Anda di halaman 1dari 22

TUGAS SEJARAH

“PERIODE MASA BERCOCOK TANAM DAN MEGALITIKUM”

Disusun Oleh :

Kelompok 5

1. Chairunnisa M.
2. Ergina

MAN 1 PANGKALPINANG

2017/2018
Kata Pengantar

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Dengan segala kerendahan dan keikhlasan hati, penulis panjatkan puji dan syukur kehadirat
Allah SWT, karena dengan Taufiq dan hidayah-Nya, serta segala kemudahan yang telah
diberikan-Nya sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Makalah ini di susun sebagai salah satu tugas pelajaran Sejarah.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu melalui kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada rekan –rekan yang telah membantu.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran guna memperbaiki dan
menyempurnakan makalah ini. Akhir kata, terima kasih dan semoga makalah ini bermanfaat
serta bisa menjadi wacana bagi kita semua dalam hal menambah ilmu pengetahuan. Amin.

Wassalamuaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Pangkalpinang, 23 Januari 2018

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

1.2. Rumusan Masalah

1.3. Tujuan Penulisan Makalah

1.4. Metode PenyusunanMakalah

BAB II PEMBAHASAN

2.1. BentukBercocokTanampadaMasaPrasejarahHinggaSampai dengan SaatIni

A. KehidupanSosialpadaMasaBercocokTanam

B. KehidupanEkonomipadaMasaBercocok

C. Alat-alat yang dihasilkanpadaMasaBercocokTanam

D. KonsepKepercayaandanBangunanMegalitpadaMasaBercocok Tanam

E. KehidupanpadaMasaPerundagian

F. KehidupanpadaMasaSekarang

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan

3.2. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Masa prasejarah atau biasa disebut pra aksara adalah masa kehidupan manusia sebelum
mengenal tulisan. Manusia yang diperkirakan hidup pada masa pra aksara adalah manusia
purba. Pada masa ini, kita tidak dapat mengetahui sejarah serta kebudayaan manusia melalui
tulisan. Satu-satunya sumber untuk mengetahui kehidupan manusia purba hanya melalui
peninggalan-peninggalan mereka yang berupa fosil, alat-alat kehidupan, dan fosil tumbuh-
tumbuhan maupun hewan yang hidup dan berkembang pada masa itu. Zaman pra aksara
berlangsung sangat lama, yaitu sejak manusia belum mengenal tulisan hingga manusia mulai
mengenal dan menggunakan tulisan.
Untuk mempelajari kehidupan manusia prasejarah khususnya bentuk bercocok tanam
zaman prasejarah hingga sampai dengan saat ini, maka kita tidak boleh lepas
dari kajian ilmu Antropologi, yang memperlajari tentang peradaban manusia dari bentuk yang
paling sederhana sampai ketingkat yang lebih maju. serta bantuan beberapa cabang ilmu
pengetahuan, antara lain:

 Paleontologi, ilmu yang mempelajari tentang fosil.


 Paleontropologi, ilmu yang mempelajari asal usul dan evolusi manusia dengan
mempergunakan fosil manusia sebagai bahan penemuan.
 Geologi, ilmu yang mempelajari ciri-ciri lapisan bumi serta perubahan perubahannya.
 Arkeologi, ilmu yang mempelajari peninggalan-peninggalan sejarah dan purba kala untuk
menyusun kembali kehidupan manusia dan masyarakat masa lampau.
 Geografi, ilmu yang mempelajari keberadaan bumi sebagai tempat berpijaknya manusia
di dalam menjalani kehidupannya, dan lain lain.

Zaman prasejarah tidak meninggalkan bukti tertulis, tetapi hanya meninggalkan benda-
benda hasil kebudayaan. Oleh karena itu untuk mengetahui Umur peninggalan budaya itu
dapat diketahui melalui cara:

 Tipologi, merupakan cara penentuan usia benda peninggalan budaya berdasarkan bentuk
tipe dari peninggalan itu. Semakin sederhana bentuk peninggalan budaya manusia itu. Maka
usianya semakin tua.
 Stratigrafi, merupakan cara penentuan usia benda peninggalan budaya berdasarkan
lapisan tanah tempat benda itu ditemukan, semakin kebawah lapisan tanah tempat penemuan
benda peninggalan budaya manusia, maka semakin tua usianya.
 Kimiawi, merupakan cara menentukan usia benda peninggalan budaya manusia
berdasarkan unsur-unsur kimia yang dikandung oleh benda tersebut.

Sedangkan sumber/peninggalan yang digunakan untuk mengetahui kehidupan zaman


prasejarah adalah fosil dan arterak.

 Fosil adalah tulang belulang manusia, hewan, dan tumbuhan yang telah membatu. Fosil
yang dapat memberi petunjuk kehidupan manusia purba disebut fosil pandu.
 Arterak adalah alat-alat atau perkakas yang dipakai oleh manusia purba untuk menunjang
kehidupannya. Contoh: kapak persegi, kapak lonjong, kapak corong, dan lain lain.

Secara umum, masa prasejarah ditinjau dari dua aspek, yaitu berdasarkan benda-benda
peninggalan yang digunakan oleh manusia pada masa pra aksara, dibedakan menjadi dua
zaman yaitu zaman batu dan zaman logam.

 Zaman batu adalah zaman yang menunjuk pada suatu periode dimana alat-alat kehidupan
manusia terbuat dari batu, meskipun ada juga alat-alat tertentu yang terbuat dari kayu dan
tulang. Tetapi, pada zaman ini secara dominan alat-alat yang digunakan terbuat dari batu.
Zaman batu dibedakan lagi menjadi tiga periode sebagai berikut :

 Zaman batu tua (Paleolithikum) merupakan suatu masa dimana hasil buatan alat-alat dari
batunya masih kasar dan belum diasah sehingga bentuknya masih sederhana.
 Zaman batu madya (Mesolithikum) merupakan masa peralihan dimana cara pembuatan
alat-alat kehidupannya lebih baik dan lebih halus dari aman batu tua.
 Zaman batu muda (Neolithikum) merupakan suatu masa dimana alat-alat kehidupan
manusia dibuat dari batu yang sudah dihaluskan, serta bentuknya lebih sempurna dari
aman sebelumnya. Misalnya, kapak persegi dan kapak lonjong.

 Zaman Logam : adalah zaman yang menunjuk pada suatu periode dimana alat-alat
kehidupan manusia terbuat dari logam. Dengan dimulainya zaman logam, bukan berarti
berakhirnya zaman batu, karena pada zaman logampun alat-alat dari batu terus berkembang
bahkan sampai sekarang. Sesungguhnya, nama zaman logam hanyalah untuk menyatakan
bahwa pada zaman tersebut alat-alat dari logam telah dikenal dan digunakan secara dominan.

Dan berdasarkan ciri kehidupan dan kebudayaan masyarakatnya, dibagi dalam tiga
zaman, yaitu masa berburu dan mengumpulkan makanan, masa bercocok tanam, dan masa
perundagian.
a. Masa berburu dan mengumpulkan makanan : pada masa ini kehidupan manusia purba
masih sangat sederhana. Mereka mengumpulkan makanan dan meramunya serta berburu
dengan menggunakan peralatan bantu yang sangat sederhana. Untuk melindungi dirinya dari
hujan, panas, dan gangguan hewan buas, manusia purba memanfaatkan ceruk yang ada di
batu karang. Letak ceruk tempat tinggal mereka biasanya tidak jauh dari sumber air karena
sumber air biasa digunakan juga oleh binatang buruan untuk minum. Pada saat binatang
minum, manusia purba memburunya dan selanjutnya digunakan untuk makan sehari-hari.
b. Masa Bercocok tanam : pada masa ini manusia purba sudah mampu bercocok tanam
sehingga terjadilah perubahan dari tradisi food gathering (mengumpulkan makanan)
menjadi food producing (menghasilkan makanan). Mereka sudah tidak tergantung lagi
pada alam. Mereka sudah berusaha untuk menghasilkan makanan sendiri dengan
bercocok tanam dan beternak. Pada saat itu pula, manusia sudah bertempat tinggal tetap.
Artinya, mereka telah mengenal cara membuat rumah dan beternak hewan peliharaan.
c. Masa Perundagian : pada masa ini, manusia purba telah pandai membuat perkakas yang
berasal dari logam. Mereka kemudian menggunakan perkakas tersebut sebagai bagian
dari hidupnya. Pada masa ini kehidupan manusia purba tidak jauh berbeda dengan masa
bercocok tanam hanya saja peralatan yang mereka gunakan semakin lebih baik yaitu
mulai digunakannya alat-alat yang terbuat dari logam.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penulisan makalah
ini adalah bagaimana bentuk bercocok tanam pada zaman prasejarah hingga zaman modern ?

1.3. Tujuan Penulisan Makalah


Berangkat dari rumusan masalah tersebut, maka tujuan penulisan makalah ini adalah
untuk mengetahui lebih lanjut mengenai bentuk bercocok tanam pada zaman prasejarah
hingga sampai dengan saat ini.

1.4. Metode Penyusunan Makalah

Metode yang digunakan dalam membuat makalah ini adalah Metode Teknologi
Informasi dan Komunikasi, yakni mengkaji berbagai materi yang terdapat/tersedia di media
internet.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Bentuk Bercocok Tanam pada Zaman Prasejarah Hingga Sampai


dengan SaatIni.

Masa berburu dan menumpulkan makanan pada prasejarah berangsur-angsur


ditinggalkan. Masyarakat mulai menunjukkan tanda-tanda menetap di suatu tempat
(nomaden) dengan nengembangkan kegiatan baru seperti bercocok tanam dan penjinakan
hewan. Dengan beberapa penemuan bahwa mereka memiliki kecenderungan untuk mendiami
suatu tempat terbuka yang mana dekat dengan air misalnya tepi sungai dan laut.
Ciri-cirizamanbercocoktanam :
 Polahidupnyamulaimenetap di
dataranrendahsecaraberkelompokdansudahmemilihpemimpin.
 Manusiapadamasaini, sudahmengenalcarabercocoktanam, mengolahtanah,
danmemeliharahewan.
 Merekamulaimenguasaicaramenyimpanmakanandanmengawetkanmakanansecarasederh
ana.

Merekemengenalsistemkepercayaanterhadaprohnenekmoyangdankekuatanalam.Sistemke
percayaaniniditunjukanmelaluisimbol-simbolgambarberwarna, bangunan, danarca yang
terbuatdaribatubesar.
 Alat-alat yang digunakanterbuatdaribatu, danbahanlainnya yang bentuknyasudahdiasah.

Tabel 1. Zamanbercocoktanam
Kondisi Zamanbercocoktanam
Keadaanalam Bumisudahstabil
Flora Hampirsamadengankeadaansaatini
Fauna Hampirsamadengankeadaansaatini
Kehidupanmasyarakat Sudahmulaimenetap, bercocoktanam (food
producing), sudahmengenalmemeliharahewan,
sistem barter (pertukaranbarang),
sistemkepercayaan, animismedandinamisme
Alat-alatkehidupan Terbuatdaribatudansudahdiasah. Beliungpersegi,
kapaklonjong, gerabah, alatpemukulkulitkayu,
perhiasan

A. Kehidupan Sosial pada Masa Bercocok Tanam

Kehidupan manusia senantiasa mengalami perkembangan. Perkembangan itu dapat


disebabkan karena ada interaksi antara manusia dengan manusia dan manusia dengan alam.
Ketika kebutuhan hidup manusia dapat terpenuhi oleh alam, manusia tidak perlu bersusah
payah menghasilkan dan mengolah makanan, mereka cukup mengambilnya dari alam. Akan
tetapi, ketika alam tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan hidup, manusia pra aksara
(prasejarah) tidak lantas berdiam diri. mereka mulai memikirkan bagaimana caranya untuk
menghasilkan makanan (food producing). Dari sinilah muncul bahwa manusia perlu
mengolah alam. Dengan demikian corak kehidupan manusia pun berubah dari berburu dan
mengumpulkan (meramu) makanan menjadi bercocok tanam.
Pada awal bercocok tanam, mereka melaksanakan peladangan berpindah atau pertanian
lahan kering (shifting cultivation). Pelaksanaan sistem ini dilakukan dengan cara membuka
hutan untuk ditanami dan mereka akan berpindah lokasi pertanian ke lahan yang lain apabila
dirasa lahan yang mereka tanami sudah tidak produktif lagi. Sistem peladangan dapat
dilaksanakan oleh mereka ketika jumlah penduduknya masih sedikit, dan hutan sebagai lahan
pertanian masih luas. Karena jumlah penduduk bertambah, kebutuhan bahan makanan
semakin banyak dan akibatnya sistem perladangan lambat laun menjadi tidak efektif lagi,
ditambah lahan pertanian yang diubah menjadi lahan pemukiman.
Masyarakat awal mulai memikirkan cara mengatasi hal ini sampai akhirnya mereka
menemukan jalan keluarnya, yaitu dengan jalan pertanian yang menetap di suatu
perkampungan dan membentuk masyarakat yang teratur dan mempertahankan kesuburan
tanah dengan pemupukan. MenurutH.R Van Heekeren tanah pertanian diciptakan di hutan
dengan cara penebangan dan pembakaran pohon-pohon dan semak-semak belukar. Abu dari
pohon-pohon dan semak-semak belukar tersebut kemudian dijadikan pupuk (H.R. Van
Heekeren 1957, halaman 154). Pertanian menetap dilakukan di lahan kering maupun lahan
basah. sumber-sumber alam mereka manfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup pada
umumnya dilakukan secara bersama-sama atau gotong royong. Jenis tanaman di lahan kering
meliputi sayuran dan jenis yang biasa pada lahan perladangan, yaitu padi, keladi, ubi jalar,
kacang-kacangan, dan berbagai jenis tanaman musiman serta tahunan seperti buah-buahan
dan biji-bijian.

B. Kehidupan Ekonomi pada Masa Bercocok Tanam

Pada masa kehidupan bercocok tanam, kebutuhan hidup masyarakat semakin


bertambah, namun tidak ada satu anggota masyarakatpun yang dapat memenuhi seluruh
kebutuhan hidupnya sendiri. Dengan kenyataan seperti ini, dalam rangka memenuhi
kebutuhannya masing-masing diadakan pertukaran barang dengan barang (sistem barter).
Pertukaran barter ini menjadi awal munculnya sistem perekonomian dalam masyarakat.
Sistem barter merupakan sejenis bentuk perniagaan yang tidak menggunakan
sembarang bentuk perantara pertukaran, dimanabarangan atau perkhidmatan ditukar dengan
barangan dan/atau perkhidmatan lain. Ia boleh jadi dibuat antara dua atau beberapa pihak.
Melalui sistem ini mereka terpaksa membuat pilihan sesama mereka untuk mendapatkan
barang perantaraan yang dapat membawa manfaat bersama antara mereka. Oleh sebab itu,
barang-barang yang digunakan sebagai alat perantaraan itu berbeda mengikut suasana dan
zaman. maka jelaslah di sini bahwa pertukaran adalah tidak mustahil
tanpa uang dan tidak heranlah manusia boleh menjalankan
kegiatan perdagangan dengan sistem pertukaran barter.
C. Alat-alat yang dihasilkan pada Masa Bercocok Tanam

Perkembangan kebudayaan pada masa bercocok tanam makin bertambah pesat. Hal ini
dikarenakan manusia mulai dapat mengembangkan dirinya untuk menciptakan kebudayaan
yang lebih baik. Namun demikian alat-alat yang dihasilkan pada masa berburu dan
mengumpulkan makanan atau zaman palaeolithikum tidak ditinggalkan. Alat-alat itu masih
dipertahankan dan dikembangkan, seperti alat-alat dari batu sudah tidak kasar lagi tapi sudah
lebih halus karena ada proses pengasahan.
Peninggalan-peninggalan kebudayaan manusia pada masa bercocok tanam makin
banyak dan beragam, baik yang terbuat dari tanah liat, batu maupun logam. Berikut ini alat-
alat atau benda-benda yang dihasilkan pada masa bercocok tanam adalah sebagai berikut :

1. Kjokkenmoddinger Pada Masa Bercocok Tanam


Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, bahwa pada masa bercocok tanam, manusia purba
sudah tinggal menetap. Salah satu bukti adanya sisa-sisa tempat tinggal itu
ialah kjokkenmoddinger (sampah-sampah dapur). Istilah ini berasal dari bahasa Denmark
(kjokken = dapur, modding = sampah). Penemuan kjokkenmoddinger yang ada di pesisir
pantai Sumatera Timur menunjukkan telah adanya penduduk yang menetap di pesisir pantai.
Hidup mereka mengandalkan dari siput dan kerang. Siput-siput dan kerang-kerang itu
dimakan dan kulitnya dibuang disuatu tempat. Selama bertahun-tahun, ratusan tahun, atau
ribuan tahun, bertumpuklah kulit siput dan kerang itu menyerupai bukit. Bukit kerang inilah
yang disebut kjokkenmoddinger.

Gambar 1. Pebble dari kjokkenmoddinger di Sumatera Timur

Di tempat kjokkenmoddinger ditemukan juga alat-alat lainnya, seperti pebble (kapak


genggam yang sudah halus), batu-batu penggiling beserta landasannya, alat-alat dari tulang
belulang, dan pecahan-pecahan tengkorak.

2. Abris Sous Rosche Pada Masa Bercocok Tanam

Selain Kjokkenmoddinger, jenis tempat tinggal lainnya ialah abris sous rosche, yaitu
tempat berupa gua-gua yang menyerupai ceruk-ceruk di dalam batu karang. Peralatan yang
ditemukan berupa ujung panah, flakes, batu-batu penggiling, dan kapak-kapak yang sudah
diasah. Alat-alat itu terbuat dari batu. Ditemukan juga alat-alat dari tulang dan tanduk rusa.
Tempat ditemukannya abris sous rosche, antara lain Gua Lawa di Ponorogo, Bojonegoro,
dan Lamoncong (Sulawesi Selatan).
Gambar 2. Abris sous rosche di Lamoncong, Sulawesi Selatan

3. Gerabah Pada Masa Bercocok Tanam

Penemuan gerabah merupakan suatu bukti adanya kemampuan manusia mengolah


makanan. Hal ini dikarenakan fungsi gerabah diantaranya sebagai tempat meyimpan
makanan. Gerabah merupakan suatu alat yang terbuat dari tanah liat kemudian dibakar.
Dalam perkembangan berikut, gerabah tidak hanya berfungsi sebagai penyimpan makanan,
tetapi semakin beragam, bahkan menjadi barang yang memiliki nilai seni. Cara pembuatan
gerabah mengalami perkembangan dari mulai bentuk yang sederhana hingga ke bentuk yang
kompleks. Dalam bentuk yang sederhana dibuat dengan tidak menggunakan roda. Bahan
yang digunakan berupa campuran tanah liat dan langsung diberi bentuk dengan menggunakan
tangan. Teknik pembuatan semakin berkembang, pencetakan menggunakan roda, agar dapat
memperoleh bentuk yang lebih baik bahkan lebih indah. Dalam perkembangan ini,
pencetakan sudah memiliki nilai seni. Sisi gerabah mulai dihias dengan pola hias dan warna.
Hiasan yang ada diantaranya hiasan anyaman. Untuk membuat hiasan yang demikian yaitu
dengan cara menempelkan agak keras selembar anyaman atau tenunan pada gerabah yang
masih basah sebelum gerabah dijemur. Kemudian gerabah dijemur sampai kering dan
dibakar. Berdasarkan bukti ini, para ahli menyimpulkan bahwa pada masa ini manusia sudah
mengenal bercocok tanam dan orang mulai dapat menenun.

Gambar 3. Gerabah
4. Kapak Persegi pada Masa Bercocok Tanam

Pemberian nama kapak persegi didasarkan pada bentuknya. Bentuk kapak ini yaitu batu
yang garis irisannya melintangnya memperlihatkan sebuah bidang segi panjang atau ada juga
yang berbentuk trapesium. Jenis lain yang termasuk dalam katagori kapak persegi seperti
beliung atau pacul untuk yang ukuran besar, dan untuk ukuran yang kecil bernama tarah.
Tarah berfungsi untuk mengerjakan kayu. Pada alat-alat tersebut terdapat tangkai yang
diikatkan. Orang yang pertama memberikan nama Kapak Persegi yaitu von Heine Geldern.

Gambar 4. Berbagai jenis kapak persegi

Daerah-daerah tempat ditemukannya kapak persegi yaitu di Sumatra, Jawa, Bali, Nusa
Tenggara, Maluku, Sulawesi, dan Kalimantan. Batu api dan chalcedon merupakan bahan
yang dipakai untuk membuat kapak persegi. Kapak persegi kemungkinan sudah menjadi
barang yang diperjualbelikan. Alat ini dibuat oleh sebuah pabrik tertentu di suatu tempat
kemudian di bawa keluar daerah untuk diperjualbelikan. Sistem jual-belinya masih sangat
sederhana, yaitu sistem barter. Adanya sistem barter tersebut, kapak persegi banyak
ditemukan di tempat-tempat yang tidak banyak ada bahan bakunya, yaitu batu api.

Gambar 5. Kapak persegi yang belum dihaluskan

5. Kapak Lonjong pada Masa Bercocok Tanam

Pemberian nama kapak lonjong berdasarkan pada bentuk. Bentuk alat ini yaitu garis
penampang memperlihatkan sebuah bidang yang berbentuk lonjong. Sedangkan bentuk
kapaknya sendiri bundar telor. Ujungnya yang agak lancip ditempatkan di tangkai dan di
ujung lainnya yang bulat diasah hingga tajam. Ada dua ukuran kapak lonjong yaitu ukuran
yang besar disebut dengan walzeinbeil dan kleinbel untuk ukuran kecil. Kapak lonjong masuk
ke dalam kebudayaan Neolitihikum Papua, karena jenis kapak ini banyak ditemukan di Papua
(Irian). Kapak ini ditemukan pula di daerah-daerah lainnya, yaitu di Seram, Gorong,
Tanimbar, Leti, Minahasa, dan Serawak.

Gambar 6. Kapak lonjong dari muka dan samping

Selain di Indonesia, jenis kapak lonjong ditemukan pula di negara lain, seperti
Walzeinbeil di temukan di Cina dan Jepang, daerah Assam dan Birma Utara. Penemuan
kapak lonjong dapat memberikan petunjuk mengenai penyebarannya, yaitu dari timur mulai
dari daratan Asia ke Jepang, Formosa, Filipina, Minahasa, terus ke timur. Penemuan-
penemuan di Formosa dan Filipina memperkuat pendapat ini. Dari Irian daerah persebaran
meluas sampai ke Melanesia.
6. Beliung Persegi pada Masa Bercocok Tanam

Diantara peralatan batu yang paling menonjol dari masa bercocok tanam di Indonesia
adalah beliung persegi. Beliung persegi bentuknya mirip cangkul, namun tidak sebesar dan
selebar cangkul zaman sekarang. Beliung persegi digunakan untuk mengolah kayu, misalnya
untuk membuat rumah dan perahu. Beliung persegi ditemukan hampir di seluruh wilayah
kepulauan Indonesia, yaitu Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, dan Nusa Tenggara.
Adapun penemuannya diluar wilayah Indonesia yaitu di Semenanjung Melayu dan Asia
Tenggara. Beliung persegi terbuat dari batu api.
Gambar 7. Beliung Persegi

7. Mata Panah pada Masa Bercocok Tanam

Mata panah merupakan salah satu dari perlengkapan berburu maupun menangkap ikan.
Mata panah untuk menangkap ikan dibuat bergerigi seperti mata gergaji dan umumnya dibuat
dari tulang. Sisi-sisi mata panah dari zaman kehidupan bercocok tanam berhasil ditemukan
didalam gua-gua yang ada di pinggir sungai. Kemungkinan juga ada mata panah yang dibuat
dari kayu seperti yang masih digunakan oleh penduduk asli Papua. Daerah yang banyak
ditemukan mata panah ini adalah jawa timur dan Sulawesi selatan.

Gambar 8. Mata Panah

8. Perhiasan pada Masa Bercocok Tanam

Hiasan sudah dikenal oleh manusia pada masa bercocok tanam. Perhiasan dibuat
dengan bahan-bahan yang mudah diperoleh dari lingkungan sekitar, seperti hiasan kulit
kerang dari sekitar pantai. Hiasan lainnya ada yang terbuat dari yang dibuat dari tanah liat
seperti gerabah, dan ada pula yang terbuat dari batu. seperti gelang, kalung, dan beliung.

Gambar 9. Berbagai perhiasan dari batu


Pembuatan hiasan dari batu dilakukan dengan cara, pertama batu dipukul-pukul sampai
menjadi bentuk gepeng. Setelah itu kedua sisi yang rata dicekungkan dengan cara dipukul-
pukul pula, kedua cekungan itu bertemu menjadi lobang. Untuk menghaluskannya, kemudian
digosok-gosok dan diasah sehingga membentuk suatu gelang. Bentuk gelang tersebut dari
dalam halus rata dan dari luar lengkung sisinya. Selain dipukul, cara lain untuk membuat
lobang pada gelang yaitu dengan cara menggunakan gurdi. Batu yang bulat gepeng itu
digurdi dari kedua belah sisi dengan sebuah gurdi dari bambu. Setelah diberi air dan pasir,
bambu ini dengan seutas tali dan sebilah bambu lainnya diputar di atas muka batu sampai
berlubang.

9. Pakaian pada Masa Bercocok Tanam

Kebudayaan lainnya yang dimiliki oleh manusia pada masa bercocok tanam
diperkirakan mereka telah memakai pakaian. Bahan yang digunakan untuk pakaian berasal
dari kulit kayu. Daerah tempat ditemukan bukti adanya pakaian adalah di Kalimantan,
Sulawesi Selatan, dan beberapa tempat lainnya. Pada daerah-daerah tersebut ditemukan alat
pemukul kulit kayu. Kulit kayu yang sudah dipukul-pukul menjadi bahan pakaian yang akan
dibuat.

Gambar 10. Pakaian dari Kulit Kayu

D. Konsep Kepercayaan dan Bangunan Megalit pada Masa Bercocok Tanam

Sebagaimana telah dikemukakan bahwa pada zaman berburu dan mengumpulkan


makanan hingga kegiatan bercocok tanam, manusia masa kini melakukan usaha menjinakkan
binatang. Jenis binatang yang dipelihara antara lain babi, anjing, dan jenis unggas seperti
ayam dan itik (H.R. Van Heekeren 1995,halaman 40) Tujuan pokok menjinakkan binatang
bukan untuk memenuhi kebutuhan protein hewani melainkan untuk tujuan religious. Hal ini
disebabkan karena dalam kehidupan masyarakat telah muncul untuk kepercayaan. Salah satu
segi yang menonjol dari kepercayaan itu adalah sikap hidup terhadap alam kehidupan
sesudah mati. Menurut kepercayaan mereka, roh seorang tidak lenyap pada saat orang
meninggal sehingga roh-roh tersebut dianggap masih dalam keadaan sesudah mati.
Pandangan masyarakat pada masa ini berpangkal pada keyakinan bahwa arwah nenek
moyang dapat mendatangkan berkah serta menjamin kesejahteraan kehidupan keluarga. Atas
dasar kepercayaan tersebut maka dalam kehidupan mayarakat becocok
tanam muncul kebiasaan megadakan upacara-upacara yang dianggap sebagai sarana untuk
meminta berkah dari nenek moyangnya. Upacara tersebut pada umumnya disertai dengan
penyembelihan binatang korban. Sesudah binatang korban disembelih kemudian isi perut
(misalnya hati dan limpa) dikeluarkan. Mereka percaya bahwa isi perut tersebut dapat
memberi petunjuk berhasil atau tidaknya suatu usaha atau tindakan yang dijalankan (H.R.
Van Heekeren 1957, halaman 156). Penyembelihan binatang korban dilakuan antara lain
pada waktu upacara penguburan, upacara membuka ladang baru, dan upacara-upacara
lainnya.
Bukti peninggalan kepercayaan pada masa bercocok tanam yaitu ditemukannya
bangunan-bangunan batu besar yang berfungsi untuk penyembahan. Zaman penemuan batu-
batu besar ini disebut dengan zaman megalithikum. Bangunan-bangunan batu yang
dihasilkan pada zaman megalithikum antara lain sebagai berikut.

1. Menhir

Gambar 11. Menhir

Menhir merupakan tiang atau tugu batu yang dibuat untuk menghormati roh nenek
moyang. Daerah-daerah tempat ditemukannya menhir di Indonesia, seperti di Jawa Barat,
Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatra Selatan, Sulawesi Tengah, Kalimantan, dan Bali.

2. Sarkofagus
Gambar 12. Sarkofagus

Sarkofagus menyerupai peti mayat atau keranda yang bentuknya seperti palung atau
lesung, tetapi mempunyai tutup. Benda ini terbuat dari batu sehingga diperkirakan kehadiran
sarkofagus sezaman dengan zaman megalithikum (zaman batu besar). Adanya sarkofagus ini
menandakan kepercayaan pada waktu itu, bahwa orang yang meninggal perlu dikubur dalam
peti mayat. Di daerah Bali, sarkofagus ini banyak ditemukan.

3. Dolmen

Gambar 13. Dolmen

Tempat lain untuk melakukan pemujaan pada arwah nenek moyang pada waktu itu
ialah Dolmen. Dolmen ini terbuat dari batu besar yang berbentuk meja. Meja ini berkaki yang
menyerupai menhir. Dolmen berfungsi sebagai tempat sesaji dalam rangka pemujaan kepada
roh nenek moyang. Di beberapa tempat, dolmen berfungsi sebagai peti mayat, sehingga di
dalam dolmen terdapat tulang belulang manusia. Sebagai bekal untuk yang meninggal, di
dalam dolmen disertakan benda-benda seperti periuk, tulang dan gigi binatang, dan alat-alat
dari besi.

4. Peti Kubur

Gambar 13. Peti Kubur

Petikuburadalahpetimayat yang terbuatdaribatu-


batubesar.Kuburbatudibuatdarilempengan/papanbatu yang
disusunpersegiempatberbentukpetimayat yang dilengkapidengan alas
danbidangatasnyajugaberasaldaripapanbatu.Daerah
penemuanpetikuburadalahCepariKuningan, Cirebon (Jawa Barat), Wonosari (Yogyakarta)
danCepu (JawaTimur).Di dalamkuburbatutersebutjugaditemukanrangkamanusia yang
sudahrusak, alat-alatperunggudanbesisertamanik-manik.Dari penjelasantentangpetikubur,
tentuAndadapatmengetahuipersamaanantarapetikuburdengansarkofagus,
dimanakeduanyamerupakantempatmenyimpanmayat yang disertaibekalkuburnya.

5. Waruga

Warugaataukuburantua, adalahpetikuburpeninggalanzaman megalithic orang


Minahasa yang berkembangpadaawalabad ke-13 SM. Tetapikemunculannya di
tafsirpadasekitarabad ke-16 pertengahan.Warugapertamamuncul di
daerahbukitKelewer, TremandanTumaluntungKabupatenMinahasa Utara (Minut)
danterusberkembangdiberbagaidaerah di Sulawesi Utara sampaipadaawalabad 20
Masehi.
Menurutcatatansejarah, warugaberasaldaribahasaTombulu, yaknidari kata
Wale Maruga yang berartirumahdaribadan yang akankering.
Sedangkandalamartilainnya, yakni Wale WaruatauKuburdariDomato
(jenistanahlilin).Umurwarugatidakdapatdipastikan,
karenabangsa Minahasa padasaatitubelummengenaltulisan.Namunberdasarkanberb
agaisumber, warugatelahadasebelumzamanKristianisasiatausebelumabad 16
Masehi.Warugaterdiridariduabagian,
yaitubagianbadandanbagiantutup.Bagianbadanberbentukkubusdanbagiantutupberbe
ntukmenyerupaiataprumah.Warugaberfungsisebagaiwadahpenguburanmayatatau
orang yang sudahmeninggal.Padazamanpra-
sejarahmasyarakatMinahasapercayabahwarohleluhurmemilikikekuatanmagis,
sehinggawadahkuburmerekaharusdibuatsebaikdanseindahmungkin. Hal yang paling
menarikadalahwarugaitudibuatsendirioleh orang yang akanmeninggal. Ketika orang
ituakanmeninggalmakadiadengansendirinyaakanmemasukiwaruga yang
dibuatnyaitusetelahdiberibekalkubur yang selengkapanya.
Kelakbilaitudilakukandengansepenuhnyaakanmendatangkankebaikanbagimasyarak
at yang di tinggalkan. Didalamwaruga (petikuburbatu)
iniakanditemukanberbagaimacamjenisbenda, antara lain berupatulang-
tulangmanusia, gigimanusia, periuktanahliat, benda-bendalogam, pedang, tombak,
manik-manik, gelangperunggu, piring, dan lain-lain.

Gambar 15. Waruga atau kubur batu banyak ditemui di daerah Minahasa

6. Punden Berundak-undak

Bangunan lainnya yang dihasilkan pada zaman megalithikum adalah punden berundak-
undak. Bangunan ini berfungsi sebagai tempat pemujaan yang berupa batu tersusun secara
bertingkat-tingkat. Di tempat punden berundak-undak biasanya terdapat menhir. Daerah
ditemukannya punden berundak-undak antara lain di Lebak Sibedug (Banten Selatan) dan
Ciamis (Jawa Barat).
Gambar 17. Punden berundak-undak dari Lebak Sibedug (Banten Selatan)

7. Arca

Arca/patung-patungdaribatu yang berbentukbinatangataumanusia.Bentukbinatang yang


digambarkanadalahgajah, kerbau, harimaudanmoyet.Sedangkanbentukarcamanusia yang
ditemukanbersifatdinamis.Maksudnya, wujudnyamanusiadenganpenampilan yang
dinamissepertiarcabatugajah.
Arcabatugajahadalahpatungbesardengangambaranseseorang yang
sedangmenunggangbinatang yang diburu.Arcatersebutditemukan di daerahPasemah
(Sumatera Selatan). Daerah-daerah lain sebagaitempatpenemuanarcabatuantaralain Lampung,
Jawa Tengah danJawaTimur.

Gambar 18. Batu Gajah, di punggung penunggangnya (kiri atas) nampak


sebuah nekara yang diikat dengan tali

E. Kehidupan pada Masa perundagian

Pada masa bercocok tanam, manusia sudah berusaha bertempat tinggal menetap dengan
mengatur kehidupan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, yaitu menghasilkan bahan
makanan sendiri, baik dibidang pertanian maupun peternakan. Pada masa
perundagian, semuanya mengalami kemajuan dan penyempurnaan. Pada masa ini mulai
ditemukan bijih-bijih logam sehingga berbagai peralatan mulai dibuat dari logam. Hasil-hasil
kebudayaan yang dihasilkan terbuat dari bahan logam. Adanya penggunaan logam, tidaklah
berarti hilangnya penggunaan barang-barang dari batu. Pada masa perundagian, manusia
masih juga menggunakan barang-barang yang berasal dari batu. Penggunaan bahan dari
logam tidak begitu tersebar luas sebagaimana halnya bahan dari batu. Persediaan logam
sangat terbatas. Hanya orang-orang tertentu yang memiliki barang-barang dari logam.
Kemungkinan hanya orang-orang yang mampu membeli bahan-bahan tersebut. Keterbatasan
persediaan tersebut memungkinkan barang-barang dari logam diperjualbelikan. Adanya
perdagangan tersebut dapat diperkirakan bahwa manusia pada zaman perundagian telah
mengadakan hubungan dengan luar.
Ciri-cirizamanperundagian :
 Sudahterbentukkelompok-kelompokkerjadalambidangpertukangan.
 Adanya status keanggotaanmasyarakat yang didasarkanpadatingkatkekayaan.
 Sudahmengenalteknikpengolahanlogam, sehinggaalat-alatupacara, senjata,
danperalatankerja yang digunakandibuatdaritembaga, perunggu, danbesi.
 Merekasudahmembuatperhiasandariemas.
 Tempat-tempatibadahdigunakanuntukmemujarohnenekmoyang, terbuatdaribatu-
batubesar.
 Kepercayaanmerekaadalah animisme dan dinamisme.

Anda mungkin juga menyukai