Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

PERKEMBANGAN BUMI DAN MUNCULNYA


MAKHLUK HIDUP DI INDONESIA
Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Pelajaran: Sejarah
Guru Mapel: Mutmainnah,S.Pd

Oleh:
1. Alfadhiel Muh. Ismail
2. Muh Rafi Athaillah Akbar
3. Nurfaidah Kamil
4. Nurkhalisa
5. Muh Dimas Wiratama Srianto
6. Muh Rafaiz Risqullah
7. Hitta Ervina Praya
X BAIK
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. yang sudah melimpahkan rahmat, taufik,
dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyusun tugas Sejarah ini dengan baik serta tepat waktu.
Seperti yang sudah kita tahu “Perkembangan Bumi Dan Munculnya Mahluk Hidup Di
Indonesia” itu sangat berarti untuk kita ketahui. Semuanya perlu dibahas pada makalah ini
kenapa Perkembangan Bumi Dan Munculnya Mahluk Hidup Di Indonesia itu sangat diperlukan
serta layak dijadikan bagaikan modul pelajaran.

Tugas ini kami buat untuk memberikan ringkasan tentang keberadaan Perkembangan Bumi
Dan Munculnya Mahluk Hidup Di Indonesia. Mudah-mudahan makalah yang kami buat ini bisa
menolong menaikkan pengetahuan kita jadi lebih luas lagi. Kami menyadari kalau masih
banyak kekurangan dalam menyusun makalah ini.

Oleh sebab itu, kritik serta anjuran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan guna
kesempurnaan makalah ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu. Guru mata pelajaran
Sejarah. Kepada pihak yang sudah menolong turut dan dalam penyelesaian makalah ini. Atas
perhatian serta waktunya, kami sampaikan banyak terima kasih.

1
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Bagian alam yang kita diami ini disebut bumi. Sebagai benda alam bumi mengikuti
alam pada umumnya. Bumi adalah planet dan seperti halnya dengan planet lain, beredar
mengelilingi matahari sebagai pusatnya (hehosentris). Peredaran planet mengelilingi
matahari disebut gerak revolusi. Disamping itu, planet-planet beredar mengelilingi
sumbunya disebut rotasi. Adanya gerak rotasi pada bumi dan planet menyebabkan
timbulnya peredaran siang dan malam pada bumi dan planet-planet. Bumi menempati
urutan ketiga terdekat dengan matahari mempunyai atmosfer dan mempunyai sebuah satelit
yaitu bulan. Seprti halnya kebanyakan benda langit. Bumi berbentuk bola, meskipun agak
cepat pada keduanya kutubnya. Kecepatan itu akibat gerak rotasi mengelilingi sumbunya.
Oleh karena itu, jarak pusat bumi terhadap khatulistiwa lebih panjangnya dan pada terhadap
kutubnya.
Bumi merupakan planet yang memiliki atmosfer, air dan suhu yang memungkinkan
terjadinya kehidupan. Dilihat dari susunannya, bumi kita terdiri atas bagian yang disebut
kerak bumi, mantel bumi dan inti bumi. Dari ruang angkasa, bumi kita terlihat sebagai bola
yang berwarna cerah, warna cerah ini adalah sebagai akibat dari pantulan cahaya oleh awan
yang menyelebungi bumi.
Bumi merupakan planet paling istimewa karena didalamnya terdapat sumber kehidupan
yang tidak dimiliki oleh planet lain didalam alam semesta ini sehingga banyak makhluk
hidup yang banyak mendiaminya, tidak terkecuali kita. Bumi sebagai tempat tinggal
manusia memiliki keterbatasan daya dukung. Agar bumi tetap memiliki daya dukung yang
tinggi dan stabil, perlu dijaga keseimbangannya. Keseimbangan di bumi ini, semua makhluk
hidup pasti menggunakan materi dan energi, maka hal ini patut dibicarakan dan lebih jauh
lagi. Makhluk hidup yang ada dipermukaan bumi beraneka ragam, tetapi secara garis besar
mkhluk hidup dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu tumbuhan dan hewan.
Asal-usul hidup itu banyak dibicarakan para ahli, ternyata dari adanya bermacam-
macam pendapat. Justru berhubungan dengan aliran mekanisme pertanyaan mengenai asa-
usul hidup ada yang merumuskan: dapatkah yang hidup itu muncul dari yang tidak hidup?

1
Kalau aliran mekanisme itu diterima dengan konsekwensi maka haruslah pertanyaan di atas
itu dijawab dengan cara positif.

2. Rumusan Masalah

Ada pula permasalahan yang hendak dibahas dalam karya tulis ini antara lain:

1. Bagaimana perkembangan bumi dari masa Arkhaekum, Paleozoikum, Mesozoikum,


Nesozoikum?

2. Bagaimana perkembangan mahluk hidup di Iindonesi?

3. Tujuan dan Manfaat Penelitian


1. Adapun tujuan dari karya tulis ini yaitu:
a. Memaparkan perkembangan bumi dari masa Arkhaekum, Paleozoiku,
Mesozoikum, Nesozoikum.
b. Menjelaskan perkembangan makhluk hidup di Indonesia.

2. Manfaat Penelitian
Manfaat-manfaat yang dapat diambil dari karya tulis ini yaitu:

a. Karya tulis ini bisa memberikan informasi mengenai perkembangan bumi dari
masa Arkhaekum, Paleozoiku, Mesozoikum, Nesozoikum.
b. Memberikan wawasan tentang perkembangan makhluk hidup di Indonesia.

2
3
BAB II

PEMBAHASAN

1. Asal-Usul Bumi
Bagaimanakah proses terbentuknya alam semesta pertama kali? Para ilmuwan meyakini
bahwa terbentuknya alam semesta (termasuk bumi) berawal dari peristiwa big bang (ledakan
dahsyat atau dentuman besar) sekitar 13,7 miliar tahun yang lalu. Ledakan tunggal ini
melontarkan materi dalam jumlah sangat besar ke segala penjuru alam semesta. Materi-materi
ini kemudian mengisi alam semesta dalam bentuk bintang, planet, debu kosmis, asteroid/meteor,
energi dan partikel lainnya. Ringkasnya, membentuk sisten tata surya. Bumi adalah salah satu
hasil dari lontaran tersebut.
Pada awalnya, bumi berbentuk gumpalan gas panas yang terus-menerus berputar.
Selanjutnya, keadaan bumi semakin mendingin dan akhirnya berbentuk seperti bola padat.
Proses tersebut berjalan cukup panjang (berevolusi), kurang lebih 2,5 miliar tahun, hingga
mencapai keadaan seperti sekarang menurut teori geologi, yaitu ilmu pengetahuan yang
mempelajari tentang pembentukan bumi secara keseluruhan, proses perkembangan bumi dibagi
menjadi empat tahapan masa, yaitu masa Arkaekum, Paleozoikum, Mesozoikum, dan
Neozoikum.
a. Masa Arkaekum
Arkeozoikum/Arkaekum/Arkean merupakan masa awal pembentukan bumi, sekitar 2.500 juta
tahun yang lalu. Permukaan bumi masih jauh dari stabil sehingga tidak ada kehidupan pada
masa ini. Udara di bumi sangat panas sehingga tidak memungkinkan adanya kehidupan yang
kompleks. Bumi sendiri yang pada saat itu dalam kondisi muda, dengan gas yang mencekik
serta sinar yang menyengat, badai yang mengamuk, gunung berapi serta gempa.
Organisme pertama yang ditemukan yaitu berasal dari spesies Cyanobacteria/Sianobakteri.
Bakteri jenis ini menggunakan metana, amonia, dan sulfat untuk berfotosintesis menghasilkan
oksigen. Penumpukan oksigen oleh bakteri ini memakan waktu yang sangat lama sebelum
nantinya diperlukan untuk keberlangsungan hidup organisme selanjutnya. Zaman Arkeozoikum
(4,5 – 2,5 milyar tahun lalu) dan Proterozoikum (2,5 milyar – 290 juta tahun lalu) dikenal
dengan sebutan zaman prakambrium.

Masa Prakambrium lebih tua dari masa Kambrium dimana lapisan-lapisannya terdapat di
bawah lapisan yang mengandung fosil. Penampakan batuan prakambrium sangat jarang

4
dijumpai di permukaan bumi, hanya di beberapa daerah dan terbatas pada tempat tertentu.
Diperkirakan batuan Prakambrium muncul di permukaan bumi karena adanya batuan itu
semenjak kejadian tidak pernah tertutupnya oleh sedimen muda yang ada dan sudah habis
terkikis oleh erosi. Umumnya daerah itu adalah bagian pusat benua. Karena bentuknya agak
melingkar dan permukaannya sedikit cembung maka inti Prakambrium disebut perisai benua.
Pada bagian pusat yang memiliki bentuk perisai, lapisan Prakambrium tertutup oleh lapisan
yang lebih muda, semakin jauh dari bagian pusat maka semakin tebal.

Lapisan prakambrium terdiri atas batuan-batuan berhablur baik yang berasal dari pembekuan
magma cair maupun dari peleburan dan penghabluran kembali sedimen-sedimen dan batu
lainnya yang disebabkan oleh perubahan kimiawi dan fisis pada sedimen dan batuan beku.
Sering kali batuan Prakambrium sulit dicermati untuk mengetahui proses manakah di antara
ketiga proses tersebut yang sesungguhnya sudah membentuk batuan, dan di antaranya bisa
didapatkan bentuk-bentuk peralihan. Oleh sebab itu, lapisan seperti sedimen-sedimen tidak
banyak diketahui. Apabila terdapat lapisan maka seringkali hal ini disebabkan juga oleh
perubahan-perubahan fisik dan kimiawi tertentu pada tekanan yang tinggi. Hubungan dalam
ruang dari batuan sangat rumit untuk diuraikan.

Pada masa Prakambrium dapat diketahui bahwa di beberapa daerah terdapat iklim yang
sangat dingin, sedangkan pada saat lain, iklimnya panas dan lembab, tetapi sulit untuk
menentukan iklim dari lapisan-lapisan sedimen yang ada. Pada waktu itu permukaan bumi yang
ada di atas muka laut merupakan gurun, yang tidak disebabkan karena kekurangan air yang
besar (sahara), tetapi karena pada waktu itu belum terdapat tumbuh-tumbuhan darat. Faktor lain
adalah adanya oksigen bebas dalam atmosfer yang jauh lebih sedikit dari sekarang. Setelah
dilakukan penelitian terhadap sisa-sisa batuan, pada masa Prakambrium tidak ditemukan
bentuk-bentuk hidup dengan tekstur dan bentuk yang jelas. Di samping itu juga didapati jejak
rayap cacing atau binatang serupa. Pada masa Prakambrium tidak ditemukan jasad yang dapat
membuat rangka yang keras sehingga pemfosilan tidak mungkin terjadi.

5
b. Masa Paleozoikum

Paleozoikum artinya zaman bumi purba, berlangsung sekitar 541 – 252 juta tahun yang lalu.
Paleozoikum berasal dari Bahasa Yunani yang berarti palaio (tua) dan zolon (hewan) atau
kehidupan purba. Masa awal ketika permukaan bumi sudah memiliki hidrosfer (lapisan air) dan
atmosfer (lapisan udara). Pada masa ini mulai ada tanda-tanda kehidupan. Zaman ini ditandai
dengan kemunculan kehidupan yang berasal dari air. Ditandai dengan munculnya organisme
bersel tunggal yang kemudian berkembang menjadi organisme multiseluler. Organisme
invertebrata mulai muncul pada zaman ini. Contohnya adalah ubur-ubur, koral, cacing, dan
beberapa hewan laut lainnya. Beberapa tumbuhan paku juga sudah mulai bermunculan di zaman
ini.

Pada akhir masa Paleozoikum terjadi kepunahan massal yakni peristiwa Kepunahan Perm-
Trias. Peristiwa ini begitu dahsyat hingga membutuhkan 30 juta tahun hingga masa
Mesozoikum untuk memulihkan kehidupan di bumi. Zaman Paleozoikum dibagi menjadi 6
periode, diantaranya:

1. Periode Kambrium (120 juta tahun)

Periode kira-kira mulai 600 juta tahun yang lalu. Pada periode ini para ilmuwan
menemukan fosil-fosil yang melimpah dimana hal ini tidak pernah dijumpai pada periode
lebih tua (Prakambrium). Hal ini disebut dengan Ledakan Kambrium, dimana jumlah
makhluk hidup yang berevolusi terbanyak dalam sejarah bumi dalam satu periode. Pada
masa ini ganggang mulai berkembang dan sebagian besar wilayah air menjadi daerah
kekuasaan hewan arthropoda lapis baja, seperti trilobita. Diketahui pada zaman ini iklim
bumi cenderung hangat.

Endapan yang terbentuk pada masa Kambrium banyak ditemukan fosil sehingga banyak
yang diketahui tentang keadaan kehidupan masa itu. Masa Kambrium ini ditandai adanya
endapan-endapan yang menagandung jasad-jasad fosil yang telah mencapai tingkat
perkembangan yang tinggi, bila dibandingkan dengan yang dijumpai pada masa
Prakambrium. Semua masih hidup terbatas oleh air. Oleh karena itu, sisa-sisa

6
peninggalannya hanya berupa jasad-jasad air. Contoh Archaecyatha dan hewan Trilobite
Olenellus.
a. Archaeocyatha
Peranannya seperti binatang karang. Archaecyatha ini banyak membentuk endapan-
endapan gamping yang tebal. Pembentukannya seperti yang dibuat oleh fauna karang
sekarang ini di laut-laut daerah tropika. Gamping yang mengandung Archaecyatha telah
banyak ditemukan di California, Siberia, Spanyol, Australia, dan beberapa negara lain-lain.

b. Binatang
Yang menjadi fosil penunjuk yang terpeting yang pada zaman Kambrium adalah
trilobite yaitu sejenis udang yang berkualitas keras. Batu-batuan pada zaman Kambrium
bercirikan endapan gamping yang mengandung banyak pirit, sedimen pasir, dan
berlempung yang memiliki banyak fosil.

Pada masa ini tidak terdapat batas iklim yang nyata, jasad yang membentuk gamping
memerlukan air yang hangat. Jadi, pada saat iklim sedang atau panas, masa kambrium
ditaksir lamanya 70 juta tahun.

Pendapat yang menyebabkan hewan-hewan yang dapat memfosil semakin banyak dan
ditemukan sebagian besar di daerah tertentu, seperti Kanada Barat adalah pada masa
Kambrium, batu-batuan terkena pengaruh metamorfosa lebih kecil sehingga lapisan-lapisan
batuan yang telah diendapkan dalam zaman geologi yang lebih muda. Contohnya lempung
lemigrad untuk pembuatan barang pecah belah. Setelah Prakambrium beberapa kelompok
binatang lebih banyak mempunyai kerangka maka kemungkinan untuk memfosil lebih
besar.

Dengan menggunakan fosil maka dapat diketahui tiga macam zaman Kambrium, yaitu
Fauna kambrium bawah (fauna ini masih bersifat kosmopolit yaitu hewan-hewan masih
terdapat di mana-mana), Fauna kambrium tengah (masa ini sudah terbagi menjadi daerah
fauna pasifik dan atlantik, daerah atlantik sebagai fosil binatang paradoxides), Fauna
kambrium atas (pada masa fauna kambrium atas daerah fauna pasifik bercirikan

7
diclocephalus dan terus menembus Eropa-Tiongkok-Tibet hingga Spanyol, Daerah fauna
atlantik bercirikan olenus).

2. Periode Ordovisium (45 juta tahun)

Periode ini dimulai 480 juta tahun yang lalu. Pada periode ini fosil ikan tanpa rahang
ditemukan. Fosil ini merupakan hewan vertebrata (bertulang belakang) tertua. Fosil
yang ditemukan berupa rugosa atau trakoral, landak laut (echinoidea), bintang laut
(asteroid), dan lili laut (crinoid). Pada akhir masa ini, bumi mengalami masa Glasiasi
(pembekuan). Iklim yang mendingin ini mengarahkan bumi kepada kepunahan
Ordovisium-Silur dimana 60% invertebrata laut dan 25% famili punah.

3. Periode Silur (30 juta tahun)

Periode ini dimulai 435 juta tahun lalu. Pada periode ini terlihat mulai adanya
peralihan kehidupan dari air ke darat. Tumbuhan mulai tumbuh di daratan. Terutama
tumbuhan paku (Pteridofita). Tumbuhan yang paling menonjol pada masa ini adalah
tumbuhan vaskular (Cooksonia). Binatang eurypterid (kalajengking air) yang bisa
menghirup udara secara langsung juga ditemukan pada masa ini.

Graptolit adalah ciri fosil penunjuk pada masa Silur dan merupakan kumpulan atau
kalori hewan kecil yang disebut Rabdosoma.
Sedimen pasir gamping mayoritas diendapkan pada daerah yang terangkat di dekatnya.
Banyak hewan karang berkembang biak dengan baik sehingga jasadnya meninggalkan
lapisan batu gamping yang tebal.

Di Indonesia, zaman Silur merupakan zaman tertua yang diketahui. Fosil Silur
berupa koral bulat bernama Halisites yang telah ditemukan pada suatu sungai di Papua.
Air hujan di Niagara juga terjadi endapan-endapan Silur. Adanya sisa evaporit
menunjukkan adanya iklim yang kering dan mungkin terdapat suasana gurun.

8
4. Periode Devon (60 juta tahun)

Periode ini dikenal juga dengan nama “Zaman Ikan”, dimulai 405 juta tahun yang
lalu. Perkembangan besar-besaran jenis ikan dan tumbuhan darat terjadi pada masa ini,
contohnya ikan lapis baja Dunkleosteus dan ikan lobus-bersirip yang berkembang
menjadi tetrapoda pertama. Hewan-hewan amfibi pada periode ini mulai berkembang.
Di darat, terjadi Ledakan Devonian, dimana pohon berevolusi dan juga biji-bijian. Pada
menjelang akhir masa ini, 70% spesies punah, dikenal sebagai peristiwa Kepunahan
Devon Akhir.

Zaman ini bercirikan munculnya tumbuhan darat dan hewan bertulang punggung. Di
laut dijumpai perkembangan luas kelompok hewan yang tidak bertulang punggung
seperti amonit. Devon juga terbagi menjadi tiga macam yaitu devon bawah, devon
tengah dan devon atas. Pada zaman Devon ditemukan lapisan-lapisan endapan daratan
yang luas. Banyak di antaranya diendapkan dalam danau dan sungai. Dalam lapisan
banyak ditemukan fosil ikan. Pada zaman ini juga keadaan iklim sangat panas dan di
daerah tropika banyak hujan disertai tumbuhan berkembang yang mengakibatkan
terjadinya tanah merah yang bersifat laten.

Di beberapa tempat ditemukan bekas yang menunjukkan adanya gletser-gletser besar.


Bekas ini ditemukan di Afrika Selatan, Amerika, dan Grondalia. Di Indonesia, zaman
Devon hanya dapat ditunjukkan di beberapa tempat saja yaitu adanya heliolithes dan
tetracoralla. Clathrodyctyon daerah sungai Telen di Kalimantan adalah satu-satunya
tempat di Indonesia yang terbukti memiliki bauan Devon.

5. Periode Karbon (70 juta tahun)

9
Periode ini dimulai 345 juta tahun yang lalu. Periode ini ditandai oleh menyatunya
benua-benua membentuk masa daratan yang disebut pangea. Ganggang tumbuh
melimpah dan tumbuhan lumut muncul untuk pertama kalinya pada masa ini. Hewan
reptil mulai berevolusi dan bumi dipenuhi hutan-hutan berawa. Pohon-pohon itu
menciptakan banyak karbon untuk bahan pembuatan batubara yang digunakan saat ini.

Zaman ini ditandai dengan adanya sejumlah karbon bebas di berbagai belahan dunia.
Karbon atau arang ini sangat berpengaruh terhadap cuaca. Pada masa Karbon terjadi
pembentukan pegunungan, hal inilah yang menyebabkan zaman Karbon dapat dikenal
dengan nyata. Terjadinya batu bara sangat erat kaitannya dengan pengangkatan dan
pembentukan pegunungan.

Adanya karbon menunjukkan iklim sedang yang agak panas, adanya sedimen klasik
yang berwarna merah menandakan iklim kering (arid). Adanya flora dengan daun yang
cukup rindang menunjukkan adanya pelembagaan.

Perkembangan reptilia, amfibia yang muncul pada zaman Devon mengalami


perkembangan pesat, demikian pula perkembangan serangga, lebah, dan lipan.
Serangga pada zaman ini adalah pemakan bangkai. Pada tempat di mana karbon atau
arang diendapkan sebagai lapisan dasar laut, di sana dijumpai karbon dalam jumlah
yang besar. Perkembangan tumbuhan seperti paku, pakis, kawat, lebih nyata
dibandingkan dengan binatang bertulang punggung.

6. Periode Perm (50 juta tahun)

Periode ini dimulai 275 juta tahun yang lalu. Daratan raksasa Pangaea dengan satu
samudra besar yang disebut Panthalassa sudah terbentuk. Pada masa ini terjadi
perubahan iklim yang sangat keras di permukaan bumi. Daratan Pangaea sangat kering
dengan hampir tidak adanya danau dan sungai. Makhluk seperti Dimetrodon dan
Edaphosaurus menguasai benua ini. Akhir periode ini ditandai dengan kepunahan ketiga
yang terjadi dalam sejarah bumi, disebut dengan Kepunahan Perm-Trias. 95% makhluk

10
hidup punah pada masa ini karena kekeringan hebat, kekurangan oksigen, hujan asam
dan aktivitas vulkanik yang sangat aktif.

Ciri-ciri perm adalah letak lapisan yang di skor dan di atas karbon mengandung batu
bara dan juga penyimpangan fauna laut dari dua karbon fosil pada zaman paleozoikum
akhir. Di Indonesia, peninggalan perm ditemukan di Timor pada lembah sungai Noil,
besi di Miaffo Timor Barat Daya berupa lapisan lava-lava bantal. Di Sumatra berupa
gamping dan koral disertai dengan batuan dari gunung berapi. Lapisan perm
mengandung minyak, kalium, lempung keramik, besi, dan batu bara.

Pada umumnya dalam sejarah bumi ditemukan kaidah-kaidah, yaitu apabila perbedaan
tinggi topografi tidak seberapa dan terdapat genangan laut yang luas maka akan terdapat
iklim yang panas dan merata di bagian bumi. Apabila perbedaan tinggi topografi besar,
yaitu selama sesudah ada pengangkatan pegunungan yang meluas di seluruh dunia, ada
pembagian iklim dalam beberapa daerah, yaitu iklim kutub, sedang, kering, gersang,
dan iklim hujan tropis.

c. Masa Mesozoikum
Masa ketika permukaan bumi sudah mulai stabil. Munculnya dinosaurus pada masa ini
menyebabkan masa ini disebut dengan “Zaman Reptil” atau “Zaman Dinosaurus”. Mesozoikum
berarti “kehidupan tengah”, diambil dari bahasa Yunani meso yang berarti “antara” dan Zoon
yang berarti “hewan” atau makhluk hidup”. Era ini terbagi dalam 3 periode yang masing-
masingnya memiliki masa awal, tengah, dan akhir.

1. Periode Trias (45 juta tahun)

Periode ini mulai pada 225 juta tahun yang lalu. Periode ini ditandai oleh munculnya
dinosaurus dan reptilian raksasa untuk pertama kalinya. Periode ini pun menjadi masa
transisi dari peristiwa Kepunahan Perm-Trias yang gersang menuju periode Jura yang
subur. Trias Awal masih didominasi dengan gurun. Superbenua Pangaea belum

11
terpecah menjadikan iklim pada masa ini masih cenderung panas. Beberapa makhluk
seperti Lystrosaurus, Labyrinthodont, dan Euparkeria berhasil bertahan hidup.
Trias Tengah merupakan masa awal pecahnya Pangaea dan awal mula terbentuk
Laut Tethys. Ekosistem telah pulih dari kehancurannya. Fitoplankton, karang dan
terutama reptil tumbuh semakin besar. Sementara di daratan, hutan pinus mulai
berkembang, bersama dengan serangga nyamuk dan lalat. Buaya kuno mulai berevolusi
pada masa ini.

Pada masa Trias Akhir, perubahan lempeng tektonik mulai terjadi menyebabkan
aktivitas gunung berapi semakin meningkat. Hal ini menjadikan kadar karbon dioksida
di bumi semaikin tinggi yang menyebabkan 80% makhluk hidup punah. Kepunahan ini
dikenal dengan peristiwa Kepunahan Trias-Jura.

2. Periode Jura (50 juta tahun)

Periode ini berlangsung kira-kira 200 – 145 juta tahun yang lalu. Pada periode ini
bumi cenderung memiliki iklim lembab. Periode Jura Awal berlangsung kira-kira 200 –
175 juta tahun yang lalu. Iklim sudah berubah menjadi iklim tropis. Di daratan,
dinosaurus jenis reptil menjadi spesies dominan. Sedangkan di lautan, ichthyosaurus,
plesiosaurus, dan ammonoidea menjadi spesies dominan. Mamalia sudah mulai muncul
pada masa ini walaupun tubuhnya masih berukuran kecil.

Jura Tengah adalah masa puncak kehidupan reptil. Reptil berukuran besar banyak
ditemukan pada masa ini. Reptil Diplodocus dan Brachiosaurus berkembang. Di daratan
tumbuhan konifer tumbuh subur hingga membentuk hutan-hutan konifer. Pada masa
Jura Akhir, Pangaea terpecah menjadi benua Laurasia (ke Utara) dan Gondwana (ke
Selatan). Masa ini menampilkan kepunahan besar-besaran jenis sauropoda dan
Ichthyosaurus. Peristiwa kepunahan ini disebut Kepunahan Jura-
Kreta.punahanNeozoikum

Masa yang berlangsung sekitar 60 juta tahun yang lalu. Neozoikum diambil dari kata
dalam Bahasa Yunani yaitu "Kainos" artinya baru dan "Zoe" artinya kehidupan.
Neozoikum menandakan lahirnya kehidupan baru dan berakhirnya 3 masa klasik, yaitu

12
arkaekum, paleozoikum, dan mesozoikum. Pada zaman ini, dinosaurus telah punah dan
mulai muncul binatang menyusui. Masa Neozoikum dibagi menjadi dua masa besar,
yaitu Masa Tersier dan Masa Kuarter.

3. Periode Kreta atau Zaman Kapur (65 juta tahun)

Periode Kreta/Cretaceous merupakan periode terpanjang di zaman Mesozoikum.


Periode ini terbagi menjadi 2, yaitu Kreta Awal dan Kreta Akhir. Kreta Awal,
berlangsung kira-kira 145 – 100 juta tahun yang lalu. Pada periode ini dinosaurus
berkembang pesat dan menyebar ke seluruh dunia.

Kreta Akhir, berlangsung kira-kira 100 – 65 juta tahun yang lalu. Iklim pada masa
ini cenderung dingin dan ekstrim dengan hanya menyisakan bagian khatulistiwa yang
memiliki iklim tropis. Walaupun begitu masih ada spesies baru yang muncul pada
periode ini seperti, Tyrannosaurus, Ankylosaurus, Triceratops dan Hadrosauria yang
mendominasi rantai makanan. Di lautan, mosasaurus menguasai lautan. Pada akhir
masa ini terjadi kepunahan tercepat. Kepunahan ini hanya terjadi dalam rentang waktu
2,5 hingga kurang dari 1 juta tahun. Peristiwa kepunahan ini dikenal dengan Kepunahan
Kreta-Tertier, menjadi peristiwa kepunahan terpopuler karena berbarengan dengan
punahnya dinosaurus. Namun, muncul kehidupan lain di bumi yaitu dari spesies
mamalia dan burung.

Ketiga zaman tersebut disebut tingkat kehidupan pertengahan. Suasana iklim pada
waktu itu adalah panas dan basah. Hal ini diketahui dari adanya pertumbuhan dan
perkembangan flora dan fauna yang ada pada saat itu. Pada zaman ini mulai
berkembang tumbuh-tumbuhan berdaun lebar, binatang melata, amfibi, dan ikan.
Kehidupan flora dan fauna penyebarannya terbatas.

d. Masa Neozoikum

13
Zaman setelah kepunahan dinosaurus ketika permukaan bumi didominasi mamalia dan
burung. Berawal dari 60 juta tahun yang lalu sampai sekarang. Zaman ini dibagi 2, yaitu:
zaman tersier (zaman ketiga) dan zaman kuarter (zaman keempat).

1. Periode Tersier
Pada zaman Tersier, reptil raksasa mulai berkurang, berganti dengan jenis-jenis
binatang mamalia. Zaman ini terbagi menjadi: Paleosen, Eosen, Oligosen, Miosen, dan
Pliosen. Pada zaman Paleosen hewan primata mulai bermunculan. Primata ini bertubuh
lebih besar dari gorila dan disebut dengan Gigantrofi.

a. Paleosen (10 juta tahun)


Kala ini dimulai 65 juta tahun yang lalu. Menjadi masa transisi dari kepunahan
di zaman sebelumnya menuju zaman baru. Daratan mulai membentuk seperti daratan
yang sekarang. Di lautan hiu mulai menguasai setelah reptil raksasa punah. Zaman
baru ditandai dengan melimpahnya tumbuhan berbunga serta lazimnya binatang tak
bertulang belakang, ikan, amfibi, dan mamalia kecil.

b. Kala Eosen (15 juta tahun)


Kala ini dimulai 55 juta tahun yang lalu. Ditandai dengan mulai
berkembangnya buah, biji-bijian, dan rerumputan. Rantai makanan tertinggi dikuasai
oleh burung Paracrax. Zaman eosen sekitar 35,5 juta tahun – 56,7 juta yang lalu,
daerah Afrika menabrak daerah Eropa dan daerah India masih bergerak menuju daerah
Asia mengangkat pegunungan Alpen serta pegunungan Himalaya. Tekanan antara
benua membentuk cekungan samudra yang melebar serta menyebabkan permukaan air
laut merendah.

c. Kala Oligosen (14 juta tahun)


Kala ini mulai 40 juta tahun yang lalu. Ditandai dengan munculnya kera
primitif dan berkembangnya berbagai binatang pengerat. Melimpahnya jenis
rerumputan mendorong beberapa spesies hewan berevolusi. Tubuh mamalia mulai
membesar. Zaman oligosen terjadi sekitar 35,5 juta-24 juta tahun yang lalu dan

14
zaman pliosen terjadi sekitar 5 juta-1,8 juta tahun yang lalu, dimana sejumlah
tumbuhan habis karena cuaca yang semakin dingin.

Pada zaman tersier tumbuh-tumbuhan berkembang biak dan meluas ke seluruh


wilayah kontinen, demikian juga mulai timbul dan berkembang tumbuhan
berbunga. Hewan menyusui dan burung-burung mulai meluas pada zaman tersier.
Keadaan iklim tidak begitu berbeda dengan zaman sekunder. Pada zaman tersier
pula batu bara muda mulai terbentuk.

d. Kala Moisen (12 juta tahun)


Kala ini mulai pada 26 juta tahun yang lalu. Ditandai dengan kemunculan kera
di daratan Asia dan Eropa. 95% tanaman berbiji berevolusi pada masa ini.

e. Kala Pliosen (12,5 juta tahun)


Kala ini dimulai pada 14 juta tahun yang lalu. Ditandai dengan kehidupan laut
yang mirip dengan yang ada sekarang dan kemunculan manusia purba pada akhir
Kala Pliosen ini.

2. Periode Kuarter

Sementara itu, pada zaman Kuarter, mulai muncul tanda-tanda adanya kehidupan
manusia purba. Zaman Kuarter berlangsung sekitar 2 juta tahun yang lalu. Zaman
kuarter terbagi 2 masa, yakni masa Pleistosen yang merupakan awal kehidupan manusia
dan seringkali disebut dengan zaman es. Masa selanjutnya yaitu masa Holosen yang
merupakan awal kemunculan Homo sapiens yang diyakini sebagai awal dari manusia
modern.

Zaman kwartir terdiri atas zaman pleistosen atau dikenal dengan zaman diluvium
dan zaman hollosen atau alluvium. Zaman Pleistosen sekitar 1,8 juta hingga 0,01 juta
tahun yang lalu di mana dikenal sebagai zaman es karena pada zaman ini terjadi

15
beberapa kali glasisasi. Pada zaman ini sebagian besar daerah Eropa, Amerika Utara,
Asia Utara ditutupi oleh es.

Begitu pula pegunungan Alpen, Himalaya, dan Carpathia. Kemudian di anatara


empat zaman es, terdapat zaman intra glasial yang ditandai dengan iklim bumi yang
lebih hangat. Zaman diluvium dan aluvium ini kurang lebih berumur tiga juta tahun
yang lalu di mana pada zaman kwartir telah muncul manusia purba pertama (homo
erectus yang zaman dahulu disebut Pithecanthropus erectus). Flora dan fauna yang
hidup masa itu sangat mirip dengan yang hidup di zaman sekarang.

Pada masa Holosen, manusia modern mulai muncul dengan peradaban barunya. Ilmu
pengetahun manusia mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Masa atau zaman
holosen inilah yang mengawali sejarah perkembangan manusia modern hingga saat ini.

1. Kala Pleistosen

Disebut juga dengan zaman Dilluvium atau zaman es. Dimulai pada 1,75 juta tahun
yang lalu. Pada masa ini muncul manusia purba, Mammoth, badak berbulu, harimau
taring pedang, dan hewan lainnya. Namun dengan iklim yang lama kelamaan
mendingin kehidupan pun kembali musnah. Terjadi perubahan iklim yang drastis pada
daerah kutub, sehingga laut-laut dangkal menjadi kering.

2. Kala Holosen
Disebut juga dengan zaman Alluvium atau zaman banjir. Daratan kering mulai
menjadi lautan kembali karena es mencair. Zaman ini menjadi awal munculnya nenek
moyang manusia modern jenis Homo Sapiens.

2. Makhluk Hidup Di Indonesia

Sistem yang dianut untuk memecahkan masalah tentang manusia itu adalah sistem yang
berdasarkan evolusi, yang memperlihatkan jauh dekatnya hubungan berbagai makhluk dalam
evolusi.

16
Evolusi biologis tidak meninggalkan bukti lengkap bagi umat manusia sekarang. Hal ini yang
sekarang sering menimbulkan perbedaan pendapat dari para ahli. Teori evolusi biologis adalah
perubahan filogenetis, jadi perubahan satu takson menjadi takson lain, atau tetap sebagai takson
lama dengan perubahan sedikit, atau bahkan punah. Evolusi manusia bukanlah manusia berasal
dari monyet karena monyet sekarang memiliki spesies yang jauh dari manusia.

Darwin mengemukakan teori evolusinya, bahwa suatu takson itu tidak statis, tetapi dinamis
melalui waktu yang lama dan panjang, dan semua makhluk di muka bumi ini adalah berkerabat.

Pendapat Darwin dalam bukunya The Origin of Species, sebagai berikut.

• Perkembangan Manusia di Indonesia

1. Bahwa spesies yang ada sekarang berasal dari spesies yang hidup di masa lalu dan akhirnya
sampai sekarang.

2. Bahwa evolusi itu terjadi dalam kehidupan melalui seleksi alam sehingga tidak dapat ditolak.
Hal itu memperlihatkan bahwa spesies yang sekarang berasal dari spesies yang lalu.

3. Antara Pithecanthropus erectus dan Homo sapiens terdapat Homo neanderthalensis sebab
jenis ini cirinya hampir mendekati Homo sapiens.

Dalam evolusi manusia, ciri tubuhnya diwariskan dari orang tua atau nenek moyangnya.
Satuan pewarisan terkecil dinamakan gen yang terdapat pada kromosom. Gen inilah yang
mengatur ciri atau sifat yang akan diturunkan atau diwariskan kepada keturunan selanjutnya.
Mutasi adalah perubahan yang mantap dan dapat diturunkan pada gen suatu organisme. Seleksi
alam berpengaruh kepada gen, itulah sebabnya evolusi selalu ada.

Evolusi manusia mengakibatkan terjadinya perubahan sosial, budaya, bahkan bentuk tubuh
dan fungsinya. Misalnya, sebagai berikut.

1. Evolusi kepala yang berkaitan dengan evolusi muka dan otak. Evolusi ini berkaitan dengan
cara makan yang semula diambil dengan mulut berangsur-angsur berubah dan mulai
menggunakan tangan.
2. Cara bergerak tubuhnya mulai berjalan tegak.
3. Perkembangan hidup biososialnya mulai tampak.

17
Demikian teori perkembangan manusia di muka bumi ini. Bagaimana pendapat para ahli
mengenai kehidupan awal di Indonesia? Sejarah awal keberadaan masyarakat di kepulauan
Indonesia diketahui dan didukung oleh teori imigrasi.

berikut teori perkembangan manusia di indonesia :

1. Teori Van Heine Geldern

Menurut teorinya, bangsa Indonesia berasal dari daratan Asia. Pendapat ini didukung oleh
artefak-artefak (bentuk budaya) yang ditemukan di Indonesia yang memiliki kesamaan bentuk
dengan yang ditemukan di daratan Asia.

2. Teori Prof. Muhammad Yamin

Ia berpendapat bahwa bangsa Indonesia berasal dari daerah Indonesia sendiri. Hal ini
dibuktikan dengan penemuan fosil-fosil tertua dengan jumlah terbanyak di daerah Indonesia.

3. Teori Prof. Dr. H. Kern

Kern menyatakan bahwa bangsa Indonesia berasal dari daerah Campa, Kochin Cina, dan
Kampuchea. Kern juga menyatakan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia mempergunakan
perahu bercadik menuju kepulauan Indonesia. Pendapat Kern ini didukung dengan adanya
persamaan nama dan bahasa yang dipergunakan di daerah-daerah di Indonesia (yang menjadi
objek penelitian Kern adalah persamaan bahasa serta persamaan nama binatang dan alat
perang).

4. Teori Prof. Dr. Kroom

Ia menyatakan bahwa asal-usul bangsa Indonesia adalah dari daerah Cina Tengah karena di
daerah tersebut banyak sungai yang besar. Mereka menyebar ke wilayah Indonesia sampai
tahun 1500 SM.

18
5. Teori Moh. Ali

Ia berpendapat bahwa bangsa Indonesia berasal dari Yunan daerah Cina Selatan, yakni dari
hulu sungai besar di Asia yang kedatangannya di Nusantara secara bergelombang. Gelombang
pertama adalah gelombang Melayu Tua (Proto Melayu 3000 SM – 1500 SM) dengan ciri
budayanya adalah Neolitikum. Mereka datang dengan jenis perahu bercadik satu. Gelombang
kedua adalah gelombang Melayu Baru (Deutero Melayu 1500 SM – 500 SM) dengan
menggunakan perahu bercadik dua.

6. Teori Dr. Brandes

Ia berpendapat bahwa bangsa yang bermukim di Kepulauan Indonesia memiliki banyak


persamaan dengan bangsa-bangsa pada daerah yang terbentang dari sebelah utara Formosa,
sebelah barat Madagaskar, sebelah selatan tanah Jawa, dan sebelah timur sampai ke tepi barat
Amerika.

7. Teori Willem Smith

Ia meneliti asal-usul bangsa Indonesia melalui penggunaan bahasa oleh bangsa Indonesia.
Willem Smith membagi bangsa di Asia atas dasar bahasa yang dipergunakannya, yaitu bangsa
berbahasa Togon, bangsa yang berbahasa Jerman, dan bangsa yang berbahasa Austria. Bangsa
yang berbahasa Austria dibagi dua, yaitu bangsa yang berbahasa Austro-Asia dan bangsa yang
berbahasa Austronesia. Bangsa-bangsa yang berbahasa Austronesia ini mendiami wilayah
Indonesia, Melanesia, dan Polinesia.

8. Teori Hogen

Ia menyatakan bahwa bangsa yang mendiami daerah pesisir Melayu berasal dari Sumatra.
Bangsa ini bercampur dengan bangsa Mongol yang kemudian disebut bangsa Proto Melayu dan
Deutero Melayu. Bangsa Proto Melayu (Melayu Tua) menyebar di wilayah sekitar Indonesia
tahun 1300 SM – 1500 SM. Adapun bangsa Deutero Melayu (Melayu Muda) menyebar di
wilayah Indonesia sekitar tahun 1500 SM – 500 SM.

9. Teori Max Muller

19
Ia mengatakan bahwa asal bangsa Indonesia adalah daerah Asia Tenggara. Namun, pendapat
Max Muller ini tidak begitu jelas alasannya. Ia menarik kesimpulan dari para peneliti lainnya.

10. Teori Majumdar

Sebagai seorang yang tekun dalam penelitian maka kesimpulan yang diperolehnya adalah
bahwa bangsa-bangsa yang berbahasa Austronesia berasal dari India, kemudian menyebar ke
Indocina, terus ke daerah Indonesia dan Pasifik. Pendapat Majumdar ini didukung oleh
penelitiannya berdasarkan bahasa Austria yang merupakan bahasa muda di India Timur.

Berdasarkan penyelidikan terhadap penggunaan bahasa yang dipakai di berbagai


kepulauan, Kern berkesimpulan bahwa Indonesia berasal dari satu daerah yang menggunakan
bahasa yang sama, yaitu bahasa Campa, dan agak ke utara, yaitu Tonkin. Mereka datang ke
Indonesia 1500 SM semula ke Kampuchea dan melanjutkan perjalanan ke Semenanjung
Malaka. Dari Malaka masuk ke Sumatra, Kalimantan, dan Jawa, sedangkan yang berada di
Filipina melanjutkan perjalanan sampai di Minahasa dan daerah sekitarnya.

PENUTUP

3. Kesimpulan

Dari ulasan di atas penulis bisa merumuskan sebagai berikut:

Setelah meneliti tentang perkembangan bumi dan munculnya mahluk hidup di indonesia, dapat
ditarik kesimpulan bahwa perkembangan bumi dari masa ke masa merupakan aspek yang sangat
penting dalam sejarah. Tanpa meneliti perkembangan bumi, kita tidak akan tahu asal usul
tempat yang kita tinggali saat ini yaitu bumi.

Perkembangan bumi meliputi masa Arkaekum Paleozoikum, Mesozoikum, dan Neozoikum


(Kenozoikum). Selain itu ada beberapa peneliti yang memaparkan teori tentang perkembangan
manusia di indonesia yaitu Van Heine Geldern, Prof. Muhammad Yamin, Prof. Dr. H. Kern,
Prof. Dr. Kroom, Moh. Ali, Dr. Brandes, Willem Smith, Hogen, Max Muller, Majumdar

20
21
Daftar Pustaka

https://blog.unnes.ac.id/ayukwitantri/2016/02/15/teori-perkembangan-manusia-di-indonesia/
https://www.gramedia.com/literasi/sejarah-pembentukan-bumi-zaman-praaksara/

22
Riwayat Hidup

Penulis bernama lengkap Alfadiel Muhammad Ismail, lahir di Kota


Makassar pada tanggal 2 september 2007, merupakan anak dari pasangan
suami istri Bapak Dr. Raden Boyke Mulyana Sasmitawidjaja dan Ibu Iim
Rahmina (Almh). Penulis menempuh pendidikan dasar di SD 1/2
Pangkajene pada tahun 2001 dan lulus pada tahun 2007, lalu melanjutkan
sekolah menengah pertama di SMP Negeri 2 Pangkep dan lulus pada tahun
2021, kemudian melanjutkan pendidikan di sekolah menengah atas di SMAN 1 Pangkep.
Penulis berhasil mempertahankan Laporan Tugas berjudul “Perkembangan Bumi dan
Munculnya Mahluk Hidup di Indonesia” pada tanggal 30 Oktober 2022. Sampai saat ini penulis
masih terdaftar sebagai siswa SMAN 1 Pangkep

23
Riwayat Hidup

Penulis bernama lengkap Hitta Ervina Praya, lahir di Kota Makassar pada
tanggal 19 mei 2006, merupakan anak dari pasangan suami istri Bapak
Muhammad Thezar dan Ibu Erningsih. Penulis menempuh pendidikan dasar
di SD 12 Bira pada tahun 2001 dan lulus pada tahun 2007, lalu melanjutkan
sekolah menengah pertama di SMP Negeri 2 Pangkep dan lulus pada tahun
2021, kemudian melanjutkan pendidikan di sekolah menengah atas di
SMAN 1 Pangkep. Penulis berhasil mempertahankan Laporan Tugas berjudul “Perkembangan
Bumi dan Munculnya Mahluk Hidup di Indonesia” pada tanggal 30 Oktober 2022. Sampai saat
ini penulis masih terdaftar sebagai siswa SMAN 1 Pangkep

24

Anda mungkin juga menyukai