NAMA KELOMPOK :
1. SUBUR
2. PIKRI MAULANA HIDAYAT
3. RANI
4. RANDI SIREGAR
KELAS : X. 3 IPS
Syukur Alhamdulillah kita panjatkan kehadirat Allah yang Maha Kuasa, yang telah memberikan
kita karunia serta nikmatnya hingga pada saat ini kita masih bisa melaksanakan proses belajar di
sekolah ini. Shalawat beriringan salam, mari kita sampaikan ke Rasul Allah SAW yang telah
membawa tangan umatnya dari alam kegelapan hingga menuju alam yang terang dengan iman
dan taqwa.
Apabila nantinya dalam penyusunan makalah kami ini ada kekurangan dan ketidak sempurnaan
saya terlebih dahulu memohon maaf.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lingkungan merupakan faktor penentu manusia memilih lokasi pemukiman. Oleh karena itu
manusia memperhatikan kondisi lingkungan dan penguasaan teknologi. Terdapat beberapa
variabel yang berhubungan dengan kondisi lingkungan, antara lain :
1. Tersedianya kebutuhan akan air, adanya tempat berteduh, dan kondisi tanah yang tidak
terlalu lembab
3. Faktor yang memberi elemen-elemen tambahan akan binatang laut atau binatang air (dekat
pantai, sungai, danau, dan mata air)
B. RUMUSAN MASALAH
1. Jelaskan kehidupan zaman Neolitikum
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Mengetahui pola hunian manusia pra sejarah
1. Zaman Neolitikum
Zaman neolitikum (zaman batu baru) kehidupan masyarakatnya semakin maju. Yang
dulunya food gathering kini food producing. Manusia tidak hanya sudah hidup secara menetap
tetapi juga telah bercocok tanam. Masa ini penting dalam sejarah perkembangan masyarakat dan
peradaban karena pada masa ini beberapa penemuan baru berupa penguasaan sumber-sumber
alam bertambah cepat. Berbagai macam tumbuh-tumbuhan dan hewan mulai dipelihara dan
dijinakkan. Hutan belukar mulai dikembangkan, untuk membuat ladang-ladang. Dalam
kehidupan bercocok tanam ini, manusia sudah menguasai lingkungan alam beserta isinya.
Masyarakat pada masa bercocok tanam ini hidup menetap dalam suatu perkampungan yang
dibangun secara tidak beraturan. Pada awalnya rumah mereka masih kecil-kecil berbentuk
kebulat-bulatan dengan atap yang dibuat dari daun-daunan. Rumah ini diduga merupakan corak
rumah paling tua di Indonesia yang sampai sekarang masih dapat ditemukan di Timor,
Kalimantan Barat, Nikobar, dan Andaman. Kemudian barulah dibangun bentuk-bentuk yang
lebih besar dengan menggunakan tiang. Rumah ini berbentuk persegi panjang dan dapat
menampung beberapakeluarga inti. Rumah-rumah tersebut mungkin dibangun berdekatan
dengan ladang-ladang mereka atau agak jauh dari ladang. Rumah yang dibangun bertiang itu
dalam rangka menghindari bahaya dari banjir dan binatang buas.
REPORT THIS AD
Oleh karena mereka sudah hidup menetap dalam suatu perkampungan maka tentunya dalam
kegiatan membangun rumah mereka melaksanakan secara bergotong-royong. Gotong-royong
tidak hanya dilakukan dalam membangun rumah, tetapi juga dalam menebang hutan, membakar
semak belukar, menabur benih, memetik hasil tanaman,membuat gerabah, berburu, dan
menangkap ikan
Meskipun dalam kehidupan yang masih sangat sederhana, mereka telah mengenal adanya
pembagian tugas kerja, di mana kaum laki-laki biasanya tugasnya adalah berburu, kaum
perempuan tugasnya adalah memelihara anak serta mengumpulkan buah-buahan dari hutan.
Masingmasing kelompok memiliki pemimpin yang ditaati dan dihormati oleh anggota
kelompoknya.
Pada masa berburu dan mengumpulkan makanan sudah terlihat adanya tanda-tanda kehidupan
sosial dalam suatu kelompok masyarakat walaupun tingkatannya masih sangat sederhana.
Kesederhanaan kehidupan sosial tersebut terlihat dari ketidaktahuan masyarakat dalam
menyimpan sisa makanan, tidak mengenal tata cara perkawinan, tidak melakukan penguburan
terhadap mayat karena belum mengenal kepercayaan. Hal ini dapat dibuktikan melalui alat-alat
kehidupan yang dihasilkan pada zaman batu tua. Alat komunikasi yang sangat dimungkinkan
adalah bahasa isyarat karena bahasa isyarat adalah bahasa yang diperlukan pada saat berburu.
Perubahan kehidupan yang terjadi secara lambat sangat dimungkinkan karena dilihat dari bentuk
adaptasinya masih berdasarkan berburu dan mengumpulkan makanan, walaupun sudah
memasuki tingkat lanjut atau disebut dengan Food gathering tingkat lanjut. Kehidupan Food
gathering tingkat lanjut terjadi pada saat berlangsungnya zaman Mesolithikum ditandai dengan
kehidupan sebagian masyarakatnya bermukim dan berladang.
Bukti adanya pengenalan terhadap kepercayaan dan kesenian, yaitu ditemukan lukisan cap
tangan yang diberi warna merah dan lukisan babi hutan yang terdapat pada dinding gua Abris
Sous Roche, seperti yang ditemukan di Seram dan di Irian Jaya dan gua Leang-Leang Sulawesi
Selatan.
Lukisan pada dinding gua zaman Mesolithikum banyak dihubungkan dengan keagamaan karena
lukisannya banyak menggunakan warna merah. Warna merah dianggap memiliki kekuatan
magis. Lukisan cap tangan dianggap memiliki makna tanda berkabung dari seorang wanita yang
ditinggal mati suaminya, karena pada umumnya jari manis pada lukisan tangan tersebut
dipotong.
Kehidupan masyarakat yang teratur berarti kehidupan masyarakatnya terorganisasi dengan rapi
dan bahkan membentuk semacam desa. Masyarakat tersebut sudah memilih pemimpinnya
dengan cara musyawarah sesuai dengan prinsip primus inter pares. Pemilihan pemimpin yang
berdasarkan prinsip primus inter pares menandakan bahwa pemimpin tersebut dipilih di antara
mereka yang memiliki kelebihan, baik fisik maupun keahliannya.
Muncul pula sistem perekonomian dalam kehidupan masyarakat. Hal ini karena dalam upaya
memenuhi kebutuhan hidup, dikenal sistem pertukaran barang dengan barang (barter).Kemajuan
yang dicapai oleh masyarakat pada masa bercocok tanam dapat dilihat dari alat-alat
kehidupannya yang dibuat oleh masyarakat tersebut. Alat-alat kehidupannya sudah dibuat halus
sempurna serta mempunyai nilai seni, bahkan fungsi beraneka ragam.
Alat-alat kehidupan yang dibuat pada masa ini ada yang digunakan sebagai alat upacara
keagamaan yang didasarkan atas kepercayaan yang berkembang, yaitu Animisme dan
dinamisme. Animisme adalah kepercayaan terhadap roh dan dinamisme adalah kepercayaan
terhadap benda-benda yang memiliki kekuatan gaib. Dasar dari kepercayaan aninisme dan
dinamisme terlihat adanya tradisi Megalith. Tradisi Megalithikum muncul pada masa
Neolithikum dan berkembang pesat pada zaman perundagian, dan ditandai adanya bangunan-
bangunan besar untuk pemujaan.
C. Masa Perundagian
REPORT THIS AD
Masa ini sangat penting artinya dalam perkembangan sejarah Indonesia karena pada masa ini
sudah terjadi hubungan dengan daerah-daerah di sekitar kepulauan Indonesia. Peninggalan masa
perundagian menunjukkan kekayaan dan keanekaragaman budaya, berbagai bentuk benda seni,
peralatan hidup dan upacara yang menunjukkan kehidupan masyarakat masa itu sudah memiliki
selera yang tinggi.
Hidup masyarakat teratur dan makmur. Kemakmuran masyarakat dapat diketahui melalui
perkembangan teknik pertama dengan mengembangkan pertanian yang intensif dan sebagai
akibatnya sektor pertanian mengalami perkembangan yang pesat. Hal ini berdampak pada
kemajuan perekonomian, yang ditandai dengan berkembangnya perdagangan dan pelayaran.
Belajar dari kehidupan manusia pada zaman prasejarah, maka terdapat nilai-nilai budaya sebagai
peninggalan yang dapat kita maknai. Adapun nilai-nilai tersebut sebagai berikut:
Manusia prasejarah hidup secara berkelompok, bekerja untuk kepentingan bersama, membangun
rumah juga dilakukan secara bersama. Hal tersebut dapat dibuktikan dari adanya bangunan-
bangunan megalith yang dapat dipastikan dibangun secara gotong royong.
b. Nilai Keadilan
Nilai keadilan sudah diterapkan dalam kehidupan masyarakat prasejarah sejak masa berburu,
yaitu adanya pembagian tugas sesuai dengan kemampuan dan keahliannya. Tugas antara kaum
laki-laki berbeda dengan kaum perempuan. Sikap keadilan ini berkembang pada masa
perundagian. Dari nilai tersebut, mencerminkan sikap yang adil karena setiap orang akan
memperoleh hak dan kewajiban yang berimbang dengan keahliannya.
c. Nilai Musyawarah
d. Nilai Religius
Nilai religius mencerminkan adanya kepercayaan terhadap sesuatu yang berkuasa atas mereka.
Dalam hal ini mereka berusaha membatasi perilakunya. Sikap yang perlu diwariskan adalah
sikap penghormatan kepada yang lain, mengatur perilaku agar tidak semaunya dan
penghormatan serta pemujaan sebagai dasar keagamaan.
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa pengaruh yang luas di bidang
perubahan. Perkembangan tersebut merupakan rangkaian dari perkembangan yang pernah terjadi
sebelumnya.
Dalam sejarah dijelaskan yang pada awalnya, kehidupan masyarakat dimulai dari masyarakat
primitif yang hidup sederhana. Mereka hidup dari hasil berburu dan mengumpulkan makanan
yang terdapat di alam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Manusia primitif berkembang dan
beruhah menjadi beternak. Seiring dengan berkembangnya peradaban, kemudian muncul
pertanian dalam bentuk yang sederhana yaitu dengan cara berladang, lalu kemudian dengan
semakin berkembangnya teknologi kemudian manusia mulai mengenal apa yang namanya
industri.
1. SARAN
Kita harus melestarikan kebudayaan di negara ini dan harus menjaga peninggalan yang ada sejak
zaman dahulu. Dan kehidupan sejarah masa lalu harus dijadikan pedoman supaya kita tidak
hidup terbelakang seperti dulu, tetapi harus semakin maju dan maju seperti alur zaman
Daftar Rujukan
http://buihkata.blogspot.com/2012/11/ciri-ciri-zaman-batu-neolitikum-zaman.html
http://sejenisinfo.blogspot.com/2012/08/sejarah-api-mula-mula-
ditemukan.html#ixzz2iE44fWdE
http://escapefromstupidity.blogspot.com/2013/08/pola-hunian-manusia-praaksara.html
http://blogzulkifly.blogspot.com/2013/08/masa-berburu-dan-mengumpulkan-makanan.html