Anda di halaman 1dari 11

1

MAKALAH
PENDEKATAN ARKEOLOGIS DALAM STUDI ISLAM
(PRASASTI DAN SITUS-SITUS PERADABAN ISLAM)

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Studi Islam Integratif


Dosen Pengampu : Dr. H. Mohammad Hasan Bisyri, M.Ag

Disusun Oleh :
FITRIANA ULFA
NIM. 5219010

MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
TAHUN 2019

1
2

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Islam telah menjadi kajian yang menarik minat banyak kalangan. Studi keislaman pun
semakin berkembang. Islam tidak lagi dipahami hanya dalam pengertian historis dan
doktriner, tetapi telah menjadi fenomena yang kompleks. Studi islam atau studi keislaman
(Islamic studies) merupakan suatu disiplin ilmu yang membahas Islam, baik sebagai suatu
ajaran, kelembagaan, sejarah, maupun kehidupan umatnya. Dimaklumi bahwa Islam sebagai
agama dan sistem ajaran telah menjalani proses akulturasi, transmisi dari generasi ke generasi
dalam rentang waktu yang panjang dan dalam ruang budaya yang beragam. Proses ini
melibatkan tokoh-tokoh agama, mulai dari Rasulullah saw., para sahabat, sampai ustadz dan
para pemikir Islam sebagai pewaris dan perantara yang hidup. Secara kelembagaaan proses
transmisi ini berlangsung di berbagai institusi mulai dari keluarga, masyarakat, masjid,
madrasah, pesantren, sampai al-jamiah.
Sebagai sebuah agama yang menjungjung tinggi nilai transformatif (perubahan),
ajaran agama Islam menawarkan berbagai solusi dalam kehidupan bermasyarakat. Sejak
kehadiran Islam di Mekah dan Madinah, telah terjadi arus transformasi yang cukup, dan
bahkan sangat radikal dalam aspek pemikiran individu khususnya dalam hal teologi atau
ketuhanan. Selanjutnya, berbagai peninggalan budaya Islam yang diwariskan oleh para
sahabat dan salafus salih lainnya kepada umat di masa sekarang telah menjadi satu khazanah
tersendiri bagi budaya Islam. Islam menghiasi peradaban umat manusia dalam dinamika
sejarah. Terkait dengan hal ini, salah satu sudut pandang yang dapat dikembangkan sebagai
pengkajian studi Islam adalah pendekatan arkeologis. Arkeologi sendiri merupakan suatu
ilmu yang mempelajari kebudayaan manusia melalui material artifak yang ditemukan
berdasarkan peninggalan manusia di masa lampau.
Sebagian besar ilmu ini termasuk dalam hubungan manusia dan masih termasuk di
dalam ilmu Antropologi. Bagian lain dari antropologi mendukung penemuan arkeologi
seperti antropologi budaya yang mempelajari tingkah laku, simbolis, dan dimensi material
dari suatu budaya. Berdasarkan sudut pandang tersebut, Islam dapat dipahami dalam berbagai
benda-benda peninggalan kebudayaannya. Betapa banyak peninggalan kebudayaan umat
Islam hingga dalam perkembangannya sekarang bisa dipelajari dengan berkaca kepada

2
3

peristiwa-peristiwa masa lampau, sehingga segala kearifan masa lalu itu memungkinkan
untuk dijadikan alternatif rujukan di dalam menjawab persoalan-persoalan masa kini. Di
sinilah arti pentingnya peninggalan budaya (arkeologi) bagi umat Islam pada khususnya
untuk dijadikan pendekatan didalam mempelajari agama.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian arkeologi?
2. Apa tujuan arkeologi?
3. Bagaimana arkeologi bisa digunakan dalam analisa penelitian agama Islam?
4. Aspek apa saja yang dapat diungkap dalam penelitian agama melalui pendekatan
arkeologi?

C. TUJUAN PENELITIAN
1. Mengetahui pengertian arkeologi.
2. Mengetahui tujuan arkeologi.
3. Mengetahui kegunaan arkeologi dalam menganalisa penelitian agama Islam.
4. Mengetahui aspek-aspek yang dapat diungkap dalam penelitian agama melalui pendekatan
arkeologi.

3
4

BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN ARKEOLOGI ISLAM


Arkeologi berasal dari bahasa Yunani archaeo yang berarti "kuno" dan logos yang
berarti "ilmu". Arkeologi adalah ilmu yang mempelajari kebudayaan (manusia) masa lalu
melalui kajian sistematis atas data bendawi yang ditinggalkan. Kajian sistematis meliputi
penemuan, dokumentasi, analisis, dan interpretasi data berupa artefak (budaya bendawi,
seperti kapak batu dan bangunan candi) dan ekofak (benda lingkungan, seperti batuan, rupa
muka bumi, dan fosil) maupun fitur (artefaktual yang tidak dapat dilepaskan dari tempatnya
(situs arkeologi).1 Selanjutnya Uka Tjandrasasmita menulis arkeologi Islam adalah suatu
studi tentang benda benda kuno yang baik seluruhnya atau sebagian mengandung unsur-unsur
Islam sebagai alat untuk merekontruksi masyarakatnya pada masa lampau.2
Teknik penelitian yang khas adalah penggalian (ekskavasi) arkeologis, meskipun
survei juga mendapatkan porsi yang cukup besar, studi arkeologi sesungguhnya tidak sebatas
merekonstruksi peristiwa masa lampau. Namun disiplin arkeologi justru dituntut mampu
memformulasikan hukum dan dinamika budaya dari masa ke masa. Dengan demikian, studi
arkeologi menjadi salah satu wahana pokok untuk menemukan peradaban yang mungkin
telah terkubur selama berabad-abad. Untuk itu, arkeologi tidak bisa diartikan secara sempit
hanya sebagai metode inventarisasi belaka. Studi arkeologi harus mengemban makna pokok
perumusan kebudayaan dan penulisan sejarah seperti yang dikatakan ahli teori arkeologi
Stuart Piggot, “seorang penggali arkeologi tidak menemukan benda, dia menemukan
manusia”. Di tengah berlarut-larutnya suasana gamang yang mengarah pada pertentangan
sentimen kebangsaan, kesukuan, agama, dan ras, pendekatan arkeologi sangat relevan di
kedepankan guna merekatkan semangat persatuan yang mulai memudar. Dengan
menonjolkan kajian peninggalan budaya material peradaban manusia dari abad ke abad,
arkeologi bisa membangkitkan kearifan (wisdom) untuk saling menghormati sesama manusia
dan kembali ke alam, sehingga tercipta tatanan sosial yang harmoni.

1
M. Dien Majid dan Johan Wahyudi, Ilmu Sejarah: Sebuah Pengantar, (Jakarta: Prenada Media Group,
2014), hlm.112
2
Uka Tjandrasasmita, Penelitian Arkeologi Islam di Indonesia dari Masa ke Masa, (Kudus: Menara Kudus,
2000), hlm.11

4
5

B. TUJUAN ARKEOLOGI
Tujuan arkeologi beragam dan menjadi perdebatan yang panjang. Di antaranya adalah
yang disebut dengan paradigma arkeologi, yaitu menyusun sejarah kebudayaan, memahami
perilaku manusia, serta mengerti proses perubahan budaya. Karena bertujuan untuk
memahami budaya manusia, maka ilmu ini termasuk ke dalam kelompok ilmu humaniora.
Meskipun demikian, terdapat berbagai ilmu bantu yang digunakan, antara lain sejarah,
antropologi, geologi (ilmu tentang lapisan pembentuk bumi yang menjadi acuan relatif umur
suatu temuan arkeologis), geografi, arsitektur, paleoantropologi dan bioantropologi, fisika
(antara lain dengan karbon c-14 untuk mendapatkan pertanggalan mutlak), ilmu metalurgi
(untuk mendapatkan unsur-unsur suatu benda logam), serta filologi (mempelajari naskah
lama).
Arkeologi pada masa sekarang merangkumi berbagai bidang yang berkait. Sebagai contoh,
penemuan mayat yang dikubur akan menarik minat pakar dari berbagai bidang untuk
mengkaji tentang pakaian dan jenis bahan yang digunakan, kepercayaan melalui apa yang
dikebumikan bersama mayat tersebut, pakar kimia yang mampu menentukan usia galian
melalui cara seperti metoda pengukuran karbon c-14, sedangkan pakar genetik yang ingin
mengetahui pergerakan perpindahan manusia purba meneliti DNAnya.
Secara khusus, arkeologi mempelajari budaya masa silam, yang sudah berusia tua,
baik pada masa prasejarah (sebelum dikenal tulisan), maupun pada masa sejarah (ketika
terdapat bukti-bukti tertulis). Arkeologi Prasejarah adalah sub-bidang arkeologi yang
mempelajari kebudayaan manusia pada zaman prasejarah. Zaman prasejarah sendiri bermula
sejak keberadaan manusia di muka bumi dan berakhir ketika dikenal adanya tulisan. Masa
berakhirnya masa prasejarah berbeda-beda bagi setiap suku bangsa karena perbedaan waktu
dalam mengenal tulisan. Peninggalan arkeologi prasejarah dapat dikelompokkan menjadi
dua, yaitu:
1. Peninggalan bergerak, antara lain adalah alat-alat batu, perhiasan batu, peralatan dan
perhiasan dari tulang dan kulit kerang, serta gerabah.

5
6

2. Peninggalan tak-bergerak, antara lain adalah bangunan megalitik dan gua hunian. Tidak
banyak peninggalan yang terbuat dari bahan organik karena besar kemungkinan telah
musnah seiring dengan perjalanan waktu.

D. ARKEOLOGI DAN STUDI KEAGAAMAN

Pendekatan arkeologi dalam studi keagamaan dalam penelitian terhadap bangunan maupun
non-bangunan tidak bisa dilihat dari bentuk dan arsitekturnya semata, melainkan dari aspek
fungsional, struktural, dan behavioral pada konteks masyarakat yang membuatnya. Salah satu
aspek yang harus diperhatikan adalah masalah rutinitas kegiatan keagamaan masyarakat yang
berada dalam ruang lingkup penelitian tersebut. Kegiatan keagamaan manusia atau
kepercayaan mereka terhadap agama dapat dilihat dalam beberapa ciri spesifik yang
berkaitan dengan kegiatan pemujaan (worship) seperti pengertian tentang perbedaan sakral
dan profan, percaya pada roh (soul), percaya kepada Tuhan dan menerima kenyataan akan
supernatural. Dalam melaksanakan kegiatan kegamaan ini, manusia mendirikan bangunan
untuk ibadah, melaksanakan penguburan dan memiliki tempat tertentu dalam lingkungan
keagamaan. Pendekatan arkeologi melalui kajian terhadap artefak , semua jenis benda buatan
manusia yang digunakan untuk keperluan hidup mereka termasuk kegiatan keagamaan.
Dalam hal ini pokok persoalan yang diungkap oleh arkeologi dalam hubungannya dengan
penelitian agama adalah membuat deskripsi terhadap benda-benda berupa artefak dan non-
artefak. Dalam tiga dimensi yakni ruang (space), waktu (time) dan bentuk (form). Kemudian
arkeologi menempatkan artefak dan non-artefak tersebut ke dalam analisa konteks, yaitu
aspek fungsi (functional), pola atau susunan (structural) dan tingkah laku (behavioral). Aspek
fungsi akan memberikan interpretasi terhadap suatu benda bedasar nilai guna benda tersebut.
Sementara aspek struktural lebih menjelaskan proses terjadinya benda sebagai hasil karya
manusia. Aspek ini menunjukkan ciri tentang aturan (rule) masyarakat yang membuat benda
tersebut. Contoh tipe atap bersusun yang berbentuk menyerupai limas dan kerucut khusus
masjid dan keraton. Adapun aspek tingkah laku atau adat dapat memberikan ciri spesifik pada
hasil kerja. Hal yang lain yang dilakukan arkeologi adalah masalah kronologi. Kronologi di
sini dimaksudkan sebagai suatu analisa artefaktual terhadap benda-benda peninggalan untuk
menentukan data pertanggalannya. Dalam hal ini cara kerja arkeologi dalam penelitian agama
sangat berkaitan erat dengan disiplin ilmu-ilmu lain terutama sejarah dan antropologi.

6
7

Pendekatan arkeologi seperti demikian, dalam konteks Indonesia, nampak sangat penting.
Kajian arkeologi di Indonesia dan dunia dalam beberapa segi masih dilakukan terbatas dalam
kaitan dengan filologi. Pada zaman Indonesia Hindu dikenal tempat peribadatan yang disebut
candi. Sedangkan dibagian dunia lain tempat peribadatan terdapat gereja-gereja, katedral,
sinadgog, dan kuil. Pada masa Indonesia Islam timbul bangunan serupa yang disebut masjid.
Masjid secara umum sesuai dengan perkataan dalam bahasa asalnya yakni bahasa Arab yang
berarti tempat sujud. Masjid adalah tempat orang menundukkan diri bersujud ketika
sembahyang. Dalam pengertian sekunder masjid adalah sebuah bangunan tempat
sembahyang berjama’ah yang terlindung dari panas dan hujan. Biasanya masjid didirikan
pada tepi barat alun-alun dekat istana. Alun-alun adalah tempat bertemunya rakyat dan
rajanya. Masjid merupakan tempat bersatunya rakyat dan rajanya sebagai sesama mahkluk
Illahi dengan Tuhan, Raja akan bertindak sebagai imam dalam memimpin salat. Masjid-
masjid kuno di Jawa dan di beberapa tempat di luar jawa, mempunyai atap bersusun atau
bertingkat yang bentuknya menyerupai limas, piramida atau kerucut. Jumlah atapnya selalu
ganjil, bentuk ini mengingatkan kita pada bentuk atap candi yang denahnya bujur sangkar dan
selalu bersusun serta puncak stupa yang adakalanya berbentuk susunan payung-payung yang
terbuka. Contohnya masjid Agung Cirebon misalnya mempunyai dua atap, sementara Masjid
Agung Demak tiga, dan Masjid Agung Banten lima. Secara umum bangunan masjid-masjid
kuno melanjutkan tradisi bangunan pra-Islam, terutama Hindu-Budha, namun secara
fungsional terdapat perbedaan yang jelas. Arah mihrab yang menuju kiblat, mimbar yang
digunakan khatib dalam berkhotbah, dan menara tempat azan menunjukkan konsepsi ibadat
Islam. Salah satu hasil budaya manusia Indonesia pada masa Indonesia Islam yang cukup
menonjol adalah maesan atau nisan kubur. Makam memiliki daya tarik tersendiri karena
merupakan hasil kebudayaan. Makam biasanya memiliki batu nisan. Di samping kebesaran
nama orangyang dikebumikan pada makam tersebut, biasanya batu nisannya pun memiliki
nilai budaya tinggi. Tradisi penguburan ini sudah ada bahkan sejak masa prasejarah. Dalam
perkembangan arsitekturnya, bangunan kubur di Indonesia merupakan hasil seni budaya
manusia, khususnya para seniman yang mencoba memberikan pola-pola hias beraneka warna.
Banyak jenis pola-pola hias beraneka warna yang terdapat pada makam-makam di daerah
kuno Aceh, Jawa dan Madura. Dalam bangunan Islam tidak dibenarkan dekorasi berupa
gambaran manusia. Dekorasi yang diperbolehkan hanya lukisan, ukiran atau hiasan yang
bersifat daun-daunan. Oleh karena itu arsitektur yang berkembang adalah arabesk (arabesque)

7
8

dan motif yang terdiri dari motif daun-daunan. Adapun jenis bangunan yang digunakan pada
makam-makam itu terbagi pada dua bagian yakni makam yang bahan-bahannya diperoleh
dari dan proses pembuatannya di Indonesia dan makam yang seluruh bahan dan proses
pembuatannya di impor dari luar negeri khususnya dari Gujarat dan Persia. Contoh makam
bernuansa luar ini dapat ditemui di Gresik pada makam Maulana Malik Ibrahim serta makam
Nahrinsyah di Kutakarang, Pasai. Unsur lain yang bisa dijadikan aspek dalam penelitian
makam adalah kronologi. Makam biasanya terdapat angka tahun pada nisannya. Pendekatan
seperti ini pernah dilakukan oleh Moquette dalam penelitian di Pasai Aceh. Hal serupa juga
pernah dilakukan oleh Snouck Hurgronje. Selain penekanan terhadap kronologi angka tahun,
pada makam-makam kuno juga terdapat tulisan-tulisan yang memuat kalimat syahadat, hal
ini ditemukan pada makam Nahrinsyah di Pasai dan makam Maulana Malik Ibrahim. Selain
kalimat syahadat juga terdapat ayat-ayat al-Qur’an dalam nisan tersebut. Peninggalan Islam
dapat juga kita temui dalam bentuk karya seni seperti seni ukir, senipahat, seni pertunjukan,
seni lukis, dan seni sastra. Seni ukir dan seni pahat ini dapat di jumpai pada masjid-masjid di
Jepara. Seni pertunjukan berupa rebana dan tarian, misalnya tarian Seudati. Pada seni aksara,
terdapat tulisan berupa huruf arab-melayu, yaitu tulisan arab yang tidak memakai tanda
(harakat, biasa disebut arab gundul). Pendekatan arkeologi di atas selanjutnya bisa pula
diterapkan pada seni kaligrafi, yang kerap disebut khat. Penerapan seni kaligrafi ini bisa
terlihat pada seni bangunan seperti masjid,mihrab, bingkai atap, mimbar, lengkung tiang dan
sebagainya. Selain bahwa kaligrafi juga banyak di jumpai pada makam-makam kuno seperti
pada makam Malik As-Saleh dari Samudra Pasai, makam Tuan Makhdum di daerah Barus
(pantai barat Sumatra Utara) dan sebuah batu nisan yang bertuliskan nama Fatimah binti
Maimun binti bin Hibatullah yangwafat pada 475 H/1082 M yang ditemukan di
Leran, Gresik. Kemudian istana serta alat perkakas sehari-hari seperti piring, gelas dan
lainnya. Selain itu lukisan kaligrafi khas Cirebon yang terkenal adalah ‘Macan Ali’. Selain
kaligrafi di atas juga terdapat kaligrafi yang ditulis dalam logam seperti pada meriam yang
ada di Banten yang memuat tulisan Arab.

8
9

KESIMPULAN

Pendekatan arkeologi dalam penelitian agama di Indonesia dalam penelitian terhadap


bangunan maupun non-bangunan tidak bisa dilihat dari bentuk dan arsitekturnya semata.
Melainkan dari aspek fungsional, struktural, dan behavioral pada konteks masyarakat yang
membuatnya.

Penelitian agama dengan pendekatan arkeologi dapat berupa penelitian terhadap Masjid-
masjid kuno, bangunan keraton, makam dan kaligrafi. Dari penelitian itu dapat ditemukan
aspek-aspek yang berhubungan dengan bidang ilmu sejarah, antropologi maupun filologi.
Pendekatan arkeologi terutama terhadap ekplanasi artefak bertanggal yang di dapat dari
bangunan maupun non-bangunan dapat membantu kronologi kehidupan dan perkembangan
masyarakat di masa lampau. Atas dasar kronologi artefak tersebut, dapat disusun kerangka
kronologi sejarah masyarakat Muslim Indonesia di masa lampau.

Penelitian keagamaan sebagai sebuah keterkaitan tidak hanya dibantu dengan pendekatan
keilmuan keislaman semata, tetapi dibantu dengan ilmu Bantu yang bersifat umum semisal
arkeologi. Hal ini merupakan paradigma integrasi-interkoneksi sebagai simbol dari penelitian
keagamaan di abad XXI.

Arkeologi sendiri memegang peranan yang sangat penting terutama dalam kaitannya dengan
penelitian keagamaan dalam bidang sejarah Islam. Proses keilmuan arkeologi memberi
peranan yang signifikan dalam menelusuri perjalanan sejarah umat Islam Indonesia. Dengan
bantuan arkeologi penelitian sejarah Islam dapat menemukan kronologi perjalanan umat
Islam di masa lampau.

Proses integrasi dan interkoneksi keilmuan ini memberi peranan dan sumbangan yang sangat
besar ilmu arkeologi terhadap ilmu agama terutama di Indonesia. Dengan pemahaman peran
penting hal ini sudah selayaknya penelitian keagamaan di Indonesia diarahkan dengan
menggunakan pendekatan arkeologi.

9
10

18. STUDI ISLAM DENGAN PENDEKATAN ARKEOLOGI (PRASASTI-PRASASTI ISLAM)


Akeologi adalah suatu ilmu yang mempelajari kebudayaan manusia melalui material artifak
yang ditemukan berdasarkan peninggalan manusia dimasa lampau. Ilmu arkeologi juga bisa
dikatakan untuk mempelajari kebudayaan manusia sejak zaman pra-historis, yang mana
pada saat itu kebudayaan yang timbul saat menulis belum berkembang secara sempurna.
Secara garis besar ilmu arkeologi mempelajari kebudayaan manusia lewat peninggalan-
peninggalan yang ada dengan menggunakan metode-metode tertentu untuk mengukur atau
menilai umur dari benda atau artifak yang ditemukan.
salah satu contoh penyebaran Islam di Makah dan Madinah akhirnya memastikan bahwa
Arab Utara menjadi salah satu skrip universal di dunia.. Ini adalah salah satu transformasi
yang paling luar biasa dalam sejarah budaya, permulaannya tepat didokumentasikan
dengan bukti baru dalam pameran Saudi. Ada banyak alasan untuk menganggap bahwa
skrip Arab Utara yang digunakan oleh kaum Muslim pertama beredar di Makah untuk
digunakan dalam dokumen baik sebelum Hijrah Nabi Muhammad SAW. Ini digunakan
secara konsisten untuk penulisan yang masih Arab Islam awal, baik untuk tangan juru tulis,
dimana awal hidup dalam Qur’an ditulis dan prasasti awal sangat berbeda rock-grores dan
grafiti.
Arkeologi klasik adalah salah satu spesialisasi dari beberapa bidang spesialisasi dalam
dunia penelitian arkeologi di Indonesia, berdasarkan waktu atau masa pengaruh
kebudayaan tertentu. Arkeologi klasik di Indonesia merupakan kajian arkeologi yang objek
penelitiannya meliputi semua peninggalan purbakala yang mendapat pengaruh kebudayaan
India, meskipun kenyataannya tingalan-tingalan purbakala tersebut berbeda jauh dari
asalnya. Arkeolog klasik adalah mengungkap aspek-aspek klasik kehidupan manusia pada
masa pengaruh Hindu Budha, melalui peninggalan kepurbakalaan yang berupa candi/biara,
arca-arca dan lainnya.
Arkeologi Islam adalah salah satu spesialisasi dari beberapa bidang dalam dunia penelitian

10
11

arkeologi di Indonesia, berdasarkan pembagian waktu atau masa pengaruh kebudayaan


tertentu. Arkeologi Islam di Indonesia merupakan kajian arkeologi yang objek penelitiannya
meliputi semua peninggalan purbakala yang mendapat pengaruh dari kbudayaan Islam baik
dari Timur Tengah, Gujarat ataupun Cina. Dalam arkeologi Islam, objek penelitiannya
meliputi peninggalan dari masa Islamberupa batu nisan makam, bangunan masjid,
bangunan keraton, dan lainnya. Adapun tujuan penelitian bidang arkeologi Isalm adalah
mengungkap aspek-aspek kehidupan manusia pada masa pengaruh kebudayaan Islam
melalui peningaln kepurbakalaan.
Arkeologi Epigrafi adalah salah satu spesialisasi dari beberapa bidang dalam dunia
penelitian arkeologi di Indonesia. arkeologi epigrafi merupakan kajian arkeologi yang objek
penelitiannya meliputi semua peninggalan purbakala yang berupa tulisan kuno yang ditulis
pada kayu, batu, logam, daun lontar, naskah-naskah kuno atau medium lainnya, yang ditulis
pada masa lalu.
Prasasti adalah piagam atau dokumen yang ditulis pada bahan yang keras dan tahan lama.
Penemuan prasasti pada sejumlah situs arkeologi, menandai akhir zaman pra sejarah.
Sampai saat ini prasasti tertua di Indonesia teridentifikasi berasal dari abad ke-5 Masehi.
yaitu prsasti Yupa dari kerajaan Kutai Kaliamantan Timur. Prasasti tersebut berisi mengenai
hubungan geneologi pada masa pemerintahan era Mulawarman. Prassti Yupa merupakan
prasti batu yang ditulis dengan huruf palawa dan bahasa sansekerta.
Studi Islam denagn pendekatan arkeologi, banyak sekali sejarah-sejarah yang perlu digali
untuk menguak keberadaan tentang sejarah khususnya sejarah Islam. penggunaan metode
arkologi untuk menguak sejarah masa silam untuk acuan kita sebagaimana pun kita tidak
akan pernah lepas dari sejarah.

11

Anda mungkin juga menyukai