8 Baju Adat Nusa Tenggara Timur (NTB) | TradisiKita - Provinsi Nusa Tenggara Timur
adalah salah satu provinsi yang memiliki sekitar 500 pulau. Adapun pulau utama dari Provinsi
NTT ini adalah Pulau Flores, Pulau Sumba dan Pulau Timor Barat. Namun demikian, masih ada
beberapa pulau yang cukup dikenal seperti Pulau Alor, Pulau Lembata, Pulau Rote, Pulau Sabu,
Pulau Adonara, Pulau Solor, Pulau Komodo dan Pulau Palue. NTT beribukota di Kupang, yaitu
berada di bagian barat Pulau Timor.
Di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki beberapa suku adat yang tentu memiliki
keunikan dan keragaman budaya, tidak terkecuali dengan ragam pakaian adat Nusa Tenggara
Timur (NTB). Masing-masing suku yang ada di Nusa Tenggara Timur memiliki pakaian adat
yang khas yang dikenakan oleh laki-laki ataupun perempuan.
Sehari-hari masyarakat Kupang dari berbagai suku mengenakan pakaian hampir seperti
busana upacara adat namun tidak menggunakan aksesori dan perhiasan. Pria mengenakan
selimut dan kemeja putih dilengkapi dengan ikat pinggang besar dan dipergagah dengan pengikat
bernama destar. Sedangkan wanita memakai sarung dengan teknik dua kali lipatan dan dililit
pada pinggang agar sarung tidak melorot jatuh ke bawah. Untuk bagian atas dikenakan kebaya
saja yang disulam menyerupai kutang atau bra.
Pada kesempatan ini, TradisiKita akan berbagi 8 baju adat Nusa Tenggara yang terdiri dari baju
adat laki-laki maupun perempuan dari 4 suku adat yang ada di Nusa Tenggara Timur (NTT)
yaitu Suku Rote, Suku Sabu, Suku Helong dan Suku Dawan.
Kamu wanita pada suku Rote biasanya mengenakan baju kebaya pendek dan bagian bawahnya
mengenakan kain tenun sebagai pakaian tradisionalnya. Salah satu motif yang sering digunakan
untuk menghiasi pakaian adat ini adalah motif pohon tengkorak.
Sehelai selendang menempel pada bahunya. Rambut disanggul dan memakai hiasan berbentuk
bulan sabit dengan tiga buah bintang. Hiasan tersebut disebut bulak molik. Bulan molik artinya
bulan baru. Hiasan ini terbuat biasanya terbuat dari emas, perak, kuningan, atau perunggu yang
ditempa dan dipipihkan, kemudian dibentuk sedemikian rupa hingga menyerupai bulan sabit.
Selain itu, Aksesoris lainnya adalah gelang, anting, kalung susun (habas), dan pending. Kalung
susun atau habas terbuat dari emas atau perak yang merupakan warisan turun-temurun dari
sebuah keluarga suku Rote. Terkadang, ada yang menanggap bahwa habas merupakan benda
keramat yang dianggap memiliki kekuatan gaib.
Selain habas, aksesoris lainnya adalah pending. Pending merupakan perhiasan yang terbuat dari
kuningan, tembaga, perak dan emas dan biasa dipakai di bagian pinggang. Motif yang sering
muncul sebagai hiasan pending adalah motif bunga atau hewan unggas.
Laki-laki suku rote menggunakan Ti’i langga, yaitu penutup kepala yang berbentuk mirip dengan
topi sombrero dari Meksiko. Ti’i langga terbuat dari daun lontar yang dikeringkan. Karena sifat
alami daun lontar yang makin lama makin kering, maka ti’i langga pun akan berubah warna dari
kekuningan menjadi makin cokelat. Bagian yang meruncing pada topi tersebut makin lama tidak
akan tegak, tetapi cenderung miring dan sulit untuk ditegakkan kembali. Konon hal tersebut
melambangkan sifat asli orang Rote yang cenderung keras. Selain itu, ti’i langga juga merupakan
simbol kepercayaan diri dan wibawa pemakainya. Ti’langga merupakan aksesoris dari pakaian
tradisional untuk pria Rote. Tetapi pada saat-saat tertentu, misalnya pada saat menarikan tarian
tradisonal foti, perempuan menggunakan penutup kapala ini.
Selain Ti'i langga, dikenakan juga sebagai aksesoris sehelai kain tenun berukuran kecil
diselempangkan di bagian bahu. Motifnya serasi dengan kain tenun pada sarungnya. Selain itu,
sebilah golok juga diselipkan di pinggang depan.
Masyarakat suku Sabu berbicara dalam bahasa Sabu. Bahasa Sabu sendiri termasuk kelompok
bahasa Bima-Sumba dari Nusa Tenggara Barat. Bahasa Sabu mencakup dialek Raijua (di pulau
Raijua), Mesara, Timu dan Seba.
Tenun ikat mereka yang terkenal adalah Si Hawu (sarung sabu) dan Higi Huri (selimut). Mereka
melakukan semua proses seperti umumnya di Nusa Tengggara Timur. Benang direntangkan pada
langa (kayu perentang khusus) supaya mudah mengikatnya sesuai motif, setelah dilumuri lilin.
Pencelupan dilakukan dengan empat warna dasar yakni biru pekat dan hitam, diperoleh
ramuannya dari nila, merah dari mengkudu dan kuning dari kunyit. Tenun Sabu yang terkenal
adalah motif flora dan fauna serta motif geometris.
Untuk baju sehari-hari yang dikenakan oleh kaum wanita pada suku Sabu di Nusa Tenggara
Timur
adalah baju kebaya pendek dan bagian bawahnya mengenakan kain tenun dua kali lilitan dan
tanpa asesories.
Sedangkan untuk baju pengantin tradisional Nusa Tenggara Timur (NTT) khususnya kaum
wanita suku Sabu memiliki ciri khas sebagai berikut :
Sarung wanita yang diikat bersusun dua pada pinggul dan sedada
Pending (ikat pinggang terbuat dari emas).Gelang emas dan gading yang dipakai pada
upacara adat/perkawinan
Muti salak/kalung dan liontin dari emas
Mahkota kepala wanita dan tusuk konde berbentuk uang koin/sovren/ uang emas pada
zaman dahulu
Anting/giwang emas bermata putih/berlian
Sanggul wanita berbentuk bulat diatas/puncak kepala wanita
Baju adat pria pada suku Helong di Nusa Tenggara Timur (NTT) terdiri dari :
Selimut Helong besar diikat pada pinggang ditambah dengan selimut kecil
Kemeja pria (baju bodo)
Destar pengikat kepala
Muti leher atau habas
Sedangkan untuk kaum wanita, pakaian adat Suku Helong yang biasa dikenakan terdiri dari :
Sarung diikat pada pinggang ditutup dengan selendang penutup Pending/ikat pinggang
emas
Kebaya Wanita
Muti salak/muti leher dengan mainan berbentuk bulan
Perhiasan kepala bulan sabit/bula molik
Giwang (karabu)
Suku Dawan, merupakan suku yang berada di pulau Timor. Suku Dawan ini menempati seluruh
wilayah Timor Barat, tersebar di 3 kabupaten yaitu kabupaten Kupang, kabupaten Timor Tengah
Selatan dan kabupaten Timor Tengah Utara provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Suku
Dawan sering disebut juga sebagai orang Atoni Pah Meto. Orang Atoni ini kebanyakan hidup di
daerah pedalaman. Mereka hidup sebagai petani. Masyarakat suku Dawan hidup dalam
kelompok-kelompok berdasarkan kanaf (marga). Setiap kanaf memiliki adat istiadatnya masing-
masing. Dalam menjaga keharmonisan dengan alam, masyarakat Dawan meiliki berbagai tradisi
lisan. Beberapa tradisi lisan tersebut umumnya menggunakan bahasa ritual dan upacara formal
dalam masyarakat tersebut
Gambar : https://twitter.com/elpoenda/status/303998262531207168
Pada umumnya laki-laki dan Perempuan suku Dawan mengenakan sarung tenung yang
dikenakan dibadan. Untuk laki-laki sarung tersebut dikenakan sampai pinggang. Selain itu
sebagian dari mereka menggunakan kain tenun sebagai ikat kepala atau diselempangkan
dipundak.
b. Pakaian adat Wanita Suku Dawan di Nusa Tenggara Timur (NTT)
Sedangkan untuk wanita suku Dawan juga mengenakan kain sarung tenun khas NTT yang
dipakai sampai dada dan lebih menutupi badannya. Selain itu digunakan pula aksesoris seperti
gelung rambut dan kalung. Demikian juga penggunaan kain yang dibuat selendang banyak
digunakan oleh kaum peremuan suku Dawan.