Anda di halaman 1dari 13

Tugas Mandiri Dosen Pengampu

Akidah Akhlak Susiba, M.Pd.I

ADAB TERHADAP DIRI SENDIRI


( TAUBAT, MURAQABAH, MUHASABAH DAN MUJAHADAH)

Disusun Oleh:

Shela Syafriana 12010824524

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDIYAH
TAHUN PELAJARAN 1442 H/2021M
KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirrahiim...
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya serta telah memberikan kekuatan dan kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul  “Adab terhadap Diri Sendiri”. Makalah ini disusun sedemikian rupa untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah “Akidah Akhlak”.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, maka makalah ini
tidak dapat terwujud. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima
kasih kepada kedua orangtua yang telah memberikan bantuan moral serta spiritual, dan
kepada Ibu Susiba, M.Pd.I selaku dosen mata kuliah Akidah Akhlak serta rekan-rekan yang
telah membantu dalam pembuatan makalah ini.

Semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala membalas kebaikan yang telah diberikan semua pihak
kepada penulis. Penulis mengharapkan kritik dan saran dari teman-teman yang akan penulis
gunakan untuk pembuatan makalah-makalah selanjutnya. Semoga makalah ini memberi
manfaat khususnya bagi aktivitas pendidikan dan umumnya bagi para pembaca.

Pekanbaru, 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

COVER........................................................................................................................................
KATA PENGANTAR................................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang Masalah.................................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................ 4
1.3 Tujuan..............................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................... 5
2.1 Pengertian Adab...............................................................................................................5
2.2 Bagaimana Adab terhadap Diri Sendiri...........................................................................6
2.3 Macam-macam Adab terhadap Diri Sendiri.....................................................................9
BAB III PENUTUP.................................................................................................................. 12
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................... 12
3.2 Saran................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................13

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring berkembangnya zaman, adab bangsa ini semakin hancur dan hilang. Hal ini
terbukti dengan adanya perilaku-perilaku tidak beradab yang dilakukan oleh masyarakat
Indonesia terutama kaum muda. Sikap tidak beradab yang sekarang semakin merajalela di
kehidupan masyarakat dan malah sudah dianggap biasa dan wajar dalam kehidupan
masyarakat. Hal ini tidak terlepas dari kesalahan orang tua dalam mendidik anaknya yang
membiarkan begitu saja tanpa dibekali adanya pengetahuan-pengetahuan agama yang
dijadikan pedoman hidup dalam mengarungi kehidupanya di dunia.
Salah satu kunci utama dalam membenahi peradaban bangsa ini yaitu dengan menitik
beratkan pada lingkungan keluarga dan perlu penyadaran terhadap setiap keluarga
bahwasanya pendidikan adab terutama pendidikan akhlak penting untuk diajarkan dan
ditanamkan dalam diri seorang anak. Dalam proses penanaman adab ini haruslah pertama
kali ditanamkan terhadap diri sendiri karena semua hal itu dimulai dari diri kita sendiri,
setelah diri kita benar-benar tertanam adab yang baik maka secara otomatis dapat
menjalar dalam aspek-aspek kehidupan yang lain.
Pada makalah ini dibahas mengenai adab terhadap diri sendiri, semoga dengan adanya
makalah ini dapat mempermudah kita dalam beradab kepada diri kita, dan dapat
menjadikan kita menjadi orang yang benar-benar beradab dan menjadi seorang muslim
yang benar-benar bertakwa kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

1.2 Rumusan Masalah


Berikut rumusan masalah yang akan dikaji dalam makalah ini, diantaranya:
1. Apa yang dimaksud dengan adab?
2. Bagaimana bentuk adab terhadap diri sendiri?
3. Apa saja macam-macam adab terhadap diri sendiri?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian adab
2. Mengetahui seperti apa bentuk adab terhadap diri sendiri
3. Mengetahui macam-macam adab terhadap diri sendiri

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Adab

Adab menurut bahasa adalah kesopanan, tata krama atau etika. Adab biasanya
didapatkan sedari dini atau diwarisi secara turun temurun. Diajarkan dan dicontohkan
oleh kedua orang tua maupun lembaga pendidikan agar seseorang yang mendapatkan
pengetahuan tersebut mempunyai sikap baik sesuai adab saat dewasa. Adab atau etika ini
biasanya dijadikan contoh bagi orang lain, maka dari itu memiliki adab yang baik akan
menjadikan nilai tambah. Adapun adab dalam Islam yang berarti etika atau akhlak dalam
agama Islam. Menurut Habibah dalam jurnalnya mengemukakan bahwa pengertian
akhlak berasal dari bahasa Arab Jama’ yang dibentuk mufradatnya adalah “khuluqun”
dengan artian budi pekerti, perangai, tingkah laku maupun tabiatnya. (2015,h.73).
Adab adalah perhiasan yang indah yang dianugerahkan Allah Subhanahu Wa Ta'ala,
kepada hambaNya dan sebagai penyanggah akal sehatnya. Adab adalah menghiasi diri
dengan akhlak yang mulia dan meninggalkan perbuatan yang sia-sia, karena kemuliaan
itu adalah dengan adab dan akal bukan dengan nasab, harta dan kedudukan.
Barangsiapa yang tercela akhlaknya tidak berguna nasab dan kedudukannya serta sia-
sia harta bendanya. Adab adalah bagian yang terpenting dari agama yang mulia ini. Dan
adab Syariah itu adalah adab yang membedakan seorang muslim dari selainnya dengan
kepribadian yang kokoh serta perilaku yang berpekerti luhur, tercermin pada tindaka-
tanduknya kemuliaan, ketinggian dan keagungan Islam.
Adab lebih tinggi daripada ilmu ( Al adabu fauqol Ilmi) saking pentingnya adab
dalam Islam, hubungan antara suami istri, buang hajat, makan, minum, berpakaian dan
lain sebagainya diwajibkan memakai adab.
Barang siapa tidak mempunyai adab maka ia seperti lalat. (Man laisa al-adab Ka
dubab) yang seenaknya di hinggap di segala tempat yang ia kehendaki, iya tidak
memandang tempat siapa yang ia hinggapi, iya tidak memandang makanan siapa yang ia
hinggapi, mau pejabat, pemerintah, orang kaya, orang miskin atau mau siapa saja ia tidak
peduli. Itulah gambaran orang yang tidak memiliki adab dan tatakrama.

5
2.2 Bagaimana Adab terhadap Diri Sendiri

“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang mensucikan jiwanya dan merugilah


orang yang mengotorinya." (QS. Asy-Syam: 10).
Seorang muslim tentunya menginginkan kehidupan bahagia baik di dunia maupun di
akhirat. Kebahagiaan tersebut tidak mungkin bisa diraih kecuali dengan jalan
memperhatikan kesucian hati. Sebagaimana kesengsaraan di dunia dan di akhirat
disebabkan oleh rusak dan kotornya hati. Bukankah Rasulullah shallallahu alaihi
Wasallam telah bersabda dalam suatu hadits:

ُ‫َت فَ َس َد ْال َج َس ُد ُكلُّه‬


ْ ‫ َوِإ َذا فَ َسد‬، ُ‫صلَ َح ْال َج َس ُد ُكلُّه‬ َ ‫َأالَ َوِإ َّن فِى ْال َج َس ِد ُمضْ َغةً ِإ َذا‬
ْ ‫صلَ َح‬
َ ‫ت‬
ُ‫َأالَ َو ِه َى ْالقَ ْلب‬
“Sesungguhnya di jasad (manusia) itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula
seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah
hati (jantung)” (HR. Bukhari no. 52 dan Muslim no. 1599).
Kebersihan jiwa bisa didapat dengan jalan memperbaiki keimanan dan amal shaleh,
sedangkan yang mengotori jiwa adalah mengerjakan perbuatan buruk berupa dosa dan
kemaksiatan. Agar jiwa tetap terjaga kebersihannya, hendaklah seorang muslim
memperhatikan adab-adab kepada diri sendiri dalam kesehariannya. Diantara adab
seorang muslim kepada dirinya sendiri agar tetap terjaga kesuciannya adalah sebagai
berikut:
1. At Taubah (Bertaubat)
Taubat ialah melepaskan diri dari segala dosa dan kemaksiatan, menyesali segala
dosa masa lalunya dan berazam untuk tidak kembali lagi kepada dosa di masa
mendatang. Hal ini berdasarkan firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala:

‫ٰ ٓيا َ ُّي َها الَّ ِذي َْن ٰا َم ُن ْوا ُت ْوب ُْٓوا ِا َلى هّٰللا ِ َت ْو َب ًة َّنص ُْوحً ۗا َع ٰسى َر ُّب ُك ْم اَنْ ُّي َك ِّف َر َع ْن ُك ْم َسي ِّٰا ِت ُك ْم َوي ُْد ِخ َل ُك ْم‬
‫۝‬۸‫ت َتجْ ِريْ ِمنْ َتحْ ِت َها ااْل َ ْن ٰه ُر‬ ٍ ‫َج ٰ ّن‬
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertobatlah kepada Allah dengan tobat yang
semurni-murninya, mudah-mudahan Rabb kamu akan menghapus kesalahan-
kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya
sungai-sungai...” (At-Tahrim:8)

‫۝‬۳۱‫ َو ُت ْوب ُْٓوا ِا َلى هّٰللا ِ َج ِم ْيعًا اَ ُّي َه ْالمُْؤ ِم ُن ْو َن َل َعلَّ ُك ْم ُت ْفلِح ُْو َن‬...

6
“...Dan bertobatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman agar
kamu beruntung.” (An-Nur:31)
Rasulullah‫ ﷺ‬bersabda:

“Wahai manusia, bertaubatlah kamu semua kepada Allah, karena aku bertaubat kepada
Allah dalam sehari sebanyak seratus kali”.
2. Al Muraqabah (Merasa diawasi Allah)
Seorang muslim mengondisikan dirinya dengan muraqabah (merasa diawasi) Allah
dan melaziminya dalam setiap watu dari kehidupannya hingga sempurna keyakinannya
bahwa Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengetahui dirinya, mengetahui rahasia-rahasia
dirinya, mengawasi semua amal perbuatannya, serta memerhatikan dirinya dan
memerhatikan setiap jiwa atas apa yang telah dikerjakannya.
Dengan semua itu, jiwa seorang mukmin selalu asik dalam memerhatikan
keagungan Allah dan kesempurnan-Nya, merasa senang ketika mengingat-Nya,
mendapatkan ketentraman ketika taat kepada-Nya, ingin berada di sisi-Nya, datang
menghadap-Nya dan berpaling dari selain-Nya. Inilah yang dimaksud dengan orang
yang ikhlas berserah diri kepada Allah dalam firman-Nya:

ُ ‫َو َم ْن اَحْ َس ُن ِد ْينًا ِّم َّم ْن اَ ْسلَ َم َوجْ هَهٗ هّٰلِل ِ َوهُ َو ُمحْ ِس ٌن َّواتَّبَ َع ِملَّةَ اِب ْٰر ِه ْي َم َحنِ ْيفًا ۗ َواتَّ َخ َذ هّٰللا‬
‫اِب ْٰر ِه ْي َم َخلِ ْياًل‬
“Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas berserah diri
kepada Allah, sedang dia mengerjakan kebaikan.” (An-Nisa’: 125)
Inilah intisari yang diserukan Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam firman-Nya:
‫هّٰللا‬
ُ‫وا ْعلَ ُم ْٓوا اَ َّن َ يَ ْعلَ ُم َما فِ ْٓي اَ ْنفُ ِس ُك ْم فَاحْ َذرُوْ ه‬...
َ
“...Ketahuilah bahwa Allah mengetahu apa yang ada dalam hatimu, maka takutlah
kepada-Nya...” (Al-Baqarah: 235).
Serta dalam Sabda Rasulullah ‫ﷺ‬:
“Hendaknya kamu beribadah kepada Allah seakan-akan kamu melihat-Nya. Jika kamu
tidak bisa melihat-Nya, maka Dia melihatmu.”
Jalan muraqabah ini juga pernah dilalui oleh para pendahulu kita dari kalangan
salafush shalih. Mereka senantiasa merasa diawasi oleh Allah, sehingga keyakinan
mereka menjadi sempurna dan berhasil mencapai derajat muqarrabin (hamba-hamba
yang didekatkan dengan Allah). Inilah ungkapan-ungkapan para salafush shalih yang
menunjukkan kesalehan mereka:

7
1. Al-Junaid pernah ditanya “Dengan bantuan apa kita bisa menahan pandangan?” Al-
Junaid menjawab, “Dengan pengetahuanmu bahwa, pandangan Zat yang Maha
Melihat lebih cepat daripada penglihatanmu kepada sesuatu yang kamu lihat.
2. Sufyan Ats-Tsauri berkata, “Hendaklah kamu merasa diawasi oleh Zat yang tiada
sesuatu pun yang tersembunyi dari-Nya. Hendaknya pula kamu menaruh harapan
kepada Zat Yang maha Memiliki hukuman.”
3. Ibnu Mubarak berkata kepada seseorang, “Wahai fulan, hendaklah kamu selalu
merasa diawasi Allah.” Orang itu bertanya kepada Ibnu Mubarak mengenai maksud
dari pengawasan Allah, maka Ibnu Mubarak menjawab, “Jadilah selamanya seakan-
akan kamu bisa melihat Allah.”
3. Muhasabah ( Evaluasi Diri)
Tatkala seseorang hamba beramal sholih siang dan malam untuk meraih
kebahagiaan di negeri akhirat, maka sepantasnya dia mengoreksi amalan-amalan
wajibnya, lalu berikutnya amalan-amalan sunnahnya. Lalu dia mengkoreksi diri atas
dosa-dosa dan maksiat yang telah dia lakukan. Dan tidak lupa dipenghujung hari, dia
bersendiri sesaat untuk mengoreksi  amalan-amalannya seharian. Jika ada kekurangan
dalam amalan-amalan wajib maka dia segera menggantinya. Jika dia terjatuh dalam
kesalahan dan dosa dia segera meminta ampun kepada Allah dan mengikutinya dengan
amal sholeh
Inilah makna muhasabah dan ini termasuk salah satu cara terbaik untuk mensucikan
hati. Dalil wajibnya muhasabah adalah:
ْ ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َو ْلتَ ْنظُرْ نَ ْفسٌ َما قَ َّد َم‬  
َ‫ت لِ َغ ٍد َواتَّقُوا هَّللا َ ِإ َّن هَّللا َ َخبِي ٌر بِ َما تَ ْع َملُون‬
“Wahai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya.” (QS. Hasyr: 18)
Lafadz ٌ‫ َو ْلتَ ْنظُ ْ›ر نَ ْفس‬Ini adalah perintah untuk mengkoreksi diri atas amalan yang
telah dilakukan. 
4. Mujahadah (Bersungguh-Sungguh)
Seorang muslim mengetahui bahwa musuhnya yang paling berbahaya ialah hawa
nafsu yang berada di antara dua tulang rusuknya. Sebab, tabiat hawa nafsu adalah
condong pada keburukan, lari dari kebaikan dan selalu mendorong untuk melakukan
perbuatan keji.

8
Selain itu, tabiat lain dari hawa nafsu ialah senang bermalas-malasan, santai,
menganggur, serta tenggelam bersama syahwat dan memperturutkannya demi
kenikmatan sesaat sekalipun di dalamnya terdapat kecelakaan dan kebinasaan.
Jika seorang muslim mengetahui semua ini, maka ia akan mengerahkan dirinya
untuk bersungguh-sungguh melawan hawa nafsunya, mengumumkan perang
terhadapnya, menghunuskan senjata untuk melawannya serta bertekad untuk berjuang
melawan kecerobohannya dan menundukkan syahwatnya. Itulah tujuan utama dari
mujahadah (kesungguhan) dalam melawan hawa nafsu. Allah Subhanahu Wa Ta’ala
berfirman:

‫َوالَّ ِذي َْن َجا َه ُد ْوا فِ ْي َنا َل َن ْه ِد َي َّن ُه ْم ُس ُب َل َن ۗا َواِنَّ هّٰللا َ َل َم َع ْالمُحْ سِ ِني َْن‬
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, Kami akan tunjukkan
kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sungguh, Allah beserta orang-orang yang berbuat
baik”. (Al-Ankabut: 69)
Dengan berbekal empat hal tersebut diatas yakni At Taubah, Al Muroqobah, Al
Muhasabah dan Al Mujahadah, seorang muslim akan mendapatkan kehidupan yang
mendatangkan kebahagiaan dunia dan akhirat. Dengan menjalankan empat hal tersebut
dengan sungguh-sungguh berarti seorang muslim telah menunaikan adab terhadap diri
sendiri. 

2.3 Macam-macam Adab terhadap Diri Sendiri

1.Berakhlak terhadap jasmani.


a. Menjaga kebersihan dirinya
Islam menjadikan kebersihan sebagian dari Iman. Ia menekankan kebersihan secara
menyeluruh meliputi pakaian dan juga tubuh badan. Rasulullah memerintahkan
sahabat-sahabatnya supaya memakai pakaian yang bersih, baik dan rapi terutamanya
pada hari Jum’at, memakai wewangian dan selalu bersugi.
b. Menjaga makan minumnya.
Bersederhanalah dalam makan minum, berlebihan atau melampau di tegah dalam
Islam. Sebaiknya sepertiga dari perut dikhaskan untuk makanan, satu pertiga untuk
minuman, dan satu pertiga untuk bernafas.
c. Tidak mengabaikan latihan jasmaninya
Riyadhah atau latihan jasmani amat penting dalam penjagaan kesehatan, walau
bagaimnapun ia dilakukan menurut etika yang ditetapkan oleh Islam tanpa

9
mengabaikan hak-hak Allah, diri, keluarga, masyarakat dan sebagainya, dalam artikata
ia tidak mengabaikan kewajiban sembahyang, sesuai kemampuan diri, menjaga
muruah, adat bermasyarakat dan seumpamanya.

d. Rupa diri
Seorang muslim mestilah mempunyai rupa diri yang baik. Islam tidak pernah
mengizinkan budaya tidak senonoh, compang-camping, kusut, dan seumpamanya.
Islam adalah agama yang mempunyai rupa diri dan tidak mengharamkan yang baik.
Sesetengah orang yang menghiraukan rupa diri memberikan alasan tindakannya sebagai
zuhud dan tawadhuk. Ini tidak dapat diterima karena Rasulullah yang bersifat zuhud
dan tawadhuk tidak melakukan begitu. Islam tidak melarang umatnya menggunakan
nikmat Allah kepadanya asalkan tidak melampau dan takabbur.
2. Berakhlak terhadap akalnya
a. Memenuhi akalnya dengan ilmu
Akhlak Muslim ialah menjaganya agar tidak rusak dengan mengambi sesuatu yang
memabukkan dan menghayalkan. Islam menyuruh supaya membangun potensi akal
hingga ke tahap maksimum, salah satu cara memanfaatkan akal ialah mengisinya
dengan ilmu. Ilmu fardh ‘ain yang menjadi asas bagi diri seseorang muslim hendaklah
diutamakan karena ilmu ini mampu dipelajari oleh siapa saja, asalkan dia berakal dan
cukup umur. Pengabaian ilmu ini seolah-olah tidak berakhlak terhadap akalnya.
b. Penguasaan ilmu
Sepatutnya umat Islamlah yang selayaknya menjadi pemandu ilmu supaya manusia
dapat bertemu dengan kebenaran. Kekufuran (kufur akan nikmat) dan kealfaan ummat
terhadap pengabaian penguasaan ilmu ini.
Perkara utama yang patut diketahui ialah pengetahuan terhadap kitab Allah, bacaannya,
tajwidnya, dan tafsirnya. Kemudian hadits-hadits Rasul, sirah, sejarah sahabat, ulama,
dan juga sejarah Islam, hukum hakam ibadat serta muamalah.
Sementara itu umat islam hendaklah membuka tingkap pikirannya kepada segala
bentuk ilmu, termasuk juga bahasa asing supaya pemindahan ilmu berlaku dengan
cepat. Rasulullah pernah menyuruh Zaid bin Tsabit supaya belajar bahasa Yahudi dan
Syiria. Abdullah bin Zubair adalah antara sahabat yang memahami kepentingan
menguasai bahasa asing, beliau mempunyai seratus orang khadam yang masing-masing
bertutur kata berlainan, dan apabila berhubungan dengan mereka, dia menggunakan
bahasa yang dituturkan oleh mereka.

10
3. Berakhlak Terhadap Jiwa
Manusia pada umumnya tahu sadar bahwa jasad perlu disucikan selalu, begitu juga
dengan jiwa. Pembersihan jiwa beda dengan pembersihan jasad. Ada beberapa cara
membersihkan jiwa dari kotorannya, antaranya:
a. Bertaubat
b. Bermuqarabah
c. Bermuhasabah
d. Bermujahadah
e. Memperbanyak ibadah
f. Menghadiri majlis Iman

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Adab adalah perhiasan yang indah yang dianugerahkan Allah Subhanahu Wa Ta'ala,
kepada hambaNya dan sebagai penyanggah akal sehatnya. Adab ada banyak jenisnya,
salah satunya adalah adab terhadap diri sendiri. Diantara adab seorang muslim kepada
dirinya sendiri agar tetap terjaga kesuciannya adalah At Taubah, Al Muraqabah, Al
Muhasabah dan Al Mujahadah, seorang muslim akan mendapatkan kehidupan yang
mendatangkan kebahagiaan dunia dan akhirat. Dengan menjalankan empat hal tersebut
dengan sungguh-sungguh berarti seorang muslim telah menunaikan adab terhadap diri
sendiri. 
Adapun macam-macam adab terhadap diri sendiri yaitu, berakhlak terhadap jasmani,
berakhlak terhadap akalnya dan berakhlak terhadap jiwa.

3.2 Saran

Diharapkan melalui makalah ini para pembaca khususnya mahasiswa dapat


mengetahui dan menambah wawasan tentang adab terhadap diri sendiri. Aamiin Ya
Robbal’alaamiin.

12
DAFTAR PUSTAKA

http://darulatiiq.heck.in/pengertian-adab-dalam-islam.xhtml
http://www.daarulhaditssumbar.or.id/2013/12/adab-adab-kepada-diri-sendiri.html
Faridl, Miftah.1997. Etika Islam : Nasehat Islam Untuk Anda. Bandung: Pustaka.
https://id.wikipedia.org/wiki/Akhlak
https://rizkifisthein.wordpress.com/2011/06/23/akhlak-terhadap-diri-sendiri/
https://www.scribd.com/doc/76122781/Akhlak-Kepada-Diri-Sendiri-1

13

Anda mungkin juga menyukai