Anda di halaman 1dari 20

TUGAS MAKALAH

SEJARAH
KEHIDUPAN AWAL MASYARAKAT PRA-SEJARAH DI
INDONESIA

0
ALBIN SAYYID AGNAR C.P
X-7 / 02

Kata Pengantar

Dengan rasa syukur Alhamdulillah saya panjatkan ke hadirat ALLAH swt


yang telah memberikan berkah dan rahmatnya sehingga saya bisa
menyelesaikan tugas makalah ini.
Makalah ini saya buat karena kewajiban saya mengerjakan tugas makalah
sejarah ini sebagai tugas remidi Ulangan Harian sejarah.
Tidak lupa saya ucapkan terima kasih yang kepada Yth Bapak Mustaqim
sebagai guru sejarah saya yang telah memberikan pelajaran serta bimbingan
sehingga terselesaikannya makalah ini.
Makalah ini dibuat dengan harapan bisa berguna bagi teman-teman dan
adik-adik kelas pada ajaran selanjutnya atau siapapun yang membacanya.
Tentu saja makalah ini tidak bisa dikatakan sempurna karena saya masih dalam
taraf belajar.

Surabaya, Mei 2012

Penyusun

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................... 1

Daftar Isi ...................................................................................................... 2

Pendahuluan ................................................................................................ 3

Isi:

 Kehidupan Awal Manusia Indonesia................................................. 4


 Perkembangan Kehidupan Manusia Purba di Indonesia................ 4
 Kehidupan Sosial, Ekonomi Dan Budaya Manusia Purba.............. 8
 Hubungan Budaya Bascon – Hoabinh, Dongson, Sa Huynh, India
Dengan Perkembangan Manusia Purba Di Indonesia..................... 16

Daftar Pustaka.............................................................................................. 19

2
Pendahuluan

Tradisi sejarah yang berkembang pada masyarakat meninggalkan jejak-


jejak sejarah. Jejak-jejak sejarah itu berupa tradisi lisan pada masa praaksara
dan tradisi tertulis pada masa aksara. Tradisi sejarah yang berisi ingatan
kolektif yang diwariskan dari generasi ke generasi memungkinkan kita untuk
menelusuri asal-asal suatu kolektif atau komunitas. Manusia purba hidup pada
masa praaksara. Masa praaksara adalh zaman manusia belum mengenal
tulisan dan biasa disebut zaman nirleka. Masa prasejarah atau praaksara
dimulai sejak manusia ada di muka bumi sampai dengan saat manusia
mengenal tulisan. Di sini kita akan mempelajari kehidupan masyarakat di masa
praaksara yang dimana hidupnya secara sangat sederhana dari cara bertahan
hidup, jenis-jenis manusia purba, alat-alat yang digunakan, dan masih banyak
lagi.

3
KEHIDUPAN AWAL MASYARAKAT INDONESIA

 Kehidupan Awal Manusia Indonesia


1. Awal Kehidupan Di Bumi
Zaman Arkaikum yaitu zaman tertua dan diperkirakan sekitar 1500
juta tahun.
Zaman Palaeozoikum berusia sekitar 340 Juta tahun.
Zaman Mesozoikum berusia sekitar 140 juta tahun
Zaman Neozoikum / Kainozoikum berusia sekitar 60 juta tahun yang
lalu. Pada zaman ini dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :
- Zaman Tersier
- Zaman Kuarter

 Perkembangan Kehidupan Manusia Purba di Indonesia

1. Apa Itu Manusia Purba ?


Manusia purba adalah jenis manusia yang hidup jauh sebelum
tulisan ditemukan. Manusia purba diyakini telah mendiami bumi
sekitaraa 4 juta tahun lalu. Namunn demikian bahwa jenis manusia
pertama telah ada di muka bumi ini sekitar 2 juta tahun lalu.
Manusia purba mempunyai volume otak yang lebih kecil dari
manusia modern sekarang. Mereka biasanya hidup secara
berkelompok dan mengandalkan makanannya dari buah-buahan dan
binatang kecil. Mereka masih belum mengenal bercocok tanam.
Kehidupan manusia purba masih sangat sederhana. Untuk
menopang kehidupannya mereka menggunakan alat-alat yang masih
sangat sederhana . biasanya alat yang digunakan terbuat dari batu.

4
2. Para Peneliti Manusia Purba Di Indonesia
Eugune Dubois adalah seorang dokter kebangsaan belanda
pertama kali datang ke indonesia. Kedatangannya di indonesia
bertujuan untul melaksanakan penelitian lebih lanjut tentang
keberadaan kehidupan manusia purba indonesia.

3. Jenis Manusia Purba Di Indonesia


Jenis manusia purba yang berhasil ditemukan di indonesia,
diantaranya :
Meganthropus Paleojavanicus, meganthropus berarti manusia
besar. Fosil ini ditemukan di Sangiran oleh Von Koeningswald pada
tahun 1941.
Pithecanthropus, pithecanthropus berarti manusia kera. Fosil ini
ditemukan di Trinil-Ngawi, Perning - Mojokerto, Sangiran, Kedung
brubus, Sambung Macan dan Ngandong.

Beberapa ciri manusia purba yang ditemukan di indonesia:

a. Meganthropus palaeojavanicus
o Memiliki tulang pupil yang tebal
o Memiliki otot kunyah yang kuat
o Memiliki tonjolan kening dan menyolok
o Memiliki tonjolan belajang yang tajam
o Tidak memiliki dagu
o Memiliki perawakan yang tegap
o Memakan jenih tumbuh-tumbuhan
o Mempunyai tempat perlekatan otot tengkuk yang besar
dan kuat.

5
b. Pithecanthropus
o Tinggi badan sekitar 165-180 cm
o Volume otak berkisar antara 750 cc- 1350 cc
o Bentuk tubuh dan anggota badan yang tegap
o Alat pengunyah dan otot tengkuk sangat kuat
o Bentuk graham yang besar dengan rahang yang sangat
kuat
o Bentuk tonjolan kening yang tbal
o Bentuk hidung tebal
o Tidak memiliki dagu
o Bagian belakang kepala tampak menonjol

c. Homo sapiens
o volume otaknya antara 1000-1200 cc
o Tinggi badan antara 130-210 cm
o Otot tengkuk mengalami penyusunan
o Alat kunyah dan gigi mengalami penyusutan
o Muka tidak menonjol ke depan
o Berdiri tegak dan berjalan lebih sempurna

4. Hasil-Hasil Budaya Manusia Purba Di Indonesia


Kebudayaan adalah sebuah hasil pemikiran manusia yang
dilakukan dengan sadar, yaitu sadar untuk apa segala sesuatu itu
dilakukan atau diperbuat. Kebudayaah yang dibuat oleh manusia
bertujuan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sehingga sifat
kebudayaan anusia dapat dibedakan atas kebudayaan yang bersifat
material atau kebendaan dan kebudayaan yang bersifat rohani.

a. Kebudayaan material atau kebendaan

6
Manusia mulai mengenal kebudayaan material (benda)
ketika mereka kenal pada awalnya berupa alat-alat yang dapat
membantu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.. Seperti
peralatan berburu, peralatan untuk mengumpulkan makanan
atau meramu.
Di samping itu, manusia sudah pula mengenal dan
mengolahbiji-biji besi untuk membuat peralatan-peralatan yang
dibutuhkannya, tetapi sayangnya benda-benda dari besi
berhasil ditemukan oleh para ahli, karena besi dapat lapuk dan
hancur.
Dengan demikian, kebudayaan material manusia
mengalami perkembangan dari awal manusia mengenal
kebudayaan sampai kepada tingkat-tingkat kehidupan
selanjutnya.

b. Kebudayaan rohani
Kebudayaan rohani mulai muncul dalam kehidupan
manusia sejak manusia mengenal sistem kepercayaan dalam
hidupnya. Munculnya sistem kepercayaan dalam kehidupan
manusia telah berlangsung sejak kehidupan manusia pada
masa berburu dan mengumpulkan makanan. Hal ini diketahui
melalui penemuan kuburan.
Melalui perkembangan pola pikir manusia, manusia mulai
menyadari keberadaan hidupnya yang berada di tengah –
tengah alam semesta. Manusia mulai menyadari dan
merasakan adanyak ekuatan yang maha dahsyat atau maha
besar di luar dirinya sendiri. Bahkan kekuatan itu senantiasa
ada sepanjang masa. Kekuatan itulah yang kemudian diketahui
berasal dari kekuatan Tuhan Yang Maha Esa. Tuhan yang
menciptakan, menghidupkan, memelihara, membinasakan seisi
alam semesta ini.

7
Dari kepercayaan itu, selanjutnya berkembang
kepercayaan yang bersifat animisme, dinamisme dan
mononisme. Animisme merupakan suatu kepercayaan bahwa
setiap benda mempunyai roh atau jiwa. Dinamisme merupakan
suatu kepercayaan bahwa setiap benda mempunyai kekuatan
gaib dan mononisme merupakan suatu kepercayaan terhadap
tuhan yang Maha Esa.

 Kehidupan Sosial, Ekonomi Dan Budaya Manusia Purba


1. Kehidupan Masyarakat Berburu Dan Mengumpulkan Makanan
a. Lingkungan Alam Kehidupan
Kehidupan masyarakat berburu dan mengumpulkan
makanan ini sangat sederhana. Kehidupan mereka tak
ubahnya sepertia kelompok hewan, karena tergantung pada
apa yang disediakan oleh alam.
Pada masa berburu dan mengumpulkan makanan,
manusia tinggal di alam terbuka seperti hutan, di tepi sungai, di
gunung, di goa dan di lembah – lembah. Disamping itu,
lingkungan alam kehidupan manusia pada masa berburu dan
mengumpulkan makanan belum stabil dan masih liar. Binatang
buas menjadi penghalang bagi manusia untuk melaksanakan
kehidupannya.

b. Kehidupan Sosial
Masyarakat pada masa berburu dan mengumpulkan
makanan telah mengenal kehidupan kelompok. Jumlah
anggota dalam tiap kelompok sekitar 10-15 orang. Mereka
hidup selalu berpindah –pindah dari satu tempat ketempat
lainnya. Perpindahan yang mereka lakukan itu semata – mata
hanya untuka memenuhi kebutuhan hidupnya.

8
c. Kehidupan Budaya
Benda – benda hasil kebudayaan zaman tersebut adalah
sebagai berikut :
- Kapak Perimbas
- Kapak Penetak
- Kapak Genggam
- Pahat Genggam

1. Kapak perimbas
Kapak perimbas tidak memiliki tangkai dan digunakan
dengan cara menggenggam. Penelitian terhadap kapak ini di
lakukan di daerah punung kabupaten pacitan oleh Von
Koenigswald (1935). Sedangkan para ahli lainnya juga
mengadakan penelitian pada tempat – tempat lain di seluruh
wilayah Indonesia, sehingga kapak primbas tidak hanya
ditemukan di pacitan melainkan juga pada tempat – tempat
seperti sukabumi, ciamis, gombong, bengkulu, lahat (sumatra),
bali, plores dan timor.

2. Kapak penetak
Kapak penetak memiliki bentuk yang hampir sama dengan
kapak perimbas. Kapak penetak ini bentuknya lebih besar dari
kapak perimbas dan cara pembuatannya masih kasar.

3. Kapak genggam
Kapak genggan memiliki bentuk hampir sama dengan
kapak perimbas dan kapak penetek. Tetapi bentuknya jauh
lebih kecil.

9
4. Pahat genggam
Pahat genggam memiliki bentuk lebih kecil dari kapak
genggam. Para ahli menafsirkan bahwa pahat genggam
mempunyai fungsi untuk menggemburkan tanah. Alat ini
digunakan untuk mencari ubi – ubian yang dapat dimakan.

d. Sistem Ekonomi Masyarakat


Pada masa kehidupan berburu dan menumpulkan
makanan, manusia bekerja bersama – sama dalam upaya
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam suatu kelompok
biasanya beranggotakan 10-15 orang.

e. Kehidupan Kepercayaan Masyarakat


Penemuan kuburan dari masa berburu dan
mengumpulkan makanan menunjukan bahwa masyarakat pada
masa itu sudah memiliki anggapan tertentu dan memberikan
pengormatan terakhir kepada orang yang meninggal.

10
2. Kehidupan Masyarakat Beternak Dan Bercocok Tanam
a. Lingkungan Alam Kehidupan
Kemampuan berfikir manusia untuk mempertahankan
kehidupannya mulai berkembang. Hal ini mengakibatkan
munculnya kelompok – kelompok manusia dalam jumlah yang
lebih banyak serta menetap disuatu tempat. Munculnya bentuk
kehidupan semacam itu berawal dari upaya manusia untuk
menyiapkan persediaan bahan makanan yang cukup dalam
satu masa tertentu dan tidak perlu mengembara lagi untuk
mencari makanan.
Kehidupan bercocok tanam yang pertama kali dikenal oleh
manusia adalah berhuma. Berhuma adalah tekhnik bercocok
tanam dengan cara membersihkan hutan dan menanamnya,
setelah tanah tidak subur mereka pindah dan mencari bagian
hutan yang lain. Kemudian mereka mengulang pekerjaan
membuka hutan, demikian seterusnya.

b. Kehidupan Sosial
Kehidupan masyarakat pada massa bercocok tanam
mengalami peningkatan yang cukup pesat. Masyarakatnya
sudah memiliki tempat tinggal yang tepat. Mereka memilih
tempat tinggal pada suatu tempat tertentu. Hal ini dimaksudkan
agar hubungan antara manusia di dalam kelompok masyarakat
semakin erat.
Eratnya hubungan antar manusia di dalam kelompok
masyarakatnya itu, merupakan suatu cermin bahwa manusia
tidak dapat hidup sendiri tanpa anggota kelompok masyarakat
yang lainnya. Hal ini disebabkan karena manusia adalah
mahluk sosial. Manusia selalu tergantung dengan manusia
lainnya, sehingga masing – masing manusia saling melengkapi,
saling membantu dan saling berinteraksi dalam upaya
memenuhi kebutuhan hidupnya.

11
c. Kehidupan Ekonomi
Pada masa kehidupan bercocok tanam, kebutuhan hidup
masyarakat semakin bertambah, namun tidak ada satu anggota
masyarakatpun yang dapat memenuh seluruh kebutuhan
hidupnya sendiri. Oleh karena itu mereka menjalin hubungan
yang lebih erat lagi dengan sesama anggota masyarakat,
bahkan mereka juga menjalin hubungan dengan masyarakat
yang berada di luar daerah tempat tinggalnya. Misalnya
masyarakat yang berada di daerah pegunungan membutuhkan
hasil yang diperoleh dari pantai seperti garam, ikan laut dan lain
– lain, sedang masyarakat yang berada di daerah pantai
membutuhkan hasil – hasil pegunungan berupa berbagai
macam hasil bumi yaitu beras, buah – buahan, sayur – sayuran
dan lain – lain. Dengan kenyataan seperti ini, maka dalam
rangka memenuhi kebutuhan masing – masing perlu diadakan
pertukaran barang dengan barang (sistem barter). Pertukaran
barang dengan barang ini menjadi awal munculnya sistem
perdagangan atau sistem perekonomian dalam masyarakat.

d. Sistem Kepercayaan Masyarakat.


Perkembangan sistem kepercayaan masyarakat pada
masa kehidupan bercocok tanam dan menetap, merupakan
kelanjutan kepercayaan yang telah muncul pada masa
kehidupan masyarakat berburu dan mengumpulkan makanan.
Sementara itu, inti kepercayaan ini berkembang dari
zaman ke zaman, penghormatan dan pemujaan kepada roh
nenek moyang merupakan suatu kepercayaan yang
berkembang di seluruh dunia.
Untuk menelusuri kepercayaan masyarakat Indonesia dari
masa kehidupan bercocok tanam, para ahli mengadakan
penelitian pada berbaai bangunan megalitikum atau kuburan
manusia berasal dari masa itu,. Dari hasil penelitian itu, para

12
ahli sejarah berhasil mendapat gambaran mengenai berbagai
kebiasaan yang berhubungan dengan kepercayaan masyarakat
pada masa itu, bahkan hingga sekarang ini, kita masih dapat
melihat upacara – upacara tradisi megalitikum dari beberapa
suku bangsa di Indonesia.

e. Kehidupan Budaya
Perkembangan kebudayaan pada masa bercocok tanam
semakin bertambah pesat, karena manusia mulai dapat
mengembangkan dirinya untuk mendiptakan kebudayaan yang
lebih baik. Peninggalan – peninggalan kebudayaan manusia
pada masa kehidupan bercocok tanam semakin banyak dan
beragam, baik yang terbuat dari tanah liat, batu maupun tulang.
Hasil – hasil kebudayaan masyarakat pada masa
kehidupan bercocok tanam adalah sebagai berikut :
Beliung persegi merupakan hasil kebudayaan manusia
dari masa kehidupan masyarakat bercocok tanam . benda
kebudayaan ini di duga benda upacara.
Kapak lonjong, kapak lonjong dengan garis
penampangnya memperlihatkan sebuah bidang yang berbentuk
lonjong, kapak ini ada yang berukuran besar dan kecil.
Mata panah, mata panah merupakan salah satu dari
perlengkapan berburu maupun menangkap ikan. Mata panah
untuk menangkap ikan berbeda dengan mata panah untuk
berburu.
Grabah terbuat dari tanah liat yang dibakar. Alat – alat ini
digunakan sebagai tempat untuk menyimpan benda – benda
perhiasan.

13
f. Perhiasan
Pada masa kehidupan masyarakat bercocok tanam telah
dikenal berbagai bentuk perhiasan. Bahan dasar pembuatan
perhiasan diambil dari bahan – bahan ayang ada di sekitar
lingkungan alam tempat tinggalnya.

3. Perkembangan Teknologi masyarakat Awal Indonesia


a. Keadaan Alam Lingkungan Kehidupan Manusia
Dalam kehidupan menetap manusia sudah dapat
menghasilkan sendiri kebutuhan – kebutuhan hidupnya,
walaupun tidak seluruhnya. Namun demikian, dalam kehidupan
menetap pola pikir manusia terus berkembang dan semakin
maju.

b. Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat


Kehidupan pada masa manusia telah mengenal logam
dikenal sebagai masa perundagian. Masa perundagian sangat
penting artinya dalam perkembangan sejarah Indonesia, karena
pada masa ini terjalin hubungan dengan daerah – daerah di
sekitar kepulauan Indonesia.
Masa perundagian juga menjadi dasar bertumbuh
kembangnya kerajaan – kerajaan di Indonesia seperti kerajaan
kutai.

c. Kehidupan Budaya Masyarakat


Peninggalan – peninggalan budaya masyarakat Indonesia
yang berasal dari benda – benda logam merupakan kekayaan
dan keanekaragaman budaya yang telah tumbuh dan
berkembang pada masa itu.

4. Sistem Kepercayaan Awal Masyarakat Indonesia


14
a. Kepercayaan Terhadap Roh Nenek Moyang
Perkembangan sistem kepercayaan pada masyarakat
indonesia berawal dari kehidupan masyarakat berburu dan
mengumpulkan makanan.
Orang mulai memiliki suatu pandangan bahwa hidup tidak
berhenti setelah orang itu meninggal. Orang yang meninggal
dianggap pergi ke suatu tempat yang lebih baik.
Namun orang mulai berfikir bahwa orang yang meninggal
berbeda dengan orang yang masih hidup.

b. Kepercayaan Bersifat Animisme


Setelah berkembangnya kepercayaan masyarakat
terhadap roh nenek moyang, kemudian mundul kepercayaan
yang bersipat animisme. Animisme merupakan suatu
kepercayaan masyarakat terhadap suatu benda yang dianggap
memiliki roh atau jiwa.

c. Kepercayaan Bersifat Dinamisme


Kepercayaan dinamisme mengalami perkembangan yang
tidak jauh berbeda dengan kepercayaan animisme. Dinamisme
merupakan suatu kepercayaan bahwa setiap benda memiliki
kekuatan gaib.
Selain itu terdapat pula benda pusaka seperti keris atau
tombak yang dipandang memiliki kekuatan gaib untuk
memohon turunnya hujan, apabila keris itu di tacapkan dengan
ujungnya menghadap ke atas akan dapat menurunkan hujan.

d. Kepercayaan Bersifat Mononisme


Kepercayaan monoise adalah kepercayaan terhadap
tuhan yang maha esa. Kepercayaan ini muncul berdasarkan
pengalaman – pengaaman dari masyarakat.

15
 Hubungan Budaya Bascon – Hoabinh, Dongson, Sa Huynh, India
Dengan Perkembangan Manusia Purba Di Indonesia
1. Perkembangan Budaya Bascon – Hoabinh
Istilah Bascon – Hoabinh ini dipergunakan sejak tahun 1920-an,
yaitu untuk menunjukan suatu tempat pembuatan alat – alat batu
yang khas dengan ciri dipangkas pada satu atau dua sisi
permukaannya.
Ciri kahas alat bataua kebudayaan bascon – hoabinh adalah
penyerpihan pada satu atau dua sisi permukaan batu kali yang
berukuran lebih kurang satu kepalan, dan sering kali seluruh
tepiannya menjadi bagian yang tajam.

2. Perkembangan Budaya Dongson


Pembuatan benda – benda perunggu di daerah vietnam utara
dimulai sekitar tahun 2500 SM dan dihubungkan dengan tahap –
tahap budaya dong dau dan go mun.
Penemuan benda – benda dari kebudayaan dong son sangat
penting karena benda – benda logam yang ditemukan di wilayah
Indonesia pada umumnya bercorak dong son, dan bukan mendapat
pengaruh budaya logam dari india maupun cina.
Dari penemuan benda – benda budaya dong son itu, diketahui
cara pembuatannya dengan menggunakan cetak lilin hlang yaitu
dengan membuat bentuk benda dari lilin.

3. Perkembangan Budaya Sa Huynh


Budaya sa huynh di Vietnam bagian selatan di dukung oleh
suatu kelompok penduduk yang berbahasa Austronesia (cham) yang
diperkirakan berasal dari daerah – daerah di kepulauan Indonesia.
Para pakar arkeologi Vietnam menyatakan bahwa hasil – hasil
penemuan benda – benda arkeologi di duga menjadi bukti cikal bakal
budaya ini.

16
Dari sudut pandang Indoensia, keberadaan orang – orang
cham dekat pusat – pusat penemuan benda – benda logam di
Vietnam Utara pada kahir masa persejarah mempunyai arti yang
amat penting, karena mereka adalah kelompok masyarakat yang
menggunakan bahasa Austronesia dan mempuyai kedekatan
kebangsaan dengan masyarakat yang tinggal di kepulauan
Indonesia.

4. Perkembangan Budaya India


Aperkembangan zaman logam awal di kepulauan Indonesia
bertumpang tindih dengan bukti – bukti adanya negeri – negeri
dagang kecil yang muncul paling awal dalam masa sejarah dan
kerajaan – kerajaan yang mendapatpengaruh budaya india dan yang
muncul di bagian barat daerah ini.

5. Perkembangan Budaya Logam di Indonesia


Pesatnya perkembangan tekhnologi perunggu di wilayah
Indinesia di ikuti dengan kemunculan pusat – pusat pembuatan
benda – benda dari logam.
a. Tahap Logam Awal di Sumatra
Pada dataran pasemah di daerah sumatra selatan banyak
ditemukan kubur batu dari tradisi megalitikum. Bangunan
megalitikum persemah sangat menakjubkan dan telah menarik
perhatian sejak tahun 1950-an.

b. Tahap Logam Awal Di Jawa


Di pulau jawa terdapat banyak situs – situs peninggalan
dari tahap logam awal, terutama dalam hubungannya dengan
kubur peti batu atau sarkofagus.
Situs – situs jawa lainnya yang menghasilkan benda –
benda budaya tahap logam awal terdapat di daerah lewiliyang
dekat bogor jawa barat dan di daerah pejaten sebelah selatan
jakarta.

17
c. Tahap Logam Awal Di Bali
Perkembangan benda – benda logam awal di pulau bali
terkait dengan bekal kubur, karena benda – benda logam
ditemukan dalam jumlah yang cukup banyak pada sarkofagus.

d. Tahap Logam Awal Di Sumba


Tradisi penguburan di sumba, nusa tenggara barat pada
masa logam awal telah melibatkan berbagai benda – benda
dari logam. Bejana – bejana tembikar berukuran kecil di
tempatkan di dalam atau di sekitar tempayan beserta manik –
manik gelang dan benda – benda logam lainnya sebagai benda
bekal kubur yang paling umum.

e. Tahap Logam Awal Dikepulauan Talaud Dan Maluku Utara


Penguuran di dalam tempayan berhasil ditemukan oleh
para ahli di goa lawang kecil baedane (pulau selebabu dalam
kawasan kepulauan talaud).
Sementara itu, di daerah maluku utara berhasil ditemukan
sisa – sisa penguburan dalam tempayan yang berhasil di gali
dari goa uattamdi di pulau kayoa.

f. Tahap Logam Awal Di Sulawesi


Perkembangan logam pada tahap awal di daerah sulawesi
mengalami perkembangan yang cukup pesat. Pada goa – goa
di daerah Sulawesi Selatan ditemukan kubur tempayan.
Sementara itu, di daerah sulawesi tengah juga ditemukan
jenis – jenis tempayan kubur. Pada tempayan – tempayan
tersebut banyak ditemukan benda – benda logam sebagai
bekal kubur.

18
Daftar Pustaka

http://www.wikipedia.com
http://history1978.wordpress.com
http://mustaqimzone.wordpress.com
http://pansejarah.tripod.com
Buku Paket Sejarah, Yudhistira

19

Anda mungkin juga menyukai