Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

HADIS II

IKHLAS DALAM BERAMAL DAN DOSA-DOSA BESAR

Dosen Pengampu : Uhandi, S.Ag, M.Si

Kelompok 1 :

ATIN SUHARTINI

DIAN

NENAH

FAKULTAS ILMU KEISLAMAN

UNIVERSITAS ISLAM AL-IHYA KUNINGAN (UNISA)

2017/2018
IKHLAS DALAM BERAMAL
Ikhlas dalam beramal merupakan sikap yang tiada mengharapkan tujuan lain selain dari pada
untuk mendekatkan dirikepada Allah. Ikhlas dalam beramal tidak boleh diikuti dengan niat
riya, yaitu mengharapkan pujian atau kehormatan dari sesamanya. Karena amal yang akan
dibalas oleh Allah adalah amalyang dilakukan karena mengharap kasih dan sayang-Nya,
yaitu dengan keikhlasan di dalam hatinya.

Mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan judul diatas merupakan hal yang sangat
penting sekali. Karena banyak sekali orang yang berbuat tidak disertai dengan niat yang
ikhlas. Sehingga kita perlu tahu, apahal-hal yangmenjadi tolak ukur ikhlas atau tidaknya
seseorang dalam berbuat kebajikan. Dan apa jadinya suatu amalan yang dilakukan dengan
niat bukan untuk mendapatkan ridha Allah.

Oleh karena itu, agar lebih terarahnya objek bahasan dalam makalah ini, berikut akan dibahas
mengenai beberapa hal yang berkaitan dengan topikdiatas, yaitu.

a. Niat atau motivasi dalam beramal

1.Hadis pertama tentang niat beserta penjelasannya

2.Hadis kedua tentang niat beserta penjelasannya

b. Menjauhi perbuatan riya dan syirik kecil

1.Hadis pertama tentang riya beserta penjelasannya

2.Hadis kedua tentang riya beserta penjelasannya

A.NIAT ATAU MOTIVASI DALAM BERAMAL

1. HADIS PERTAMA TENTANG NIAT

Dari Amir al-Mukminin,Abu Hafs Umar bin Khattab r.a bin Nufail bin Abd al-Uzza bin
Riyah bin Abdullah bin Qurt bin Riyah bin Adi Kaab bin luay bin Ghalib al-Quraiys al-
Adawi berkata,Aku pernah mendengar Rasulullah saw bersabda, sesungguhnya sahnya
amal itu tergantung dengan niat. Setiap orang akan memperoleh dari apa yang diniatkannya.
Jika seseorang itu hijrah untuk Allah dan Rasul-Nya, makahijrahnya tersebut diterima oleh
Allah dan Rasul. Namun, jika hijrahnya itu untuk dunia yang akan diperolehnya atau wanita
yang akan dinikahinya, maka hijrahnya tersebut sesuai dengan apa yang diniatkannya
tersebut(HR. Bukhari and Muslim)
Rasulullah saw mengeluarkan hadis di atas (asbab al-wurud)- nya ialah untuk menjawab
pertanyaan salah seorang sahabat berkenaan dengan peristiwa hijrahnya Rasulullah saw dari
Makkah ke Madinah yang diikuti oleh sebagian besar pejabat Dalam hijrah itu ada seorang
laki-laki yang juga turut hijrah.Akan tetapi, niatnya bukan untuk kepentingan perjuagan
Islam, melainkan untuk hendak menikahi seorang wanita yang bernama Ummu Qais. Wanita
itu rupanya sudah bertekad untuk turrut hijrah, sedangkan laki-laki tersebut pada mulanya
memilih tinggal di Makkah. Ummu Qais hanya bersedia dikawini di tempat tujuan hijrahnya
Rasullah yakni Madinah , sehingga laki-laki itu pun turut hijrah ke Madinah.Ketika peristiwa
itu ditanyakan kepada Rasulullah saw, apakah hijrah dengann motif itu diterima atau tidak,
Rasulullah menjawab secara umum seperti yang telah disebutkan pada hadis di atas.

Niat berperan penting dalam ajaran Islam, khusunya dalam perbuatan yang berdasarkan
perintah syara atau menurut sebagian Ulama merupakan sebuah perbuatan yang
mengandung harapan untuk mendapat pahala dari Allah SWT. Niat akan menentukan nilai,
kualitas, serta hasilnya, yakni pahala yang akan diperolehnya.

Orang yang berhijrah dengan niat ingin mendapatan keuntungan dunia atau ingin mengawini
seorang wanita, ia tidak akan medapatkan pahala dari Allah SWT. Sebaliknya, jika seseorang
hijrah karena inginmendapatkan ridha dari Allah SWT, maka ia akan mendapatkannya,
bahkan keuntungan duniapun akan diraihnya. Sebenarnya, hijrah yang dimaksud pada hadis
diatas adalah berhijrah dari Makkah ke Madinah, karena pada saat itu penduduk Makkah
tidak merespon lagi dakwah Nabi, bahkan mereka ingin mencelakakan Nabi dan Umat
slam.Akan tetapi, setelah Islam jaya, hijrah tersebut lebih tepat diartikan sebagai perpindahan
dari kemungkaran atau kebatilan kepada yang hak. Namundemikian, niat tetap saja sangat
berperan dalam menentukan berpahala atau tidaknya setiap hijrah, dalam berbagai bentuknya.

Para Ulama telah sepakat bahwa niat itu sangat penting dalam menentukan sahnya suatu
ibadah. Niat termasuk rukun pertama dalam setiap melakukan ibadah. Tidaklah sah suatu
ibadah, seperti shalat, puasa, zakat maupun haji dan lain-lain, jika dilakukan tanpa niat atau
dengan niat yang salah.

Setiap orang akan mendapatkan apa yang dia niatkan, jika niatnya baik (ikhlas) maka yang
dia terima adalah kebaikan dari Allah dan jika niatnya tidak baik, maka dia tidak akan
menerima kebaikan dari Allah.

Sebagaimana sabda Rasulullah saw yang berbunyi:

Artinya:

Dan tiap-tiap orang akan mendapatkan apa yang dia niatkan.

Suatu perbuatan yang secara lahiriahnya baik, tetapi niatnya tidak baik maka dia tidak akan
mendapatkan kebaikan. Dan perbuatan dosa, walaupun niatnya baik, tetap mendapatkan
hukuman. Jadi, ganjaran dan pahala dari Allah itu hanya dapat diperoleh oleh orang-orang
yang berbuat kebajikan karena Allah dan Rasul-Nya semata-mata. Perbuatan-perbuatan
kebajikan tidak dipandang baik oleh Allah, kalau tidak disertai dengan niat yang
ikhlas.Danniat yang ikhlas itu adalah ketetapan hati mencari keridhaan Allah dalam
melakukan segala kebajikan.

Zu an-Nun al-Mishri menjelaskan bahwa ada tiga tanda-tanda ikhlas, yaitu:




3[]

Tanda ikhlas ada tiga: pujian dan cercaan dari manusia sama saja baginya, melupakan amal
yang telah dilakukannya, dan hanya mengharapkan ganjaran amalnya di akhirat.

2. HADIS KEDUA TENTANG NIAT



:




4[

]

Ibnu abbas r.a berkata, Nabi saw bersabda,Sesungguhnya Allah menulis segala kebajikan
dan kejahatan. Kemudian beliau menjelaskan masing-masing kebajikan dan kejahatan.
Maka siapa-siapa yang berkeinginan melakukan sesuatu kebajikan, tetapi ia tidak
melakukannya, maka Allah menulis disisi-Nya suatu kebajikan yang sempurna untuknya.
Tetapi bila ia berkeinginan melakukan sesuatu kebajikan, lalu mengamalkannya, maka Allah
menulis disisi-Nya sepuluh sampai tujuhratuskali kebajikan untuknya, bahkan sampai
dilipatkan gandakan berkali-kali. Dan siapa-siapa yang berkeinginan melakukan kejahatan,
tetapi tidak jadi melakukannya, maka Allah menulisnya disisi-Nya suatu kebajikan yang
sempurna untuknya dan siapa-siapa yang berkeinginan untuk melakukan kejahatan dan ia
melakukannya, maka allah menulis satu kejahatan untuknya. (HR. Bukhariand Muslim).

Dalam sumber lain juga dikatakan hal yang sama mengenai kedudukan niat tersebut, sebagai
penguat atas dasar kebenaran hadis tersebut.

Niat dalam arti motivasi, juga sangat menentukan diterima atau tidaknya suatu amal oleh
Allah. Shalat umpamanya, yang dianggap sah menurut pandangan syara karena memenui
berbagai syarat dan rukunnya, belum tentu diterima dan berpahala kalau yag memotivasinya
bukan karena Allah, tetapi karena manusia, seperti yang ingin dikatakan rajin, tekun, baik dan
sejenisnya.motivasi dalam melaksanakan setiap amal harus betul-betul ikhlas, hanya
mengharapakan ridha Allah saja.

Dan ini adalah dalil lain yang menjelaskan tentang ikhlas dalam beramal

Sesungguhnya setiap amalan harus disertai dengan niat. Setiap orang hanya akan
mendapatkan balasan tergantung pada niatnya. Barangsiapa yang hijrah karena cinta
kepada Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya akan sampai kepada Allah dan Rasul-Nya.
Barangsiapa yang hijrahnya karena menginginkan perkara dunia atau karena wanita yang
ingin dinikahinya, maka hijrahnya (hanya) mendapatkan apa yang dia inginkan. (HR.
Bukhari [Kitab Badi al-Wahyi, hadits no. 1, Kitab al-Aiman wa an-Nudzur, hadits no. 6689]
dan Muslim [Kitab al-Imarah, hadits no. 1907])

2. Dosa-dosa besar

A.HADIS MENJAUHI PERBUATAN RIYA DAN SYIRIK KECIL

1. HADIS TENTANG RIYA


. :
:

:

Dari Muhammad bin Lubaid dia berkat, Rasulullah saw pernah bersabda, sesungguhnya
yang paling aku khawatirkan terhadap kamu adalah syirik kecil, yakni riya.(H.R Ahmad
dengan sanad hasan)

Hadis di atas mengandung pengajaran bahwa:

a.Rasulullah sangat mengkhawatirkan umatnya terjerumus kedalam dosa.

b.Riya merupakan salah satu sifat syirik kepada Allah yang harus dijauhi oleh orang-orang
yang beriman. Sementara itu, keharaman syirik sudah sangat jelasdi dalam Al-Quran dan
Sunnah.

Pertanyaan pertama yang muncul dalam benak kita setelah membaca hadis diatas adalah
kenapa riya itu merupakan sebuah sifat syirik atau menyekutukan Allah. Riya ternyata
menjerumuskan kita kepada hal yang sangat dibenci oleh Allah. Bergantung kepada selain
Allah adalah sifat yang tidak baik bagi hati. Karena itu akan menimbulkan anggapan bahwa
ada sesuatu yang lain yang bisa memberikan kita pahala, kebahagiaan maupun keselamatan
selain dari Allah.Ketika seseorang itu berbuat bukan dikarenakan Allah , maka dapat
dikatakan dia sudah menyekutukan Tuhannya, walaupun secara tidak langung ataupun
spontan.

Selain menjurus kepad perbuatan syirik, riya juga akan menjadikan segala kebajikan yang
telah dilakukan kemudian diiringi dengan hasrat riya, maka ia tidak akan mendapatkan
sedikitpunkebaikan atau balasan dariAllah. Semuanya akan sia-sia tak berfaedah sedikitpun,
yang ia akan dapatkan hanyalah atas apa yang ia harapkan dari keriyaannya itu.

Selain itu, riya selalu menjuruskan seseorang ke dalam hal negatif yang lain, selain daripada
sifat syirik kepada Tuhannya yaitu sifat munafik. Karena, bagi orang yang munafik apa yang
diucapkan oleh lisannya dan dilakukan oleh ragawinya hanyalah berpura-pura belaka, yaitu
antara hati dan lisannya tidak sejalan. Mereka berniat melakukan suatu amal ibadah agar
mendapatkan pujian dari orang-orang di sekitarnya, seperti tetangganya mungkin atau
kerabatnya. Tetapi dia mengatakan bahwa dia melakukan amal ibadah tersebut karena
Allahdengan penuh keikhlasan, padahal tidak demikian. Disinilah ketidaksesuaian antara hati
dengan perbuatan, sehingga ia termasuk ke dalam golongan orang yang munafik. Orang yang
munafikitu ingin menipu Allah, dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya dengan
penampilannya tersebut. Tetapi Allah Mahatahu atas segala sesuatu.

Sesungguhnya riya itu memiliki klasifikasi, namun klasifikasi yang paling parah adalah
seseorang melakukan ibadah hanya atas dasar riya semata-mata dan sedikitpun tidak
mengaharapkan ridha dari Allah. Dengan kata lain, ibadahnya bukan untuk Allah melainkan
untuk manusia, sementara yang teringan adalah riya tersebut mendorongnya untuk
melakukan ibadah, sehingga jika tidak dilihat oleh orang lain diatetap melakukan ibadah.
Namun,dia lebih merasa semangat kalau ibadahnya dilihat oleh manusia.

2. HADIS KEDUA TENTANG RIYA


:
:

: : :

.

: .

: . : :

.
: . : :
.

Artinya:

Abu Hurairah r. a. berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda , Sesungguhnya manusia yang
pertama kali diadili di hari kiamatadalah orang-orang yang mati syahid di jalan Allah, maka
ia didatangkan dan diperlihatkan nikmat-nikmat sebagai pahalanya, kemudian iamelihatnya
seraya dikatakankepadanya, Amalan apa yang engkau lakukan sehingga memperoleh
nikmat-nikat itu? Ia menjawab, Aku berperang karena-Mu (Ya Allah).Allah menjawaab ,
Dusta engkau, sesungguhnya kamu berbuat demikian supaya kamu dikatakan sebagai
pahlawan. Dan kmudian malaikat diperintahkan menyeret mukanya dan melemparkannya ke
dalam neraka; seorang yang diberi Allah harta benda, kemudian didatangkandan
diperlihatkankepadanya nikmat-nikkmat sebagai pahalanya lalu ia melihatnya seraya
dikatakan kepadanya, Amalan apakah yang engkau lakukan sehingga engkau mendapatkan
nikmat itu?, ia menjawab, Aku tidak pernah meninggalkan infak di jalan yang Engkau
ridhai YaAllah melainkan aku berinfak hanya karena-Mu. Lalu Allah SWT menjawab,
Dusta Engkau, sesungguhnya engkau melakukan demikian itusupaya kamu dikatakkan
sebagai orang yang dermawan. Kemudian Allah memerintahkan malaikat untuk menyeret
mukanya dan memasukkannya ke dalam neraka. Dan seseorang lagi yang menuntut ilmu dan
mengajarkan atau membaca Al-Quran, maka didatangkan dan diperlihatkan kepadanya
nikmat-nikmat sebagai pahalanya, lalu ia melihatnyaseraya dikatakan kepadanya, Amal apa
yang telah engkau lakukan sehingga engakau medapatkan nikmat-nikmat itu? ia menjawab,
Aku menuntut ilmu dan mengajarkannya dan memebaca Al-Quran hanya untuk-Mu ya
Allah. Kemudian Allah SWT menjawab,Dusta engkau, sesungguhnya engakau menuntut
ilmu supaya engkau dikatakan pintar, dan membaca Al-Quran supaya kamu dikatakan
Qari. Kemudian Allah memerintahkan kepada malaikat untuk meyeret mukanya dan
melemparnya ke dalam neraka.

Penjelasan dari hadis di atas:

Hadis diatas menjelaskan betapa pentingnya niat itu dalam melakukan segala hal terutama
dala konteks ibadah. Walaupun seseorang melakukan amal ibadah secara terus menerus
spenjang hidupnya, itu tidak akan ada artinya dimata Allah jika masih diiringi sifat riya (yang
ingin mendapatkan pujian, julukan sebagai orang yang baik dan lainnya).

Hadis diatas menggambarkan tentang orang yang melakukan amal kebaikan disertai dengan
rasa riya. Sehigga apa yang telah ia lakukan tiada berarti apa-apa karena sifat riya tersebut.
Misalnya saja seperti hadis diatas, kedudukan berperang di jalan Allah adalah amal yang
disukai Allah. Bahkan, orang yang mati syahid karena berperang di jalan Allah di jamin oleh
Allah masuk ke dalam surga-Nya. Namun demikian, walaupun kita berperang di jalan Allah
sampai matiitu bukanlah berarti menjamin kita masuk ke dalam surga-Nya Allah,
dikarenakan sifat riya. Yang dalam hal ini ingin mendapatkan pujian dari orang lain atau
supaya dianggap sebagai pahlawan.

Kesalahan hanya terdapat pada niatnya saja, niat yang buruk akan mendapatkan ganjaran
yang buruk pula. Dan niat yang baik, akan mendapatkan kebaikan pula, bahkan kebaikan itu
akan dilipat gandakan.

Dalam melakukan kebajikan, sifat riya adalah tantangan yang paling berat untuk dihindarkan
oleh kebanyakan manusia. Karena sangat sulit sekali menghindarkan dari pada hal itu.
Terkadang tanpa disadari riya sudah masuk ke dalam amal ibadah seseorang.

Kebanyakan orang memang menganggap bahwa riya itu adalah masalah kecil, masalah yang
tidak terlalu penting, padahal dapat dari riya itu begitu besar sekali, sehingga riya dapat
mengantarkan seseorang itu ke dalam neraka. Seperti telah digambarkan jelas dalam hadis
tersebut.

Oleh karenanya, menjaga sifat riya menempel dengan amal kebajikan harus kita dihindari.
Agar tidak terjadi kesia-siaan dalam amal ibadah kita. Apa gunanya melakukan amal ibadah
tetapi malah menjerumuskan kita ke jalan kehancuran. Kehati-hatian dalam melakukan suatu
amal kebaikan adalah hal yang harus kita lakukan, agar kita terhindar dari malapetaka dan
kesia-siaan.

Di bawah ini adalah beberapa contoh dosa-dosa besar beserta dalilnya :

1. Dosa yang paling besar diantara dosa-dosa besar adalah menyekutukan Allah swt.

Barangsiapa mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka sungguh, Allah


Mengharamkan surga baginya. (QS.al-Maidah:72)
2. Setelah itu berputus asa dari rahmat-Nya.

Sesungguhnya yang berputus asa dari rahmat Allah, hanyalah orang-orang yang kafir.
(QS.Yusuf:87)

3. Merasa aman dari siksaan Allah.

Tidak ada yang merasa aman dari siksaan Allah selain orang-orang yang rugi. (QS.al-
Araf:99)

4. Durhaka kepada orang tua. Yaitu ketika Allah menyebut orang yang durhaka
kepada orang tua sebagai orang yang sombong dan celaka.

Dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi
celaka. (QS.Maryam:32)

5. Membunuh jiwa yang tak berdosa, kecuali di tempat-tempat yang benar.

Dan barangsiapa membunuh seorang yang beriman dengan sengaja, maka balasannya ialah
neraka Jahannam, dia kekal di dalamnya. Allah Murka kepadanya, dan Melaknatnya serta
Menyediakan azab yang besar baginya. (QS.an-Nisa:93)

6. Menuduh wanita yang tak bersalah dengan tuduhan zina.

Sungguh, orang-orang yang menuduh perempuan-perempuan baik, yang lengah dan beriman
(dengan tuduhan berzina), mereka dilaknat di dunia dan di akhirat, dan mereka akan
mendapat azab yang besar. (QS.an-Nur:23)
7. Memakan harta anak yatim.

Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya
mereka itu menelan api dalam perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-
nyala (neraka). (QS.an-Nisa:10)

8. Lari dari seruan jihad.

Dan barangsiapa mundur pada waktu itu, kecuali berbelok untuk (siasat) perang atau
hendak menggabungkan diri dengan pasukan yang lain, maka sungguh, orang itu kembali
dengan membawa kemurkaan dari Allah. Tempatnya ialah neraka Jahannam, dan seburuk-
buruk tempat kembali. (QS.al-Anfal:16)

9. Memakan harta dari hasil riba.

Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang
yang kemasukan setan karena gila. (QS.al-Baqarah:275)

10. Menggunakan sihir atau santet.

Dan sungguh, mereka sudah tahu, barangsiapa membeli (menggunakan sihir) itu, niscaya
tidak akan mendapat keuntungan di akhirat. (QS.al-Baqarah:102)

11. Berzina.

Dan barangsiapa melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat hukuman yang berat,
(yakni) akan dilipatgandakan azab untuknya pada hari Kiamat dan dia akan kekal dalam
azab itu, dalam keadaan terhina. (QS.al-Furqan:68-69)
12. Sumpah palsu untuk menutupi kesalahan.

Sesungguhnya orang-orang yang memperjual belikan janji Allah dan sumpah-sumpah


mereka dengan harga murah, mereka itu tidak memperoleh bagian di akhirat. (QS.Ali
Imran:77)

13. Berkhianat dalam pembagian harta rampasan perang.

Barangsiapa berkhianat, niscaya pada hari Kiamat dia akan datang membawa apa yang
dikhianatkannya itu. (QS.Ali Imran:161)

14. Tidak mengeluarkan zakat.

(ingatlah) pada hari ketika emas dan perak dipanaskan dalam neraka Jahannam, lalu
dengan itu disetrika dahi, lambung dan punggung mereka. (QS.at-Taubah:35)

15. Kesaksian palsu dan menyembunyikan kesaksian yang benar.

Barangsiapa menyembunyikannya, sungguh, hatinya kotor (berdosa). (QS.al-


Baqarah:283)

16. Minum khamr (minuman keras). Karena Allah melarangnya seperti melarang
untuk menyembah berhala.

Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya minuman keras, berjudi, (berkurban


untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah, adalah perbuatan keji dan
termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah (perbuatan-perbuatan) itu agar kamu beruntung.
(QS.al-Maidah:90)

17. Meninggalkan solat atau kewajiban dari Allah yang lainnya dengan sengaja.

Barangsiapa yang meninggalkan solat dengan sengaja maka dia telah berlepas dari
perlindungan Allah dan perlindungan Rasul.

18. Tidak menepati janji dan memutus silaturahmi.

Dan orang-orang yang melanggar janji Allah setelah diikrarkannya, dan memutuskan apa
yang Diperintahkan Allah agar disambungkan dan berbuat kerusakan di bumi; mereka itu
memperoleh kutukan dan tempat kediaman yang buruk (Jahannam). (QS.ar-Rad:25)

Ketika Imam Jafar sampai pada poin ini, Amr bin Ubaid menangis karena dalamnya
kesedihan, kemudian ia keluar dari tempat beliaudan berkata, Celaka seorang yang berkata
dengan pendapatnya dan menolak kemuliaan dan keutamaan ilmu kalian.

Anda mungkin juga menyukai