tempat yang cocok untuk kehidupan manusia


purba sehingga banyak ditemukan fosil-fosil manusia purba di
Indonesia utamanya di Pulau Jawa.

Jenis jenis manusia purba yang ditemukan di Indonesia antara lain


Meganthropus paleojavanicus, Pithecanthropus mojokertensis,
Pithecanthropus erectus, Pithecanthropus soloensis Homo solvensies,
Homo wajakensis, dan Homo floresiensis. Lokasi penemuan fosil
manusia tersebut antara lain di Sangiran, Trinil, Ngandong, Patiayam,
Wajak, dan Flores.

B. Saran

Anda mungkin juga menyukai