Anda di halaman 1dari 17

PRASEJARAH DAN SEJARAH INDONESIA

“Disusun Untuk Memenuhi Tugas Perkuliahan Matakuliah Sejarah Indonesia

Disusun Oleh :

Kelompok I

1. Nurul Aina Nasution 2120500003


2. Siti Habibah Tarigan 2120500012
3. Mutiara sri ningsih 2121500039

Dosen Pembimbing :

Dr. Irwandi Sihombing, S. Ag

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYEKH ALI HASAN AHMAD ADDARY

PADANGSIDIMPUAN

T.A. 2024
MENGENAL PRASEJARAH

A. Mengenal Arkeologi

Arkeologi, berasal dari bahasa Yunani, archaeo yang berarti "kuna" dan logos, "ilmu".
Nama alternatif arkeologi adalah ilmu sejarah kebudayaan material. Arkeologi adalah ilmu yang
mempelajari kebudayaan (manusia) masa lalu melalui kajian sistematis atas data bendawi yang
ditinggalkan. Kajian sistematis meliputi penemuan, dokumentasi, analisis, dan interpretasi data
berupa artefak (budaya bendawi, seperti kapak batu dan bangunan candi) dan ekofak (benda
lingkungan, seperti batuan, rupa muka bumi, dan fosil) maupun fitur (artefaktual yang tidak
dapat dilepaskan dari tempatnya (situs arkeologi). Teknik penelitian yang khas adalah penggalian
(ekskavasi) arkeologis, meskipun survei juga mendapatkan porsi yang cukup besar.

Tujuan arkeologi beragam dan menjadi perdebatan yang panjang. Di antaranya adalah
yang disebut dengan paradigma arkeologi, yaitu menyusun sejarah kebudayaan, memahami
perilaku manusia, serta mengerti proses perubahan budaya. Karena bertujuan untuk memahami
budaya manusia, maka ilmu ini termasuk ke dalam kelompok ilmu humaniora. Meskipun
demikian, terdapat berbagai ilmu bantu yang digunakan, antara lain sejarah, antropologi, geologi
(dengan ilmu tentang lapisan pembentuk bumi yang menjadi acuan relatif umur suatu temuan
arkeologis), geografi, arsitektur, paleoantropologi dan bioantropologi, fisika (antara lain dengan
karbon c-14 untuk mendapatkan pertanggalan mutlak), ilmu metalurgi (untuk mendapatkan
unsur-unsur suatu benda logam), serta filologi (mempelajari naskah lama).

Secara khusus, arkeologi mempelajari budaya masa silam, yang sudah berusia tua, baik
pada masa prasejarah (sebelum dikenal tulisan), maupun pada masa sejarah (ketika terdapat
bukti-bukti tertulis). Pada perkembangannya, arkeologi juga dapat mempelajari budaya masa
kini, sebagaimana dipopulerkan dalam kajian budaya bendawi modern (modern material culture).
Karena bergantung pada benda-benda peninggalan masa lalu, maka arkeologi sangat
membutuhkan kelestarian benda-benda tersebut sebagai sumber data. Oleh karena itu, kemudian
dikembangkan disiplin lain, yaitu pengelolaan sumberdaya arkeologi (Archaeological Resources
Management), atau lebih luas lagi adalah pengelolaan sumberdaya budaya (CRM, Culture
Resources Management).

Di Indonesia, perkembangan arkeologi dimulai dari lembaga-lembaga yang bergerak di


bidang kebudayaan, seperti Bataviaashe Genootshcap van Kunsten en Wettenschappen yang
kemudian di Jakarta mendirikan museum tertua, sekarang menjadi Museum Nasional. Lembaga
pemerintah pada masa kolonial yang bergerak di bidang arkeologi adalah Oudheidkundige
Dienst yang banyak membuat survei dan pemugaran atas bangunan-bangunan purbakala
terutama candi. Pada masa kemerdekaan, lembaga tersebut menjadi Dinas Purbakala hingga
berkembang sekarang menjadi berbagai lembaga seperti Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala
dan Balai Arkeologi yang tersebar di daerah-daerah dan Direktorat Purbakala serta Pusat
Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional di Jakarta. Di samping itu, terdapat beberapa
perguruan tinggi yang membuka jurusan arkeologi untuk mendidik tenaga sarjana di bidang
arkeologi. Perguruan-perguruan tinggi tersebut adalah Universitas Indonesia (Departemen
Arkeologi, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya), Universitas Gadjah Mada (Jurusan Arkeologi,
Fakultas Ilmu Budaya), Universitas Hasanuddin (Jurusan Arkeologi, Fakultas Sastra), dan
Universitas Udayana (Jurusan Arkeologi, Fakultas Sastra).

B. Perkembangan Penelitian Prasejarah Indonesia

Penelitian tentang prasejarah Indoensia telah berlangsung lama. Sejak zaman Hindia
Belanda upaya penelitian untuk menguak masa lalu bangsa-bangsa telah dilakukan terutama oleh
pakar dari luar negeri (Belanda) seperti: E Dubois, V Koenigswald, Van Heekeren, dan lain-lain.
Mereka banyak melakukan penelitian untuk merekonstuksi prasejarah di Indonesia. Penelitian
yang dilakukan menunjukkan hasil yang luar biasa yang dapat dilihat dari penemuan-penemuan
yang hebat yaitu penemuan situs diberbagai tempat seperti Situs Sangiran di Jawa Tengah, Situs
Pati Ayam, Situs Sambung Macan, dan lain-lain. Di samping itu penelitian-penelitian para
arkelolog ini juga menghasilkan temuan yang mencengangkan dunia yaitu penemuan fosil
manusia prasejarah Indpnesia seperti akan disebutkan nanti.

Setelah zaman kemerdekaan sarjana dari Indonesia juga telibat aktif dalam penelitian
prasejarah. Berkembangnya perguruan tinggi di Indonesia khususnya untuk bidang arkelogi
menyebabkan banyak dihasilkan arkeolog yang berkompeten dari Indonesia. Ahli palaeontologi
Indonesia: Teuku Yacoeb (UGM) telah melakukan banyak penelitian yang mahahebat,
disamping masih ada tokoh lain seperti RP Sujono yang juga telah melakukan banyak penelitian
di bidang palaeontologi. Di samping itu ada juga ahli luar negeri yang meneliti prasejarah
Indonesia seperti P Bellwood yang tetap konsern dalam menegakkan penelitian prasejarah di
Asia Tenggara dan Indonesia. Saat ini mulai muncul arkeolog muda yang mulai menunjukkan
keahliannya dalam bidang ini, misalnya: Truman Simanjutak, Luthfi Arisianto, Sapri
Hadiwisastro, dan lain-lain. Berkat kerja keras mereka inilah masa lalu kehidupan manusia dapat
dikuak pada masa sekarang.

C. ZAMAN PRSEJARAH INDONESIA

1). Periodisasi Zaman Prasejarah Indonesia

Prasejarah Indonesia merupakan bagian awal banyak data arkeologi, khususnya bukti
kehidupan prasejarah, muncul berbagai dari sejarah kebudayaan Indonesia. Dalam sejarah waktu
merupakan unsur yang sangat esensial, sehingga pembagian waktu berdasarkan periodisasi
merupakan pilihan yang sangat baik. Dengan demikian diharapkan uraian tentang kejadian dan
peristiwa dalam sejarah dapat lebih bersifat kronologis. Sekitar tahun 1836 seorang ahli sejarah
dari Denmark CJ. Thomsen mengemukakan periodisasi zaman praaksara. Ia membagi zaman
praaksara menjadi 3 zaman yaitu: zaman batu, zaman perunggu dan zaman besi. Konsep ini
bertahan lama di Eropa Barat dan terkenal dengan sebutan three age system. Konsep yang
dikemukakan oleh Thomsen ini menitikberatkan pada pendekatan yang bersifat teknis yang
didasarkan pada penemuan atas alat-alat yang ditinggalkan. Jadi yang dimaksud zaman batu
adalah zaman dimana peralatan manusia dibuat dari batu, zaman perunggu berciri khas peralatan
manusia dibuat dari perunggu sedangkan zaman besi adalah zaman dimana peralatan manusia
praaksara dibuat dari besi.

Konsep periodisasi zaman praaksara Indonesia juga terpengaruh oleh pendekatan model
Thonsen ini. Pakar sejarah dari Indonesia R Soekmono membagi zaman prasejarah Indonesia
menjadi 2 zaman yaitu zaman batu (meliputi: Palaeolithikum, Mesolithikum, dan neolithikum)
dan zaman logam (meliputi zaman tembaga, perunggu dan besi)Periodisasi zaman praaksara
Indonesia memasuki tahap baru ktika pada sekitar tahun 1970 seorang ahli sejarah R.P. Soeroso
menggunakan pendekatan sosial ekonomis untuk membat periodisasi zaman praaksara Indonesia.
Dengan pendekatan baru ini maka zaman praaksara Indoenesia dibagi menjadi 3 zaman yaitu:

1. Zaman berburu dan mengumpulkan makanan

2. Zaman pertanian/bercocok tanam

3. Zaman perundagian (kemampuan teknik)

Meskipun masing-masing zaman memiliki karakter dan cirri-ciri khusus, namun tidak
berarti dengan bergantinya zaman, karakter pada zaman sebelumya sama sekali hilang. Jadi pada
zaman pertanian misalnya masyarakat sama sekali tidak meninggalkan tradisi pada zaman
berburu dan mengumpulkan makanan. Kadang-kadang masyarakat masih berburu untuk
mendapatkan tambahan makanan. Tampaknya model pendekatan social ekonomis inilah yang
sekarang dipergunakan untuk membuat periodisasi zaman praaksara Indonesia.

2). Ciri-ciri Kehidupan Manusia Praaksara

Manusia adalah makhluk yang paling sempurna. Meskipun masih primitif, akan tetapi ia
dilengkapi dengan akan pikiran sehingga manusia dapat memikirkan cara-cara untuk mengatasi
kesulitan-kesulitan yang dihadapinya. Demikian juga dengan manusia praaksara, ia mampu
mengatasi kesulitan dan tantangan alam dengan memanfaatkan benda-benda yang ada
disekitarnya.

Berdasarkan kemampuan teknologisnya, yang didasarkan pada alat-alat yang


ditinggalkannya, periodisasi masyarakat praaksara Indonesia dapat dirinci menjadi

1. Zaman batu yang meliputi: palaeolithikum, mesozoikum, dan neolitikum.

2. Zaman logam yang meliputi: zaman tembaga, perunggu dan besi.

Zaman batu merupakan suatu periode dimana peralatan manusia pada saat itu dibuat dari
batu. Dengan kemampuan yang terbatas manusia praaksara memanfaatkan batu untuk membantu
mengatasi tantangan alam. Batu mereka manfaatkan untuk membuat kapak, pisau dan alat-alat
lain yang menunjang kehidupan mereka pada saat itu. Sedangkan zaman logam merupakan suatu
periode dimana manusia praaksara telah mengenal logam dan memanfaatkannya sebagai bahan
untuk membuat alat-alat dan perkakas yang dibutuhkannya. Untuk lebih jelasnya marilah kita
membahas masing-masing periode perkembangan manusia praaksara tersebut.

1. Zaman Palaeolithikum

Zaman palaeolithikum atau zaman batu tua merupakan zaman dimana peralatan manusia
prasejarah dibuat dari batu yang cara pengerjaannya masih sangat kasar. Zaman ini berlangsung
pada zaman pleistosen yang berlangsung kira-kira 600.000 tahun lamanya.Pada saat itu manusia
praaksara kehidupannya masih sangat sederhana. Mereka hidup berkelompok dengan anggota
kelompok sebanyak 10-15 orang. Mereka sudah mengenal api, meskipun baru dimanfaatkan
sebagai senjata untuk menghadapi makhluk hidup lain, atau untuk menakuti binatang buruan.
Manusia praaksara pada zaman palaeolithikum ini mendapatkan bahan makanan dengan cara
berburu dan mengumpulkan makanan dengan memungut langsung dari alam (food gathering).
Mereka sangat tergantung dengan persediaan makanan dari alam karena mereka belum mampu
memproduksi makanan. Oleh karenanya mereka selalu berpindah pindah tempat (nomaden)
mengikuti musim makanan. Apabila makanan di tempat mereka habis, maka mereka akan pindah
ke tempat lain yang persediaan makanannya masih mencukupi.

Biasanya manusia purba hidup di dalam gua atau di pinggir sungai dengan tujuan utama
untuk mempermudah dalam pencarian makanan. Sungai merupakan tempat yang paling
memungkinkan untuk mendapatkan ikan. Sedangkan gua dapat mereka manfaatkan sebagai
tempat untuk melindungi diri dari cuaca panas, hujan dan serangan dari binatang buas.

2. Zaman Mesolithikum

Zaman mesolithikum atau zaman batu tengah merupakan zaman peralihan dari zaman
palaeolithikum menuju ke zaman neolithikum. Pada zaman ini kehidupan manusia praaksara
belum banyak mengalami perubahan. Alat-alat yang dihasilkan masih terlihat kasar meskipun
telah ada upaya untuk memper-halus dan mengasahnya.agar kelihatan lebih indah.Pada masa ini
manusia mulai hidup menetap dengan membuat rumah panggung di tepi pantai atau tinggal di
dalam gua dan ceruk-ceruk batu padas. Manusia prasejarah juga mulai bercocok tanam dan telah
terlihat mulai mengatur masyarakatnya. Mereka melakukan pembagian pekerjaan dimana kaum
laki-laki berburu, sedangkan kaum wanita mengurusi anak dan membuat kerajinan berupa
anyaman dan keranjang.

Manusia praaksara juga mulai mengenal kesenian. Di dalam sebuah gua di Maros
(Sulawesi Selatan) ditemukan tapak tangan berwarna merah dan gambar babi hutan yang oleh
para ahli diyakini sebagai bagian dari kebudayaan masyarakat prasejarah. Dari uraian di atas
dapat disimpulkan bahwa kebudayaan mesolithikum dapat dikategorikan dalam dua unit budaya
yaitu
3. Zaman Neolithikum

Zaman neolithikum atau zaman batu muda merupakan revolusi dalam kehidupan manusia
praaksara. Hal ini terkait dengan pemikiran mereka untuk tidak menggantungkan diri dengan
alam dan mulai berusaha untuk menghasilkan makanan sendiri (food producing) dengan cara
bercocok tanam. Di samping bercocok tanam manusia praaksara juga mulai beternak sapi dan
kuda yang diambil dagingnya untuk dikonsumsi.

Manusia praaksara juga telah hidup dengan menetap (sedenter). Mereka membangun
rumah-rumah dalam kelompok-kelompok yang mendiami suatu wilayah tertentu. Peralatan yang
digunakan juga telah diasah dengan halus sehingga kelihatannya lebih indah. Kebudayaan
mereka juga telah mengalami kemajuan yang ditunjukkan dengan kemampuan mereka
menghasilkan gerabah dan tenunan. Pola hidup menetap yang mereka jalani menghasilkan
kebudayaan yang lebih maju, karena mereka mempunyai waktu luang untuk memikirkan
kehidupannya.

4. Zaman Megalithikum

Zaman megalithikum atau zaman batu besar adalah suatu kebudayaan yang berkaitan
dengan kehidupan religius manusia praaksara. Zaman megalithikum sejalan dengan zaman
neolithikum karenanya lebih tepat bila disebut dengan kebudayaan megalithikum. Zaman
megalithikum terbagi dalam dua fase pencapaian. Fase pertama terkait dengan alat-alat upacara,
sedangkan fase kedua terkait dengan upacara penguburan. Kebudayaan megalithikum
menghasilkan alat-alat antara lain:

1. Menhir yaitu tugu batu yang dibuat dengan tujuan untuk menghormati roh nenek
moyang.

2. Dolmen yaitu meja batu dimana kakinya berupa tugu batu (menhir). Biasanya meja
batu ini digunakan untuk meletakkan sesaji. Kadang-kadang dibawah dolmen adalah
sebuah kuburan, sehingga orang sering menganggapnya sebagai peti kubur.

3. Peti kubur yaitu potongan batu yang disusun menjadi sebuah peti yang digunakan
untuk meletakkan jenazah.

4. Sarkofagus yaitu keranda dari batu utuh (monolith)yang dianggap memiliki kekuatan
magis.

5. Waruga adalah peti kubur yang berbentuk kubus atau bulat.

6. Punden berundak yaitu sebuah bangunan yang digunakan untuk sesaji yang
merupakan bentuk dasar dari bangunan candi.
Seperti diketahui bangsa Indonesia, terutama pertumbuhan periodesasi prasejarah
merupakan sarana dan perkembangan masyarakat prasejarah penting untuk memahami
kehidupan Indonesia dalam kaitanya dengan pertumbuhprasejarah. Dengan periodesasi tersebut
dan perkembangan masyarakat masa kini. diharapkan kehidupan prasejarah dapat Selama ini
terminologi prasejarah dijelaskan dalam dimensi ruang dan waktu. Indonesia dipandang dalam
pengertian yang Beberapa model periodesasi prasejarah telah terbatas. aspek kehidupan manusia
sejak saat hadirnya hominid yang pertama pada kala plestosen Model Teknologihingga saat
manusia telah mengenal Pembentukan periodesasi prasejarah tulisan pertama pada sekitar abad
pertama kali dikemukakan oleh C.J. Thomsen 4-5 M. gagasan prasejarah Indonesia ditambah
dengan dataThomsen ini disebut sistem tiga zaman (three data etnoarkeologi terutama aspek
tradisi age system) ysng membagi zaman prasejarah prasejarah yang masih bertahan dan
menjadi: zaman batu, zaman perunggu, dan berkembang hingga masa sekarang.zaman besi.

Dalam penerapannya kemudian sistem Thomsen dikembangkan menjadiPeriodesasi


Prasejarahsistem empat zaman dimana zaman batu Pengetahuan tentang prasejarah didibagi
menjadi zaman batu tua (paleolitik) sistematisasikan berdasarkan bahan-bahan dan zaman batu
baru (neolitik). Akhirnya yang diperoleh selama ini. Beberapa tesusunlah sistem lima zaman
yang meliputi: pandangan tentang perkembangan kehidupan paleolitik, mesolitik, neolitik,
perunggu, dan manusia prasejarah telah diungkapkan oleh besi.

Sistem pembagian zaman prasejarah sebagai model periodesasi prasejarah Indonesia


yang tersusun menjadi: masa di Eropa Barat ini kemudian dikenal sebagai berburu dan
mengumpul makanan tingkat model teknologi yang terutama menaruh sederhana, masa berburu
dan mengumpulperhatian pada perkembangan teknik makanan tingkat lanjut, masa bercocok
pembuatan alat kerja manusia. Setiap tingkat tanam, dan masa perundagian. perkembangan
ditandai oleh terciptanya alat dengan bentuk dan bahan pembuatan tertentu Lingkungan Alam 1.

Seperti halnya di Eropa, melangsungkan kehidupanya. Seperti diprasejarah di Indonesia


dibagi dalam ketahui manusia masa prasejarah masih beberapa tingkat teknologi yang sangat
menggantungkan hidupnya pada alam, memprioritaskan perkembangan kebudayaan sehinga
hubungan yang begitu dekat antara material. Tingkat ini terdiri atas: paleolitik, manusia dengan
lingkungan membawa mesolitik, neolitik, perunggu-besi (atau konsekuensi bahwa manusia harus
senantiasa perunggu-besi digabung menjadi logam beradaptasi dengan lingkungan yang
awal/paleometalik).

Model Sosial-EkonomiPada zaman kuarter yang terbagi atas kala Model ini
menitikberatkan pada plestosen dan holosen telah terjadi beberapa problema sosial dan ekonomi
1
Soejono, R.P. 2000. Tinjauan tentang Pengkerangkaan Prasejarah Indonesia. Aspek-aspek Arkeologi Indonesia
No. 5. Jakarta : Pusat Arkeologi
yang akan kali perubahan iklim. Sejak awal kehadiran dipecahkan melalui data prasejarah. Suatu
manusia plestosen di muka bumi ini pendekatan yang memfokuskan pada senantiasa diikuti oleh
peristiwa alam yang kehidupan ekonomi telah dikemukakan oleh tentu saja berpengaruh
terhadap ekologi J.C.D. Clark tahun 1952.

Sementara itu manusia prasejarah yang menghuni pada kala pendekatan sosio-struktural 2.
diletakkan pada kemajuan teknologi Lingkungan Alam Kala Plestosendan sosial masyaraka
prasejarah Eropa. Kala plestosen merupakan bagian Kemajuan sosial ini ditandai dengan adanya
masa geologi yang paling muda dan paling Revolusi Neolitik dan Revolusi Perkotaan. singkat.
Akan tetapi bagi sejarah kehidupan Cara pendekatan sosial-ekonomi ini manusia, kala ini
merupakan masa yang disebut juga dengan model mata pencaharian paling tua dan terpanjang
yang dilalui hidup (subsistence model) yang membagi manusia. Kala Plestosen berlangsung
kiratingkat hidup menjadi berburu dan kira 3 juta sampai 10 ribu tahun yang lalumengumpul
makanan disusul oleh hidup (Soejono 2010). Pada kala ini telah terjadi bercocok tanam. Model
inilah yang kemudian beberapa kali perubahan iklim. Secara umum diluncurkan R.P. Soejono
pada tahun 1970 pada masa itu terjadi glasiasi (jaman es), dimana suhu bumi turun dan glester
melu

Prasejarah merupakan masa dimana awal kehidupan manusia saat belum mengerti dalam
hal menulis dan membaca, masa prasejarah lebih mudah di kenal sebagai masa yang erat
kaitanya antara manusia dan lingkungan3. Masa pleistosen, merupakan masa dimana manusia
mengeksploitasi lingkungan dengan cara berburu, meramu, dan mengumpulkan makanan.
Kemampuan manusia dalam memanfaatkan lingkungan biotik sebagai makanan, abiotik sebagai
alat dan tempat perlindungan mampu menjadi contoh kasus yang sangat jelas4.

Pada zaman prasejarah manusia belum mengenal tulisan. Zaman prasejarah dimulai sejak
adanya kehidupan di permukaan bumi hingga manusia mengenal tulisan. Masa prasejarah tidak
meninggalkan bukti-bukti tertulis pada bendabenda peninggalannya saat ini. (Ari Listiyani,
2009). Namun zaman prasejarah terbagi kedalam beberapa periode, yang salah satunya adalah
zaman mesozoikumyang berlangsung selama 140 juta tahun yang lalu, ditandai dengan
munculnya reptil raksasa seperti dinosaurus dan atlantasurus, serta jenis ikan, burung dan hewan
menyusui lainnya yang kita sebut hewan purbakala atau hewan prasejarah saat ini. (Hendrayana,
2009).Namun saat ini, untuk mempelajari hewan purbakala anak-anak hanya dapat mempelajari
dari buku saja. Dimana di buku tersebut hanya terdapat gambar berupa fosil hewan purbakala
yang pernah ditemukan tanpa mengetahui bagaimana bentuk dari hewan purbakala itu sendiri.
Tetapi dengan adanya teknologi augmented reality, maka pengguna dapat melihat objek maya
yang diproyeksikan terhadap dunia nyata dengan bentuk 3 dimensi yang menarik.(Thomas,
2007).Seiring dengan teknologi animasi yang semakin berkembang dan kebutuhan akan tampilan
3 dimensi dengan kualitas yang baik, maka augmented reality digunakan untuk memenuhi
2
Childe, V.G. 1958. The Prehistory of Euoropean Society. Penguin Books.
3
4
kebutuhan tersebut. Augmented Reality adalah sebuah istilah untuk lingkungan yang
menggabungkan antara dunia nyata dan dunia virtual yang dibuat oleh komputer, sehingga batas
antara keduanya menjadi sangat tipis. (Azuma, 1997).Pada prinsip kerjanya augmented reality
bersifat interaktif, realtime dan objek yang ditampilkan dalam bentuk 3 dimensi. Kelebihan dari
augmented reality itu sendiri yaitu pengembngannya yang lebih mudah dan lebih murah,
kelebihan lainnya yaitu augmented reality dapat diimplementasikan secara luas dalam berbagai
media. Dapat dijadikan sebuah aplikasi di dalam smartphone danmedia cetak seperti koran,
buku, dan majalah. (Kaufmann, 2002). Sehingga pemanfaatan augmented reality sebagai media
pembelajaran hewan purbakala ini diharap dapat membantu anak-anak untuk lebih memahami
tentang hewan purbakala, dengan bentuk 3 dimensi yang ditampilkan secara lebih nyata, menarik
dan real time. Penggunaan marker bergambar hewan yang dicetak di atas kertas dibuat agar
menarik untuk anak-anak. Ketika aplikasi diarahkan diatas marker, maka otomatis gambar
hewan berbentuk 3 dimensi akan keluar dari dalam gambar.

Melalui media pembelajaran ini diharapkan anak-anak dapat lebih antusias dalam
mempelajari tentang hewan purbakala. Selain untuk mengenalkan hewan kepada anak-anak
media pembelajaran ini secara tidak langsung mengajarkan anak-anakuntuk dapat menggunakan
teknologi yang sedang berkembang saat ini. (Dewa, 2015). Maka pada penelitian ini peneliti
menggunakan augmented reality untuk membuat sebuah media pembelajaran interaktif yang
menggunakan objek 3 dimensi sebagai konten didalamnya. Marker yang digunakan untuk
aplikasi ini adalah berupa gambar dari hewan itu sendiri, disini peneliti menggunakan media
single marker yaitu penggunaan marker untuk masing-masing gambar bukan menggunakan multi
marker yaitu satu marker dapat menampilkan banyak objek 3 dimensi. (Roedavan, 2016).Dari
segi fitur, virtual, dan teknologi, media pembelajaran berbasis augmented reality ini dapat
dikembangkan lebih lanjut baik dalam bentuk mobilemaupun dekstop.

Masa Praaksara merupakan suatu masa di mana manusia dalam hal ini ialah manusia
purba sebagai masyarakat yang menetap di suatu wilayah yang ada di Indonesia, masih belum
mengenal tulisan . Berdasarkan hasil kebudayaannya, secara garis besar, Zaman Praaksara dibagi
menjadi Zaman Batu dan Zaman Logam.

1. Jaman batu Berdasarkan cara memproses perkakas batu dan fungsi perakaks batu yang
mereka gunakan , jaman batu diperiodisasi lagi menjadi 4 zaman, yaitu sebagai berikut:

a. Jaman Paleolitikum (Zaman Batu Tua)

b. Jaman Mesolitikum (Zaman Batu Madya)

c. Jaman Neolitikum (Zaman Batu Baru/Batu Muda)

d. Jaman Megalitikum (Zaman Batu Madya)

a Jaman Batu Tua ( Palaeplithikum)


Jaman palaeolithikum berarti jaman batu tua. Jaman ini ditandai dengan adanya
perkakas yang terbuat dari batu yang masih kasar, sederhana, dan sangat primitif. Hasil
kebudayaan Palaeolithikum banyak ditemukan di daerah Pacitan (Jawa Timur) dan Ngandong
(Jawa Timur). Untuk itu para arkeolog sepakat untuk membedakan temuan benda-benda
prasejarah di kedua tempat tersebut yaitu sebagai kebudayaan Pacitan dan kebudayaan
Ngandong.

1) Kebudayaan Pacitan

Pacitan merupakan nama salah satu kabupaten yang ada di Jawa Timur,
berbatasan dengan Jawa Tengah. Pada zaman purba, diperkirakan aliran Bengawan
Solo mengalir ke selatan dan bermuara di pantai Pacitan.Alat-alat batu yang berasal
dari Pacitan ini disebut dengan kapak genggam ( Chopper ) dan kapak perimbas. Di
Pacitan, juga ditemukan alat-alat yang berbentuk kecil, disebut dengan serpih.
Berbagai peninggalan tersebut diperkirakan digunakan oleh manusia purba jenis
Meganthropus. Perkakas batu yang ditemukan di daerah pacitan ini yaitu :

KAPAK GENGGAM

Pada tahun 1935, Von Koenigswald menemukan beberapa alat dari batu yang ada di
daerah Pacitan. Alat-alat ini bentuknya menyerupai kapak, akan tetapi tidak bertangkai,
sehingga menggunakan kapak tersebut dengan cara digenggam.Merupakan peninggalan
jaman Palaeolithikum yang ditemukan pertama kali oleh Von Koenigswald tahun 1935 di
Pacitan dan diberi nama dengan kapak genggam, karena alat tersebut serupa dengan kapak,
tetapi tidak bertangkai dan cara mempergunakannya dengan cara menggenggam.Kapak
genggam terkenal juga dengan sebutan kapak perimbas, atau dalam ilmu prasejarah disebut
dengan chopper artinya alat penetak.Berdasarkan penelitian yang intensif yang dilakukan
sejak awal tahun 1990, dan diperkuat dengan adanya penemuan terbaru tahun 2000 melalui
hasil ekskavasi yang dilakukan oleh tim peneliti Indonesia-Perancis diwilayah Pegunungan
Seribu/Sewu maka dapat dipastikan bahwa kapak genggam/Chopper dipergunakan oleh
manusia jenis Homo Erectus.
2) . Kebudayaan Ngandong

Ngandong merupakan nama dari salah satu daerah yang terletak didekat Ngawi,
Madiun, Jawa Timur. Di daerah Ngandong dan Sidorejo ini banyak ditemukan alat-
alat yang berasal dari tulang serta alat-alat kapak genggam dari batu.Alat-alat dari
tulang tersebut ini diantaranya dibuat dari tulang binatang dan tanduk rusa. Selain
itu, juga ada alat-alat seperti ujung tombak yang bergerigi pada sisisisinya.
Berdasarkan penelitian, alat-alat tersebut merupakan hasil kebudayaan dari Homo
Soloensis dan Homo Wajakensis.Di dekat Sangiran, dekat dengan Surakarta,
ditemukan juga alat-alat yang berbentuk kecil, biasa disebut dengan nama Flakes.
Manusia purba telah memiliki nilai seni yang tinggi. Pada beberapa flake, ada yang
dibuat dari batu indah, seperti Chalcedon.Perkakas yang ditemukan didaerah
Ngandong ini, yaitu:

Alat Alat Dari Tulang dan Tanduk Di sekitar daerah Ngandong dan Sidorejo dekat
Ngawi, Madiun (Jawa Timur) ditemukan kapak genggam dan alat-alat dari tulang dan
tanduk. Alat-alat dari tulang tersebut bentuknya ada yang seperti belati dan ujung
tombak yang bergerigi pada sisinya. Adapun fungsi dari alat-alat tersebut adalah untuk
mengorek ubi dan keladi dari dalam tanah, serta menangkap ikan.
Flakes ( Alat Serpih )

Selain alat-alat dari tulang yang termasuk kebudayaan Ngandong, juga ditemukan alat
alat lain berupa alat alat kecil terbuat dari batu yang disebut dengan flakes atau alat serpih.
Flakes selain terbuat dari batu biasa juga ada yang dibuat dari batu-batu indah berwarna seperti
calsedon.Karena perkakas perkakas tersebut ditemukan di daerah Ngandong, dikenal secara
umum dengan nama Kebudayaan Ngandong. Manusia pendukung kebudayaan ini adalah :
Makhluk dari jenis Pithecanthropus erectus, pithecantropus robustus dan Meganthropus
palaeojavanicus. Selanjutnya hidup berbagai jenis homo (manusia) diantaranya Homo soloensis
dan Homo wajakensis.
b. Jaman Batu Madya ( Mesolithikum )

jaman Mesolitikum diperkirakan berlangsung pada masa Holosen awal setelah jaman es
berakhir. Pendukung kebudayaannya ialah Homo Sapiens yang merupakan manusia cerdas.
Untuk penemuannya berupa fosil manusia purba, banyak ditemukan di Sumatra Jawa,
Kalimantan, Sulawesi dan Flores. Ciri kebudayaan Mesolithikum tidak jauh berbeda dengan
kebudayaan Palaeolithikum, tetapi pada masa Mesolithikum manusia yang hidup pada zaman
tersebut sudah ada yang menetap sehingga kebudayaan Mesolithikum yang sangat menonjol dan
sekaligus menjadi ciri dari jaman ini yaitu kebudayaan Kjokkenmoddinger dan Abris sous
Roche.

1) KjokkenmoddingerKjokkenmoddinger adalah istilah yang berasal dari bahasa


Denmark yaitu kjokken artinya dapur dan modding artinya sampah jadi Kjokkenmoddinger
arti sebenarnya adalah sampah dapur. Dalam kenyataan Kjokkenmoddinger adalah
timbunan atau tumpukan kulit kerang dan siput yang mencapai ketinggian ± 7 meter dan
sudah membatu/menjadi fosil. Kjokkenmoddinger ditemukan disepanjang pantai timur
Sumatera yakni antara Langsa dan Medan.

Dari bekas-bekas penemuan tersebut menunjukkan bahwa manusia purba yang hidup
pada jaman ini sudah menetap. Tahun 1925 Dr. P.V. Van Stein Callenfels melakukan penelitian
di bukit kerang tersebut dan hasilnya banyak menemukan kapak genggam yang ternyata berbeda
dengan Chopper ( Kapak Genggam Jaman Palaeolithikum ) .Kapak genggam yang ditemukan di
dalam bukit kerang tersebut dinamakan dengan pebble atau kapak Sumatera (Sumatralith) sesuai
dengan lokasi penemuannya yaitu di pulau Sumatera.

c.Jaman Batu muda ( Neolithikum )

Jaman Neolitikum merupakan perkembangan jaman dari kebudayaan batu madya. Alat-
alat yang terbuat dari batu yang telah mereka hasilkan lebih sempurna dan lebih halus
disesuaikan dengan fungsinya. Hasil kebudayaan yang terkenal di jaman Neolitikum adalah
jenis kapak persegi dan kapak lonjong.Fase atau tingkat kebudayaan pada jaman prasejarah
yang memiliki ciri-ciri berupa unsur-unsur kebudayaan, seperti peralatan yang berasal dari
batu yang sudah diasah, pertanian menetap, peternakan, serta pembuatan tembikar, juga
merupakan salah satu pengertian dari jaman Neolitikum. Hasil hasil kebudayaan utama dari
masa ini antara lain

1) Kapak persegi Nama kapak persegi diberikan oleh Van Heine Heldern atas dasar
penampang lintangnya yang berbentuk persegi panjang atau trapesium. Penampang kapak
persegi berbentuk persegi panjang atau berbentuk juga trapezium tersedia dalam berbagai
ukuran . Kapak persegi yang besar sering disebut dengan nama beliung atau
cangkul.Sementara itu, yang berukuran kecil disebut dengan trah (tatah) yang digunakan
untuk mengerjakan kayu. Alat-alat tersebut, terutama beliung, sudah diberi dengan
tangkai. Daerah persebaran dari kapak persegi ini merupakan daerah Indonesia yang
berada di bagian barat, misalnya di daerah Sumatera, Jawa, dan Bali.

2. Kapak Batu Chalcedon

3. Kapak Lonjong

e. Jaman Megalithikum ( Batu Besar )


Berdasarkann bahasa Yunani, kata Megalitikum dapat dibagi menjadi kata "Mega" yang
berarti besar dan "Lithos" yang berarti batu. Perkembangan jaman batu besar atau jaman
Megalitikum diperkirakan sudah ada sejak jaman batu muda hingga jaman logam.Kebudayaan
Megalitikum merupakan jaman dimana alat yang dihasilkan berupa bangunan batu besar, pada
umumnya diperuntukan bagi tempat beribadah pada arwah nenek moyang dalam system

kepercayaan Animisme dan Dinamisme .Kebudayaan ini merupakan kelanjutan dari


jaman Neolitikum karena dibawa oleh bangsa Deutero Melayu yang dating di Nusantara.
Kebudayaan ini berkembang bersama dengan kebudayaan logam di Indonesia, yakni
kebudayaan Dongson. Bentuk peninggalan peninggalan jaman Megalitikum tersebut terbuat
dari batu besar yang pembentukannya sesuai dengan kepentingan upacara tertentu. Maka dari
itu hasil kebudayaan jaman Megalitikum memiliki maknanya masing masing. Berikut
beberapa hasil budaya pada jaman batu besar yaitu diantaranya:

1. Menhir

Menhir merupakan tugu atau tiang yang berasal dari batu dan dibangun sebagai
lambang atau tanda peringatan kepada arwah nenek moyang. Selain itu Menhir juga
digunakan untuk mengikat binatang korban persebahan untuk arwah nenek moyang .
Untuk itu menhir diletakkan pada tempat tertentu dan dijadikan sebagai benda
pemujaan. Hasil budaya jaman batu besar seperti menhir ini berfungsi untuk sarana
pemujaan kepada arwah para nenek moyang, serta tempat penampung roh roh yang
datang dan tempat memperingati kepala suku atau seseorang yang sudah meninggal.
daerah penemuannya di Sumatera Selatan dan Kalimantan.

2. Dolmen

Dolmen merupakan meja batu besar yang memiliki permukaan rata. Kegunaan
dolmen ialah untuk tempat meletakkan roh, tempat duduk ketua suku agar memperoleh
magis para leluhur dan tempat meletakkan sesaji. Hasil kebudayaan jaman Megalitikum
ini memiliki alas yang berbentuk lempengan batu besar dengan permukaan datar,
kemudian diberikan empat batu panjang sebagai penyangganya.5
5
Veni Rosenti, “Kehidupan Masyarakat Praaksara Indonesia Sejarah Indonesia”, Direktorat SMA, Direktorat
Jenderal PAUD, DIKDAS dan DIKMEN, (2020), Hal 3-11.
DAFTAR PUSTAKA

Seojono, “Lingkungan dan Budaya Pleistosen Indonesia.”Puslitbang Geologi, No. 7, Jakarta, 1986, Hlm 1.2Fauzi,
“Okupasi Manusia Pada Lapisan Budaya Terus di Situs Song Terus Pacitan Jawa Timur.”Universitas Indonesia,
Depok, 2008, Hlm 1.

http:/journal.um.ac.id/iondex.php/sejarah-dan budaya/articel/view/4744/2246

http://repositori.lemendikbud.go.id/21619/1/x-sejarah-indinesia-kd-3.4-final

http://www.researchgate.net/publication/332222174_ZAMAN_PRASEJARAH_DI_INDONESIA

Veni Rosenti, “Kehidupan Masyarakat Praaksara Indonesia Sejarah Indonesia”, Direktorat SMA, Direktorat
Jenderal PAUD, DIKDAS dan DIKMEN, (2020), Hal 3-11.

http://file.edu/direktorat/FPIPS/JURPEND./SEJARAH/196005291987032-MURDIYAH_WINARTI/
PRASEJARAH

Anda mungkin juga menyukai