Anda di halaman 1dari 19

KELOMPOK 1B

Nama Kelompok : 1. Anggi Fitriani


2. Fanissa Bella
3. Mely Asninda
4. Amanda Anatasya
5. Inaya Kalila Azahra
6. Bunga Zesqya Ruslim

Kelas : VII – 1

Zaman Pra Aksara

Daftar Isi

1. Memahami pengertian zaman praaksara ?


2. Memahami masa praaksara berdasarkan geologi ?
3. Memahami jenis-jenis manusia pada di indonesia ?
4. Memahami periode masa praaksara berdasarkan hasil budaya ?
5. Memahami periodisasi masa praaksara berdasarkan corak kehidupan ?
6. Memahami sistem kepercayaan manusia purba ?
7. Memahami berakhirnya masa praaksara di indonesia ?

Jawab
1. Masa Praaksara atau prasejarah merupakan kurun waktu (zaman) pada saat manusia
belum menganal tulisan atau huruf. Praaksara disebut juga zaman nirleka, yaitu
zaman tidak ada tulisan. 
2. Zaman prasejarah merupakan pembabakan peradaban manusia dalam periode
sejarah,yang mana pada saatitu belum dikenalnya tulisan atau bisa juga disebut
dengan zaman praaksara , sehingga kehidupan manusia Sangat lah sederhana
Geologi adalah ilmu yang mempelajari bumi secara keseluruhan ,berdasarkan
komposisinya,struktur, sejarah,sifat sifatnya ,dan juga proses pembentukannya ,dan
orang yang memelajari dan mendalami ilmu
Geologi ,zaman praksara dibagi menjadi 4 ,ada zaman tertua (arkaekum), zaman
primer atau zaman hidup tua (paleozoikum), zaman sekuder atau zaman hidup
pertengahan (mesozoikum) , serta zaman hidup baru (neozoikum).

A.arkaekum
Zaman ini merupakan zaman tertua, kira-kira berlangsung selama 2.500 juta
tahun. Pada saat itu, kulit bumi masih panas.  Alhasil, pada zaman ini belum ada
kehidupan.
B. Paleozoikum
Di zaman ini kehidupan mulai muncul. Zaman primer atau zaman hidup tua
ini berlangsung sekitar 340 juta tahun. Pada saat itu, makhluk hidup yang muncul
seperti mikroorganisme, ikan, amfibi, reptil, dan juga binatang-binatang lain yang
tidak bertulang punggung. Di bawah ini adalah gambar makhluk hidup yang hidup
pada zaman Paleozoikum:

Makhluk Hidup Pada Zaman Paleozoikum (Sumber: shutterstock.com)

C. Mesozoikum
Zaman ini bisa juga disebut zaman sekunder atau pertengahan, kira-kira
berlangsung selama 140 juta tahun. Pada zaman pertengahan ini, jenis reptil mencapai
tingkat yang terbesar, sehingga pada zaman ini sering disebut juga dengan zaman
reptil. Setelah berakhirnya zaman ini, maka muncul kehidupan yang lain, yaitu jenis
burung dan binatang menyusui. Namun, tingkat populasinya masih sangat rendah.

Beberapa Jenis fosil hewan purba yang pernah hidup di Indonesia (Sumber: sebandung.com)

D. Neozoikum
Zaman yang ke 4 ini sering disebut juga zaman hidup baru. Zaman ini dapat
dibedakan menjadi dua zaman, yaitu:

1) Tersier atau zaman ketiga


Zaman tersier berlangsung kira-kira selama 60 juta tahun. Zaman ini ditandai
dengan berkembangnya jenis binatang menyusui seperti kera.

2) Kuartier atau zaman keempat


Zaman kuartier ditandai dengan adanya kehidupan manusia, sehingga zaman
ini menjadi zaman terpenting, kemudian dibagi lagi menjadi dua zaman, yaitu
zaman Pleistocen dan Holocen.

a) Zaman Pleistocen atau Dilluvium berlangsung kira-kira selama 600.000


tahun. Pada zaman ini ditandai dengan adanya manusia purba.

b) Zaman Holocen atau Alluvium berlangsung kira-kira selama 20.000 dan


terus berkembang sampai dewasa ini. Zaman ini ditandai dengan munculnya
manusia jenis Homo Sapiens yang memiliki ciri-ciri seperti manusia yang
hidup pada zaman modern sekarang.

3. A. Meganthropus Paleojavanicus

Jenis Jenis Manusia Purba

Adalah manusia purba yang paling tua. Bentuk tubuhnya juga merupakan yang paling
besar. Adalah Van Koenigswald seorang arkeolog dari Negeri Kincir Angin Belanda
yang pertama kali menemukannya dalam bentuk fosil. Pada saat itu ia sedang berada
di Sangiran untuk sebuah penelitian di tahun 1936. Manusia purba yang ia temukan
ini adalah yang pertama kali hidup di Pulau Jawa.

Dari namanya, sudah cukup menjelaskan tentang manusia purba jenis ini. Megan
berarti besar, anthropus adalah manusia, paleo bisa diartikan sebagai kata sifat “tua”
dan javanicus adalah Jawa. Menurut penelitian yang dilihat dari fosilnya yang
berteknik peluruhan karbon, kira – kira manusia purba ini hidup sekitar satu hingga
dua juta tahun lalu.

Ciri Ciri Meganthropus Paleojavanicus


Yang membedakan dari manusia purba jenis lain, bisa dilihat dari ciri – cirinya, yaitu:
– Volume otak 900 cc
– Badan tegap
– Pemakan tumbuh – tumbuhan
– Tulang Kening menonjol
– Otot kunyah , rahang, dan gigi sangat kuat
– Mempunyai tonjolan belakang tajam dan melintang
– Tidak berdagu
– Hidup secara berkelompok dan nomaden
– Hidung lebih lebar
– Tulang pipi tebal

B. Pithecanthropus Erectus

Jenis Jenis Manusia Purba

Seperti Pithecanthropus Paleojavanicus, diperkirakan manusia purba ini hidup


sekitar satu sampai dua juta tahunan yang lalu. Penemunya adalah Eugene Dubois
pada 1890 dan diperkirakan hidup pada masa Pleistosen tengah. Fosil yang pertama
kali ditemukan adalah bagian geraham di Lembah Bengawan Solo, daerah Trinil.
Penemuan selanjutnya diikuti dengan tulang rahang, kaki, dan bagian tengkorak atas.
Kehidupannya berlangsung dengan berpindah – pindah atau nomaden,
bergantung ketersediaan bahan pangan yang ada di daerah yang disinggahinya. Inilah
mengapa fosil ditemukan di tepi sungai, sebab mata air, hutan, dan ikan bisa membuat
mereka bertahan hidup lebih baik. Tak hanya memakan tumbuh – tumbuhan, mereka
juga sudah kenal berburu dan memakan hewan tangkapan.

Ciri Ciri Pithecanthropus Erectus


Adapun ciri – ciri dari Pithecanthropus Erectus adalah sebagai berikut ini:
– Memiliki tengkuk dan pengunyah yang sangat kuat
– Volume Otak berkisar 750 cc – 1350 cc
– Mempunyai tubuh tegap namun belum tegap sempurna.
– Hidung lebih tebal
– Kening dan kepala belakang lebih menonjol serta melintang di bagian dahi
– Memiliki tinggi sekitar 165 cm – 180 cm
– Gigi geraham lebih besar dan kuat

C.Pithecanthropus Soloensis

Jenis Jenis Manusia Purba

Secara terjemahan nama Pithecanthropus Soloensis berarti manusia kera dari Solo.
Manusia purba jenis ini fosilnya ditemukan oleh Openorth dan Von Koenigswald di
daerah Ngandong sekitar tahun 1931. Hingga tahun 1933 ada penemuan manusia
purba sejenis lainnya di Sangiran dekat dengan Sungai Bengawan Solo. Bagian awal
yang ditemukan adalah tulang kering dan tulang tengkorak.

Ciri Ciri Pithecanthropus Soloensis


Ciri – ciri kekhasan manusia purba ini terletak pada bagian – bagian tubuhnya, seperti
berikut ini:
– Bentuk tubuhnya tegap
– Otot tengkuk dan tempat melekatnya kuat dan besar
– Tulang belakang lebih menonjol
– Tulang pipi lebih tebal
– Termasuk pemakan segala
– Tonjolan di bagian kening tebal
– Tulang pipi menonjol
– Rahang bawah besar dan kuat, terlihat tidak mempunyai dagu
– Volume Otak 750 cc – 1350 cc
– Tinggi badan sekitar 165 cm – 180 cm
D. Pithecanthropus Mojokertensis

Jenis Jenis Manusia Purba

Von Koenigswald pada tahun 1939 menemukan fosil dari manusia purba ini di daerah
Mojokerto Jawa Timur. Penemuan pertamanya adalah fosil tengkorak manusia purba
anak – anak yang berusia kira – kira enam tahun. Di tahun 1936 Widenreich juga
menemukan temuan serupa di kota yang sama.

Ciri Ciri Pithecanthropus Mojokertensis


Bagian – bagian tubuh yang mencerminkan Pithecanthropus Mojokertensis adalah
sebagai berikut ini:
– Menurut temua fosilnya, diperkirakan telah hidup dua setengah juta tahun yang lalu
– Mempunyai tulang tengkorak yang bentuknya lonjong dan lebih tebal
– Kira – kira ukuran volume otaknya 750 cc – 1300 cc
– Memiliki tinggi 165 cm – 180 cm
– Berbadan tegap dan tidak punya dagu
– Seperti manusia purba lain, bentuk keningnya menonjol

E. Homo Floresiensis

Jenis Jenis Manusia Purba


Seperti pada namanya, manusia purba ini ditemukan di Pulau Flores Nusa Tenggara.
Penemunya merupakan para arkeolog nasional dan arkeolog yang berasal dari New
England University. Lebih muda dari jenis Pithecanthropus, Homo Floresiensis hidup
sekitar 12000 tahun yang lalu. Bersamaan dengan penggaliannya di Linag Bua,
ditemukan juga fosil lain seperti biawak, tikus besar, dan gajah stegodo.
Manusia purba ini hidupnya juga sudah lebih teratur dan berdampingan dengan jenis
manusia purba homo yang lainnya. Termasuk dalam jenis manusia purba pemakan
segala, namun tidak ada indikasi bahwa mereka kanibal.

Ciri Ciri Homo Floresiensis


Karakteristik jenis manusia purba ini adalah:
– Tinggi badan sekitar 1 meter dan cnderung kerdil
– Berat badan kira – kira 25 kg
– Mempunyai bentuk dahi yang sempit dan tidak menonjol
– Tulang rahangnya terlihat lebih menonjol
– Memiliki volume otak kecil, yaitu sekitar 380 cc
– Bentuk kepala kecil

F. Homo Wajakensis

Jenis Jenis Manusia Purba

Adalah seorang arkeolog terkenal, yaitu Eugene Dubois yang menemukan manusia
purba wajak ini. Fosil pertama diketahui berada di Campur Darat Tulungagung Jawa
Timur. Mereka sudah sedikit modern karena bersama dengan penemuannya,
ditemukan pula peralatan untuk membuat makanan dari batu dan tulang. Ini berarti
membuktikan bahwa mereka sudah tahu bagaimana cara mengolah makanan dengan
dimasak.

Ciri Ciri Homo Wajakensis


Ciri spesifik manusia purba wajak adalah sebagai berikut ini:
– Mempunyai wajah yang datar dan lebih lebar
– Pada bagian mulut, rahangnya lebih menonjol dan hidungnya sangat lebar
– Mempunyai dahi yang bentuknya miring
– Terdapat kerutan di kening yang terlihat jelas, diduga dimiliki semua usia
– Mempunyai tulang pipi yang bentuknya menonjol ke samping
– Berjalan tegak dan dapat berdiri tegap
– Memiliki tinggi sekitar 130 cm – 210 cm
– Berat badannya sekitar 30 kg – 150 kg
– Letak hidung dan mulut berjarak sedikit jauh

4. Zaman pra aksara merupakan salah satu babak penting dalam perjalanan bangsa
Indonesia. Hal ini dikarenakan pada masa tersebut telah ada hasil kebudayaan yang
menunjukkan bahwa bangsa Indonesia telah memiliki kebudayaan yang tinggi.
Adapun pembabakan zaman pra aksara dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
pembagian zaman berdasarkan hasil kebudayaan, dan pembagian zaman berdasarkan
corak kehidupan manusia pra aksara. Berikut merupakan pembagian zaman pra aksara
berdasarkan hasil kebudayaannya.

Kehidupan zaman pra aksara bedasarkan hasil kebudayaan dibedakan menjadi dua :

a. Zaman Batu.
Yaitu zaman dimana semua peralatan dibuat dari batu. Dibedakan menjadi empat
yaitu :

i. Zaman Batu Tua (Palaeolithicum)

Memiliki ciri-ciri :
(a) Peralatan terbuat dari batu
(b) Jenis alat yang digunakan (Kapak genggam, kapak perimbas dan alat serpih)
(c) Manusia hidup mencari makan dengan meramu dan berburu
(d) Bertempat tinggal berpindah-pindah (nomaden)
(e) Belum mengenal seni.

ii. Zaman Batu Madya (mesolithicum)

Memiliki ciri-ciri :
(a) Peralatan terbuat dari batu
(b) Jenis alat yang digunakan (Kapak genggam, kapak perimbas dan alat serpih)
(c) Manusia hidup mencari makan dengan meramu dan berburu
(d) Bertempat tinggal berpindah-pindah (nomaden)
(e) Ditemukannya Kjokkenmoddinger (bukit-bukit karang hasil sampah dapur)
(f) ditemukannya Abris Sous Roche (gua-gua sebagai tempat tinggal)
(g) Sudah mengenal seni (lukisan pada dinding gua berbentuk cap tangan dan babi
hutan)
(h) Alat yang digunakan disebut peble/Kapak Sumatra.

iii. Zaman Batu Muda (neolithicum)

Zaman ini merupakan revolusi pada zaman prasejarah (terjadi perubahan yang
mendasar). Dan telah mengenal hasil-hasil kebudayaan sebagai berikut :
(a) Peralatan sudah dihaluskan, diberi tangkai.
(b) Jenis alat yang digunakan kapak persegi dan lonjong.
(c) Pakaiannya dari kulit kayu, perhiasannya dari batu dan manik.
(d) Telah bertempat tinggal menetap (sedenter)
(e) Telah menganut kepercayaan animisme dan dinamisme

iv. Zaman Batu Besar (megalithicum)


Hasil kebudayaannya umumnya terbuat dari batu dalam ukuran besar. Hasil benda-
bendanya sebagai berikut :
(a) Menhir yaitu tugu yang terbuat dari batu besar (untuk tempat memuja arwah
leluhur)
(b) Dolmen yaitu meja batu yang digunakan untuk meletakkan sesaji
(c) Kubur batu yaitu tempat menyimpan mayat.
(d) Waruga yaitu kubur batu yang berbentuk kubus.
(e) Sarkofagus yaitu kubur batu yang berbentuk lesung.
(f) Punden berundak yaitu batu yang disusun berundak-undak (bertingkat)

b. Zaman logam
Yaitu zaman dimana manusia sudah menggunakan peralatan yang dibuat dari logam.
Zaman ini dibedakan menjadi tiga yaitu :

i. Zaman perunggu
Yaitu zaman dimana peralatan yang digunakan di buat dari perunggu, diantaranya :

(a) Nekara Yaitu genderang besar terbuat dari perunggu yang digunakan untuk


upacara mengundang hujan. Nekara terbesar ditemukan di Bali yang disimpan di Pura
Besakih yang disebut The Moon Of Pejeng.
(b) Moko yaitu genderang kecil terbuat dari perunggu yang digunakan untuk upacara
keagamaan atau mas kawin.
(c) Kapak corong – kapak sepatu.
(d) Arca perunggu berbentuk orang atau binatang.
(e) Bejana perunggu berbentuk gitar spanyol tanpa tangkai.
(f) Perhiasan perunggu berupa gelang, cincin, dan kalung.

ii. Zaman Tembaga


Indonesia tidak mengalami zaman tembaga, setelah zaman perunggu Indonesia
memasuki zaman besi.

iii. Zaman Besi


Menghasilkan benda peralatan hidup dan senjata, antara lain tombak, mata panah,
cangkul, sabit dan mata bajak.

5. 1. Masa Berburu dan Meramu (Food Gathering)/Mengumpulkan Makanan

a) Kehidupan Sosial

1. Pada masyarakat food gathering, mereka sangat menggantungkan diri pada alam.


Dimana daerah yang mereka tempati harus dapat memberikan persediaan yang cukup
untuk kelangsungan hidup. Oleh karena itu mereka selalu berpindah-pindah. Sebab
mereka hidup berpindah-pindah adalah sebagai berikut:
a.      Binatang buruan dan umbi-umbian semakin berkurang di tempat yang
mereka diami.
b.      Musim kemarau menyebabkan binatang buruan berpindah tempat untuk
mencari sumber air yang lebih baik.
c.       Mereka berusaha menemukan tempat dimana kebutuhan mereka tersedia
lebih banyak dan mudah diperoleh.

2. Mereka masih hidup mengembara. Tempat tinggal sementara di gua-gua. Ada pula
kelompok yang tinggal di daerah pantai

3. Mencari makanan berupa binatang buruan dan tumbuh-tumbuhan liar di tepi sungai
atau danau. Mereka mencari kerang sebagai makanannya.

4. Mereka hidup dalam kelompok-kelompok kecil untuk memudahkan pergerakan


dalam mengikuti binatang buruan atau mengumpulkan makanan.

5. Dalam kelompok-kelompok tersebut terdapat pembagian tugas kerja, laki-laki pada


umumnya melakukan perburuan. Sementara itu, para wanita mengumpulkan bahan
makanan seperti buah-buahan dan merawat anak. Mereka yang memilih dan meramu
makanan yang akan di makan.

6. Hubungan antar anggota sangat erat, mereka bekerjasama untuk memenuhi


kebutuhan hidup serta mempertahankan kelompok dari serangan kelompok lain
ataupun dari binatang buas.

7. Populasi pertumbuhan penduduk sangat kecil karena situasi yang berat, dengan
peralatan yang masih sangat primitif membuat mereka tidak dapat selamat dari
berbagai bahaya.

b) Kehidupan Budaya

1. Dengan peralatan yang masih sangat sederhana, mula-mula bisa membuat rakit,
lama kelamaan mereka membuat perahu.

2. Mereka belum mampu membuat gerabah, oleh karena itu, mereka belum mengenal
cara memasak makanan, salah satunya yaitu dengan cara membakar.

3. Mereka sudah mengenal perhiasan yang sanagat primitif yaitu dengan cara
merangkai kulit-kulit kerang sebagai kalung.

4. Untuk mencukupi kebutuhan hiudup mereka membuat alat-alat dari batu, tulang,
dan kayu.

5. Pada masa itu mereka memilih untuk tinggal di gua-gua, dari tempat tersebut
ditemukan peninggalan berupa alat-alat kehidupan yang digunakan pada masa itu,
seperti: Kapak perimbas, Kapak Penetak, Kapak genggam, Pahat genggam, Alat
serpih, Alat-alat dari tulang, dll.
c) Teknologi

Teknologi masa  food gathering  masih sangat rendah. Hampir semua alat-alat yang
digunakan masih sangat sederhana sekedar untuk membantu pekerjaan mereka.

2.     Masa Bercocok Tanam (Food Producing) dan Beternak

a) Kehidupan Sosial

1.   Kehidupan bercocok tanamnya dikenal dengan berhuma, yaitu teknik bercocok
tanam dengan cara membersihkan hutan dan menanaminya. Setelah tanah tidak subur
maka mereka akan berpindah ke tempat lain yang masih subur dan melakukan hal
yang sama seperti sebelumnya. Hal ini dilakukan secara berulang-ulang. Pada
perkembangannya mulai menetapkan kehidupan bercocok tanam pada tanah-tanah
persawahan

2.  Telah tinggal menetap di suatu tempat, mereka tinggal di sekitar huma tersebut,
dengan cara bercocok tanam dan memelihara hewan-hewan jenis tertentu. Hal ini
menunjukkan bahwa mereka telah hidup menetap Hal ini juga menunjukkan bahwa
manusia telah dapat menguasai alam lingkungan.

3.  Dengan hidup menetap, merupakan titik awal dan perkembangan kehidupan


manusia untuk mencapai kemajuan. Dengan hidup menetap, akal pikiran manusia
mulai berkembang dan mengerti akan perubahan-perubahan hidup yang terjadi.

4.  Jumlah anggota kelompoknya semakin besar sehingga membuat kelompok-


kelompok perkampungan, meskipun mereka masih sering berpindah-pindah tempat
tinggal.

5.   Populasi penduduk meningkat, usia rata-rata manusia masa ini 35 tahun.

6.  Muncul kegiatan kehidupan perkampungan, oleh karena itu di buat peraturan,


untuk menjaga ketertiban kehidupan masyarakat.

7.  Diangkat seorang pemimpin yang berwibawa, kuat, dan disegani untuk mengatur
para anggotanya.

8. Mereka hidup bergotong royong, sehingga mereka saling melengkapi, saling


membantu, dan saling berinteraksi dalam upaya memenuhi kebutuhan hidupnya.

b) Kehidupan Budaya

1.  Kebudayaan semakin berkembang pesat, manusia telah dapat mengembangkan


dirinya untuk menciptakan kebudayaan yang lebih baik

2.  Peninggalan kebudayaan manusia pada masa bercocok tanam semakin banyak dan
beragam, baik yang terbuat dari tanah liat, batu maupun tulang
3.  Hasil kebudayaan pada masa bercocok tanam:Beliung Persegi, Kapak Lonjong,
Mata panah, Gerabah, Perhiasan, Bangunan Megalitikum seperti menhir, dolmen,
sarkofagus, kubur batu, punden berundak, waruga, arca.

c) Teknologi

Pada masa bercocok tanam, kebudayaan orang-orang purba mengalami


perkembangan yang luar biasa. Pada masa ini terjadi revolusi secara besar-besaran
dalam peradaban manusia yaitu dari kehidupan food gatheringmenjadi food
producing. Sehingga terjadi perubahan yang sangat mendalam dan meluas dalam
seluruh penghidupan umat manusia.

3.     MASA PERTANIAN

Ketika ditemukan tanaman padi maka sistem pertanian menjadi semakin meningkat
dan berkembang menjadi sistem persawahan. Mereka juga mulai memelihara binatang
ternak untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.

a) Kehidupan Sosial

1. Bertani adalah mata pencahariannya. Mulai membudidayaakan tanaman dan hewan


peliharaan tertentu seperti membudidayakan tanaman padi dan memelihara kerbau
sebagai hewan ternak;

2. Mereka sudah berladang/ bersawah, dalam bekerja mereka melakukan secara


bersama-bersama/ secara gotong royong. Dengan alat pendukung kapak perunggu
yang berfungsi sebagai pacul;

3. Untuk mengisi waktu menunggu musim panen tiba mereka membuat anyaman dari
bambu/ rotan;

4. Mendiami tempat-tempat kecil dengan tujuan untuk menghindari serangan binatang


buas;

5. Mulai mendirikan rumah sebagai tempat berteduh dengan cara bergotong-royong


yang disertai dengan upacara tradisional. Mulai menetap dalam waktu yang cukup
lama. Mereka sudah mengenal pertukangan dengan alat pendukung berupa kapak
beliung yang berfungsi sebagai alat pemotong kayu. Dengan alat-alat tersebut
digunakan untuk mendirikan rumah dengan cara gotong-royong pula;

6.  Muncul ikatan sosial antara masyarakat dan keluarga;

7.  Muncul struktur kepemimpinan di kampung;

8.   Mulai digunakan bahasa sebagai alat komunikasi;

9. Mereka telah memiliki aturan dalam kehidupan masyarakat guna ketertiban dan
rapinya kerjasama dengan cara pembagian kerja;
10. Mereka memiliki kebiasaan untuk menyelenggarakan upacara secara teratur yang
melibatkan orang lain.

b)  Kehidupan Budaya dan Teknologi

1. Mereka sudah menetap, dan tinggal di rumah-rumah, membentuk perkampungan


dan hidup sebagai petani;

2. Mereka telah mengenal musim sehingga dapat dipastikan mereka telah menguasai
ilmu perbintangan (ilmu falak);

3. Mereka telah menggunakan alat-alat kehidupan yang halus seperti kapak persegi,
dan kapak lonjong, selain itu juga menggunakan kapak perunggu, nekara, gerabah
serta benda-benda megalitik;

4. Alat-alat yang dibuat dari batu, seperti kapak batu halus dengan beragai ukuran
kapak batu dengan ukuran kecil yang indah digunakan sebagai mas kawin, alat
penukar, atau alat upacara;

5. Kapak-kapak dari logam berupa perunggu memunculkan budaya megalitik berupa


menhir, dolmen, punden berundak, pandhusa, dll;

6. Alat-alat yang dibuat dari tanah liat sangat berhubungan erat dengan adanya proses
kimia, yaitu proses pencampuran tanah liat, penjemuran, dan teknik-teknik
pembakarannya. Gerabah sudah dibuat dengan warna-warni dan dengan hiasan yang
beraneka ragam. Seperti hiasan dari anyaman kain yang menunjukkan bahwa nenek
moyang kita sudah mengenal tulisan.

4.  MASA PERUNDAGIAN

a) Kehidupan Sosial

1. Jumlah penduduk semakin bertambah. Kepadatan penduduk bertambah, pertanian


dan peternakan semakin maju, mereka memiliki pengalaman dalam bertani dan
berternak mereka mengenal cara bercocok tanam yang sederhana;

2. Mereka memiliki pengetahuan tentang gejala alam dan musim, mereka mulai dapat
memperkirakan peristiwa alam dan memperhitungkan musim tanam dan musim
panen;

3. Dengan diterapkan sistem persawahan maka pembagian waktu dan kerja semakin
diketatkan;

4. Dalam masyarakat muncul golongan undagi, mereka merupakan golongan yang


terampil untuk melakukan perkerjaan seperti pembuatan rumah kayu, gerobak,
maupun benda logam. Pertanian tetap menjadi usaha utama masyarakat;
5. Dari segi sosial, kehidupan masyarakat zaman ini semakin teratur. Contohnya : ada
pembagian kerja yang baik berdasarkan kemampuan yang dimiliki masing-masing
individu;

6. Pembagian kerja semakin komplek dimana perempuan tidak hanya bekerja di


rumah tetapi juga berdagang di pasar.

b) Kehidupan Budaya

1. Masyarakat zaman ini telah menunjukkan tingkat budaya yang tinggi terlihat dari
berbagai bentuk benda seni dan upacara yang ditemukan menunjukkan keterampilan
masyarakat perundagian yang tinggi;

2. Zaman ini ditandai dengan pesatnya kemampuan membuat alat-alat akibat


perkembangan teknologi. Mereka menemukan teknologi peleburan biji logam. Oleh
karena itu, semakin banyak manusia yang menggunakan logam untuk memenuhi
perkakas hidupnya;

3. Pada zaman perunggu, orang dapat memperoleh jenis logam yang lebih keras
daripada tembaga, sebab perunggu merupakan logam campuran dari tembaga dan
timah. Sehingga dapat dikatakan bahwa kebudayaan manusia pada zaman ini jauh
lebih tinggi. Terbukti masyarakatnya sudah mengenal teknologi peleburan dan
pencampuran logam.;

4. Pada zaman besi, manusia telah menemukan logam yang jauh lebih keras lagi
dimana harus dileburkan pada titik lebur yang cukup tinggi. Sehingga alat-alat pada
zaman ini telah lebih sempurna daripada sebelumnya. Kemampuan membuat benda-
benada jauh lebih tinggi tingkatannya dibandingkan dengan masa sebelumnya.
Teknologi peleburan logam yang digunakan adalah dengan sistem pemanasan,
pencetakan logam, pencampuran logam dan penempaan logam;

5. Pada zaman Perundagian peralatan gerabah masih ditemukan dengan teknologi


yang semakin maju. Hal ini menunjukkan bahwa peranan alat-alat dari gerabah
tersebut tidak dapat digantikan dengan mudah oleh alat-alat dari dari logam.

c) Teknologi

1.  Teknologi dapat dilihat dari pembuatan alat-alat pada masa itu. Terlebih lagi
teknologi tersebut terlihat pada masa penggunaan alat-alat dari logam. Hal ini
disebabkan karena teknik yang digunakan untuk membuat alat-alat dari logam
tersebut diadopsi dari teknik membuat logam di daratan Cina;

2.  Logam digunakan sebab penggunaan alat bercocok tanam dari logam lebih efisien
selain itu memiliki nilai artistik yang lebih tinggi jika dibandingkan alat-alat dari batu;

3.  Zaman logam disebut juga zaman perundagian dimana masyarakat telah mampu
membuat peralatan dengan teknologi sederhana dengan bahan baku logam;
4.  Teknik yang digunakan pada masa itu adalah teknik a cire perdue. Caranya
sebagai berikut :

1.Benda yang hendak dibuat, terlebih dulu dibuat dari lilin lengkap dengan segala
bagiannya;
2. Model lilin tersebut kemudian ditutup dengan tanah;
3. Dengan cara dipanaskan maka tanah tersebut akan menjadi keras, sedangkan
lilinnya akan cair dan mengalir keluar dari lubang yang ada dalam selubung;
4. Jika lilin telah habis maka logam cair dapat dituang ke tempat lilin tadi;
5.Setelah dingin, selubung tanah dipecah dan jadilah benda yang kita kehendakai
yang terbuat dari logam.

Budaya Masa Pra-Sejarah Indonesia


Berbicara perkara kehidupan manusia, khususnya dalam arena prasejarah,
tentu tidak akan terlepas dari perkara yang lain yaitu lingkungan alam dan budaya.
Aspek lingkungan ini merupakan salah satu unsur penting pembentuk suatu budaya
masyarakat. Manusia masa prasejarah masih sangat menggantungkan hidupnya pada
alarn, oleh karena itu hubungan yang begitu dekat antara manusia dengan lingkungan
membawa konsekuensi bahwa manusia hams senantiasa beradaptasi dengan
lingkungan yang ditempati, salah satunya tercermin dari hasil budaya. Untuk
mendapatkan penjelasan tentang kehidupan manusia masa prasejarah maka perlu
mengintegrasikan antara tinggalan manusia, tinggalan budaya, dan lingkungan
alamnya. Dengan demikian studi tentang hubungan antara manusia, budaya, dan
lingkungan alam masa prasejarah merupakan topik yang tetap aktual menarik, dan
perlu dikembangkan dalam disiplin ilmu arkeologi. Nilai-nilai budaya masa
prasejarah artinya, konsep-konsep umum tentang masalah-masalah dasar yang sangat
penting dan bernilai bagi kehidupan masyarakat prasejarah di Indonesia. Konsep-
konsep umum dan penting itu hingga kini masih tersebar luas di kalangan masyarakat
Indonesia. Nilai-nilai budaya masa prasejarah Indonesia itu masih terlihat dalam
bentuk kegiatan-kegiatan berikut:

1. Mengenal Astronomi
Pengetahuan tentang astronomi sangat penting dalam kehidupan mereka terutama
pada saat berlayar waktu malam hari. Astronomi juga, penting artinya dalam
menentukan musim untuk keperluan pertanian.

2. Mengatur Masyarakat
Dalam kehidupan kelompok masyarakat yang sudah menetap diperlukan adanya
aturan-aturan dalam masyarakat. Pada masyarakat dari desa-desa kuno di Indonesia
telah memiliki aturan kehidupan yang demokratis. Hal ini dapat ditunjukkan dalam
musyawarah dan mufakat memilih seorang pemimpin. Seorang pemimpin yang
dipilih itu diharapkan dapat melindungi masyarakat dari gangguan masyarakat luar
maupun roh jahat dan dapat mengatur masyarakat dengan baik. Bila seorang
pemimpin meninggal, makamnya dipuja oleh penduduk daerah itu.

3. Sistem Macapat
Sistem macapat ini merupakan salah satu butir dari 10 butir penelitian J.L.A. Brandes
tentang keadaan Indonesia menjelang berakhirnya zaman prasejarah. Sistem macapat
merupakan suatu tatacara yang didasarkan pada jumlah empat dan pusat pemerintah
terletak di tengah-tengah wilayah yang dikuasainya. Pada pusat pemerintahan terdapat
tanah lapang (alun-alun) dan di empat penjuru terdapat bangunan-bangunan yang
penting seperti keraton, tempat pemujaan, pasar, penjara. Susunan seperti itu masih
banyak ditemukan pada kota-kota lama.

4. Kesenian Wayang
Munculnya kesenian wayang berpangkal pada pemujaan roh nenek moyang. Jenis
wayang yang dipertunjukkan adalah wayang kulit, wayang orang dan wayang golek
(boneka). Cerita dalam pertunjukkan wayang mengambil tema tentang kehidupan
pada masa itu dan setelah mendapat pengaruh bangsa Hindu muncul cerita
Mahabarata dan Ramayana.

5. Seni Gamelan
Seni gamelan digunakan untuk mengiringi pertunjukkan wayang dan dapat
mengiringi pelaksanaan upacara.

6. Seni Membatik
Seni membatik merupakan kerajinan untuk menghiasi kain dengan menggunakan alat
yang disebut canting. Hiasan gambar yang diambil sebagian besar berasal dari alam
lingkungan tempat tinggalnya. Di samping itu ada seni menenun dengan beraneka
ragam corak.

7. Seni Logam
Seni membuat barang-barang dari logam menggunakan teknik a Cire Perdue.
Teknik a Cire Perdueadalah cara membuat barangbarang dari logam dengan terlebih
dulu membentuk tempat untuk mencetak logam sesuai dengan benda yang
dibutuhkan. Tempat untuk mencetak logam sesuai dengan benda yang dibutuhkan.
Tempat untuk mencetak logam itu ada yang terbuat dari batu, tanah liat, dan
sebagainya. Pada tempat cetakan itu dituang logam yang sudah dicairkan dan setelah
dingin cetakan itu dipecahkan, sehingga terbentuk benda yang dibutuhkannya.
Barang-barang logam yang ditemukan sebagian besar terbuat dari perunggu.

Peninggalan masa prasejarah


Peninggalan masa prasejarah Nusantara diketahui dari berbagai temuan-
temuan coretan/lukisan di dinding gua atau ceruk di tebing-tebing serta dari
penggalian-penggalian pada situs-situs purbakala.

Beberapa lokasi penemuan sisa-sisa prasejarah Nusantara:

 Situs Gua Putri, Baturaja, Sumatera Selatan;


 Lembah Sangiran, sekarang menjadi Taman Purbakala Sangiran;
 Situs Purbakala Wajak, Tulungagung;
 Liang Bua, Pulau Flores;
 Gua Leang-leang, Sulawesi;
 Situs Gua Perbukitan Sangkulirang, Kutai Timur;
 Situs Pasemah di Lampung;
 Situs Cipari, Kuningan, Jawa Barat;
 Situs Goa Pawon, Bandung, Jawa Barat;
 Situs Gunung Padang, Cianjur, Jawa Barat;
 Situs Gilimanuk, Jembrana, Bali;
 Situs Gua-gua Biak, Papua (40.000-30.000 SM);
 Situs Lukisan tepi pantai di Raja Ampat, Papua Barat;
 Situs Tutari, Kabupaten Jayapura, (periode Megalitikum);
 Gua Babi di Gunung Batu Buli, desa Randu, Muara Uya, Tabalon.

6. Perkembangan ini muncul ketika manusia menemukan peradaban di antara sesuatu


yang hidup dan sesuatu yang mati. Dapat dikatakan hidup jika sesuatu tersebut dapat
bergerak dan sebaliknya, sesuatu yang dikatakan mati yaitu yang tidak dapat bergerak.
Nah, dari perbedaan itulah manusia zaman praaksara ini mulai menyadari bahwa ada
suatu kekuatan yang dapat menggerakkan sesuatu yang lainnya, hal itu disebut
jiwa. Dari situlah mereka mencoba untuk mendekatkan diri dengan kekuatan-kekuatan
tersebut.

Lalu bagaimana ya cara mereka mendekatkan diri? Jadi, dahulu sebelum agama
masuk ke dalam kehidupan dan peradaban manusia, masyarakat pra-aksara ini
mempercayai kalau pohon-pohon yang besar, mata air, batu dan lainnya itu ada yang
menghuninya. Kemudian cara mereka mendekatkan diri dengan mengadakan berbagai
macam upacara. Ada yang melakukannya dengan ritual pemujaan, pemberian sesaji,
juga upacara-upacara ritual lainnya.

Manusia-manusia pada zaman praaksara ini percaya bahwa para penghuni itu
seringkali berdiam di tempat-tempat yang tinggi, dan mereka percaya kalau para roh
itu akan turun, maka dari itu mereka kemudian menyediakan tempat untuk
berkumpulnya para roh tersebut. Kemudian didirikanlah bangunan-bangunan
megalitik, seperti salah satunya menhir.

Sumber: http://www.hotel-r.net/ 

Baiklah, di bawah ini ada beberapa tahap-tahap sistem kepercayaan manusia purba
atau zaman pra-aksara yang perlu kalian ketahui, di antaranya:
1. Roh Nenek Moyang
Kepercayan terhadap nenek moyang ini diduga muncul pada saat masyarakat zaman
pra-aksara masih mengandalkan kehidupan berburu, mengumpulkan, serta meramu
makanan. Kepercayaan ini muncul ketika fenomena mimpi saat manusia tidur. Pada
saat itu, manusia melihat dirinya berada di tempat yang berbeda dari tubuh
jasmaninya. Mereka percaya bahwa tubuh yang berada di tempat lain itu adalah
jiwa. Kemudian kepercayaan ini berkembang bahwa jiwa benar-benar telah terlepas
dari jasmaninya. Nah, jiwa yang terlepas itu dianggap dapat berbuat sesuai
kehendaknya. Berdasarkan hal tersebut, setiap ada pemimpin yang mati, roh atau
jiwanya akan sangat dihormati dan dipuja-puja.

2. Animisme
Animisme adalah tahap kelanjutan dari kepercayaan terhadap roh nenek
moyang. Mereka mulai memahami sebab-sebab gejala alam yang terjadi. Setelah
mengetahui fenomena sebab gejala alam yang terjadi, mereka kemudian mencari
pemecahan masalah atas fenomena tersebut. Nah, atas dasar perkembangan
berfikirnya itu, manusia purba menganggap penyebab terjadinya fenomena-fenomena
tersebut adalah roh, sebagai penentu dan pengatur alam semesta. Agar manusia purba
itu dapat beraktifitas dengan tenang dan aman, mereka melakukan ritual pembacaan
doa, pemberian sesaji, bahkan korban.

3. Dinamisme
Dinamisme adalah kepercayaan bahwa segala sesuatu mempunyai tenaga atau
kekuatan yang dapat memengaruhi keberhasilan atau kegagalan usaha manusia dalam
mempertahankan hidup. Mereka percaya terhadap kekuatan gaib dan kekuatan itu
dapat menolong mereka. Kekuatan gaib itu terdapat di dalam benda-benda seperti
keris, patung, gunung, pohon besar, dll. Untuk mendapatkan pertolongan kekuatan
gaib tersebut, mereka melakukan upacara pemberian sesaji, atau ritual lainnya.

4. Totemisme
Totemisme adalah kepercayaan bahwa hewan tertentu dianggap suci dan dipuja
karena memiliki kekuatan supranatural. Hewan yang dianggap suci antara lain sapi,
ular, dan harimau.

5. Monoisme
Monoisme atau monoteisme adalah tingkat akhir dalam evolusi kepercayaan manusia.
Monoisme merupakan sebuah kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Pada
tingkat ini, manusia mulai berpikir atas apa yang selama ini dialaminya. Mulai dari
pertanyaan siapa yang menghidupkan dan mematikan manusia, siapa yang
menghidupkan tumbuhan, siapa yang menciptakan binatang, juga bulan dan matahari.
Berdasarkan pertanyaan itu, manusia membuat kesimpulan bahwa ada kekuatan yang
maha besar dan tidak tertandingi oleh kekuatan manusia.

7. Pada masa ini kehidupan masyarakat semakin kompleks. Kompleksitas kehidupan


tersebut tidak terlepas dari interaksi sosial masyarakat yang mulai meningkat.
Interkasi perdagangan dan pelayaran yang mulai berkembang pada masa ini juga
memperkenalkan masyarakat pada masa praaksara di Indonesia dengan tulisan.
Berkembangnya budaya tulis iniliah yang menandai berakhirnya masa praaksara. Para
ahli memperkirakan masyarakat Indonesia mengakhiri masa praaksara sekitar abad
IV-V Masehi. Bukti berakhirnya masa praaksara di Indonesia adalah penemuan
prasasti Yupa peninggalan Kerajaan Kutai di Muara Kaman, Kalimantan Timur.

Anda mungkin juga menyukai