SEJARAH
KEHIDUPAN AWAL MASYARAKAT PRA-SEJARAH DI
INDONESIA
0
ALBIN SAYYID AGNAR C.P
X-7 / 02
Kata Pengantar
Penyusun
1
DAFTAR ISI
Pendahuluan ................................................................................................ 3
Isi:
Daftar Pustaka.............................................................................................. 19
2
Pendahuluan
3
KEHIDUPAN AWAL MASYARAKAT INDONESIA
4
2. Para Peneliti Manusia Purba Di Indonesia
Eugune Dubois adalah seorang dokter kebangsaan belanda
pertama kali datang ke indonesia. Kedatangannya di indonesia
bertujuan untul melaksanakan penelitian lebih lanjut tentang
keberadaan kehidupan manusia purba indonesia.
a. Meganthropus palaeojavanicus
o Memiliki tulang pupil yang tebal
o Memiliki otot kunyah yang kuat
o Memiliki tonjolan kening dan menyolok
o Memiliki tonjolan belajang yang tajam
o Tidak memiliki dagu
o Memiliki perawakan yang tegap
o Memakan jenih tumbuh-tumbuhan
o Mempunyai tempat perlekatan otot tengkuk yang besar
dan kuat.
5
b. Pithecanthropus
o Tinggi badan sekitar 165-180 cm
o Volume otak berkisar antara 750 cc- 1350 cc
o Bentuk tubuh dan anggota badan yang tegap
o Alat pengunyah dan otot tengkuk sangat kuat
o Bentuk graham yang besar dengan rahang yang sangat
kuat
o Bentuk tonjolan kening yang tbal
o Bentuk hidung tebal
o Tidak memiliki dagu
o Bagian belakang kepala tampak menonjol
c. Homo sapiens
o volume otaknya antara 1000-1200 cc
o Tinggi badan antara 130-210 cm
o Otot tengkuk mengalami penyusunan
o Alat kunyah dan gigi mengalami penyusutan
o Muka tidak menonjol ke depan
o Berdiri tegak dan berjalan lebih sempurna
6
Manusia mulai mengenal kebudayaan material (benda)
ketika mereka kenal pada awalnya berupa alat-alat yang dapat
membantu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.. Seperti
peralatan berburu, peralatan untuk mengumpulkan makanan
atau meramu.
Di samping itu, manusia sudah pula mengenal dan
mengolahbiji-biji besi untuk membuat peralatan-peralatan yang
dibutuhkannya, tetapi sayangnya benda-benda dari besi
berhasil ditemukan oleh para ahli, karena besi dapat lapuk dan
hancur.
Dengan demikian, kebudayaan material manusia
mengalami perkembangan dari awal manusia mengenal
kebudayaan sampai kepada tingkat-tingkat kehidupan
selanjutnya.
b. Kebudayaan rohani
Kebudayaan rohani mulai muncul dalam kehidupan
manusia sejak manusia mengenal sistem kepercayaan dalam
hidupnya. Munculnya sistem kepercayaan dalam kehidupan
manusia telah berlangsung sejak kehidupan manusia pada
masa berburu dan mengumpulkan makanan. Hal ini diketahui
melalui penemuan kuburan.
Melalui perkembangan pola pikir manusia, manusia mulai
menyadari keberadaan hidupnya yang berada di tengah –
tengah alam semesta. Manusia mulai menyadari dan
merasakan adanyak ekuatan yang maha dahsyat atau maha
besar di luar dirinya sendiri. Bahkan kekuatan itu senantiasa
ada sepanjang masa. Kekuatan itulah yang kemudian diketahui
berasal dari kekuatan Tuhan Yang Maha Esa. Tuhan yang
menciptakan, menghidupkan, memelihara, membinasakan seisi
alam semesta ini.
7
Dari kepercayaan itu, selanjutnya berkembang
kepercayaan yang bersifat animisme, dinamisme dan
mononisme. Animisme merupakan suatu kepercayaan bahwa
setiap benda mempunyai roh atau jiwa. Dinamisme merupakan
suatu kepercayaan bahwa setiap benda mempunyai kekuatan
gaib dan mononisme merupakan suatu kepercayaan terhadap
tuhan yang Maha Esa.
b. Kehidupan Sosial
Masyarakat pada masa berburu dan mengumpulkan
makanan telah mengenal kehidupan kelompok. Jumlah
anggota dalam tiap kelompok sekitar 10-15 orang. Mereka
hidup selalu berpindah –pindah dari satu tempat ketempat
lainnya. Perpindahan yang mereka lakukan itu semata – mata
hanya untuka memenuhi kebutuhan hidupnya.
8
c. Kehidupan Budaya
Benda – benda hasil kebudayaan zaman tersebut adalah
sebagai berikut :
- Kapak Perimbas
- Kapak Penetak
- Kapak Genggam
- Pahat Genggam
1. Kapak perimbas
Kapak perimbas tidak memiliki tangkai dan digunakan
dengan cara menggenggam. Penelitian terhadap kapak ini di
lakukan di daerah punung kabupaten pacitan oleh Von
Koenigswald (1935). Sedangkan para ahli lainnya juga
mengadakan penelitian pada tempat – tempat lain di seluruh
wilayah Indonesia, sehingga kapak primbas tidak hanya
ditemukan di pacitan melainkan juga pada tempat – tempat
seperti sukabumi, ciamis, gombong, bengkulu, lahat (sumatra),
bali, plores dan timor.
2. Kapak penetak
Kapak penetak memiliki bentuk yang hampir sama dengan
kapak perimbas. Kapak penetak ini bentuknya lebih besar dari
kapak perimbas dan cara pembuatannya masih kasar.
3. Kapak genggam
Kapak genggan memiliki bentuk hampir sama dengan
kapak perimbas dan kapak penetek. Tetapi bentuknya jauh
lebih kecil.
9
4. Pahat genggam
Pahat genggam memiliki bentuk lebih kecil dari kapak
genggam. Para ahli menafsirkan bahwa pahat genggam
mempunyai fungsi untuk menggemburkan tanah. Alat ini
digunakan untuk mencari ubi – ubian yang dapat dimakan.
10
2. Kehidupan Masyarakat Beternak Dan Bercocok Tanam
a. Lingkungan Alam Kehidupan
Kemampuan berfikir manusia untuk mempertahankan
kehidupannya mulai berkembang. Hal ini mengakibatkan
munculnya kelompok – kelompok manusia dalam jumlah yang
lebih banyak serta menetap disuatu tempat. Munculnya bentuk
kehidupan semacam itu berawal dari upaya manusia untuk
menyiapkan persediaan bahan makanan yang cukup dalam
satu masa tertentu dan tidak perlu mengembara lagi untuk
mencari makanan.
Kehidupan bercocok tanam yang pertama kali dikenal oleh
manusia adalah berhuma. Berhuma adalah tekhnik bercocok
tanam dengan cara membersihkan hutan dan menanamnya,
setelah tanah tidak subur mereka pindah dan mencari bagian
hutan yang lain. Kemudian mereka mengulang pekerjaan
membuka hutan, demikian seterusnya.
b. Kehidupan Sosial
Kehidupan masyarakat pada massa bercocok tanam
mengalami peningkatan yang cukup pesat. Masyarakatnya
sudah memiliki tempat tinggal yang tepat. Mereka memilih
tempat tinggal pada suatu tempat tertentu. Hal ini dimaksudkan
agar hubungan antara manusia di dalam kelompok masyarakat
semakin erat.
Eratnya hubungan antar manusia di dalam kelompok
masyarakatnya itu, merupakan suatu cermin bahwa manusia
tidak dapat hidup sendiri tanpa anggota kelompok masyarakat
yang lainnya. Hal ini disebabkan karena manusia adalah
mahluk sosial. Manusia selalu tergantung dengan manusia
lainnya, sehingga masing – masing manusia saling melengkapi,
saling membantu dan saling berinteraksi dalam upaya
memenuhi kebutuhan hidupnya.
11
c. Kehidupan Ekonomi
Pada masa kehidupan bercocok tanam, kebutuhan hidup
masyarakat semakin bertambah, namun tidak ada satu anggota
masyarakatpun yang dapat memenuh seluruh kebutuhan
hidupnya sendiri. Oleh karena itu mereka menjalin hubungan
yang lebih erat lagi dengan sesama anggota masyarakat,
bahkan mereka juga menjalin hubungan dengan masyarakat
yang berada di luar daerah tempat tinggalnya. Misalnya
masyarakat yang berada di daerah pegunungan membutuhkan
hasil yang diperoleh dari pantai seperti garam, ikan laut dan lain
– lain, sedang masyarakat yang berada di daerah pantai
membutuhkan hasil – hasil pegunungan berupa berbagai
macam hasil bumi yaitu beras, buah – buahan, sayur – sayuran
dan lain – lain. Dengan kenyataan seperti ini, maka dalam
rangka memenuhi kebutuhan masing – masing perlu diadakan
pertukaran barang dengan barang (sistem barter). Pertukaran
barang dengan barang ini menjadi awal munculnya sistem
perdagangan atau sistem perekonomian dalam masyarakat.
12
ahli sejarah berhasil mendapat gambaran mengenai berbagai
kebiasaan yang berhubungan dengan kepercayaan masyarakat
pada masa itu, bahkan hingga sekarang ini, kita masih dapat
melihat upacara – upacara tradisi megalitikum dari beberapa
suku bangsa di Indonesia.
e. Kehidupan Budaya
Perkembangan kebudayaan pada masa bercocok tanam
semakin bertambah pesat, karena manusia mulai dapat
mengembangkan dirinya untuk mendiptakan kebudayaan yang
lebih baik. Peninggalan – peninggalan kebudayaan manusia
pada masa kehidupan bercocok tanam semakin banyak dan
beragam, baik yang terbuat dari tanah liat, batu maupun tulang.
Hasil – hasil kebudayaan masyarakat pada masa
kehidupan bercocok tanam adalah sebagai berikut :
Beliung persegi merupakan hasil kebudayaan manusia
dari masa kehidupan masyarakat bercocok tanam . benda
kebudayaan ini di duga benda upacara.
Kapak lonjong, kapak lonjong dengan garis
penampangnya memperlihatkan sebuah bidang yang berbentuk
lonjong, kapak ini ada yang berukuran besar dan kecil.
Mata panah, mata panah merupakan salah satu dari
perlengkapan berburu maupun menangkap ikan. Mata panah
untuk menangkap ikan berbeda dengan mata panah untuk
berburu.
Grabah terbuat dari tanah liat yang dibakar. Alat – alat ini
digunakan sebagai tempat untuk menyimpan benda – benda
perhiasan.
13
f. Perhiasan
Pada masa kehidupan masyarakat bercocok tanam telah
dikenal berbagai bentuk perhiasan. Bahan dasar pembuatan
perhiasan diambil dari bahan – bahan ayang ada di sekitar
lingkungan alam tempat tinggalnya.
15
Hubungan Budaya Bascon – Hoabinh, Dongson, Sa Huynh, India
Dengan Perkembangan Manusia Purba Di Indonesia
1. Perkembangan Budaya Bascon – Hoabinh
Istilah Bascon – Hoabinh ini dipergunakan sejak tahun 1920-an,
yaitu untuk menunjukan suatu tempat pembuatan alat – alat batu
yang khas dengan ciri dipangkas pada satu atau dua sisi
permukaannya.
Ciri kahas alat bataua kebudayaan bascon – hoabinh adalah
penyerpihan pada satu atau dua sisi permukaan batu kali yang
berukuran lebih kurang satu kepalan, dan sering kali seluruh
tepiannya menjadi bagian yang tajam.
16
Dari sudut pandang Indoensia, keberadaan orang – orang
cham dekat pusat – pusat penemuan benda – benda logam di
Vietnam Utara pada kahir masa persejarah mempunyai arti yang
amat penting, karena mereka adalah kelompok masyarakat yang
menggunakan bahasa Austronesia dan mempuyai kedekatan
kebangsaan dengan masyarakat yang tinggal di kepulauan
Indonesia.
17
c. Tahap Logam Awal Di Bali
Perkembangan benda – benda logam awal di pulau bali
terkait dengan bekal kubur, karena benda – benda logam
ditemukan dalam jumlah yang cukup banyak pada sarkofagus.
18
Daftar Pustaka
http://www.wikipedia.com
http://history1978.wordpress.com
http://mustaqimzone.wordpress.com
http://pansejarah.tripod.com
Buku Paket Sejarah, Yudhistira
19