Anda di halaman 1dari 35

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di era globalisasi sekarang ini, terlihat jelas adanya tuntutan tugas

yang makin kompleks bagi semua pihak, hal inilah yang semakin

membutuhkan intelektualitas manusia sehingga dapat mengikuti

perkembangan ilmu dan tekhnologi yang pesat,dan disinilah pentingnya

seorang da’i atau muballig dengan tujuan menyampaikan ilmu pengetahuan

berupa risalah syariat yang dibawa oleh Rasulullah SAW, dalam mewujudkan

karakter masyarakat yang berintlektualitas tinggi sehingga bisa menjadi

pembaharuan dan pengembangan pendidikan. Seorang da’i dalam

menyampaikan ilmu pengetahuan harus dengan hati yang ikhlas lillahita’ala

hanya mengharap ridho Allah Swt.

Anjuran untuk berdakwah adalah sebuah kewajiban yang Allah

perintahkan dalam surah An-nahl ayat 125

‫ُأْدُع ِإَلى َس ِبْيِل َر ِّبُك ْم ِباْلِح ْك َم ِة َو اْلَم ْو ِع َظِة اْلَح َس َنِةَو َج اِد ْلُهْم ِب اَّلِتْي ِهَي َأْح َس ُن ِإَّن َر َّب َك ُه َو َأْعَلُم ِبَم ْن َض َّل‬
‫ِع ْن َس ِبْيِلِه َو ُهَو َأْعَلُم ِباْلُم ْهَتِد ْيَن‬
Artinya : Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan
pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang
baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang
sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang
mendapat petunjuk.(Q.S. An-Nahl : 125)

Dakwah merupakan misi penyebaran islam sepanjang sejarah dan

zaman. Adapun dakwah bisa saja dilakukan dengan cara lisan (langsung) atau

secara tulisan (kitab), oleh karena itu tidak ada alasan untuk tidak menyeru
2

kepada orang untuk tetap melakukan kebaikan. Apalagi di zaman sekarang

ini, yang serba teknologi. Dakwah sudah sangat beraneka ragam, dengan

bantuan media siapa saja bisa menikmati dakwah hanya berdiam diri dirumah

saja. Tinggal ketik di handpone dakwah seperti apa yang ingin ia dengarkan,

semuanya ada. Namun tentunya dalam berdakwah seorang da’i tidak boleh

melanggar aturan yang telah Allah tetapkan dalam ayat yang diatas.

Berdakwah itu harus dengan nasehat hikmah yang tutur katanya baik dan

sopan, kalaupun dengan cara itu tidak bisa maka boleh dengan berdebat,

namun dengan cara yang baik.

Seorang da’i dalam menyampaikan dakwahnya harus bisa menuntun

masyarakat bagaimana mengenal Tuhan mereka dengan baik, dalam hal ini

biasa disebut Tauhid. Namun seorang da’i juga harus bisa menuntut

masyarakat dalam pelaksanaan ibadah untuk mendekatkan diri kepada Tuhan

mereka. Karena setiap ibadah itu ada tata cara yang harus dipahami. Inilah

yang biasa disebut sebagai syariat. Syariat dalam agama islam itu telah

direnungkan oleh ulama’ yang berlandasakan al qur’an dan hadist Nabi SAW.

Syariat itulah yang kita sebut dengan istilah fiqih.

Fiqih secara bahasa artinya paham. Memahami semua aturan yang

telah ditetapkan oleh Allah dan rasulnya. Sedangkan secara istilah adalah

ilmu yang mempelajari hukum-hukum syar’i yang dihasilkan dari ijtihad,

seperti mengetahui hukum niat dalam berwudhu adalah wajib karena

berlandasakan hasil ihtihad dari sabda Rasulullah SAW yang mengatakan

‫إَّنما اَأْلْع َم اُل ِبالِنَّيِة‬


3

Artinya : Sesungguhnya setiap pekerjaan itu tergantung niatnya(H.R.


Bukhori Muslim)1

Mempelajari ilmu fiqih di era saat ini sangat mudah didapatkan.

Bahkan ada yang online dan offline. Namun metode yang biasa digunakan

dalam belajar fiqih ini adalah halaqoh, atau duduk bersila. Seorang da’i

biasanya menyampaikan fiqih dalam dakwahnya secara umum saja, sedikit

yang mendetail dan langsung praktik.

Di Mudzakaroh Soyyadun Nahijin ada metode pembelajaran fiqih

yang tidak biasa. Dimana murid akan diajar fiqih dengan duduk halaqoh di

depan gurunya dan langsung praktik fiqih sesuai dengan pembahasan yang

dibahas. Bukan hanya itu, setiap sub bab atau materi ada lagunya, mereka

menamakan metodenya ini dengan nama adz zaq-zaq, sehingga membuat

orang yang belajar tidak bosan dan tentunya sangat cepat dalam menghafal.

Seperti contoh, materi khuf atau sepatu. Semua murid harus memakai sepatu

dan tidak boleh melepasnya dalam keadaan muqim, yang terlebih dahulu

harus suci atau sudah berwudu. Sehingga apabila batal wudunya maka cukup

dengan mengusap sepatu saja, dan langsung salat. Hal ini menimbulkan rasa

ketertarikan dalam belajar fiqih, karena biasa seorang guru hanya

menyampaikan materi atau teori saja, sedikit sekali yang langsung

mempraktikkannya.

Dalam penelitian ini peneliti fokus pada metode belajar yang

digunakan di Mudzakaroh Soyyadun Najihin terutama dalam mengajar fiqih.

Karena Mudzakaroh Soyyadun Najihin satu-satunya Mudzakaroh yang

1
Kitab Mabadiul Awwaliyah halaman 5
4

peneliti jumpai langsung belajar fiqih dengan praktik juga disertai dengan

lagu setiap materinya. Bukan hanya itu, di Anjani, Kecamatan Suralaga yang

sering disebut kota santri juga banyak yang merekomendasikan untuk

mengaji dan berdiskusi di Mudzakaroh Soyyadun Najihin. Karena metode

yang menyenangkan dan tidak membosankan inilah banyak santri yang

mengaji di Mudzakaroh Soyyadun Najihin. Karena dalam hal menyampaiakn

pesan dakwah, terutama syariat islam haruslah seorang guru atau da’I

menyampaikan sekreatif mungkin, sehingga tidak akan menimbulkan

kebosanan bagi pendengar atau jama’ahnya.

Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti menjadikan alasan untuk

meneliti lebih dalam tentang Metode pembelajaran fiqih yang menyenangkan,

dan, menyusunnya dalam sebuah skripsi yang berjudul “Analisis Pesan

Dakwah dalam Pengimplementasian Belajar Fiqih Metode Ad Zaq-zaq

(bernyanyi) Studi Kasus di Mudzakaroh Soyyadun Najihin, Anjani

Kecamatan Suralaga”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, berikut peneliti ajukan rumusan

masalah penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana cara penerapan metode belajar fiqih Ad Zaq zaq

(bernyanyi) di Mudzakaroh Soyyadun Najihin?

2. Apa isi pesan dakwah yang ada dalam penerapan metode Ad Zaq

zaq di Mudzakaroh Soyyadun Najihin?


5

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas,penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui bagaimana cara penerapan metode belajar fiqih Ad

Zaq zaq (bernyanyi) di Mudzakaroh Soyyadun Najihin.

2. Mengatahui isi pesan dakwah yang ada dalam penerapan metode

belajar fiqih Ad Zaq zaq di Mudzakaroh Soyyadun Najihin.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka diharapkan penelitian ini

dapat memberikan manfaat, baik dalam bidang teoritis maupun praktis.

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat membuka

wawasan kreatifitas dalam menyebarkan ajaran Rasulullah SAW,

terutama dalam hal syariat atu fiqih melalui metode belajar fiqih

Ad Zaq zaq di Mudzakaroh Soyyadun Najihin.

2. Praktis

a. Bagi para remaja atau santri semoga setelah mengetahui

metode belajar fiqih Ad Zaq zaq (bernyanyi) ini, dapat

memberikan semangat baru untuk terus menuntut ilmu

pengetahuan.

b. Bagi kaum dewasa, da’i atau guru semoga setelah mengetahui

metode belajar fiqih Ad Zaq zaq (bernyanyi) ini, dapat


6

memberikan contoh dan ibrah apa yang telah dipelajari dan

menerapkannya dalam menyiarkan ajaran Rasulullah SAW.

c. Bagi masyarakat umum semoga setelah mengetahui metode

belajar fiqih Ad Zaq zaq (bernyanyi) ini, dapat menerapkannya

dalam kehidupan sehari-hari.


7

BAB II
KAJIAN TEORI

A. Landasan Teori

1. Dakwah

Secara bahasa (etimologi) kata dakwah berasal dari bahasa arab, ‫دعا‬

‫ يدعو دعوة‬yang berarti seruan, ajakan, atau panggilan.2 Sedangkan menurut

Toha Yahya Omar mendefinisikan dakwah adalah mengajak manusia

dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah

Tuhan, untuk keselamatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat.3

Seorang juru dakwah (da’i) dalam menyampaikan dakwahnya

kepada komunikan (mad’u) haruslah menyampaikn dengan Bahasa dan

tutur kata yang sopan, agar mad’u dapat menerima dengan lapang dada

dakwah yang disampaikannya. Tentunya mengharap ridho Allah SWT

untuk mengajak mad’u baik dari perbuatan maupun perkataan untuk

mendekatkan diri kepada jalan kehidupan yang sudah di ajarkan dan

dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW.

2. Unsur-Unsur Dakwah

Di dalam pesan dakwah, merupakan salah satu unsur penting

ketika seorang akan berdakwah, maka penting mengetahui karakter atau

ciri-ciri pesan yang akan disampaikannya. Ketika seseorang akan

menggunakan media, baik mimbar, cetak, maupun eletronik, yang terbesit


2
Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta:Gaya Media Pratama, 1997), cet 1, hal.32
3
Samsul Munir, Ilmu Dakwah, (Jakarta:Amzah, 2009), cet 1, hal.1-2.
8

dalam pikiran penyiar, bukan hanya bagaimana cara menggunakan media-

media tersebut, tetapi juga pesan apa yang akan disampaikan melalui

media itu. Pesan dakwah merupakan salah satu unsur dakwah, namun

sebelum berbicara masalah pesan dakwah secara terinci terlebih dahulu

peneliti akan membahas unsur-unsur dakwah secara lengkap yaitu sebagai

berikut :

1) Komunikator / Da’i

Komunikator/Dai adalah pihak yang mengirim pesan kepada

khalayak.4 Keberhasilan dalam proses komunikasi dapat terlihat dari

suksesnya komunikator dalam menyampaikan pesan serta informasi

kepada khalayak, pesan yang disampaikan secara variatif juga menjadi

salah satu target keberhasilan dalam penyampaian pesan, mulai dengan

gaya bahasa, keterampilan komunikasi dengan bahasa yang mudah

dipahami, dan juga kaya akan ide-ide serta kreativitas lainnya.

komunikator atau disebut juga da’i yaitu orang yang mengirimkan

pesan kepada mad’u.

Da’i berasal dari bahasa Arab yang berarti orang yang mengajak,

bisa saja mengajak untuk melakukan perbuatan dan perkataan yang

jelek. Akan tetapi da’i yang dimaksudkan dalam islam adalah yang

mengajak orang lain ke jalan kebenaran, baik dengan perbuatan,

perkataan, ataupun seruan hati. Da’i harus mengajak kepada kebaikan.5

4
Hafied Cangara, Pengatar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Raja Grafindo, 2008), hal. 85
5
Najamuddin, Metode Dakwah, (Jakarta:Prenada Media, 2003), hal. 33
9

Da’i adalah orang yang melaksanakan dakwah baik lisan, tulisan,

maupun perbuatan yang dilakukan baik secara individu, kelompok, atau

lewat organisasi lembaga. Diantara banyaknya para da’iyang hadir

ditengah masyarakat dalam menyampaiakan dan menyeru kepada

kebaikan, kembali kepada khalayak yang menerima dan mendengarkan

seruan tersebut untuk dapat diindahkan dengan pengaplikasian kedalam

kehidupan sehari-hari, kemudian yang harus diperhatikan sebagai da’i

atau komunikator dalam hal menyampaikan dakwah adalah

memperhatikan sasaran khalayak yang akan di dakwahi.

2) Komunikan / Mad’u

Pesan yang disampaikan oleh komunikator kemudian diterima

oleh seseorang atau sekelompok orang disebut komunikan atau mad’u.

Penerima atau komunikan adalah pihak yang menjadi sasaran pesan

yang dikirim oleh sumber, Penerima bisa disebut dengan berbagai

macam istilah seperti khalayak, sasaran, komunikan atau dalam

bahasa inggris disebut audience atau receiver.

3) Materi dakwah / Maddah

Materi dakwah/Maddah tidak lain adalah al-Islam yang

bersumber dari al-Qur’an dan Hadits sebagai sumber utama yang

meliputi aqidah, syariah, dan akhlak dengan berbagai macam cabang

ilmu yang diperoleh darinya. Materi yang disampaikan oleh seorang


10

da’i harus cocok dengan bidang keahliannya. Materi juga harus cocok

dengan metode dan media serta objek dakwahnya.6

4) Media Dakwah / Wasilah

Media dakwah / Wasillah ialah alat yang digunakan untuk

memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Terdapat

beberapa pendapat mengenai saluran atau media, misalnya dalam

komunikasi antar pribadi panca indra dianggap sebagai media

komunikasi.

Media cetak, online, dan eletronik juga termasuk kedalam

media dakwah yang dapat digunakan oleh para penyampai pesan

(da’i) atau komunikator. Pemanfaatan media diera yang sudah

semakin berkembangan seperti saat sekarang ini adalah suatu

keharusan dalam menguasai media agar pesan yang disampaikan

didengar , dilihat serta diketahui khalayak ramai. Media berasal dari

bahasa latin yaitu medium yang berarti perantara, sedangkan

pengertian istilahnya media berarti segala sesuatu yang dapat

dijadikan sebagai alat perantara untuk mencapai suatu tujuan

tertentu.7

Menurut Adi Sasono, jika dilihat dari segi sifatnya, media

dakwah dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu:8

6
Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah,( Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), cet.
1, hal. 33-34.
7
Amuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya:Usaha Nasional, 1994), cet.1, hal
80-87.
8
Adi Sasono, Solusi Islam Atas Problematika Ilmu dakwah, (Jakarta: Logos Wahana Ilmu, 1997),
hal.34.
11

a. Media Tradisional

Yaitu media dakwah dengan berbagai macam seni dan

pertunjukan budaya lokal yang secara tradisional dipentaskan di

depan umum terutama sebagai hiburan yang memiliki sifat

komunikasi seperti: drama, pewayangan, ketoprak, humor dan

sebagainya. Dengan memakai media tersebut, maka dakwah

dapat dijalankan dengan cara memasukan pesan-pesan dakwah

didalamnya.

b. Media Modern

Yaitu media dakwah dengan menggunakan teknologi

canggih yang banyak di konsumsi oleh masyarakat. Yang

termasuk media modern seperti: televisi, radio, surat kabar,

majalah, media online, dan sebagainya. Dengan hadirnya media

modern pemanfaat media tersebut dari waktu kewaktu menjadi

salah satu alat yang digunakan oleh para da’i

5) Metode Dakwah / Thariqoh

Metode dakwah ialah cara-cara tertentu yang dilakukan oleh

seorang da’i(komunikator) kepada mad’u (komunikan) untuk

mencapai satu tujuan atas dasar hikmah dan kasih sayang. Kata

metode dalam bahasa Indonesia memiliki pengertian “suatu cara

yang biasa ditempuh atau cara yang ditentukan secara jelas untuk
12

mencapai dan menyelesaikan suatu tujuan, rencana sistem, tatapikir

manusia.

Sedangkan dalam metodologi pengajaran islam menyebutkan

bahwa metode adalah “suatu cara yang sistematis dan umum

terutama dalam mencari kebenaran ilmiah” dalam kaitannya dengan

pengajaran ajaran islam, maka pembahasan selalu berkaitan dengan

hakikat penyampaian materi kepada peserta didik agar dapat

diterima dan dicerna dengan baik. Metode dakwah dibagi kedalam 3

bentuk antara lain sebagai berikut:

a. Al Hikmah

Merupakan sikap pelaku dakwah yang toleran terhadap

kondisi mitra dakwah, termasuk kesadarannya terhadap

kapasitas sosial ekonomi mitra, pengetahuan, latar belakang

sosial budaya. Fungsi al-hikmah dalam aktivitas dakwah adalah

sebagai salah satu cara untuk menjaga mitra dakwah agar

menjadi betah dengan kegiatan dakwah.9

b. Al Maw’izah Hasanah

Dapat diartikan sebagai ungkapan yang mengandung

unsur bimbingan, pendidikan,pengajaran, kisah-kisah, berita

gembira, peringatan, pesan-pesan positif, yang dapat dijadikan

pedoman dalam kehidupan untuk tujuan keselamatan dunia

akhirat.10

9
Syukri Syamaun,Dakwah Rasional, (Banda Aceh: Arraniry Press, 2007), hal. 29.
10
Ibid, hal. 30
13

c. Al –Mujadalah bi al-Lati Hiya Ahsan

Dapat diartikan sebagai upaya tukar menukar pendapat

(al-hiwar) yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis dan

tidak melahirkan permusuhan. Berdiskusi dan mencari solusi

terhadap permasalahan yang ada tanpa melahirkan permusuhan

dalam memberikan masukan saran dan sebagainya.

Hal ini sesuai dengan firmah Allah Swt dalam Al-qur’an,

yang mengatakan :

‫ُأْدُع ِإَلى َس ِبْيِل َر ِّبُك ْم ِباْلِح ْك َم ِة َو اْلَم ْو ِع َظِة اْلَحَس َنِةَو َج اِد ْلُهْم ِباَّلِتْي ِهَي َأْح َس ُن ِإَّن َر َّب َك ُه َو‬
‫َأْعَلُم ِبَم ْن َض َّل ِع ْن َس ِبْيِلِه َو ُهَو َأْعَلُم ِباْلُم ْهَتِد ْيَن‬

Artinya : Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan


hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan
mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu,
Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya
dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat
petunjuk.(Q.S. An-Nahl : 125)

6) Efek Dakwah / Atsar

Dalam bahasa komunikasi disebut pengaruh atau efek adalah

perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh

penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh bisa

terjadi pada pengetahuan, sikap dan tingkah laku, dan oleh sebab itu

pengaruh bisa juga diartikan sebagai perubahan atau penguatan

keyakinan pada pengetahuan, sikap, dan tindakan seseorang sebagai

akibat penerima pesan. Komunikator atau da’I dalam menyampaikan

pesan kepada mad’u atau komunikan harapannya ialah terjadi efek


14

dari apa yang disampaikan baik efek dari perubahan sikap dan

tingkah laku kepada yang lebih baik.

3. Bentuk-bentuk Dakwah

Aktivitas dakwah yang merupakan operasionalisasi dari dakwah

yang dilakukan para pelaku dakwah dapat diklasifikasikan dalam tiga

kategori, yaitu :

1) Dakwah Bil Lisan

Dakwah Bil Lisan adalah penyampaian informasi atau pesan

dakwah melalui lisan (ceramah atau komunikasi langsung antara

subjek dan objek dakwah). Dakwah bil lisan mempunyai bebeapa

media, seperti: khutbah, ceramah, ataupun pidato.

Allah berfirman dalam Al-Qur’an dengan tegas mengenai hal

ini dengan menitik beratkan kepada ahsan kaulan (ucapan yang baik)

dan Uswatun Hasanah (perbuatan baik), yaitu dalam Q.S Al-Fushilat

Ayat : 33

‫َو َم ْن َأْح َس ُن َقْو اًل ِّمَّم ْن َدَعا ِإَلى هللا َو َع ِمَل َص اِلًحا َّو َقاَل ِإَّنِنْي ِم َن اْلُم ْس ِلِم ْيَن‬
Artinya :”Dan siapakah yang lebih baik perkataanya daripada
orang yang menyeru kepada Allah dan mengerjakan kebaikan? Dan
berkata ‘Sungguh aku termasuk orang-orang yang muslim (berserah
diri)”(Q.S. Fussilat : 33)

2) Dakwah Bil Qalam

Dakwah bil qalam adalah dakwah dengan menggunakan media

tulisan, dakwah bil qalam merupakan bentuk dakwah yang pernah

dipraktekkan oleh Rasulullah SAW. Dakwah dalam bentuk tulisan


15

yang dilakukan Rasulullah SAW adalah dengan mengirim surat-surat

yang berisi seruan, ajakan, atau panggilan. Dakwah pada era sekarang

ini adalah dengan memanfaatkan media cetak untuk menyebarkan

dakwah meliputi: surat kabar, majalah, brosur dan lainnya

3) Dakwah Bil Hal

Dakwah bil hal adalah melaksanakan amal kebaikan dalam

kehidupan sehari-hari yang meliputi bidang sosial, ekonomi, dan

budaya dalam bingkai nilai-nilai ajaran Islam. Dakwah bil hal

merupakan usaha merintis dan mempraktekkan ajaran islam dalam

kehidupan sehari-hari. Dakwah dalam bentuk ini dapat dilakukan oleh

setiap orang di manapun berada dengan profesi apapun.

4. Pesan Dakwah

1) Definisi Pesan Dakwah / Maddah

Maddah dakwah merupakan isi pesan atau materi yang

disampaikan da’i kepada mad’u. Dalam hal ini sudah jelas bahwa yang

menjadi maddah dakwah adalah Islam itu sendiri.11

Maddah adalah Pesan yang disampaikan pengirim kepada

penerima. Pesan adalah sesuatu yang bisa disampaikan dari seseorang

kepada orang lain, baik secara individu maupun kelompok yang dapat

berupa buah pikiran, keterangan, pernyataan dan dari sebuah sikap.

Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang

disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan merupakan seperangkat

11
Muhammad Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2009), cet.1,
hal.24.
16

lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikator kepada

komunikan. Dalam komunikasi antar manusia, sumber bisa terdiri dari

satu orang, tetapi juga bisa dalam bentuk berkelompok misalnya partai,

organisasi atau lembaga. Sumber sering disebut pengirim, komunikator

atau dalam bahasa Inggris disebur source, sender atau encoder.

Pesan dakwah adalah isi pesan komunikasi secara efektif terhadap

penerima dakwah, pada dasarnya meteri dakwah Islam, bergantung

pada tujuan dakwah yang dicapai sudah menjadi doktrin dan komitmen

bahkan setiap muslim wajib berdakwah, baik secara perorangan

ataupun dengan orang banyak, oleh karena itu dakwah harus terus

dilakukan. Pesan dakwah tidak lain adalah Al-Islam yang bersumber

kepada Al-Qur’an dan Hadits sebagai sumber utama yang meliputi

aqidah, syariah dan akhlak dengan sebagai macam cabang ilmu yang di

perolehnya. Pesan dakwah atau materi dakwah adalah isi dakwah yang

disampaikan da’i kepada mad’u yang bersumber agama Islam.12

Pesan Dakwah Islam tergantung pada tujuan dakwah yang hendak

dicapai. Keseluruhan pesan yang lengkap dan luas akan menimbulkan

tugas bagi da’i untuk memilih dan menentukan materi dakwah

sehingga dapat disesuaikan dengan memperhatikan situasi dan kondisi

serta timing yang ada. Dan juga harus ada prioritas-prioritas mana

yang wajib disampaikan dan mana yang sunnah disampaikan.13

12
Jamaludin Kafi, Psikologi Dakwah, ( Surabaya: Indah, 1997), hal. 35
13
Mahfud Syamsul Hadi dkk, Rahasia Keberhasilan Dakwah, (Surabaya: Ampel Suci, 1994), hal.
122.
17

Dalam hal ini setiap da’i yang menyampaikan pesan kepada mad’u

bersumber dari al qur’an dan hadist. al qur’an agama Islam merupakan

agama yang berpedoman pada al qur’an yang disajikan sebagai

landasan bagi umat islam. al qur’an menjadi sumber utama

keseluruhan materi dakwah. Seorang da’i harus menguasai al qur’an

secara mendalam, baik pemahaman maupun cara membacanya.

Al-Hadits merupakan sumber kedua setelah al qur’an dalam agama

Islam. Hadist berisi tentang penjelasan dari nabi dalam merealisasikan

kehidupan berdasarkan al qur’an. Dalam menyampaikan pesan dakwah

seorang da’i harus menguasai hadist karena beberapa ajaran Islam

yang bersumber dari al qur’an diintepretasikan melalui sabda Nabi

yang tertuang dalam hadist. Pesan yang disampaikan oleh da’i

merupakan pesan kebenaran yang kebenaran yang disampaikan dengan

argumentasi yang kuat, logis, dan fakta dan berbagai sumber14

2) Karakterisktik Pesan Dakwah

Karakter secara bahasa diartikan sebagai pembeda, atau ciri-ciri

sifat, bagaimana dengan karakteristik pesan dakwah. Karakteristik

pesan dakwah adalah ciri-ciri sifat pesan dakwah. Menurut Ali Aziz

dalam buku “Ilmu Dakwah” karakteristik pesan dakwah dibagi

menjadi tujuh, yaitu orisinil dari Allah SWT, mudah, lengkap,

seimbang, universal, masuk akal, dan membawa kebaikan.15

14
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah (Jakarta: Amzah, 2009), cet, 1, hal.89.
15
Moh Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Prenada Media Group, 2004), hal. 342.
18

5. Bentuk Komunikasi Dakwah

Berikut beberapa komunikasi dakwah atau memilih kata yang tepat

menurut perspektif al-qu’an adalah :

a. Qawlan Adzima (Perkataan yang tidak mengandung kebohongan)

Qawlan Adzima adalah anjuran pada Dai untuk mengucapkan

kata – kata yang tidak mengandung kebohongan atau tuduhan yang

sama sekali tidak berdaya dalam misi dakwahnya. Firman Allah

SWT dalam Al qur’an :


‫َٰٓل‬
‫َأَفَأْص َفٰى ُك ْم َر ُّبُك م ِبٱْلَبِنيَن َو ٱَّتَخ َذ ِم َن ٱْلَم ِئَك ِة ِإَٰن ًثاۚ ِإَّنُك ْم َلَتُقوُلوَن َقْو اًل َع ِظ يًم ا‬
Artinya : “Maka apakah patut Tuhan memilihkan bagimu anak-anak
laki-laki sedang Dia sendiri mengambil anak-anak perempuan di
antara para malaikat? Sesungguhnya kamu benar-benar
mengucapkan kata-kata yang besar (dosanya)..” (Q.S. Al Isro’ : 40)

b. Qawlan Sadidan (perkataan yang benar)

Qawlan Sadida dapat diartikan sebagai pembicaraan yang

benar, jujur, lurus, dan tidak berbelit – belit. Sadida juga bisa berarti

istiqomah atau konsistensi. Firman Allah SWT dalam Al qur’an :

‫َو ْلَيْخ َش ٱَّلِذ يَن َلْو َتَر ُك و۟ا ِم ْن َخ ْلِفِه ْم ُذ ِّرَّيًة ِض َٰع ًفا َخ اُفو۟ا َع َلْيِهْم َفْلَيَّتُقو۟ا ٱَهَّلل َو ْلَيُقوُلو۟ا َقْو اًل َسِد يًدا‬
Artinya : “Danhendaklah takut kepada Allah orang-orang yang
seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang
lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka.
Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan
hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar..”(Q.S. An
Nisa : 9)

‫َٰٓيَأُّيَها ٱَّلِذ يَن َء اَم ُنو۟ا ٱَّتُقو۟ا ٱَهَّلل َو ُقوُلو۟ا َقْو اًل َسِد يًدا‬
Artinya :” Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu
kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar,.” (Q.S. Al
Ahzab : 70)
19

c. Qawlan Baligha (Perkatan yang Membekas Pada Jiwa atau tepat

sasaran).

Qawlan baligha dalam bahasa arab itu diartikan sebagai

sampai, mengenai sasaran atau tujuan jika dikaitkan dengan kata –

kata qaul (ucapan atau komunikasi). Baligha berarti fasih atau jelas

maknanya, tepat apa yang dikehendakinya terang. Qawlan baligha

adalah kesesuaian antara hatidan otak dengan apa yang disampaikan

oleh dai sehingga tepat sasaran kepada mad‟u. Firman Allah SWT

dalam Al qur’an :
‫َٰٓل‬
‫ُأ۟و ِئَك ٱَّلِذ يَن َيْع َلُم ٱُهَّلل َم ا ِفى ُقُلوِبِهْم َفَأْع ِر ْض َع ْنُهْم َو ِع ْظُهْم َو ُقل َّلُهْم ِفٓى َأنُفِس ِهْم َقْو اًۢل َبِليًغ ا‬
Artinya : “Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui
apa yang di dalam hati mereka. Karena itu berpalinglah kamu dari
mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada
mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka..”(Q.S. An
Nisa : 63)

d. Qawlan Layyinan (perkataan yang lemah lembut)

Term Qawlan Layyinan secara harfiah berarti komunikasi

yang lemah lembut Berkata lembut tersebut adalah perintah allah

kepada nabi musa dan harun supaya menyampaikan tabsyier dan

inzar kepada fir’aun denga “Qawlan Layyinan” karena ia telah

menjadi kekuasaan melampaui batas, musa dan harun sedikit

khawatir menemui fir’aun yang kejam, Tetapi allah tahu memberi

jaminan keselamatan. Allah SWT berfirman dalam Al qur’an :

‫َفُقواَل َل ۥُه َقْو اًل َّلِّيًنا َّلَع َّل ۥُه َيَتَذَّك ُر َأْو َيْخ َش ٰى‬
Artinya :” Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan
kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut.”
(Q.S. Thaha : 44)
20

e. Qawlan Ma’rufan (perkataan yang pantas dan baik)

Dalam bahasa Qawlan Ma’rufan diartikan dengan ungkapan

dan ucapan yang pantas dan baik, pantas disini bisa diartikan sebagai

kata – kata yang terhormat, sedangkan baik diartikan sebagai kata –

kata yang sopan. Firman Allah SWT dalam al qur’an :

‫ۚ َع ِلَم ٱُهَّلل َأَّنُك ْم َس َتْذ ُك ُروَنُهَّن َو َٰل ِكن اَّل ُتَو اِع ُدوُهَّن ِس ًّر ا ِإٓاَّل َأن َتُقوُلو۟ا َقْو اًل َّم ْعُروًفا‬
Artinya :”…Allah mengetahui bahwa kamu akan menyebut-nyebut
mereka, dalam apada itu janganlah kamu mengadakan janji kawin
dengan mereka secara rahasia, kecuali sekedar mengucapkan
(kepada mereka) perkataan yang ma'ruf…”(Q.S. Al Baqarah : 235)

‫َو اَل ُتْؤ ُتو۟ا ٱلُّس َفَهٓاَء َأْم َٰو َلُك ُم ٱَّلِتى َجَعَل ٱُهَّلل َلُك ْم ِقَٰي ًم ا َو ٱْر ُز ُقوُهْم ِفيَها َو ٱْك ُس وُهْم َو ُقوُلو۟ا َلُهْم َقْو اًل‬
‫َّم ْعُروًفا‬
Artinya : “Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang
belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam
kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan.
Berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan
ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik”(Q.S. An Nisa : 5)

‫َو ِإَذ ا َحَضَر ٱْلِقْس َم َة ُأ۟و ُلو۟ا ٱْلُقْر َبٰى َو ٱْلَيَٰت َم ٰى َو ٱْلَم َٰس ِكيُن َفٱْر ُز ُقوُهم ِّم ْنُه َو ُقوُلو۟ا َلُهْم َقْو اًل َّم ْعُروًفا‬
Artinya :”Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat, anak
yatim dan orang miskin, maka berilah mereka dari harta itu
(sekedarnya) dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik.”
(Q.S. An Nisa : 8)

f. Qawlan Maisura (perkataan yang mudah)

Istilah qawlan maisura, Kalimat maisura berasal dari kata

yasr, yang artinya mudah. Qawlan maisura adalah lawan dari kata

ma‟sura, perkataan yang sulit. Sebagai bahasa komunikasi, qawlan

maisura artinya pesan yang disampaikan itu sederhana, mudah

dimengerti dan dapat dipahami secara spontan tanpa harus dipikir

dua kali. Pesan dakwah model ini tidak memerlukan dalil naqli
21

maupun argument – argument logika. Dakwah dengan pendekatan

Qawlan Maisura harus menjadi pertimbangan mad’u yang dihadapi

itu terdiri dari:

1) Orang tua atau kelompok orang tua yang merasa dituakan, yang

sedang menjalani kesedihan lantaran kurang bijaknya perlakuan

anak terhadap orang tuanya atau oleh kelompok yang lebih

muda.

2) Orang yang tergolong di dzalimi haknya oleh orang – orang

yang lebih kuat.

3) Masyarakat yang secara sosial berada dibawah garis

kemiskinan, lapisan masyarakat tersebut sangat peka dengan

nasihat yang panjang, karenanya dai harus memberikan solusi

dengan membantu mereka dalam dakwah bil hal.

‫َو ِإَّم ا ُتْع ِر َض َّن َع ْنُهُم ٱْبِتَغٓاَء َر ْح َم ٍة ِّم ن َّرِّبَك َتْر ُجوَها َفُقل َّلُهْم َقْو اًل َّم ْيُسوًرا‬
Artinya : “Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh
rahmat dari Tuhanmu yang kamu harapkan, maka katakanlah
kepada mereka ucapan yang pantas..” (Al Isro’ : 28)

g. Qawlan Kariman (perkataan yang mulia)

Dakwah dengan Qawlan Kariman Sasarannya adalah orang

yang telah lanjut usia, pendekatan yang digunakan adalah dengan

perkataan yang mulia, santun, penuh penghormatan dan penghargaan

tidak menggurui tidak perlu retorika yang meledak – ledak. Firman

Allah SWT dalam Al qur’an :

‫ِإٓاَّل ِإَّياُه َو ِبٱْلَٰو ِلَد ْيِن ِإْح َٰس ًناۚ ِإَّم ا َيْبُلَغَّن ِع نَدَك ٱْلِكَبَر َأَح ُدُهَم ٓا َأْو‬ ‫۞ َو َقَض ٰى َر ُّبَك َأاَّل َتْعُبُد ٓو ۟ا‬
‫َتْنَهْر ُهَم ا َو ُقل َّلُهَم ا َقْو اًل َك ِريًم ا‬ ‫ِكاَل ُهَم ا َفاَل َتُقل َّلُهَم ٓا ُأٍّف َو اَل‬
22

Artinya :”DanTuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan


menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu
bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara
keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan
kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak
mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia..”(Al
Isro’ : 23)

h. Qawlan Tsaqilan (perkataan yang berat)

Qawlan Tsaqila jika diartikan dalam pemahaman komunikasi

adalah kata – kata yang mantap sehingga tidak akan mengalami

perubahan, kata – kata yang berat dan mantap dalam komunikasi

dakwah adalah saat komunikator dalam penyampaian dakwahnya

haruslah berat dan mantap dalam artian kata – kata tersebut

mengandung nilai kebenaran dan tidak ada keraguan didalamnya dan

tidak dapat dipengaruhi oleh apapun. Allah Swt berfirman dalam Al

-qur’an :

‫ِإَّنا َس ُنْلِقى َع َلْيَك َقْو اًل َثِقياًل‬


Artinya :” Sesungguhnya Kami akan menurunkan kapadamu
perkataan yang berat.” (Q.S. Al Muzammil : 5)

Tabel

Perbedaan Ciri – Ciri Komunikasi Dakwah

No Komunikasi dakwah Ciri – ciri

1. Qawlan Adzima 1) Sumber yang jelas

2) Tidak menuduh atau mengandung

Prasangka buruk.
23

3) Digunakan untuk semua tingkatan

Mad’u

1) Harus benar dan mendidik.

2. Qawlan Sadida 2) Digunakan untuk mengkritik, namun

kritik yang membangun.

1) Kalimatnya tidak bertele – tele dan

tidak mengaburkan pesan


3. Qawlan Baligha
2) Kesesuaian kandungan pesan dan

bahas komunikan.

1) Ucapan – ucapan sopan lemah lembut

dan tidak menyakitkan hati

4. Qawlan Layyina komunikan.

2) Tidak bersifat memaki atau

memojokan.

1) Ditunjukan kepada orang orang kuat,

(memiliki power).

2) Ditunjukan kepada kaum yang lemah

seperti orang miskin dan anak yatim.


5. Qawlan Ma’rufa
3) Ditunujkan kepada orang – orang yang

masih belum sempurna akalnya seperti

anak – anak.

4) Ditunjukan kepada perempuan.


24

1) Bahasanya ringan dan mudah

6. Qawlan Maisura dipahami oleh mad’u.

2) Melahirkan harapan dan optimism

1) Digunakan untuk konteks mad’u

dengan tingakatan usia yang lebih tua.

7. Qawlan Qarima 2) Kata – kata yang sopan, memberikan

penghormatan, tidak menggurui,dan

retorikanya tidak berapi – api.

1) Kata – kata yang tegas,berat dan

mantap yang bersumber dari al

quran dan hadits.


8. Qawlan Tsaqila
2) Untuk menegaskan hal sesuatu hal

yang sudah pasti.

3) Untuk menghilangkan keraguan.

6. Fiqih Dalam Perspektif Islam

Islam adalah satu-satunya agama yang diridhoi oleh Allah SWT di

muka bumi ini. Firman-Nya dalam al qur’an :

‫ِإَّن الِّدْيَن ِع ْنَد هللا اِإْل ساَل ِم‬


Artinya :”Sesungguhnya agama (yang di ridhai) disisi Allah hanyalah
Islam…” (Q.S. Al Imron : 19)

Sebagai satu-satunya agama yang haq, maka tentunya islam

memiliki aturan yang wajib untuk dijalankan oleh semua orang muslim.

Semua aturan itu berpedoman pada al qur’an dan hadist Baginda Nabi
25

Muhammad Saw. Baik itu bidang aqidah, syariat maupun akhlaq. Dalam

hal ini, tuntunan pertama seorang muslim harus paham bagaimana

aqidahnya, yaitu menyakini dengan seyakin-yakinnya bahwa tidak ada

tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah Rasul Allah SWT.

Dalam menjalankan ibadah seorang muslim harus paham tentang

aturan ibadah yang akan ia kerjakan. Harus ada ilmu bagaimana solatnya,

puasanya, mu’amalahnya, dst. Dalam mengetahui hukum atau aturan itu,

islam telah menggariskan semua aturan itu dalam al qur’an dan sunnah

Nabi SAW. Dimana para ulama’ telah berijtihad dalam mengeluarkan

ayat-ayat Al qur’an maupun hadist Nabi terkait hukum islam. Dan hukum

itu sampai sekarang kita menyebutnya dengan Fiqih.

Fiqih secara bahasa artinya paham. Memahami semua aturan yang

telah ditetapkan oleh Allah dan rasulnya. Sedangkan secara istilah adalah

ilmu yang mempelajari hukum-hukum syar’i yang dihasilkan dari ijtihad.

Jadi seseorang yang melakukan ibadah tanpa mengetahui ilmunya,

syaratnya, rukunnya, maka ibadah yang ia kerjakan itu sia-sia. Karena

semua ibadah yang digariskan Al qur’an dan diperjelasan oleh hadist itu

memiliki hukum dan aturannya, yang kita sebut dengan fiqih ibadah.

Memahami fiqih akan membawa seseorang kepada kebaikan-

kebaikan yang haq, akan menjauhi dari perbuatan-perbuatan yang

melenceng dari islam, dan akan membuatnya menjadi pribadi yang selalu

diridhoi Allah Swt. Sabda Nabi Saw dalam hadistnya :

‫َم ْن ُيِر ْيِد هللا ِبِه َخْيًرا ُيَقِّفْهُه ِفْي الِّدْيَن‬


26

Artinya :”Barang siapa yang Allah menginginkan kebaikan padanya,


maka akan dipahamkan dalam agama (fiqih).

Sebagai muslim sejati, kita dituntut untuk menuntut ilmu fiqih,

agar kehidupan bermasyarakat damai menjalankan ibadah, tenang dalam

bersosial. Terlebih lagi bagi seorang da’i, maka dia dituntut untuk

memahami fiqih, sehingga apa yang akan disampaikan bisa sesuai dengan

aturan Allah SWT dan Rasulullah SAW.


27

B. Penelitian Yang Relevan

1. Skripsi Cut Santi Ala, Mahasiswa Universitas Islam Negeri Ar Raniry Banda

Aceh (Analisis Pesan Dakwah Pada Channel Youtube Hanan Attaki). Mampu

menyajikan struktur metode dakwah Ustadz Hanan Attaki, yang sangat khas,

dengan menggunakan bahasa anak muda. Dimana dakwah Ustadz Hanan

Attaki tersebut diterima disemua kalangan, baik itu anak motor, sketeboard,

anak jalan dan anak gaul lainnya. Analisis dakwah yang menjadi rukukan

terutama diera yang sekarang ini. Semua bahasa dakwah memang harus kita

sesuaikan dengan zaman, namun tetap dalam lingkup al qur’an dan hadist

Nabi SAW. Ustadz Hanan Attaki menyampaikan pesan dakwahnya dengan

bahasa sosial media yang santai dan kita sering gunakan sehari-hari, sehingga

mudah diterima terutama oleh para anak muda zaman sekarang. Channel

youtube Pemuda Hijrah menjadi pusat dakwah Ustadz Hanan Attaki. Semua

vidionya sangat disukai dan digemari.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metodeanalisis isi (content

analisis) melalui pendekatan kualitatif yaitu diawali dengan melakukan

dokumentasi pada video dakwah Hanan Attaki pada akun Youtube

PemudaHijrah. Hasil penelitian yang didapat melalui analisis yang digunakan

adalah membuat kategori pesan dakwah, meliputi pesan, aqidah, syariah serta

akhlak yg terdapat pada setiap postingan pada akun tersebut. Temuan dari

penelitian ini dapat diketahui bahwa pesan dakwah yang disampaikan oleh

ustadz Hanan Attaki dalam akun youtubepemudahijrah secara keseluruhan

mengandung tiga kategori pesan dakwah, yakni:pesan syariah meliputi sholat,


28

zikir dan doa, serta pesan akhlak meliputi sabar, ikhlas, tawakal, rendah hati,

huznudzon dan bersyukur.

2. Tesis Muh.Khairul Lutfhi, Mahasiswa UIN Mataram (Metode Belajar Nahwu

Ad zaq-zaq Dalam Pemahaman Bahasa Arab di Pondok Pesantren Nurul

Mubin NW Lombok Tengah) dengan jenis penelitian kualitatif. Yang telah di

Yudisium program Pasca Sarjana pada hari 20 Februari 2023 dan akan

diwisuda pada 18 maret mendatang. Muh. Khairul Lutfhi adalah alumni IAIH

NW Lombok Timur, Fakultas Tarbiah, angkatan pertama program Studi

Bahasa Arab. Tesis yang berhasil membuat belajar nahwu saref semakin

mudah, dengan menggunakan Metode Ad Zaq-zaq (bernyanyi) banyak

diterima di berbagai pondok pesantren, karena mudah dan cocok sekali

dengan perkembangan zaman. Dengan adanya penelitian sebelumnya ini,

peneliti ingin mengembangkan hasil penelitian Metode Ad zaq zaq ini dalam

bidang fiqih. Dan metode ini sangat disukai oleh santri karena cover lagunya

beragam dan dari lagu yang familiar didengarkan.


29

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kualitatif lapangan (Field Research)

yaitu penelitian yang mengharuskan peneliti berangkat ke lapangan untuk

mengadakan pengamatan tentang sesuatu fenomena dalam suatu keadaan

alamiah. Hal ini dilakukan untuk menjelaskan berbagai macam persoalan-

persoalan yang berkenaan dengan pokok permasalahan yang dikaji.

Penelitian lapangan adalah penelitian yang pengumpulan datanya

dilakukan di lapangan, seperti dilingkungan masyarakat, lembaga-lembaga

dan organisasi kemasyarakatan.

Berdasarkan penjelasan tersebut maka Penelitian dengan judul

Analisis Pesan Dakwah Dalam Pengimplementasian Belajar Fiqih Metode

Ad Zaq-zaq (Bernyanyi), Studi Kasus Mudzakaroh Soyyadun Najihin,

Anjani, Kecamatan Suralaga ini akan dilakukan menggunakan jenis

penelitian lapangan (field research), yaitu jenis penelitian yang

pengumpulan datanya dilakukan di lapangan, seperti da’i serta di

lingkungan masyarakat

Desain penelitian yang akan dilakukan adalah deskriptif kualitatif,

dimana disain penelitian ini lebih cenderung menggunakan analisis.

Penelitian kualitatif dimaksudkan untuk memahami fenomena tentang apa

yang dialami oleh subyek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi,

tindakan, secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata
30

dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan

memanfaatkan berbagai metode alamiah. Proses dan makna (perspektif

subyek) lebih ditonjolkan dalam sifat ini. Sifat penelitian kualitatif

bertolak dari data, memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan penjelas,

dan berakhir dengan suatu teori.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

a. Tempat Penelitian

Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di Mudzakaroh

Soyyadun Najihin NW , RT.01 Gelogor, Desa Anjani, Kecamatan

Suralaga, Kabupaten Lombok Timur.

b. Waktu penelitian

Waktu pelakasanan penelitian ini sejak 29 Desember 2022 s.d 03

Maret 2023.

C. Subjek Penelitian

Subyek Penelitian yang dimaksud subyek penelitian, adalah orang,

tempat, atau benda yang diamati dalam rangka pembumbutan sebagai

sasaran ( Kamus Bahasa Indonesia, 1989: 862). Adupun subjek penelitian

dalam penelitian ini adalah Semua santri Mudzakaroh Soyyadun Najihin,

Ketua Mudzakaroh Soyyadun Najihin. Serta Khodim (Pembina)

Mudzakaroh Soyyadun Najihin selaku pengajar atau da’i.

D. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat

diperoleh. Data tersebut hasil pencatatan baik yang berupa fakta dan angka
31

yang dijadikan bahan untuk menyusun informasi. Sumber data penelitian

ini mencakup sumber data primer dan sekunder yakni sebagai berikut:

1. Sumber data primer

Sumber data primer yaitu data yang diolah, dikumpulkan, dan

disajikan oleh peneliti dari sumber pertama. Sumber primer yaitu,

pertama, karena penulis menggunakan metode wawancara dalam

pengumpulan datanya, maka sumber data tersebut adalah meliputi santri

Mudzakaroh Soyyadun Najihin, ketua Mudzakaroh Soyyadun Najihin

NW, serta Khodim (Pembina) Mudzakaroh Soyyadun Najihin NW, di

Glogor, Desa Anjani, Kecamatan Suralaga untuk menjawab berbagai

pertanyaan peneliti.

2. Sumber data sekunder

Sumber data sekunder adalah bahan-bahan atau data yang

menjadi pelengkap atau penunjang dari sumber data primer. Data ini

diperoleh dari pihak-pihak yang16 tidak berkaitan langsung dengan

penelitian, tetapi berhubungan dengan objek penelitian. Sumber data

sekunder tersebut sebagai berikut: Buku, Jurnal dan Literatur.

E. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian kualitatif18 peneliti dapat berfungsi sebagai instrumen

utama yang terjun kelapangan serta berusaha sendiri mengumpulkan data

melalui observasi, wawancara dan dokumentasi secara lebih rinci, teknik

1618
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
20012), halm. 4
32

pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai

berikut:

1. Observasi

Metode observasi ialah pengamatan dan pencatatan secara

sistematik terhadap gejala yang tampak pada obyek penulisan. Observasi

diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan sistematis

fenomena-fenomena yang di selidiki. Secara sederhana observasi berarti

bagian dalam pengumpulan data langsung dari lapangan. Dalam

observasi peneliti dituntut agar mampu merasakan dan memahami

terhadap fenomena-fenomena yang akan diteliti sehingga peneliti

mendapatkan data yang sesuai dengan kebutuhan penelitian. Teknik

observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi non

partisipan dimana pengamatan dilakukan terhadap suatu aktivitas yang

tidak mengharuskan peneliti ikut secara aktif dalam aktifitas yang akan

diteliti tersebut. Observasi dilakukan untuk mencocokan data yang

diperoleh melalui wawancara dengan kenyataan dilapangan, dalam hal

ini observasi dilakukan terhadap da’i sekaligus Khodim (Pembina)

Mudzakaroh Soyyadun Najihin, Ustadz Muh. Khairul Lutfhi, Q.H. M.Pd.

2. Wawancara

Wawancara yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

mengajukan pertanyaan secara lisan. Wawancara yaitu teknik

pengumpulan data yang dilakukan peneliti untuk menemukan


33

permasalahan yang harus diteliti, dan untuk mengetahui hal-hal dari

responden yang lebih mendalam dengan jumlah responden yang sedikit.

Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini yakni

wawancara terpimpin, dimana wawancara dilakukan berdasarkan

pertanyaan-pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya oleh penulis

supaya pertanyaan yang diberikan lebih terkonsep dan terarah. Responden

yang penulis wawancara adalah da’i sekaligus Khodim (Pembina)

Mudzakaroh Soyyadun Najihin, Ustadz Muh. Khairul Lutfhi, Q.H. M.Pd.

3. Dokumentasi

Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang artinya peristiwa

yang sudah berlalu. Dokumentasi adalah metode yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari sumber-sumber tertulis atau dokumen-

dokumen, baik berupa majalah, notulen rapat, buku-buku, peraturan-

peraturan, catatan harian dan sebagainya. Data dari dokumentasi sangat

bermanfaat bagi penulis sebagai penyokong informasi dalam penelitian.

Dokumen yang diperlukan dalam penelitan ini berupa sejarah berdirinnya

Mudzakaroh Soyyadun Najihin NW Desa Anjani, Metode pengajaran dan

penyebaran para da’i di Mudzakaroh Soyyadun Najihin NW.

F. Teknik Analisis Data

Penelitian kualitatif ini menggunakan teknik analisis data secara

diskriptif yaitu suatu penelitian yang di gunakan untuk mencari gambar atau

hasil dari suatu peristiwa, situasi, prilaku, subjek atau fenomena pada

masyarakat. Penelitian ini berusaha untuk mejawab pertanyaan apa, kapan,


34

siapa, dimana, dan bagaimana berkaitan dengan suatu permasalahan yang

diteliti.

Peneliti diskriptif berusaha untuk mengumpulkan informasi untuk

menjawab pertanyaan peneliti dengan memperhatikan asfek-asfek yang di

dapatkan dari banyak data-data penelitian, sehingga dapat menggambarkan

suatu kondisi, pristiwa, atau fenomena dengan spesifik dan urut.


35

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur‟an dan terjemahannya, Departemen Agama RI. Bandung: Diponegoro,

2008.

Asep Muhyiddin. Dindin Solahudin, MA.. Kajian Dakwah Multiperspektif.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2014. Asmuni Syukir. Dasar-dasar

Dakwah Islam. Surabaya: Al-Ikhlas. 2001. Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesi. Ed. III. Cet. 4. Jakarta: Balai

Pustaka. 2007.

Fathul Bahri An-Nabiry. Meniti Jalan Dakwah Bekal Pejuang Para Da’i. Jakarta:

Amzah. 2008.

Margono. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. 2000

Munzier Suparta. Harjani Hefni. Metode Dakwah. Jakarta: Kencana, 2003.

Lexy J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya. 2008.

Samsul Munir Amin. Ilmu Dakwah. Jakarta: Amzah. 2009

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif, dan R&D. Bandung:

ALFABETA 2011

Herlina, Amin Dang Aif Saiful & Rohmanur Aziz. (2019). Pesan Dakwah Dalam

Karya Sastra. Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam, 4(4) 344-362.

Aditya Muhammad. (2019). ‘Pesan Dakwah Kisah Islami’.

http.//repository.uinsu.ac.id. (Diakses pada tanggal 1 Februari 2023).

Anda mungkin juga menyukai