Anda di halaman 1dari 18

PENGERTIAN JURNALISTIK SECARA UMUM

Secara etimologis, jurnalistik berasal dari kata journ. Dalam bahasa


Perancis, journ berarti catatan atau laporan harian. Secara sederhana jurnalistik diartikan
sebagai kegiatan yang berhubungan dengan pencatatan atau pelaporan setiap hari.
Dengan demikian, jurnalistik bukanlah pers, bukan pula media massa. Jurnalistik
adalah kegiatan yang memungkinkan pers atau media massa bekerja dan diakui eksistensinya
dengan baik.
Secara konseptual, jurnalistik dapat dipahami dari tiga sudut pandang, yakni sebagai
proses, teknik, dan ilmu. Sebagai proses, jurnalistik adalah aktivitas mencari mengolah,
menulis, dan menyebarluaskan informasi kepada publik melalui media massa. Aktivitas ini
dilakukan oleh wartawan atau jurnalis.
Sebagai teknik, jurnalistik adalah keahlian atau keterampilan membuat karya
jurnalistik termasuk keahlian dalam pengumpulan bahan pemberitaan seperti peliputan
peristiwa atau reportase dan wawancara.
Sebagai ilmu, jurnalistik adalah bidang kajian mengenai pembuatan dan
penyebarluasan informasi melalui media massa. Jurnalistik termasuk ilmu terapan yang
dinamis dan terus berkembang sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi serta dinamika masyarakat itu sendiri.
Selain itu, jurnalistik termasuk bidang kajian ilmu komunikasi, yakni ilmu yang
mengkaji proses penyampaian pesan, gagasan, pemikiran, atau informasi kepada orang lain
dengan maksud memberitahu, mempengaruhi, atau memberikan kejelasan.
Menurut ensiklopedia Indonesia, jurnalistik adalah bidang profesi yang
mengusahakan penyajian informasi tentang kejadian dan atau kehidupan sehari-hari secara
berkala, dengan menggunakan sarana-saranapenerbitan yang ada (Suhandang, 2004:22).
Salah seorang pakar ilmu komunikasi, Onong Uchjana Effendy mengemukakan,
secara sederhana jurnalistik dapat didefinisikan sebagai teknik mengelola berita mulai dari
mendapatkan bahan sampai kepada menyebarluaskannya kepada masyarakat. AS Haris
Sumadiria dalam bukunya Jurnalistik Indonesia mengemukakan bahwa jurnalistik adalah
kegiatan mencari, mencari, mengumpulkan, mengolah, menyajikan, dan menyebarkan berita
melalui media massa berkala kepada khalayak seluas-seluasnya dengan secepat-cepatnya.
Tak lepas dari beberapa pengertian yang telah dijelaskan sebelumnya, sedikitnya
jurnalistik memiliki empat manfaat sekaligus fungsi jurnalistik bagi kehidupan sehari-hari,
diantaranya; Pertama, jurnalistik berfungsi menghimpun dan menyebarkan informasi bagi
khalayak. Kedua, jurnalistik berfungsi memberikan pendidikan bagi khalayak.
Ketiga, jurnalistik berfungsi sebagai media hiburan bagi khalayak. Keempat,
jurnalistik berfungsi sebagai alat kontrol sosial dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara. Dalam istilah yang lebih politis, keberadaan jurnalistik dianggap sebagai sebagai
‘kekuatan keempat’ dalam sistem politik kenegaraan setelah legislatif, eksekutif, dan
yudikatif.
Dilihat dari segi bentuk dan pengelolaannya, jurnalistik dapat dibagi menjadi tiga
bagian besar; yakni jurnalistik media cetak meliputi surat kabar, tabloid, dan majalah;
jurnalistik media elektronik auditif yakni radio siaran; dan jurnalistik media elektronik audio-
visual yakni televisi. Setelah dunia internet berkembang pesat, jurnalistik lewat dunia maya
pun turut berkembang. Kita menyebutnya jurnalisme media online. Dengan hadirnya media
online menambah jumlah ragam bentuk jurnalistik.

PENGERTIAN JURNALISTIK MENURUT PARA AHLI

Seiring kemajuan teknologi informasi maka yang bermula dari laporan harian maka
tercetak manjadi surat kabar harian. Dari media cetak berkembang ke media elektronik, dari
kemajuan elektronik terciptalah media informasi berupa radio. Tidak cukup dengan radio
yang hanya berupa suara muncul pula terobosan baru berupa media audio visual yaitu TV
(televisi). Media informasi tidak puas hanya dengan televisi, lahirlah berupa internet, sebagai
jaringan yang bebas dan tidak terbatas. Dan sekarang dengan perkembangan teknologi telah
melahirkan banyak media (multimedia).
Jurnalistik bisa dibatasi secara singkat sebagai kegiatan penyiapan, penulisan,
penyuntingan, dan penyampaian berita kepada khalayak melalui saluran media tertentu.
Jurnalistik mencakup kegiatan dari peliputan sampai kepada penyebarannya kepada
masyarakat. Sebelumnya, jurnalistik dalam pengertian sempit disebut juga dengan publikasi
secara cetak. Pengertian tersebut tidak hanya sebatas melalui media cetak seperti surat kabar,
majalah, dan sebagainya, akan tetapi meluas menjadi media elektronik seperti radio atau
televisi.
Berdasarkan media yang digunakan meliputi jurnalistik cetak (print journalism),
elektronik (electronic journalism). Akhir-akhir ini juga telah berkembang jurnalistik secara
tersambung (online journalism). Dahulu kegiatan jurnalistik dilakukan dengan cara-cara
manual, mulai dari pencarian berita hingga kepada kegiatan pelaporan berita atau
pengumpulan berita dilakukan dengan cara yang masih sangat sederhana. Hal ini dikarenakan
dahulu alat-alat pendukung kegiatan jurnalistik masih minim sekali. Selain itu juga jurnalistik
pada zaman dahulu hanya dipahami sebagai publikasi secara cetak. Tetapi sekarang tidak
hanya dari situ saja, media elektronik juga ikut andil dalam hal pemberitaan serta sebagai
pelaku media massa.
Dapat dilihat bahwa sekarang ini dunia teknologi semakin berkembang.
Perkembangan teknologi tersebut juga memengaruhi perkembangan jurnalistik. Pada zaman
dahulu hanya seorang jurnalis profesional yang mampu melakukan kegiatan jurnalistik.
Dimana kegiatan jurnalistik yang dimaksud adalah mencari, mengumpulkan, mengolah, dan
melaporkan berita kepada masyarakat luas. Akan tetapi saat ini, kegiatan jurnalistik tidak
hanya dapat dilakukan oleh jurnalis profesional.
Dengan ditemukan teknologi internet, kegiatan jurnalistik dapat dilakukan oleh siapa
saja, tanpa harus memiliki backgroun sebagai jurnalis profesional. Setiap orang bisa
melakukan kegiatan mencari, mengumpulkan, mengolah, dan melaporkan berita kepada
masyarakat luas. Istilah yang digunakan untuk perkembangan jurnalistik tersebut yakni
citizen journalism. Dalam citizen journalism, semua anggota masyarakat mampu melakukan
kegiatan jurnalistik tanpa memandang latar belakang pendidikan dan keahlian. Kehadiran
citizen journalism mendorong setiap orang untuk berani menulis dan melaporkan
informasi/berita kepada banyak orang tanpa memerlukan label atau status jurnalis
profesional.
Pengertian jurnalistik menurut para ahli sebagai berikut:
1. Fraser Bond dalam bukunya, “An introduction to Journalism,” terbitan tahun 1961,
mengatakan: Jurnalistik adalah segala bentuk yang membuat berita dan ulasan
mengenai berita agar sampai pada kelompok pemerhati.
2. Roland E. Wolseley dalam bukunya UndeJurnalistik adalah pengumpulan, penulisan,
penafsiran, pemrosesan dan penyebaran informasi umum, pendapat pemerhati,
hiburan umum secara sistematik dan dapat dipercaya untuk diterbitkan pada SK,
majalah dan disiarkan stasiun siaran.
3. Adinegoro dalam buku: “Hukum Komunikasi Jurnalistik,” karya M. Djen Amar
terbitan tahun 1984, mengatakan: Jurnalistik adalah semacam kepandaian mengarang
yang pokoknya memberikan pekabaran pada masyarakat dengan selekas-lekas’a agar
tersiar luas.
4. Astrid Susanto dalam bukunya: ,”Komunikasi massa,” terbitan tahun 1986,
menyebutkan: dalam Jurnalistik adalah kegiatan pencatatan dan atau pelaporan serta
penyebaran tentang kegiatan sehari-hari.
5. Onong Uchjana Effendy dalam bukunya: “Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi,”
terbitan tahun 1993 menyebutkan, Jurnalistik adalah teknik mengelola berita mulai
dari mendapatkan bahan sampai menyebarluaskannya kepada masyarakat.
6. Djen Amar bukunya: “Hukum komunikasi Jurnalistik,” terbitan tahun 1984
mengatakan: Jurnalistik adalah kegiatan mengumpulkan, mengolah dan menyebarkan
berita kepada khalayak seluas-luasnya dengan secepat-cepatnya.
7. Erik Hodgins, redaktur majalah Time seperti yang dikutip Kustadi Suhandang dalam
bukunya: Pengantar Jurnalistik, Seputar Organisasi, Produk dan Kode Etik, terbitan
tahun 2004, mengatakan : Jurnalistik adalah pengiriman informasi dari sini ke sana
dengan benar, seksama dan cepat dalam rangka membela kebenaran dan keadilan
berfikir yang selalu dapat dibuktikan.
8. Kustadi Suhandang dalam buku yang sama mengatakan, Jurnalistik adalah seni dan
atau keterampilan mencari, mengumpulkan, mengolah, menyusun, dan menyajikan
berita tentang pristiwa yang terjadi sehari-hari secara indah, dalam rangka memenuhi
segala kebutuhan hati nurani khalayaknya.
9. Drs. A.S. Haris Sumadiria, M.Si, dalam bukunya, jurnalistik Indonesia, Menulis berita
dan feature, panduan Praktis Jurnalis professional, Simbiosa Rekatama Media,
Bandung, 2005, merumuskan definisi jurnalistik sebagai: Kegiatan menyiapkan,
mencari, mengumpulkan, mengolah, menyajikan, dan menyebarkan berita melalui
media berkala kepada khalayak seluas-luasnya dengan secepat-cepatnya

Memasuki abad ke 21, industri media tengah berada di dalam perubahan yang cepat.
Kerajaan-kerajaan media mulai membangun diri dengan skala yang besar. Merger ataupun
pembelian media lain dalam industri media terjadi dimana-mana dengan nilai perjanjian yang
sangat besar. Semakin lama bisnis media semakin besar dan melibatkan hampir seluruh outlet
media yang ada dengan kepemilikan yang makin terkonsentrasi. Masyarakat mulai tenggelam
dalam dunia yang dipenuhi oleh media. Apakah masyarakat terlayani dengan informasi yang
aktual, beragam dan sesuai dengan kepentingan mereka oleh industri ini, atau perkembangan
yang luar biasa ini hanya untuk meningkatkan keuntungan bagi “segelintir” orang yang
terlibat dalam industri ini.
Media, menurut sudut pandang model pasar (Croteau dan Hoynes, 2001), dilihat
sebagai tempat pemenuhan kebutuhan masyarakat berdasarkan atas hukum permintaan dan
persediaan. Model ini memperlakukan media layaknya barang dan jasa lainnya. Bisnis media
beroperasi dalam apa yang disebut sebagai “dual product” market, pasar dengan dua produk.
Secara bersamaan menjual dua jenis “produk” yang sama sekali berbeda pada dua jenis
pembeli yang sama sekali berbeda.
Dalam kenyataan, konsumen yang direspon oleh perusahaan media adalah pengiklan,
bukan orang yang membaca, menonton, atau mendengarkan media. Ini tentu saja dapat
menjelaskan bagaimana acara-acara di televisi misalnya, tampil hampir seragam. Apabila
hasil riset menyatakan banyak orang yang menontonnya maka pengiklan akan memasang
iklan pada slot acara tersebut, yang berarti pemasukan, sehingga tidak ada alasan untuk
stasiun televisi untuk mengubahnya.
Bila dilihat dari sudut pandang lainnya, dengan menggunakan model ruang publik,
media lebih dari hanya sekedar alat pengejar keuntungan. Media merupakan sumber
informasi yang utama dimana informasi harus beredar dengan bebas, tanpa intervensi
pemerintah yang menghalangi aliran ide. Sudut pandang ini melihat orang lebih sebagai
anggota masyarakat daripada konsumen, maka dari itu media seharusnya “melayani”
masyarakat tersebut.
Pertumbuhan media begitu pesat pada abad ke-20 dengan sejumlah regulasi dan
deregulasi yang ikut mewarnai perkembangan industri ini. Bila pada awal abad ke-20
konglomerasi media sangat dibatasi, keadaan pada akhir abad ini berubah drastis dimana
terjadi akusisi dan merger dalam skala yang besar. Pertumbuhan yang terjadi ini juga
dipengaruhi oleh perkembangan teknologi sehingga outlet media semakin beragam. Media
yang menggunakan teknologi yang lebih awal dipaksa untuk berevolusi untuk menghadapi
media yang berteknologi lebih baru. Contohnya peluncuran koran USA Today pada tahun
1982 yang menampilkan berita dalam ukuran kecil dengan banyak foto-foto berwarna serta
dihiasi dengan tampilan grafis merupakan cara koran untuk mengimitasi gaya dan format
televisi.
Seiring dengan berjalannya waktu, difasilitasi dengan lingkungan regulasi yang
semakin longgar, perusahaan media yang besar bergabung atau membeli perusahaan media
lainnya untuk membuat konglomerasi media yang lebih besar dan juga global. Dilihat dari
sudut pandang “pasar”, hal ini wajar dalam rangka untuk memperbesar penjualan, efisiensi
dalam produksi, dan memposisikan diri terhadap kompetitor. Namun bila dilihat dari sudut
pandang ruang publik, hal ini tidak menjamin terlayaninya kepentingan publik (public
interest). Jumlah outlet media yang banyak belum tentu menjamin terpenuhinya content yang
menjadi kepentingan publik.
Tren yang berlaku pada struktur industri media akhir-akhir ini adalah Pertumbuhan,
Integrasi, Globalisasi, dan Pemusatan Kepemilikan. Proses restrukturisasi pada industri media
telah mengizinkan para konglomerat untuk menjalankan strategi-strategi yang diarahkan
untuk memaksimalkan keuntungan, mengurangi biaya, dan meminimalkan resiko. Perubahan
dalam struktur media serta prakteknya berpengaruh nyata pada isi media. Pengejaran
keuntungan menjuruskan media pada homogenisasi dan trivialisasi (membuat sesuatu yang
tidak penting). Isi pada media akan sering berbenturan dan menyesuaikan pada kepentingan
bisnis yang mengejar keuntungan.
Hegemoni, menurut pandangan Gramsci (1971) tidak hanya menunjukkan dominasi
dalam kontrol ekonomi dan politik saja, namun juga menunjukkan keampuan dari suatu kelas
sosial yang dominan untuk memproyeksikan cara mereka dalam memandang dunia. Jadi,
mereka yang mempunyai posisi di bawahnya menerima hal tersebut sebagai anggapan umum
yang sifatnya alamiah.
Budaya yang tersebar merata di dalam masyarakat pada waktu tertentu dapat
diinterpretasikan sebagai hasil atau perwujudan hegemoni, perwujudan dari penerimaan
“konsesual” oleh kelompok-kelompok gagasan subordinat, nilai-nilai, dan kepemimpinan
kelompok dominan tersebut. Menurut Gramsci, kelompok dominan tampaknya bukan
semata-mata bisa mempertahankan dominasi karena kekuasaan, bisa jadi karena masyarakat
sendiri yang mengijinkan.
Dalam hal ini media massa merupakan instrumen untuk menyebarkan dan
memperkuat hegemoni dominan, dalam hal ini peranan media adalah membangun dukungan
masyarakat dengan cara mempengaruhi dan membentuk alam pikiran mereka dengan
menciptakan sebuah pembentukan dominasi melalui penciptaan sebuah ideologi yang
dominan. Menurut paradigma hegemonian, media massa adalah alat penguasa untuk
menciptakan reproduksi ketaatan. Media massa seperti halnya lembaga sosial lain seperti
sekolah dan rumah sakit dipandang sebagai sarana ampuh dalam mereproduksi dan merawat
ketaatan publik.
Singkatnya, hegemoni dapat dikatakan sebagai reproduksi ketaatan, kesamaan
pandangan, dengan cara yang lunak. Lewat media massa lah hegemoni dilakukan. Media
secara perlahan-lahan memperkenalkan, membentuk, dan menanamkan pandangan tertentu
kepada khalayak. Tidak hanya dalam urusan politik dan ekonomi, dapat juga menyangkut
masalah budaya, kesenian, bahkan ke hal yang ringan seperti gaya hidup.
Konsep-konsep hegemoni yang dipaparkan di atas mungkin masih agak
membingungkan, karena itu akan kita kupas penerapan hegemoni media dalam contoh yang
lebih ringan.
Amerika Serikat dengan Hollywood-nya telah berhasil menjadi kiblat perfilman
internasional. Sebagian besar film yang kita konsumsi merupakan buatan Amerika. Kondisi
ini tidak disia-siakan oleh mereka untuk menyetir pandangan masyarakat dunia terhadap
negara mereka. Amerika Serikat berusaha membangun pandangan bahwa negara mereka
adalah negara terkuat, superhero, penyelamat dunia. Dengan pandainya, mereka melakukan
hegemoni ini melalui film-film mereka yang ditonton sebagian besar masyarakat dunia. Coba
perhatikan film-film science fiction seperti Armageddon, Independence Day, Mars Attack,
dan lain sebagainya. Disini Amerika Serikat selalu digambarkan sebagai sosok “jagoan”.
Usaha-usaha mereka digambarkan bukan hanya untuk menyelamatkan bangsanya sendiri,
tetapi untuk menyelamatkan dunia. Dan lagi-lagi, mereka berhasil melakukan usaha
penyelamatan tersebut. Kita sebagai penonton seolah-olah terdoktrin bahwa bangsa Amerika
adalah pelindung dunia, dan setiap tindakan yang dilakukan adalah untuk kepentingan
seluruh bangsa di dunia.
Pengertia media Menurut para ahli sebagai berikut :
1. Menurut Berlach dan Ely (1971) mengemukakan bahwa media dalam proses
pembelajaran cenderung diartikan alat-alat grafis, fotografis atau elektronis untuk
menangkap, memproses dan menyusun kembali informasi dan menyusun kembali
informasi visual atau verbal.
2. Menurut Heinich, dkk (1985), media pembelajaran adalah media-media yang
membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan pembelajaran atau mengandung
maksud-maksud pembelajaran.
3. Martin dan Briggs (1986) mengatakan bahwa media pembelajaran mencakup semua
sumber yang diperlukan untuk melakukan komunikasi dengan si-belajar. Hal ini bisa
berupa perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan pada perangkat keras.
4. Menurut Hamalik (1994), media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sehingga dapat
merangsang perhatian, minat, pikiran dan perasaan si belajar dalam kegiatan belajar
untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu
PENGERTIAN JURNALISTIK: SECARA ETIMOLOGIS DAN MENURUT PARA AHLI

Pengertian Jurnalistik Secara Etimologis (Bahasa)


Secara etimologisjurnalistik terdiri dari dua kata yaitu jurnal dan istik.
Kata jurnal berasal dari bahasa Perancis yaitu journal yang berarti catatan harian.
Kata istik merujuk pada kata estetika yang berarti ilmu pengetahuan yang membahas tentang
keindahan. Keindahan yang dimaksud adalah menghasilkan produk seni keterampilan dengan
bahan-bahan yang diperlukan. Dengan demikian secara etimologis, jurnalistik diartikan
sebagai suatu karya seni dalam hal membuat catatan tentang peristiwa yang terjadi sehari-
hari, suatu karya yang memiliki keindahan yang dapat menarik perhatian khalayaknya
sehingga dapat dinikmati dan dimanfaatkan untuk keperluan hidupnya.
Dari perkembangan sejarah, manusia menyampaikan informasi melalui berbagai
macam seni yang ada pada masanya. Melalui karya seni yang dapat menarik perhatian bisa
untuk memberitahukan segala peristiwa yang terjadi dilingkungannya. Keterampilan atau
karya seni lahir karena adanya kehendak manusia untuk menyampaikan suatu peristiwa, data
maupun fakta yang ditemukan kepada orang lain. Para filosof menyatakan bahwa jurnalistik
merupakan upaya membuat semua orang menjadi tahu apa yang belum diketahuinya.

PENGERTIAN UMUM PERS DAN FUNGSI PERS


Istilah “pers” berasal dari bahasa Belanda, yang dalam bahasa Inggris berarti press. Secara harfiah pers
berarti cetak dan secara maknawiah berarti penyiaran secara tercetak atau publikasi secara dicetak (printed
publication).
Dalam perkembangannya pers mempunyai dua pengertian, yakni pers dalam pengertian luas
dan pers dalam pengertian sempit. Dalam pengertian luas, pers mencakup semua media
komunikasi massa, seperti radio, televisi, dan film yang berfungsi memancarkan/
menyebarkan informasi, berita, gagasan, pikiran, atau perasaan seseorang atau sekelompok
orang kepada orang lain. Maka dikenal adanya istilah jurnalistik radio, jurnalistik televisi,
jurnalistik pers. Dalam pengertian sempit, pers hanya digolongkan produk-produk penerbitan
yang melewati proses percetakan, seperti surat kabar harian, majalah mingguan, majalah
tengah bulanan dan sebagainya yang dikenal sebagai media cetak.

Pers mempunyai dua sisi kedudukan, yaitu: pertama ia merupakan medium komunikasi yang
tertua di dunia, dan kedua, pers sebagai lembaga masyarakat atau institusi sosial merupakan
bagian integral dari masyarakat, dan bukan merupakan unsur yang asing dan terpisah
daripadanya. Dan sebagai lembaga masyarakat ia mempengaruhi dan dipengaruhi oleh
lembaga- lembaga masyarakat lainnya.
Pengertian Pers Secara Umum adalah media massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik
dalam bentuk tulisan, suara, dan gambar serta data dan grafik dengan menggunakan media
elektronik dan media cetak dan dll. Pers dalam etimologi,
kata pers (Belanda), presse (prancis),Press (inggris), sedangkan kata pers dalam bahas latin
adalah pressare dari kata premere artinya "tekan" atau "cetak". definisi pers secara
terminologisnya adalah media massa cetak atau media cetak. Istilah pers dikenal sebagai
salah satu jenis media massa atau media komunikasi massa yang sudah lama dikenal oleh
masyarakat dan tidak hanya itu istilah pers juga lazim dikaitkan dengan surat kabar
(newspaper) atau majalah (magazine).

Pengertian Pers Menurut Para Ahli


Pengertian pers menurut Weiner, mengatakan bahwa pengertian pers adalah wartawan cetak
atau media cetak publistas atau peliputan berita, dan media mesin cetak. Pengertian Pers
menurut Oemar Seno Adji pakar komunikasi membagi pengertian pers dalam arti sempit dan
pengertian pers dalam arti luas, pengertian pers dalam arti sempit adalah penyiaran-penyiaran
pikiran, gagasan, atau berita-berita dengan kata bertulis, sedangkan pengertian pers dalam arti
luas adalah memasukkan didalamnya sebuah media mass communications yang
memancarkan pikiran dan perasaan orang baik dengan kata yang tertulis maupun dengan
lisan.
Pengertian pers menurut Gamle & Gamle adalah bagian komunikasi antara manusia (human
communication), yang berarti, media merupakan saluran atau sarana dalam memperluas dan
memperjauh jangkauan proses penyampaian pesan antar manusia. Pengertian pers menurut
UUD No. 40 Tahun 1999 yang berbunyi bahwa pengertian pers adalah lembaga sosial atau
wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik yang meliputi, mencari,
memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam
bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar serta data dan grafik maupun dalam bentuk
lainnya dengan menggunakan media cetak atau media elektronik, dan segala jenis saluran
yang tersedia.
Pers memiliki fungsi/peranan di indonesia dan dimasyarakat.
Di negara kita sudah diatur tentang kebebasan mengemukakan pendapat, dan memang
mengemukakan pendapat itu sangat penting dan tidak hanya sekadar di bidang politik saja.
Melainkan di segala bidang, kebebasan berpendapat juga berkaitan dengan kebebasan
memberikan informasi atau menyebarluaskan informasi melalui media massa.
Pada pasal 19 DUHAM menyatakan bahwa "setiap orang memiliki hak atas
kebebasan berpendapat dan menyampaikan pendapat". Hak ini mencakup kebebasan untuk
berpendapat tanpa diganggu gugat dan seseorang bebas berpendapat melalui media apapun,
entah itu media cetak atau media elektronik.
Kebebasan pendapat ini berarti juga kebebasan pers. Pers dalam negara mempunyai
peran yang sangat penting, pers berguna sebagai penghubung informasi antara pemerintah
dengan rakyatnya. Sehingga rakyat dapat lebih mengetahui perkembangan negaranya.

Fungsi Pers adalah sebagai berikut


1. Fungsi Pers Secara Umum
 Memberikan informasi
 Memberikan kontrol
 Menghubungkan atau menjembatangi suara-suara rakyat
 Memberikan hiburan
 Menambah wawasan

2. Fungsi pers di Indonesia


 Media/saluran formasi kepada masyarkat
 Media/saluran bagi opini publik dan debat publik
 Media/saluran Investigasi terhadap masalah-masalah publik
 Media/saluran pembelajaran
 Media/saluran kebijakan publik kepada masyarakat dan program pemerintah
 Memajukan kesejahteraan bangsa

3. Fungsi Pers sebagai Media informasi


Fungsi pers dalam media informasi adalah pers memberikan dan
menyebarluaskan hal-hal yang perlu kita ketahui yaitu informasi
4. Fungsi Pers sebagai Media Pendidikan,
Fungsi pers dalam media pendidikan adalah pers dalam melakukan
menyebarluaskan informasi yang mendidik dengan tulisan-tulisan atau pemberitaan
yang mengandung pengetahuan
5. Fungsi Pers sebagai Media Intertaiment,
Fungsi pers dalam media intertaiment adalah pers sebagai wahana hiburan
dengan menampilkan berbagai macam seputar aktivitas dari artis, selebritis, dan
tampilan-tampilan yang menarik
6. Fungsi Pers sebagai Media kontrol sosial,
Fungsi pers sebagai media kontrol sosial adalah memaparkan peristiwa yang
buruk, keadaan-keadaan yang melanggar hukum, supaya peristiwa ini tidak terulang
lagi dan membuat kesadaran masyarakat.
7. Fungsi Pers sebagai Lembaga Ekonomi
Fungsi pers sebagai lembaga ekonomi adalah pers merupakan perusahaan yang
bergerak dalam bidang penerbitan yang menyajikan berita dengan bernilai jual tinggi
dan melakukan periklanan yang menambah keuntungan pers.
KARYA JURNALISTIK
Yang dimaksud dengan karya jurnalistik adalah produk yang dihasilkan dari
kinerja jurnalistik. Secara ringkas, karya jurnalistik dapat disebutkan sebagai karya
sebagai hasil dari proses pengamatan ataupun wawancara yang dilakukan di
lapangan terhadap sebuah peristiwa. Hasil dari pengamatan maupun wawancara
tersebut mengalami proses penulisan serta penyuntingan, kemudian disebarkan
melalui media massa.
Karena itu, sebuah karya jurnalistik tidak terlepas dari proses pengumpulan
data di lapangan, proses penulisan berita di newsroom, proses penyuntingan berita
di newsroom, proses penyampaian berita serta proses analisis berita.
Karya jurnalistik tidak hanya berupa tulisan, melainkan juga gambar, foto
maupun video. Dalam pertemuan mendatang, kita akan melihat beberapa ragam
tulisan jurnalistik atau karya-karya jurnalistik.

Sejarah Lahirnya Jurnalistik Dan Perkembangannya Sampai Saat Ini


Pers berarti media. Berasal dari bahasa Inggris press yaitu cetak. Apakah media itu
berarti hanya media cetak? Tentunya tidak. Pada awal kemunculannya media memang
terbatas hanya pada media cetak. Seiring percepatan tekhnologi dan informasi, ragam media
ini kemudian meluas. Muncul media elektronik: Audio, audio visual (pandang-dengar)
sampai internet. Jadi pers adalah sarana atau wadah untuk menyiarkan produk-produk
jurnalistik.
Sedang jurnalistik merupakan suatu aktifitas dalam menghasilkan berita maupun
opini. Mulai dari perencanaan, peliputan dan penulisan yang hasilnya disiarkan pada public
atau khalayak pembaca melalui media/pers. Dengan kata lain jurnalistik merupakan proses
aktif untuk melahirkan berita.
Hasil dari proses jurnalistik yang kemudian menjadi teks yang dimuat di media,
berupa berita maupun opini.
Dengan demikian, penting untuk kita semua mengetahui sejarah jurnalistik itu sendiri.

1. TAHAPAN AWAL LAHIRNYA JURNALISTIK


Zaman pemerintahan Cayus Julius Caesar (100-44 SM) di Romawi, dipampang
beberapa papan tulis putih (Forum Romanum) di lapangan terbuka tempat rakyat berkumpul.
Oleh karena itu Julius Caesar disebut sebagai “Bapak Pers Dunia”.
Forum Romanum itu berisikan pengumuman-pengumuman resmi dan isinya dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
 Acta Senatus yang memuat laporan-laporan singkat tentang sidang-sidang senat
dan keputusan-keputusannya.
 Acta Diurna Populi Romawi yang memuat keputusan dari rapat rakyat dan berita-
berita lainnya. Acta Diurna ini merupakan alat propaganda pemerintahan Romawi
yang memuat berita-berita mengenai peristiwa-peristiwa yang perlu diketahui
rakyat.
Dalam sejarah Islam, cikal bakal jurnalistik yang pertama kali di dunia adalah pada
zaman Nabi Nuh. Saat banjir besar melanda kaumnya, Nabi Nuh berada di dalam kapal
beserta sanak keluarga, para pengikut yang saleh, dan segala macam hewan.
Untuk mengetahui apakah air bah sudah surut, Nabi Nuh mengutus seekor burung
dara ke luar kapal untuk memantau keadaan air dan kemungkinan adanya makanan. Sang
burung dara hanya melihat daun dan ranting pohon zaitun yang tampak muncul ke
permukaan air. Ranting itu pun dipatuk dan dibawanya pulang ke kapal. Nabi Nuh pun
berkesimpulan air bah sudah mulai surut. Kabar itu pun disampaikan kepada seluruh
penumpang kapal.
Atas dasar fakta tersebut, Nabi Nuh dianggap sebagai pencari berita dan penyiar kabar
(wartawan) pertama kali di dunia. Kapal Nabi Nuh pun disebut sebagai kantor berita pertama
di dunia.
a. Munculnya Wartawan Pertama
Pada zaman Romawi muncul wartawan-wartawan pertama. Wartawan-wartawan ini
terdiri dari budak-budak belian yang oleh pemiliknya diberi tugas mengumpulkan informasi,
berita-berita, bahkan juga menghadiri sidang-sidang senat dan melaporkan semua hasilnya
secara lisan maupun tulisan. Tujuannya agar tuannya selalu mengikuti kejadian-kejadian di
kota Roma.
b. Masa Perkembangannya
– Kegiatan penyebaran informasi melalui tulis-menulis makin meluas pada masa peradaban
Mesir, ketika masyarakatnya menemukan tehnik pembuatan kertas dari serat tumbuhan
yang bernama “Phapyrus”.
– Pada abad 8 M., tepatnya tahun 911 M, di Cina muncul surat kabar cetak pertama dengan
nama “King Pau” atau Tching-pao, artinya “Kabar dari Istana”. Tahun 1351 M, Kaisar
Quang Soo mengedarkan surat kabar itu secara teratur seminggu sekali.
– Pada tahun 1450 penyebaran informasi tertulis maju sangat pesat sejak mesin cetak
ditemukan oleh Johan Guttenberg. Koran cetakan yang berbentuk seperti sekarang ini
muncul pertama kalinya pada 1457 di Nurenberg, Jerman. Salah satu peristiwa besar yang
pertama kali diberitakan secara luas di suratkabar adalah pengumuman hasil ekspedisi
Christoper Columbus ke Benua Amerika pada 1493.
– Surat kabar cetak yang pertama kali terbit teratur setiap hari adalah Oxford Gazzete di
Inggris tahun 1665 M. Surat kabar ini kemudian berganti nama menjadi London Gazzette
dan ketika Henry Muddiman menjadi editornya untuk pertama sekali dia telah
menggunakan istilah “Newspaper”.
– Pada Abad ke-18, jurnalisme lebih merupakan bisnis dan alat politik ketimbang sebuah
profesi. Komentar-komentar tentang politik, misalnya, sudah bermunculan pada masa ini.
Demikian pula ketrampilan desain/perwajahan mulai berkembang dengan kian majunya
teknik percetakan.
Pada abad ini juga perkembangan jurnalisme mulai diwarnai perjuangan panjang
kebebasan pers antara wartawan dan penguasa. Pers Amerika dan Eropa berhasil
menyingkirkan batu-batu sandungan sensorsip pada akhir Abad ke-18 dan memasuki era
jurnalisme modern seperti yang kita kenal sekarang.
– Pada tahun 1883, kesadaran akan jurnalisme yang profesional mendorong para wartawan
untuk membentuk organisasi profesi mereka sendiri. Organisasi profesi wartawan pertama
kali didirikan di Inggris, yang diikuti oleh wartawan di negara-negara lain pada masa
berikutnya. Kursus-kursus jurnalisme pun mulai banyak diselenggarakan di berbagai
universitas, yang kemudian melahirkan konsep-konsep seperti pemberitaan yang tidak bias
dan dapat dipertanggungjawabkan, sebagai standar kualitas bagi jurnalisme profesional.
– Pada 1880-1900, terjadi kemajuan besar dalam publikasi jurnalistik yaitu digunakannya
mesin cetak cepat.
– Karl Bucher dan Max Weber di Universitas Basel Swiss memperkenalkan cabang baru
ilmu persuratkabaran, Zeitungkunde pada 1884. Di Amerika Utara, lahirlah sekolah beken
dalam urusan jurnalis, Columbia School of Journalism pada 1912 oleh Joseph Pulitzer.
– Pada 1893 untuk pertama kalinya surat-surat kabar di AS menggunakan tinta warna untuk
komik dan beberapa bagian di koran edisi Minggu. Pada 1920-an, surat kabar dan majalah
mendapatkan pesaing baru dalam pemberitaan, dengan maraknya radio berita. Pada 1950-
an perhatian masyarakat sedikit teralihkan dengan munculnya televisi.
– Perkembangan teknologi komputer yang sangat pesat pada era 1970-1980 juga ikut
mengubah cara dan proses produksi berita. Selain deadline bisa diundur sepanjang
mungkin, proses cetak, copy cetak yang bisa dilakukan secara massif, perwajahan, hingga
iklan, dan marketing mengalami perubahan sangat besar dengan penggunaan komputer di
industri media massa.
– Memasuki era 1990-an, penggunaan teknologi komputer tidak terbatas di ruang redaksi
saja. Semakin canggihnya teknologi komputer notebook yang sudah dilengkapi modem
dan teknologi wireless, serta akses pengiriman berita teks, foto, dan video melalui internet
atau via satelit, telah memudahkan wartawan yang meliput di medan paling sulit
sekalipun. Selain itu, pada era ini juga muncul media jurnalistik multimedia. Perusahaan-
perusahaan media raksasa sudah merambah berbagai segmen pasar dan pembaca berita.
Tidak hanya bisnis media cetak, radio, dan televisi yang mereka jalankan, tapi juga dunia
internet, dengan space iklan yang tak kalah luasnya.
– Sedangkan pada tahun 2000-an muncul situs-situs pribadi yang juga memuat laporan
jurnalistik pemiliknya. Istilah untuk situs pribadi ini adalah weblog dan sering disingkat
menjadi blog saja.Memang tidak semua blog berisikan laporan jurnalistik. Tapi banyak
yang memang berisi laporan jurnalistik bermutu. Senior Editor Online Journalism Review,
J.D Lasica pernah menulis bahwa blog merupakan salah satu bentuk jurnalisme dan bisa
dijadikan sumber untuk berita.

2. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN JURNALISTIK DI INDONESIA


Di Indonesia, istilah “jurnalistik” dulu dikenal dengan “publisistik”. Dua istilah ini
tadinya biasa dipertukarkan, hanya berbeda asalnya. Beberapa kampus di Indonesia sempat
menggunakannya karena berkiblat kepada Eropa. Seiring waktu, istilah jurnalistik muncul
dariAmerika Serikat dan menggantikan publisistik dengan jurnalistik. Publisistik juga
digunakan untuk membahas Ilmu Komunikasi.
Pada awalnya, komunikasi antar manusia sangat bergantung pada komunikasi dari
mulut ke mulut. Catatan sejarah yang berkaitan dengan penerbitan media massa terpicu
penemuan mesin cetak oleh Johannes Gutenberg. di Indonesia, perkembangan kegiatan
jurnalistik diawali oleh Belanda. Beberapa pejuang kemerdekaan Indonesia pun
menggunakan kewartawanan sebagai alat perjuangan. Di era-era inilah Bintang
Timoer, Bintang Barat, Java Bode, danMedan Prijaji terbit.
a. Masa Penjajahan Belanda
Pada tahun 1615 atas perintah Jan Pieterzoon Coen, yang kemudian pada tahun 1619
menjadi Gubernur Jenderal VOC, diterbitkan “Memories der Nouvelles”, yang ditulis dengan
tangan. Dengan demikian, dapatlah dikatakan bahwa “surat kabar” pertama di Indonesia ialah
suatu penerbitan pemerintah VOC. Pada Maret 1688, tiba mesin cetak pertama di Indonesia
dari negeri Belanda. Atas intruksi pemerintah, diterbitkan surat kabar tercetak pertama dan
dalam nomor perkenalannya dimuat ketentuan-ketentuan perjanjian antara Belanda dengan
Sultan Makassar. Setelah surat kabar pertama kemudian terbitlah surat kabar yang diusahakan
oleh pemilik percetakan-percetakan di beberapa tempat di Jawa. Surat kabar tersebut lebih
berbentuk koran iklan. fungsinya untuk membantu pemerintahan kolonial belanda.
b. Masa Pendudukan Jepang
Pada masa ini, surat kabar-surat kabar Indonesia yang semula berusaha dan berdiri
sendiri dipaksa bergabung menjadi satu, dan segala bidang usahanya disesuaikan dengan
rencana-rencana serta tujuan-tujuan tentara Jepang untuk memenangkan apa yang mereka
namakan “Dai Toa Senso” atau Perang Asia Timur Raya. Dengan demikian, pada zaman
pendudukan Jepang pers merupakan alat Jepang. Kabar-kabar dan karangan-karangan yang
dimuat hanyalah pro-Jepang semata.
c. Masa Revolusi Fisik
Peranan yang telah dilakukan oleh pers kita di saat-saat proklamasi kemerdekaan
dicetuskan, dengan sendirinya sejalan dengan perjuangan rakyat Indonesia. Bahkan tidak
sedikit dari para wartawan yang langsung turut serta dalam usaha-usaha proklamasi.
Semboyan “Sekali Merdeka Tetap Merdeka” menjadi pegangan teguh bagi para wartawan.
Periode tahun 1945 sampai 1949 yang biasa dinamakan periode “revolusi fisik”, membawa
coraknya tersendiri dalam sifat dan fungsi pers kita. Dalam periode ini pers kita dapat
digolongkan ke dalam dua kategori, yaitu pertama, pers yang terbit dan diusahakan di daerah
yang dikuasai oleh pendudukan sekutu, kemudian Belanda, dan kedua pers yang terbit
diusahakan di daerah yang dikuasai oleh RI yang kemudian turut bergerilya.
d. Masa Demokrasi Liberal (orde lama)
Dalam aksi-aksi ini peranan yang telah dilakukan oleh pers republik sangat besar.
Republik Indonesia Serikat yang tidak sesuai dengan keinginan rakyat akhirnya bubar dengan
terbentuknya kembali Negara Kesatuan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1950.
Pada masa ini dalam kepemimpinan Ir. Soekarno untuk memperoleh pengaruh dan dukungan
pendapat umum, pers kita yang pada umumnya mewakili aliran-aliran politik yang saling
bertentangan, menyalahgunakan kebebasan pers (freedom of the press), yang kadang-kadang
melampaui.
e. Masa Orde Baru
Pada masa Orde baru, fungsi dewan pers ini tidaklah efektif. Dewan pers hanyalah
formalitras semata. Dewan Pers bukannya melindungi sesama rekan jurnalisnya, malah
menjadi anak buah dari pemerintah Orde Baru. Hal itu terlihat jelas ketika pembredelan 1994,
banyak anggota dari dewan pers yang tidak menyetujui pembredelan. Namun ironisnya, pada
saat itu dewan pers diminta untuk mendukung pembredelan tersebut. Meskipun dewan pers
menolak pembredelan, tetap saja pembredelan dilaksanakan. Menolak berarti melawan
pemerintah. Berarti benar bahwa dewan pers hanya formalitas saja. Istilah pers digunakan
dalam konteks historis seperti pada konteks “press freedom or law” dan“power of the press”.
Sehingga dalam fungsi dan kedudukannya seperti itu, tampaknya, pers dipandang sebagai
kekuatan yang mampu mempengaruhi masyarakat secara massal. ( John C.Merrill, 1991,
dalam Asep Saeful, 1999 : 26)).
Seharusnya pers selain mempengaruhi masyarakat, pers juga bisa mempengaruhi
pemerintah. Karena pengertian secara missal itu adalah seluruhlapisan masyarakat baik itu
pemerintah maupun masyarakat. Namun di Era Orde Baru, dewan persmemang gagal
meningkatkan kehidupan pers nasional, sehingga dunia pers hanya terbelenggu
olehkekuasaan oleh kekuasaan Orde Baru tanpa bisa memperjuangkan hak-haknya
f. Masa Reformasi
Titik kebebasan pers mulai terasa lagi saat BJ Habibie menggantikan Soeharto.
Banyak media massa yang muncul kemudian dan PWI tidak lagi menjadi satu-satunya
organisasi profesi. Kegiatan kewartawanan diatur dengan Undang-Undang Pers Nomor 40
Tahun 1999 yang dikeluarkan Dewan maka pers nasional melaksanakan peranan sebagai
berikut:
 Memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui dan mendapatkan informasi.
 Menegakkan nilai dasar demokrasi, mendorong terwujudnya supremasi hukum
dan hak asasi manusia, serta menghormati kebhinekaan.
 Mengembangkan pendapat umum berdasar informasi yang tepat, akurat, dan
benar.
 Melakukan pengawasan, kritik, koreksi, dan saran terhadap hal-hal yang berkaitan
dengan kepentingan umum.
 Memperjuangkan keadilan dan kebenaran.
UNSUR-UNSUR PEMBENTUK WACANA

Sebagai satuan bahasa terlengkap, wacana tersusun dari untaian kalimat-kalimat yang
berkesinambungan, erat, dan kompak sesuai dengan konteks situasi. Artinya, dalam
menganalisis wacana terlibat dua unsur pokok, yakni (1) unsur internal bahasa
(intralinguistik) yang berkaitan dengan kaidah bahasa seperti sintaksis, morfologi, dan
fonologi; serta (2) unsur eksternal bahasa (ekstralinguistik), yang berkaitan dengan konteks
situasi. Serasi tidaknya kaidah bahasa dan konteks situasi dihubungkan dengan alat
kewacanaan atau unsur-unsur pragmatik seperti deiksis, praduga, implikatur.
1. Unsur Internal
Unsur internal wacana terdiri atas topik dan kalimat. Satuan bahasa yang digunakan
untuk menyatakan topik adalah kalimat.
A. Topik, Tema, Judul
Topik, tema, dan judul erat kaitannya. Topik merupakan pokok persoalan yang
disampaikan. Topik adalah pokok gagasan yang dikembangkan menjadi sebuah wacana.
Dalam sebuah wacana hanya ada sebuah topik. Ganti topik berarti ganti wacana. Untuk
membentuk sebuah wacana, topik dikembangkan dengan sebuah kalimat atau lebih.
Tema merupakan amanat utama yang ingin disampaikan oleh pembicara dalam
wacana sebagai rumusan dari topik dan menjadi dasar untuk mencapai tujuan. Tema lebih
sempit dan abstrak daripada topik. Tema merupkan topik yang dibatasi. Misalnya, topiknya
ialah “Bahaya Narkoba”, sedangkan temanya ialah “Cara Menanggulangi Bahaya Narkoba”.
Judul atau titel merupakan etiket, label, merek, atau nama yang dikenakan pada sebuah
wacana. Judul berguna untuk menarik kepenasaran pesapa terhadap persoalan yang
dibicarakan. Judul merupakan slogan yang menuangkan topik dalam bentuk yang lebih
menarik. Karena itu, judul harus sesuai dan dapat mewakili keseluruhan isi wacana, jelas, dan
singkat. Judul dapat dibuat sebelum maupun sesudah wacana selesai. Judul dapat juga
bersifat simbolis. Judul besar sekali manfaatnya. Wacana yang sama segala-galanya, jika
diberi judul berbeda, akan dibayangkan atau ditafsirkan berbeda pula.
Misalnya:
B. Kalimat
Kalimat termasuk unit dalam wacana. Untuk memproduksi sebuah wacana, sekurang-
kurangnya digunakan satu kalimat. Hal ini dapat dipahami karena wacana secara konkret
merujuk pada realitas penggunaan bahasa yang disebut teks. Teks sebagai perwujudan
konkret wacana terbentuk dari untaian kalimat-kalimat. Sebuah kalimat diakhiri dengan
intonasi final. Kalimat sering diandaikan seperti sebuah bangunan yang terdiri atas beberapa
ruang. Padahal, bisa saja sebuah kalimat hanya terdiri atas satu kata. Namun, kalimat satu
kata itu harus merupakan pengungkapan atau tuturan pendek yang memiliki esensi sebagai
kalimat (satu ruang itu harus dianggap sebuah rumah). Kalimat pendek seperti itu sering
terdapat pada dialog atau percakapan karena pada tempat dan situasi tertentu orang cenderung
bertanya jawab dengan kalimat pendek, bahkan mungkin tidak berbentuk kalimat.

Anda mungkin juga menyukai