Disusun Oleh :
Qoriatul Aini
Manatul Basitah
ABSTRAK : Kingdom is one form government of a country led by one person king. This
kingdom The abstract of prehistory in Indonesia involves a profound study of human traces
before the emergence of written records. This period is characterized by cultural diversity, art,
and evolving social structures. Archaeological research reveals megalithic sites, prehistoric
caves, and significant artifacts, providing insights into human interaction with the
environment. Despite the absence of written documents, Indonesia's prehistory unfolds into a
colorful and complex past.
Keywords for the abstract of Indonesian prehistory include cultural diversity, art, and social
structures, with archaeological research on megalithic sites, prehistoric caves, and artifacts.
Despite the absence of written documents, this period reveals human interaction with the
environment, providing a glimpse into a complex past.
METODE
Metode ini memberikan fondasi yang kokoh untuk merekonstruksi kehidupan
prasejarah, meskipun tantangan melibatkan ketiadaan catatan tertulis. Pendekatan
interdisipliner, termasuk kolaborasi antara arkeolog, ahli botani, dan ahli zoologi,
memperkaya pemahaman kita terhadap periode prasejarah di Indonesia.
PEMBAHASAN
A. PRASEJARAH DI INDONESIA
Awal jaman prasejarah adalah sejak bumi Indonesia didiami dan berakhir setelah
Indonesia mengenal tulisan. Prasasti yang paling tua adalah prasasti Kutai yang
diperkirakan ditulis pada abad ke-5 Masehi. Meskipun dalam prasasti tersebut tidak
disebutkan tarikh pembuatannya, akan tetapi berdasarkan pada hasil penelitian maka
diperkirakan prasasti tersebut dibuat pada abad ke-5 Masehi.
Awal prasejarah tidak dapat diteliti melalui prasasti tetapi dapat diteliti melalui
fosil-fosil yang ditemukan terutama banyak ditemukan di pulau Jawa. Fosil yang usianya
paling tua yang ditemukan di pulau Jawa adalah phitecanthropus mojokertensis dimana
usianya diperkirakan sekitar 1,9 juta tahun.
Berdasarkan kriteria bahan pembuatan alat, maka masa prasejarah di Indonesia
dibagi ke dalam : 1. Jaman Batu - Jaman batu tua (Paleolithicum) - Jaman Batu Madya
(Mesolithicum) - Jaman Batu Besar (Neolithicum) Selain itu juga terdapat jaman batu
besar (megalithikum), tetapi megalithikum ini bukan merupakan jaman melainkan
kebudayaan yang berkembang terutama berkaitan dengan aspek religi. 2. Jaman Logam
- Jaman Perunggu - Jaman Besi Di Indonesia tidak dikenal jaman tembaga karena tidak
ditemukan bukti alat-alat yang terbuat dari tembaga.
Diperkirakan pada saat bangsa lain memasuki jaman tembaga, Indonesia masih
berada pada jaman neolithikum-megalithikum. Selain didasarkan pada kriteria bahan
pembuatan alat, pembagian jaman prasejarah di Indonesia juga dibagi berdasarkan pada
cara memenuhi kebutuhan hidup atau berdasarkan system mata pencaharian. Berdasarkan
system mata pencaharian maka jaman prasejarah di Indonesia dibagi ke dalam :
Prasejarah di Indonesia merujuk pada periode waktu sebelum munculnya catatan
tertulis dalam sejarah bangsa ini. Meskipun tanpa dokumen tertulis, prasejarah dicirikan
oleh keberagaman budaya, seni, dan praktik sosial yang berkembang di berbagai wilayah
kepulauan Indonesia. Pemahaman kita tentang prasejarah ini didasarkan pada penelitian
arkeologis yang melibatkan ekskavasi situs-situs prasejarah, seperti megalitik, gua
prasejarah, dan tempat-tempat penemuan artefak.
Situs megalitik, yang mencakup struktur batu besar dan kompleks pemakaman,
memberikan wawasan tentang organisasi sosial dan keagamaan masyarakat prasejarah.
Gua-gua prasejarah menyimpan catatan tentang kehidupan manusia prasejarah, termasuk
lukisan dinding dan temuan artefak. Artefak, seperti alat-alat batu, keramik, dan
perhiasan, memberikan petunjuk tentang perkembangan teknologi, seni, dan pertukaran
budaya pada masa itu.
Analisis stratigrafi dan teknologi modern, seperti pemetaan satelit, membantu
membuka lapisan-lapisan sejarah dan memahami konteks perubahan sosial dan
lingkungan. Prasejarah Indonesia mencerminkan keragaman budaya yang kaya dan
interaksi antarbudaya yang memainkan peran penting dalam pembentukan identitas
bangsa ini. Meskipun tantangan melibatkan ketiadaan catatan tertulis, penelitian
prasejarah terus memberikan kontribusi penting terhadap pemahaman kita tentang sejarah
dan warisan budaya Indonesia.
Nusantara pada periode prasejarah mencakup suatu periode yang sangat panjang,
kira-kira sejak 1,7 juta tahun yang lalu, berdasarkan temuan-temuan yang ada.
Pengetahuan orang terhadap hal ini didukung oleh temuan-
temuan fosil hewan dan manusia (hominid), sisa-sisa peralatan dari batu, Situs Batu
bersejarah, bagian tubuh hewan, logam (besi dan perunggu), Senjata pusaka tradisional
Payan (tombak), Laduk (pedang), keris, Adat Istiadat budaya dan tradisi yang diwariskan
secara turun temurun dari generasi ke generasi yang hingga saat ini masih di pertahankan,
Payun Agung serta gerabah.
Wilayah Nusantara merupakan kajian yang menarik dari sisi geologi karena
sangat aktif. Di bagian timur hingga selatan kepulauan ini terdapat busur pertemuan dua
lempeng benua yang besar: Lempeng Eurasia dan Lempeng Indo-Australia. Di bagian ini,
lempeng Indo-Australia yang bergerak ke utara menghujam ke bawah lempeng
Eurasia.[1] Akibat hal ini terbentuk barisan gunung api di sepanjang Pulau
Sumatra, Jawa, hingga pulau-pulau Nusa Tenggara. Daerah ini juga rawan gempa
bumi sebagai akibatnya.Di bagian timur terdapat pertemuan dua lempeng benua besar
lainnya, lempeng Eurasia dan lempeng Pasifik. Pertemuan ini membentuk barisan gunung
api di Kepulauan Maluku bagian utara ke arah bagian utara Pulau
Sulawesi menuju Filipina.
Wilayah barat Nusantara modern muncul kira-kira sekitar
kala Pleistosen terhubung dengan Asia Daratan. Sebelumnya diperkirakan sebagian
wilayahnya merupakan bagian dari dasar lautan. Daratan ini dinamakan Paparan
Sunda ("Sundaland") oleh kalangan geologi. Batas timur daratan lama ini paralel dengan
apa yang sekarang dikenal sebagai Garis Wallace. Wilayah timur Nusantara, di sisi lain,
secara geografis terhubung dengan Benua Australia dan berumur lebih tua sebagai
daratan. Daratan ini dikenal sebagai Paparan Sahul dan merupakan bagian dari Lempeng
Indo-Australia, yang pada gilirannya adalah bagian dari Benua Gondwana.[2]
Di akhir Zaman Es terakhir (20.000-10.000 tahun yang lalu) suhu rata-rata bumi
meningkat dan permukaan laut meningkat pesat. Sebagian besar Paparan Sunda tertutup
lautan dan membentuk rangkaian perairan Selat Malaka, Laut Cina Selatan, Selat
Karimata, dan Laut Jawa. Pada periode inilah terbentuk Semenanjung Malaya, Pulau
Sumatra, Pulau Jawa, Pulau Kalimantan, dan pulau-pulau di sekitarnya. Di timur, Pulau
Irian dan Kepulauan Aru terpisah dari daratan utama Benua Australia. Kenaikan muka
laut ini memaksa masyarakat penghuni wilayah ini saling terpisah dan mendorong
terbentuknya masyarakat penghuni Nusantara modern.
Prasejarah di Indonesia merujuk pada periode sejarah sebelum kemunculan
catatan tertulis, yang memperlihatkan keberagaman budaya, seni, dan kehidupan
masyarakat tanpa rekaman tertulis yang jelas. Penelitian arkeologis merupakan metode
utama untuk menyelidiki masa ini, dengan fokus pada situs-situs prasejarah yang
mencakup megalitik, gua prasejarah, dan penemuan artefak kuno.
Situs megalitik, seperti kompleks pemakaman batu besar dan struktur monolitik,
mengungkapkan aspek-aspek keagamaan, sosial, dan organisasi masyarakat prasejarah.
Gua prasejarah menyimpan bukti-bukti seni dan kehidupan sehari-hari manusia
prasejarah, seperti lukisan dinding, alat-alat, dan sisa-sisa aktivitas manusia. Temuan
artefak, termasuk perkakas batu, keramik, dan perhiasan, memberikan pemahaman
tentang perkembangan teknologi dan pola pertukaran budaya.
Analisis stratigrafi, dengan memeriksa lapisan tanah secara vertikal, membantu
membangun kronologi peristiwa dan perkembangan. Penggunaan teknologi modern,
seperti pemetaan satelit, meningkatkan pemahaman tentang hubungan antarsitus dan
konteks lingkungan sekitarnya.
Prasejarah Indonesia mencerminkan keragaman geografis dan budaya, dengan
hasil penelitian yang terus memberikan cahaya pada masa lalu yang kompleks, yang
membentuk akar sejarah dan identitas budaya yang kita kenal hari ini. Meskipun masih
banyak misteri yang perlu dipecahkan, penelitian prasejarah terus menjadi landasan
penting dalam memahami perjalanan panjang manusia di kepulauan Indonesia.
Prasejarah di Indonesia, sebagai periode sebelum catatan tertulis, melibatkan studi
mendalam tentang kehidupan manusia yang berkembang di berbagai wilayah kepulauan.
Dalam eksplorasi ini, penelitian arkeologis memfokuskan diri pada serangkaian situs
yang mencakup megalitik, gua prasejarah, dan area penemuan artefak kuno.
Situs megalitik memberikan gambaran tentang sistem kepercayaan dan struktur
sosial masyarakat prasejarah melalui kompleks pemakaman batu besar dan monolitik.
Gua prasejarah, dengan lukisan dinding dan artefak yang ditemukan di dalamnya,
menjadi jendela ke dunia seni, kehidupan sehari-hari, dan mungkin praktik keagamaan
pada masa itu. Sementara itu, artefak seperti perkakas batu, keramik, dan perhiasan
memberikan petunjuk tentang teknologi, pertukaran budaya, dan gaya hidup manusia
prasejarah.
Analisis stratigrafi, dengan memeriksa lapisan-lapisan tanah secara vertikal,
membantu memahami kronologi peristiwa dan perubahan lingkungan. Teknologi modern,
seperti pemetaan satelit dan analisis isotop, memberikan dimensi baru dalam
mengintepretasi interaksi antarsitus dan pola migrasi manusia prasejarah.
Pentingnya penelitian ini terletak pada kontribusinya terhadap pemahaman
warisan budaya dan sejarah Indonesia. Meskipun masih banyak pertanyaan yang belum
terjawab, prasejarah Indonesia terus menjadi bidang penelitian yang dinamis, membuka
pintu menuju masa lalu yang kompleks dan beraneka ragam, membentuk akar sejarah
bangsa ini.
KESIMPULAN
Kesimpulan dari penelitian prasejarah Indonesia adalah bahwa meskipun tanpa catatan
tertulis, penelitian arkeologis telah berhasil mengungkap sejumlah aspek kehidupan manusia
prasejarah di wilayah ini. Situs megalitik, gua prasejarah, dan temuan artefak memberikan
gambaran tentang keberagaman budaya, perkembangan teknologi, dan interaksi antarbudaya.
Meskipun masih banyak misteri yang belum terpecahkan, hasil analisis stratigrafi dan
interpretasi artefak memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang perubahan sosial
dan lingkungan pada masa prasejarah. Penelitian ini juga menegaskan pentingnya pendekatan
interdisipliner dalam menyusun narasi sejarah, melibatkan berbagai disiplin ilmu untuk
mendapatkan gambaran yang lebih komprehensif.
DAFTAR PUSTAKA
Http://File.Upi.Edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._SEJARAH/197706022003122-
YENI_KURNIAWATI_SUMANTRI/Bahan_Ajar_SIK.Pdf
Kompas.Com/Skola/Read/2020/12/29/121547269/Periodisasi-Sejarah-Indonesia-Praaksara-
Reformasi.
Https://Archive.Org/Details/Sejarah-Nasional-Indonesia-Jilid-1-Zaman-Prasejarah
Https://id.wikipedia.org/wiki/Prasejarah_Indonesia.