Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

MASA BERBURU DAN MENGUMPULKAN


MAKANAN TINGKAT SEDERHANA
PALEOLITHIKUM

Disusun oleh :
Kelompok 1
1. Elsya ananda putri
2. M.farhul alifsan
3. Alisya putri
4. Badri irfandi mulya

Kelas :
X MIPA 4

SMA NEGERI 3 PARIAMAN


2021/2022

KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha


Esa, karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan
pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah
berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun
dengan baik dan rapi. kami berharap semoga makalah ini bisa menambah
pengetahuan para pembaca atau pendengar.
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang
bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................i
DAFTAR ISI ....................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
A. Asal-usul manusia purba........................................................2
B. Corak kehidupan sosial ekonomi...........................................5
C. Kepercayaan ..........................................................................5
D. Hasil budaya...........................................................................6

BAB III PENUTUP


1. Kesimpulan............................................................................9
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Wilayah Indonesia merupakan wilayah yang memiliki letak yang strategis,
sehingga tidak heran jika terjadi akulturasi beragam budaya yang terjadi sejak zaman
nenek moyang sampai zaman era global saat ini.
Letak yang strategis tersebut sangat didukung oleh sumber daya manusianya.
Untuk mempelajari kehidupan manusia saat ini tidak ada salahnya kita merunutnya
sampai pada masa silam yaitu masa pra-aksara.
Kehidupan manusia pada zaman praaksara senantiasa mengalami perubahan dan
perkembangan. Semua itu bertahap dan melalui proses yang sangat lama. Tentunya
corak kehidupan yang saat ini kita lakukan adalah kembangan dari corak kehidupan
pada zaman praaksara.
Zaman Paleolitikum atau Zaman Batu Tua adalah periode prasejarah yang
diperkirakan berlangsung pada 600.000 tahun lalu.Masa berburu dan mengumpulkan
makanan (food gathering andhunting period) adalah salah satu ciri-ciri zaman batu tua
(paleolitikum)dimana manusia purba memenuhi kebutuhan akan pangan dengan cara
berburu hewan dan mengumpulkan makanan dari alam. Pada masa ini juga telah
mengenal sistem kepercayaan yang sederhana dan alat-alat pemenuh kebutuhan hidup
yang sederhana. Hidup mereka berkelompok dengan anggota yang tidak banyak,
antara 20 sampai 50 orang. Hidup mereka masih nomaden dan sangat bergantung
pada ketersediaan alam. Perburuan
dilakukan oleh kaum laki-laki sedangkan pengumpulan makanan dilakukan oleh
kaum perempuan.

B. Rumusan masalah
1. Jelaskan asal-usul manusia purba pada masa paleolitikum
2. Jelaskan corak kehidupan sosial ekonomis pada masa paleolitikum
3. kepercayaan pada masa paleolitikum
4. Hasil budaya pada masa paleolitikum
BAB II
PEMBAHASAN

MASA BERBURU DAN MENGUMPULKAN MAKANAN


TINGKAT SEDERHANA PALEOLITHIKUM

A. Asal Usul Manusia Purba


Manusia purba merupakan makhluk hidup yang pernah hidup dan mendiami
bumi pada ribuan tahun yang lalu. Indonesia merupakan salah satu negara yang
menjadi tempat untuk tinggal bagi manusia purba pada masa itu. Keberadaan
mereka dapat diketahui berdasarkan peninggalan berupa fosil. Fosil adalah sisa
tulang belulang binatang atau sisa tumbuhan zaman purba yang telah membatu
dan tertanam di bawah lapisan tanah.
Secara garis besar ada 3 teori yg menjelaskan asal usul manusia purba yg ada
di indonesia : teori afrika, teori yunan, dan teori nusantara.
Di Indonesia sendiri penemuan manusia purba pertama sekali didapati di
wilayah Jawa, khususnya di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Manusia purba
di Indonesia telah ada sejak zaman quartair atau dapat dikatakan telah hidup sejak
600 ribu tahun yang lalu.
gambaran manusia purba :

4 Manusia Pendukung Zaman Paleolitikum


Berikut beberapa jenis manusia purba yang hidup di Zaman Paleolitikum:

1. Pithecanthropus Erectus

Pithecanthropus erectus atau disebut juga sebagai Manusia Jawa adalah fosil
manusia purba yang ditemukan oleh Eugene Dubois pada 1890 di Trinil, tepi
Sungai Bengawan Solo, Ngawi, Jawa Timur. Saat ditemukan, fosil ini
diperkirakan berusia antara 700.000 hingga satu juta tahun. Pithecanthropus
erectus merupakan fosil manusia purba yang paling terkenal dan paling awal
ditemukan di Indonesia.
Pada awalnya, Eugene Dubois memberi nama temuannya ini sebagai
Anthropopithecus erectus.Nama Pithecanthropus erectus kemudian ditetapkan
karena fosil-fosil yang ditemukan membentuk kerangka manusia yang
menyerupai kera.Kata Pithecanthropus erectus berasal dari bahasa Yunani,
fithkos yang artinya kera, anthropus berarti manusia, dan erectus berarti tegak.

Pithecanthropus Erectus memiliki beberapa ciri, antara lain:


- Memiliki otak dengan volume 750-1350 cc yang artinya lebih besar dari
Meganthropus.
- Memiliki tinggi badan sekitar 155-180 cm.
- Memiliki postur tubuh yang tegap, tetapi tidak setegap Meganthropus.
- Memiliki rahang dan gigi geraham yang sangat kuat.
- Berhidung tebal.
- Memiliki tonjolan kening yang tebal serta melintang di dahi dari satu sisi ke
sisi yang lainnya.
- Bagian wajah menonjol ke depan tetapi dahinya miring ke belakang.
- Pada bagian belakang kepalanya juga menonjol.
- Memiliki alat tengkuk dan alat pengunyah yang sangat kuat.

2. Homo Soloensis
Homo merupakan salah satu jenis manusia pendukung Zaman
Paleolitikum yang menjadi cikal bakal manusia modern pada saat ini.
Sedangkan Homo Soloensis adalah manusia purba yang diperkirakan berasal
dari Solo. Fosil manusia purba ini ditemukan di daerah Ngandong, Bengawan
Solo pada abad ke-19. Karena ditemukan di daerah Ngandong, maka makhluk
ini termasuk dalam kebudayaan Ngandong. Tengkorak yang berhasil
ditemukan telah diidentifikasikan sudah menjadi manusia atau bukan lagi kera.
Ciri-ciri manusia purba Homo Soloensis:
- Memiliki volume otak antara 1000-1300 cc yang sudah menyerupai manusia
modern.
- Bertinggi badan 130-210 cm.
- Memiliki wajah yang tidak menonjol ke depan.
- Sudah berjalan dengan tegap dengan dua kaki sehingga lebih sempurna dalam
berjalan.
- Otot tengkuk pada manusia purba Homo mengalami penyusutan.

3. Homo Wajakensis

Disebut sebagai Homo Wajakensis karena fosil manusia purba ini


ditemukan di Wajak. Wajak merupakan suatu daerah yang terletak di
Tulungagung, Jawa Timur. Menurut Dr. Eugene Dubois yang merupakan
penemu fosilnya, Homo Wajakensis dapat dikategorikan ke dalam Homo
Sapiens.

Ciri-ciri manusia purba Homo Wajakensis:


- Memiliki hidung yang lebar dan mulut yang menonjol.
- Wajahnya lebar dan datar.
- Tulang tengkoraknya membulat.
- Sedikit ada tonjolan pada bagian dahi yang sedikit mencolok.

4. Meganthropus Palaeojavanicus

Meganthropus Paleojavanicus merupakan jenis manusia purba yang


pertama muncul di Zaman Paleolitikum. Hal tersebut dikarenakan kehidupan
manusia ini masih sangat primitif serta tidak sama dengan manusia lainnya.
Pada tahun 1936 Von Koenigswald menemukan fosil rahang atas manusia
purba ini. Rahang atasnya lebih besar dan lebih kuat dibandingkan dengan
Pithecanthropus Erectus. Para ahli juga menyatakan bahwa makanan manusia
purba ini berupa tumbuhan yang tidak dimasak.
Meganthropus Paleojavanicus memiliki beberapa ciri-ciri seperti :
- Bertahan hidup dengan mengonsumsi tumbuh-tumbuhan.
- Tidak memiliki dagu sehingga manusia purba ini lebih mirip dengan kera.
- Pada bagian kepalanya memiliki tonjolan yang tajam.
- Memiliki tulang pipi yang tebal dan memiliki tonjolan pada bagian kening
yang mencolok.
- Memiliki gigi, rahang, dan otot kunyah yang kuat.
- Memiliki postur tubuh tegap.

A. Corak kehidupan sosial-ekonomi


Corak kehidupan sosial-ekonomi pada masa paleolithikum:
 Barter
Karena manusia di zaman paleolitikum belum mengenal uang dan jual beli,
maka mereka menggunakan sistem barter untuk bertahan hidup. Pekerjaan
manusia di zaman ini terbagi menjadi dua, yakni berburu makanan dan
membuat kapak penetak (chopper).
Manusia purba yang mampu membuat chopper akan memberikan alatnya
kepada manusia purba lain untuk ditukar dengan makanan. Selain makanan,
mereka juga sering menukar chopper buatannya dengan kain. Manusia purba
mendapatkan makanan atau berburu dengan menggunakan kapak penetak
tersebut.
Pada masa paleolitikum tidak terdapat perkembangan ekonomi yang
signifikan. Mereka hanya mengandalkan apa yang ada di alam untuk bertahan
hidup. Manusia purba di Zaman Paleolitikum tidak mendapat uang, namun
mendapatkan makanan untuk hidup sehari-hari.

 Sistem Food Gathering


Food gathering adalah kegiatan yang dilakukan manusia purba dengan cara
berburu makanan. Selain berburu makanan, pada masa ini manusia purba juga
akan mengumpulkan serta meramu makanan. Mereka juga akan menyeleksi
jenis makanan yang ingin dikumpulkan. Kegiatan ini sangat bergantung pada
makanan yang tersedia di lingkungan sekitar mereka.
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, manusia purba di zaman paleolitikum
akan berburu dengan menggunakan chopper. Hasil buruan yang dikumpulkan
akan dikonsumsi dan ditukar dengan kapak penetak atau chopper.

 Nomaden
Nomaden adalah sekelompok manusia yang memutuskan untuk hidup
berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Tujuan dari nomaden ialah untuk
memperoleh makanan. Jika ketersediaan makanan di suatu tempat telah habis,
maka mereka akan berpindah tempat.

 Tinggal Dekat Dengan Sumber Air


Corak kehidupan ekonomi pada zaman paleolitikum yang terakhir ialah
bertempat tinggal di dekat sumber air. Tujuan tinggal dekat dengan sumber air
ialah hewan yang akan diburu banyak berkumpul di sekitar sumber air. Selain
itu, sumber air juga dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup lain. 

B. Kepercayaan
Seiring berjalannya waktu, kebudayaan yang dikenal oleh manusia purba
pada zaman paleolitikum perlahan membawa warna baru untuk kehidupan
mereka. Salah satunya adalah lahirnya sistem kepercayaan yang dianut oleh
manusia pada zaman itu. Secara umum ada dua jenis kepercayaan manusia pada
zaman tersebut yaitu animisme dan dinamisme.
Meskipun ada dua jenis kepercayaan yang dianut manusia purba pada zaman
tersebut, pada dasarnya kepercayaan utama mereka adalah terhadap roh nenek
moyang. Mereka meyakini bahwa roh setiap orang yang sudah meninggal akan
berangkat menuju suatu alam atau tempat yang jauh lebih baik dari kehidupan
dunia. Selain itu segala sesuatu yang terjadi di muka bumi selalu dikaitkan dengan
nenek moyang yang telah meninggal. Misalnya jika terjadi bencana bumi seperti
gunung meletus, dan gempa bumi, maka itu adalah pertanda bahwa nenek moyang
sedang marah.

5. Animisme
Animisme adalah suatu sistem kepercayaan manusia yang sudah dikenal pada
zaman paleolitikum. Sama seperti dinamisme, manusia mempercayai akan
adanya roh nenek moyang yang patut untuk dipuja.
Secara khusus, animisme adalah kepercayaan bahwa setiap benda mempunyai
roh. Salah satu bukti adanya kepercayaan ini yaitu penemuan tulang belulang
manusia di dalam gua. Berangkat dari kepercayaan itulah, sehingga manusia
purba biasa melakukan penyembahan terhadap benda-benda keramat.

6. Dinamisme
Dinamisme merupakan suatu sistem kepercayaan yang diyakini oleh manusia
purba bahwa setiap benda memiliki kekuatan yang bersifat ghaib. Adapun
bukti bahwa kepercayaan tersebut sudah dianut oleh manusia zaman
paleolitikum yaitu adanya penemuan menhir.

C. Hasil budaya
Berdasarkan daerah penemuannya maka alat-alat kebudayaan Paleolithikum
tersebut dapat dikelompokan menjadi kebudayaan pacitan dan kebudayaan
ngandong.

1. Kebudayaan Pacitan
Pada tahun 1935, von Koenigswald menemukan alat batu dan kapak
genggam di daerah Pacitan. Kapak genggam itu berbentuk kapak tetapi
tidak bertangkai. Kapak ini masih dikerjakan dengan sangat kasar dan
belum dihaluskan. Para ahli menyebutkan bahwa kapak itu adalah kapak
penetak. Selain di Pacitan alat-alat banyak ditemukan di Progo dan
Gombong (Jawa Tengah), Sukabumi (Jawa Barat), dan Lahat (Sumatera
Utara)

2. Kebudayaan ngandong
Para ahli berhasil menemukan alat-alat dari tulang, flakes, alat penusuk
dari tanduk rusa dan ujung tombak bergigi di daerah Ngandong dan
Sidoarjo. Selain itu di dekat Sangiran ditemukan alat sangat kecil dari
betuan yang amat indah. Alat ini dinamakan Serbih Pilah, dan banyak
ditemukan di Cabbenge (Sulawesi Selatan) yang terbuat dari batu-batu
indah seperti kalsedon. Kebudayaan Ngandong juga didukung oleh
penemuan lukisan pada dinding goa seperti lukisan tapak tangan berwarna
merah dan babi hutan ditemukan di Goa Leang Pattae (Sulawesi Selatan).

Hasil budaya atau alat zaman paleolithikum:

 Kapak genggam

Kapak genggam banyak ditemukan di daerah Pacitan. Alat ini biasanya


disebut “chopper” (alat penetak/pemotong). Alat ini dinamakan kapak
genggam karena alat tersebut serupa dengan kapak, tetapi tidak bertangkai dan
cara mempergunakannya dengancara menggenggam. Pembuatan kapak
genggam dilakukan dengan cara memangkas salah satu sisi batu sampai
menajam dan sisi lainnya dibiarkan apa adanya sebagai tempat menggenggam.
Fungsi : menggali umbi, memotong, dan menguliti binatang.

 Kapak perimbas
Manusia kebudayan Pacitan adalah jenis Pithecanthropus. Alat ini juga
ditemukan di Gombong (Jawa Tengah), Sukabumi (Jawa Barat), lahat,
(Sumatra selatan), dan Goa Choukoutieen (Beijing). Alat ini paling banyak
ditemukan di daerah Pacitan, Jawa Tengah sehingga oleh Ralp Von
Koenigswald disebut kebudayan pacitan.
Fungsi : untuk merimbas kayu, memahat tulang dan sebagai senjata.

 Alat tulang binatang atau tanduk rusa

Salah satu alat peninggalan zaman paleolithikum yaitu alat dari tulang
binatang. Alat-alat dari tulang ini termasuk hasil kebudayaan Ngandong.
Kebanyakan alat dari tulang ini berupa alat penusuk (belati) dan ujung tombak
bergerigi.
Fungsi : untuk mengorek ubi dan keladi dari dalam tanah. Selain itu alat ini
juga biasa digunakan sebagai alat untuk menangkap ikan.

 Flakes batu chalcedon

Flakes yaitu alat-alat kecil yang terbuat dari batu Chalcedon, yang dapat
digunakan untuk mengupas makanan. Flakes termasuk hasil kebudayaan
Ngandong sama seperti alat-alat dari tulang binatang.
Fungsi : pada umumnya untuk berburu, menangkap ikan, mengumpulkan ubi
dan buah-buahan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Zaman Paleolitikum atau Zaman Batu Tua adalah periode prasejarah yang
diperkirakan berlangsung pada 600.000 tahun lalu.Pada periode ini, alat-alat yang
digunakan manusia purba terbuat dari batu kasar yang belum dihaluskan, seperti
kapak genggam atau chopper yang berfungsi untuk memotong kayu atau membunuh
binatang buruan.Kehidupan masyarakat pada Zaman Paleolitikum masih sangat
sederhana. Untuk memenuhi kebutuhan hidup, manusia purba sepenuhnya bergantung
pada keadaan alam.
Kehidupan berburu dan mengumpulkan makanan, termasuk salah satu bagian
dari Zaman Prasejarah. Zaman Prasejarah merupakan kondisi di mana manusia yang
hidup di masanya belum mengenal tulisan, sehingga tidak ditemukan catatan atau
bukti tertulis. Meski begitu, terdapat beberapa pendekatan lain untuk melihat
kehidupan di Zaman Prasejarah, yakni dengan bantuan ilmu arkeologi, dalam arti
pendekatan yang digunakan adalah berdasarkan fosil dan perkakas tinggalan manusia,
sehingga kontruksi terhadap peristiwa di Zaman Prasejarah bisa diketahui.
Kehidupan berburu dan mengumpulkan makanan, merupakan bagian awal
dalam perjalanan kehidupan manusia di periode awal. Kehidupan pada masa ini
belum kompleks, makanan dan minuman diperoleh apa adanya dari alam tanpa
adanya proses pengolahan terlebih dahulu. Selain itu, perkakas yang digunakan
sebagai media penunjang kehidupan dibuat secara sederhana dari bebatuan. Akan
tetapi, kehidupan pada masa ini telah mengenal sistem pembagian kerja yang jelas,
dalam konteks berburu hewan sebagai bahan makanan, adalah tugas seorang laki-laki
sementara untuk mengumpulkan makanan, maksudnya mengumpulkan makanan dari
apa yang tersedia dari alam, adalah menjadi beban dan tanggung jawab perempuan.

Anda mungkin juga menyukai