Anda di halaman 1dari 28

EFEKTIVITAS PENGARUH PENERAPAN METODE IQRO’ DALAM

KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR’AN SANTRI TPA AL-IKHLAS DESA


SIDOWAYAH KECAMATAN POLANHARJO KABUPATEN KLATEN

PROPOSAL PENELITIAN

Proposal penelitian ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Metodologi
Penelitian

OLEH :

NI’MATUNNAFI’ ALIFIA LATHIFAH


NIM : 203111087
PAI 4C

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN MAS SAID SURAKARTA
2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Metode merupakan salah satu komponen penting dalam sebuah pembelajaran, sebab
metode digunakan dalam penyampaian materi pendidikan sebagai bekal untuk
membentuk karakter dan kepribadian. Oleh karena itu, sangat mustahil jika peserta didik
dapat memahami materi pendidikan tanpa adanya metode yang tepat. Metode dapat
diartikan sebagai seperangkat cara, jalan, dan teknik yang digunakan oleh pendidik dalam
proses belajar mengajar guna mencapai kompetensi yang dirumuskan dalam kurikulum,
silabus, maupun mata pelajaran1. Dalam pengertian yang lebih sederhana, metode
merupakan suatu cara untuk menyampaikan suatu nilai tertentu dari pembawa (pendidik)
kepada penerima (peserta didik).
Metode yang merupakan salah satu komponen dari pembelajaran, dituntut untuk
selalu dinamis sesuai dengan dinamika dan perkembangan dunia pendidikan serta
peradaban manusia. Tanpa adanya metode, suatu materi pembelajaran yang disampaikan
tidak dapat berproses secara efektif dan efisien dalam kegiatan pembelajaran guna
menuju tercapainya tujuan pendidikan. Oleh karena itu metode disebut mempunyai
kedudukan yang sangat penting, strategis, dan mendukung dalam proses pendidikan
sebagai upaya pencapaian tujuan dari sebuah pembelajaran.
Dalam pengertian yang lain, metode adalah al-manhaj atau al-wasilah, yakni sistem
atau pendekatan serta sarana yang digunakan untuk mengantar kepada suatu tujuan.
Dalam Al-Qur’an terdapat banyak ayat yang menjelaskan tentang pentingnya menerapkan
strategi atau metode dalam menyampaikan pesan atau pengajaran, sebagai contoh yakni
dalam QS al-Nahl/16: 125 :
َ َّ‫ك بِ ْال ِح ْك َم ِة َو ْال َموْ ِعظَ ِة ْال َح َسنَ ِة َو َجا ِد ْلهُ ْم بِالَّتِ ْي ِه َي اَحْ َس ۗنُ اِ َّن َرب‬
َ ‫ك ه َُو اَ ْعلَ ُم بِ َم ْن‬
‫ض َّل ع َْن َسبِ ْيلِ ٖه‬ َ ِّ‫ع اِ ٰلى َسبِ ْي ِل َرب‬ ُ ‫اُ ْد‬
َ‫َوه َُو اَ ْعلَ ُم بِ ْال ُم ْهتَ ِد ْين‬
Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran
yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang
lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.”

1
Melvinda Nesty, “Metode Pendidikan Islam”, Blog Kompasiana.com.
https://www.kompasiana.com/melvindanesty/5e870cf7d541df669d744ce3/metode-pendidikanislam (11
Desember 2020).
Usai menyebut keteladanan Nabi Ibrahim sebagai imam, nabi, dan rasul, dan meminta
Nabi Muhammad untuk mengikutinya, pada ayat ini Allah meminta beliau menyeru
manusia ke jalan Allah dengan cara yang baik, “Wahai Nabi Muhammad, seru dan ajak-
lah manusia kepada jalan yang sesuai tuntunan Tuhanmu, yaitu Islam, dengan hikmah,
yaitu tegas, benar, serta bijak, dan dengan pengajaran yang baik. Dan berdebatlah dengan
mereka, yaitu siapa pun yang menolak, menentang, atau meragukan seruanmu, dengan
cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Yang Maha Memberi petunjuk dan bimbingan,
Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dan menyimpang dari jalan-Nya, dan
Dialah pula yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk dan berada di jalan
yang benar.”
Pada ayat ini Allah SWT. menyeru kepada Nabi Muhammad SAW. untuk mengajak
atau memberikan pengajaran kepada manusia dengan cara-cara atau metode yang sesuai
dengan kapasitas orang tersebut. Adapun metode yang berkaitan dengan metode
pembelajaran adalah metode iqro’, metode baghdadiyah, metode al-barqy, metode qira’ah
dan sebagainya.
Dari berbagai metode tersebut, tidak semua metode dijadikan pilihan bagi para guru
mengaji, karena tergantung dengan metode mana yang mereka anggap lebih mudah untuk
dipahami. Salah satu cara untuk memahami kitab suci bagi umat Islam adalah dengan
membacanya. Banyak metode yang telah ditawarkan dalam mempelajari Al-Qur’an, salah
satu metode yang paling populer adalah metode iqro’. Metode iqro’ adalah suatu cara
dalam mempelajari al-Qur‟an dengan menggunakan sistem CBSA atau cara belajar santri
aktif2. Metode iqro’ lebih banyak digunakan di kalangan masyarakat, baik di majelis
taklim, sekolah, maupun di TPA yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia. Metode
ini dirintis oleh K.H. As’ad Humam, sebagai salah satu tim Tadarrus AMM Yogyakarta.
Penggunaan dari metode ini yaitu guru hanya menyimak apa yang dibaca oleh santri dan
tidak menuntun, kecuali dengan memberikan contoh pada pokok pelajaran.
Keberhasilan suatu pembelajaran sangat bergantung kepada metode yang digunakan,
tidak terlepas pada penggunaan metode pembelajaran yang sesuai termasuk pembelajaran
tajwid. Oleh karena itu, salah satu langkah untuk memiliki strategi itu adalah harus
menguasai teknik penyajian pelajaran atau biasa disebut metode mengajar. Dikarenakan
dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an dengan baik, tentu perlu adanya
usaha yang efektif yang dilakukan oleh guru yang mengajar. Dalam hal ini guru harus

2
Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haji Depag, Pedoman Pengajaran Al-Qur’an Bagi Anakanak (Jakarta: Proyek
Penerangan Depag, 1984), h. 13-14
memiliki metode, agar santri dapat belajar secara efektif dan efisien, sampai pada tujuan
yang diharapkan.
B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah pada umumnya mendeteksi, melacak, menjelaskan aspek
permasalahan yang muncul dan berkaitan dari judul penelitian atau masalah atau variabel
yang akan diteliti. Terkait dengan latar belakang masalah di atas, maka masalah yang
berkaitan dengan efektifitas pembelajaran membaca Al-Qur’an dengan menggunakan
metode Iqra’dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Efektivitas penerapan metode Iqra’
2. Kemampuan membaca Al-Qur’an
3. Pengaruh penerapan metode iqra’
C. Batasan Masalah
Agar penelitian ini dapat dilakukan dengan fokus, sempurna dan mendalam maka
peneliti memandang permasalahan penelitian yang diangkat perlu adanya pembatasan
dalam variabelnya. Oleh karena itu, peneliti hanya membatasi penelitiannya yang hanya
berkaitan dengan “Efektivitas Pengaruh Penerapan Metode Iqra’ Dalam Kemampuan
Membaca Al-Qur’an Santri TPA Al-Ikhlas Desa Sidowayah Kecamatan Polanharjo
Kabupaten Klaten”.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka penyusun merumuskan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana penerapan metode iqro’ di TPA Al-Ikhlas Desa Sidowayah Kecamatan
Polanharjo Kabupaten Klaten ?
2. Bagaimana kemampuan membaca al-Qur’an pada santri di TPA Al-Ikhlas Desa
Sidowayah Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten ?
3. Apakah ada pengaruh penerapan metode iqra’ terhadap kemampuan membaca al-
Qur’an santri di TPA Al-Ikhlas Desa Sidowayah Kecamatan Polanharjo Kabupaten
Klaten ?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah maka tujuan dari penelitian tentang “Efektivitas
Pengaruh Penerapan Metode Iqra’ Dalam Kemampuan Membaca Al-Qur’an Santri TPA
Al-Ikhlas Desa Sidowayah Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten” adalah sebagai
berikut :
1. Mendeskripsikan penerapan metode iqro’ di TPA Al-Ikhlas Desa Sidowayah
Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten
2. Mengetahui kemampuan membaca al-Qur’an pada santri di TPA Al-Ikhlas Desa
Sidowayah Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten
3. Menganalisis ada tidaknya pengaruh penerapan metode iqra’ terhadap kemampuan
membaca al-Qur’an santri di TPA Al-Ikhlas Desa Sidowayah Kecamatan Polanharjo
Kabupaten Klaten
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan pada penelitian ini adalah :
1. Manfaat Teoritis
a. Untuk menjadi pegangan bagi pendidik, untuk meningkatkan kemampuan
membaca al-Qur’an pada santri melalui metode iqra’.
b. Untuk menambah subtansi keilmuan umumnya bagi pembaca dan khususnya bagi
penyusun.
c. Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan mutu pembelajaran membaca
alQur’an.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Santri
Dapat mendorong minat santri terutama dalam kemampuan membaca
alQur’an, serta dapat memengaruhi keberhasilan santri dalam membaca al-Qur’an
dengan baik dan benar.
b. Bagi Pendidik
Memberikan pengetahuan tentang pentingnya pemilihan metode dalam
menunjang kelancaran suatu proses pembelajaran serta pentingnya mengetahui
metode pembelajaran al-Qur’an khususnya metode iqra’ untuk memberikan
variasi dalam pembelajaran al-Qur’an.
c. Bagi Penyusun
Menambah pengalaman dan wawasan tentang peningkatan kemampuan
membaca al-Qur’an santri dengan menerapkan metode iqra’
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka
1. Gambaran Umum TPA Al-Ikhlas Desa Sidowayah Kabupaten Klaten
TPA Al-Ikhlas bertempat di desa Kahuman Sidowayah, kecamatan Polanharjo
Kabupaten Klaten. Letaknya disamping Masjid Al-Imam Sidowayah. Saat ini TPA
Al-Ikhlas Desa Sidowayah Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten dipimpin oleh
Bp. Agus Salim mulai dari 16 April 1989-sekarang.
Adapun tenaga pendidik/pengajar TPA Al-Ikhlas Desa Sidowayah Kecamatan
Polanharjo Kabupaten Klaten berjumlah 10 orang, yaitu 1 orang laki-laki yang
menjabat sebagai direktur TPA Al-Ikhlas Desa Sidowayah Kecamatan Polanharjo
Kabupaten Klaten sekaligus pengajar, dan 9 orang perempuan. Kemudian untuk santri
TPA Al-Ikhlas Desa Sidowayah Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten berjumlah
129 santri.
Jadwal mengaji atau membaca Al-Qur’an Ikhlas Desa Sidowayah Kecamatan
Polanharjo Kabupaten Klaten, yakni setelah shalat Ashar sekitar pukul 15.30-17.00
WIB. Adapun fasilitas yang disediakan berupa meja belajar, papan tulis, dan buku
iqro’ serta Al-Qur’an.
2. Metode Iqra’
a. Pengertian Metode Iqra’
Metode merupakan suatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan yang
ingin dicapai. Sedangkan kata iqro’ secara harfiyah berasal dari kata kerja ( ‫)قرأ‬qara’a
yang pada mulanya berarti menghimpun. Apabila Anda merangkai huruf / kata
kemudian Anda mengucapkan rangkaian tersebut, maka Anda telah menghimpunnya,
yakni membacanya. Metode iqra’ adalah suatu metode membaca al-Qur’an yang
lebih menekankan langsung pada latihan membaca. Adapun buku panduan iqra’
terdiri dari 6 jilid yang dimulai dari tingkat sederhana tahap demi tahap sampai pada
tingkat yang sempurna.
Metode iqro’ adalah cara cepat belajar membaca al-Qur’an dalam waktu relatif
singkat, dapat dengan mudah mengantarkan anak, remaja, dan orang dewasa bisa
membaca al-Qur’an dengan menggunakan buku panduan Iqro’.
Metode pengajaran ini pertama kali disusun oleh H. As’ad Humam dari Balai
Litbang LPTQ Nasional, pada tahun 1988 di Yogyakarta. Dalam metode ini tersusun
dalam sebuah buku yang dinamai pengarangnya dengan nama “Buku Iqra’ Cara Cepat
Membaca Al-Qur’an” yang terdiri dari 6 jilid. Buku ini disusun secara praktis dan
sistematis yang mendorong santri menjadi pelajar yang aktif dalam belajar membaca
al-Qur’an.
Metode iqra’ merupakan salah satu metode yang digunakan dalam membaca
alQur’an yang menekankan langsung pada latihan membaca. Dalam prakteknya
metode ini tidak membutuhkan alat yang bermacam-macam, karena lebih ditekankan
pada bacaannya (membaca huruf dengan fasih) dengan bacaan langsung tanpa dieja,
yang artinya diperkenalkan langsung nama-nama huruf hijaiyah dengan cara belajar
santri aktif (CBSA) dan lebih bersifat individual. Metode ini memeliki tujuan yang
akan dicapai diantaranya adalah untuk menyiapkan santri menjadi generasi qur’ani
yaitu generasi yang mencintai al-Qur’an, komitmen dengan al-Qur’an dan
menjadikannya sebagai bacaan dan pandangan hidup sehari-hari.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode iqra’ merupakan cara
cepat belajar membaca al-Qur’an dalam waktu relatif singkat yang dapat dengan
mudah mengantarkan anak-anak, remaja, orang desawa bahkan sampai kepada orang
tua untuk bisa membaca al-Qur’an dengan menggunakan buku panduan iqra’.
b. Sistematika Pembelajaran Iqra’
Dalam prakteknya metode iqra’ tidak membutuhkan alat yang bermacammacam,
karena ditekankan pada bacaannya. Berikut ini kunci sukses pengajaran buku iqra’:
1. CBSA (Cara Belajar Santri Aktif), pendidik sebagai penyimak saja, jangan
sampai menuntun, kecuali hanya memberikan contoh pokok pelajaran.
2. Privat, penyimakan seorang demi seorang, sedang bila secara klasikal, ada
buku khusus “IQRO’ Klasikal” yang dilengkapi dengan peraga.
3. Asistensi, setiap santri yang lebih tinggi pelajarannya diharap membantu
menyimak santri lain.
4. Mengenai judul-judul, pendidik langsung memberi contoh bacaannya, jadi
tidak perlu banyak komentar. Santri tidak harus dikenalkan dengan istilah
tanwin, sukun dan setersunya. Yamg pokok yaitu santri betul bacaannya.
5. Komunikatif, setiap huruf/kata dibaca betul, pendidik jangan diam saja, tetapi
agar mengiyakan. Umpamanya dengan kata-kata: bagus, betul, ya dan
sebagainya.
6. Sekali huruf dibaca betul, tidak boleh/jangan diulangi lagi. Bila santri
mengulang-ulang bacaan karena sambil befikir bacaan didepannya. Sebab di
dalam buku pedomannya sekali dibaca betul tidak bleh dibaca lagi.
7. Bila santri keliru dalam membaca huruf, cukup betulkan huruf-huruf yang
keliru dengan cara isyarat, jika masih tetap keliru maka berilah titian ingatan,
bila masih keliru barulah ditunjukkan bacaan yang sebenarnya, bila santri
keliru membacanya di tengah atau di akhir kalimat, maka pendidik
membenarkan yang keliru itu saja tidak perlu diulang lagi dari awal kalimat.
8. Bagi santri yang betul-betul menguasai pelajaran dan sekiranya mampu
dipacu, maka membacanya boleh diloncat-loncatkan, tidak harus utuh tiap
halaman.
9. Bila sanri sering memanjangkan bacaan (yang semestinya pendek) karena
mungkin sambil mengingat-ingat huruf di depannya, maka tegurlah dengan
“membacanya putus-putus saja!” dan kalau perlu huruf di depannya ditutup
dulu agar tidak terpikir.
10. Santri jangan diajari dengan irama yang berlagu walaupun dengan irama tartil,
sebab akan membebani santri yang belum saatnya diajarkan membaca dengan
irama tertentu. Sedangkan irama murattal dalam kaset yang dikeluarkan Team
Tadarus “AAM” disamping untuk mengajarkan materi hafalan juga untuk
latihan tadarus dengan irama murattal setelah lulus IQRO’.
11. Bila ada santri yang sama tingkat pelajarannya, boleh dengan sistem tadarus,
secara bergilir membaca sekitar 2 baris sedang lainnya menyimak.
12. Untuk EBTA sebaiknya ditentukan guru mengajinya. m. Pengajaran buku
iqro’ (jilid 1 s/d 6) sudah dengan pelajaran tajwid, yaitu tajwid praktis, artinya
santri akan membaca dengan benar sesuai dengan ilmu tajwid itu sendiri
(seperti istilah idgham, ikhfa’ macam-macam mad, sifat-sifat.
Buku iqra’ sangat praktis, baik dari segi jilidnya maupun dari segi materinya.
Buku iqra’ disusun sangat sistematis sehingga santri tidak merasa susah dan terbebani
dalam belajar, tanpa disadari ada peningkatan materi pada setip jilid yang sedang
dibaca. Dalam buku iqra’ pelajaran dimulai dari yang amat dasar dan sederhana,
sedikit demi sedikit, tahap demi tahap akhirnya ke tingkat suatu kalimat yang
bermakna, variatif dan disusun secara berjilid sesuai dengan tingkat kesulitannya.
Berikut penjelasan mengenai petunjuk belajar jilid 1 s/d jilid 6:
1. Pada jilid 1 dimulai dari pengenalan huruf yang berharakat fathah dan juga
disajikan kepada santri yang sama sekali belum mengenal huruf hijaiyah. Cara
membaca huruf hijaiyah pada jilid 1 ini yaitu dengan bacaan langsung ‫ ب ا‬dan
seterusnya, dibaca dengan suara pendek, dan bacaan tersebut dibolak balik
sampai lancar.
2. Pada jilid 2 mulai mempelajari huruf yang bersambung dan juga mengenal
bacaan yang dibaca panjang. Pada huruf atau bacaan tertentu panjangnya
boleh dua harakat, yang penting harus jelas beda mana yang pendek mana
yang panjang, membacanya tetap dengan putus-putus saja yaitu walaupun
hurufhurufnya bersambung, akan tetapi bila dengan bacaan putus-putus santri
cenderung keliru baca panjang, yang mestinya satu harakat, maka
membacanya harus dirangkai saja dengan huruf berikutnya. Bila santri keliru
baca panjang (yang mestinya dibaca pendek) maka pendidik mestinya
menegurnya.
3. Pada jilid 3 mulai dekenalkan bacaan yang dibaca kasrah, pengenalan ya
sukun ( ,( ‫ ي‬waw suku (ْ ‫ ْ( و‬ha damir dan juga mengenai huruf yang dianggap
tidak ada.
4. Pada jilid 4 sudah mulai dikenalkan dengan tanda-tanda seperti dhommah,
fathah, kasrah, tanwin, dan sukun. Di jilid 4 juga sudah mulai dikenalkan
denganhuruf-huruf qolqolah.
5. Pada jilid 5 sudah memasuki masalah tajwid, tapi santri belum perlu mengenal
istilah-istilah tajwid seperti, idgham, ikhfa’ dan sebagainya yang penting
secara praktis betul bacaannya.
6. Pada jilid 6 santri mulai dikenalkan dengan tanda waqaf, walaupun sudah
memasuki jilid 6 pedoman membaca “pelan asal benar” tetap berlaku. Jadi
tidak mengapa jika ada santri yang membaca sangat lambat atau tersendat-
sendat seperti banyak saktah atau berhenti. Asalkan setiap yang membaca itu
betul semuanya, maka yang penting adalah benar.3
c. Kelebihan dan Kekurangan Metode Iqro’
1) Kelebihan Metode Iqro’ :
a) Guru hanya sebagai pengamat
b) Setiap santri mendapatkan perhatian yang penuh, sehingga betul-betul
lancar membaca
3
Khaeruddin, Metode Baca Tulis Al-qur’an (Cet. I; Ujung Pandang: Yayasan Al-Ahkam, 2000), h. 160.
c) Bila santri keliru membaca, cukup betulkan huruf yang keliru saja
tidak perlu banyak komentar langsung memberi contoh bacaannya
d) Santri yang sudah mampu membaca dengan baik, dapat membantu
menyimak santri lainnya.
2) Kekurangan dari Metode Iqro’:
a) Memerlukan waktu yang cukup lama
b) Hanya bisa digunakan pada kelas tinggi
c) Pembelajarannya berfokus pada tajwid al-Qur’an.
3. Kemampuan Membaca Al-Qur’an
a. Pengertian Kemampuan Membaca Al-Qur’an
Kemampuan merupakan kesanggupan untuk mengingat, maksudnya dengan
adanya kemampuan untuk mengingat pada peserta didik berarti ada sebuah tanda
bahwa peserta didik tersebut mampu untuk menyimpan dan menyimpulkan kembali
dari sesuatu yang diamatinya.
Membaca merupakan suatau kegiatan atau proses kognitif yang berupaya untuk
menemukan berbagai informasi yang terdapat dalam tulisan hal ini berarti membaca
merupakan proses berpikir untuk memahami isi teks yang dibaca.
Al-Qur’an merupakan kalamullah yang berarti firman, ucapan dan kata-kata Allah
swt. yang ditujukan kepada seluruh umat manusia di alam semesta. Oleh karena itu,
setiap orang dituntut untuk harus betul-betul mengerti, memahami, dan menghayati
seutuhnya dan sedalam-dalamnya ketika membaca, melantunkan, dan melagukan
ayatayat suci al-Qur’an.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kemampuan membaca al-Qur’an merupakan
kesanggupan peserta didik untuk dapat melisankan atau melafalkan apa yang tertulis
di dalam kitab suci al-Qur’an yang sesuai dengan hukum-hukum bacaan yang ada.
b. Indikator Kemampuan Membaca Al-Qur’an
1. Kelancaran membaca al-Qur’an. Kelancaran membaca al-Qur’an yaitu
membaca alQur’an dengan tidak terbata-bata yang dibaca sesuai dengan
hukum bacaan yang ada.
2. Ketepatan membaca al-Qur’an sesuai kaidah ilmu tajwid. Tajwid menurut
maknanya adalah membenarkan dan membaguskan bunyi bacaan al-Qur’an
menurut aturan-aturan hukumnya yang tertentu.
3. Kesesuaian membaca dengan makharijul huruf. Makharijul huruf adalah
tempat keluarnya huruf dari organ tubuh tertentu. Ada lima organ tubuh
manusia yang menghasilkan huruf-huruf, yaitu rongga mulut, kerongkongan,
lidah dua bibir dan hidung.
c. Tujuan Membaca Al-Qur’an
Tujuan pembelajaran membaca al-Qur’an hanya agar siswa mampu mengeja dan
melafalkan teks dalam bahasa Arab, sehingga sebagai muslim mereka memiliki
kemampuan dasar dalam membaca al-Qur’an. al-Qur’an adalah sumber ajaran Agama
Islam yang paling utama. al-Qur’an adalah tujuan dan pedoman hidup umat manusia
dalam mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
Tujuan membaca al-Qur’an merupakan faktor yang sangat penting. Terlebih
dahulu akan dijelaskan tujuan akhir dalam pendidikan Islam, karena membaca
alQur’an merupakan salah satu dari bagian pembahasan pendidikan Islam. Tujuan
akhir pendidikan Islam identik dengan penyerahan diri kepada Allah swt.
Dengan melihat tujuan akhir pendidikan Islam, maka dapat disimpulkan bahwa al-
Qur’an merupakan kalam Allah swt. yang harus senantia untuk dibaca dan diamalkan.
Membaca al-Qur’an akan mendatangkan pahala bagi yang membaca dan
mendengarkannya, melalui membaca al-Qur’an kita dapat berinteraksi kepada Allah
swt. dan membaca al-Qur’an dapat menjadi penyejuk bagi hati setiap orang yang
membaca al-Qur’an.
B. Kajian Penelitian Terdahulu
Kedudukan penelitian yang akan peneliti lakukan merupakan pengembangan dari
hasil riset sebelumnya. Dari penelusuran terhadap penelitian yang relevan dengan
penelitian ini, ditemukan beberapa hasil penelitian, yakni sebagai berikut:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Supinah Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
tahun 2014 dengan judul “Penerapan Metode Iqra’ Dalam Meningkatkan Kemampuan
Membaca Al-Qur’an pada Siswa Kelas III SD Negeri Gebang Kabupaten Purwarejo”.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode iqra efektif digunakan di
SD Negeri Gebang Kab. Purwarejo, hal ini terbukti dengan adanya peningkatan hasil
belajar siswa.4
Adapun perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Supinah mahasiswa UIN
Sunan Kalijaga dengan penelitian ini adalah lokasi dan objek penelitian yang berbeda
dan penelitian terdahulu bersifat penelitian kualitatif sedangkan penelitian ini bersifat
kuantitatif yang berjenis ex-post facto.

4
Supinah, “Penerapan Metode Iqro‟ dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca al-Qur‟an PadaPeserta Didik
Kelas III SDNegeri Gebang Kab. Purwarejo”, Skripsi (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2014), h. 67.
2. Ketiga, Syaripuddin dengan hasil penelitian berjudul Peningkatan Kemampuan Baca
al-Qur’an Melalui Metode Iqro’ di TPA Raudhatul Fitriyah Desa Simpang Dua
Kecamatan Kluet Tengah Kabupaten Aceh Selatan menunjukkan bahwa metode iqro’
dapat meningkatkan kemampuan baca alQur’an santri mencapai 8,9%. Penerapan
metode iqro’ pada Raudhatul Fitriyah Desa Simpang Dua Kecamatan Kluet Tengah
Kabupaten Aceh Selatan berhasil. Hal tersebut ditunjukkan oleh presentase aktivitas
santri maupun ustaz. Aktivitas santri pada siklus 1 hanya 50% dan meningkat menjadi
83% pada siklus II. Hal tersebut menunjukkan bahwa Metode Iqro’ berhasil
diterapkan pada Raudhatul Fitriyah Desa Simpang Dua Kecamatan Kluet Tengah
Kabupaten Aceh Selatan.5
Penelitian di atas sama-sama membahas metode iqro’, akan tetapi memiliki
perbedaan, di mana penelitian di atas menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
atau penelitian tindakan (action rearch) dengan metode kualitatif, sedangkan
penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif.
C. Kerangka Berfikir
Berdasarkan landasan teori yang telah dipaparkan, kerangka berpikir dalam penelitian
ini yaitu, rencana penelitian yang dipergunakan oleh peneliti guna mencapai tujuan
penelitian yang telah dirumuskan. Ditunjukkan pada gambar berikut ini :

TPA Al-Ikhlas Desa


Sidowayah Kecamatan
Polanharjo Kabupaten
Klaten

Kemampuan
Membaca Al- Metode Iqra’
Qur’an

Efektivitas
Metode Iqra’

Dari gambar diatas peneliti memaparkan mengenai kemampuan membaca Al-Qur’an


santri TPA Al-Ikhlas Desa Sidowayah Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten dengan

5
Syaripuddin, “Peningkatan Kemampuan Baca al-Qur‟an Melalui Metode Iqro‟ di TPA Raudatul Fitriyah Desa
Simpang Dua Kecamatan Kluet Tengah Kabupaten Aceh Selatan”, Skripsi (Aceh: UIN Ar-Raniry Darussalam
Banda Aceh, 2017), h. 70.
menggunakan metode iqra’, dan hasil yang didapatkan adalah, efektivitas metode iqra’
berpengaruh dalam kemampuan membaca Al-Qur’an pada santri TPA Al-Ikhlas Desa
Sidowayah Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten.
D. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, yang
dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan.
Hipotesis dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru berdasarkan dari teori
yang relevan, yang belum berdasarkan pada fakta-fakta empiris yang didapatkan melalui
pengumpulan data.6
Berdasarkan latar belakang dan teori-teori yang telah dipaparkan, maka hipotesis
dalam penelitian ini adalah “Penggunaan penerapan metode iqra’ berpengaruh terhadap
kemampuan membaca al-Qur’an pada santri di TPA Al-Ikhlas Desa Sidowayah
Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten”.

6
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung: Alfabeta,
2017), h. 96.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian ex post facto, yang meneliti hubungan sebab
akibat yang tidak di manipulasi atau tidak diberi perlakuan oleh peneliti. Pnelitian sebab
akibat dilakukan terhadap program, kegiatan atau kejadian yang telah berlangsung atau
telah terjadi. Adanya hubungan sebab akibat didasarkan atas kajian teoretis, bahwa
sesuatu variabel disebabkan atau dilatarbelakangi oleh variabel tertentu atau
mengakibatkan variabel tertentu. Jenis Penelitian ini juga tidak memerlukan waktu yang
lama.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 4 Mei 2022, di TPA Al-Ikhlas Desa Sidowayah,
Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten.
Alasan memilih lokasi ini dikarenakan lebih dekat dengan tempat tinggal, menghemat
waktu dan biaya, mudah dijangkau dan ekonomis.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah jumlah keseluruhan unit analisis yang akan diselidiki
karakteristik atau ciri-cirinya.7 Populasi menurut Sugiyono adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari (diteliti) dan
kemudian ditarik kesimpulannya.
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan adalah santriwan
dan santriwati TPA Al-Ikhlas Desa Sidowayah Kecamatan Polanharjo Kabupaten
Klaten tahun ajaran 2021/2022 yang terdiri dari 7 kelas dengan jumlah keseluruhan
santriwan dan santriwati yang berjumlah sebanyak 129. Berikut ini menunjukkan
jumlah santriwan dan santriwati TPA Al-Ikhlas Desa Sidowayah Kecamatan
Polanharjo Kabupaten Klaten tahun ajaran 2021/2022.
Tabel 3.1 : Jumlah Santriwan/santriwati
No. Kelas Jumlah santriwan/santriwati
1 Iqra’ 1 15
2 Iqra’ 2 18

7
Sulaiman Saat dan Siti Mania, Pengantar Metodologi Penelitian Panduan Bagi Peneliti Pemula, h. 64.
3 Iqra’ 3 20
4 Iqra’ 4 21
5 Iqra’ 5 17
6 Iqra’ 6 14
7 Al-Qur’an A 24
JUMLAH 129

2. Sampel
Berdasarkan orientasi tersebut maka sampling yang digunakan adalah
probability sampling yakni dengan memberikan peluang yang sama bagi unsur
populasi untuk dipilih menjadi sampel, yaitu simple random sampling dengan
pengambilan sampel secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada. Sampel yang
terpilih dalam penelitian adalah Kelompok Iqra’ 6 dengan jumlah sampel sebanyak 14
Orang.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan dengan
rumusan masalah yang diteliti. Maka dalam penelitian ini digunakan beberapa teknik
pengumpulan data untuk mendapatkan data yang ilmiah dan akurat.
1. Angket
Angket merupakan teknik pengumpulan data dengan cara memberi seperangkat
pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Dalam
penelitian ini menggunakan angket tertutup, yang dimana jawabannya sudah disiapkan
oleh peneliti dan tidak diberi kemungkinan atau kesempatan kepada responden untuk
memberikan jawaban selain yang sudah disediakan.
Penggunaan angket dalam penelitian ini ditujukan kepada santri di TPA Al-Ikhlas
Desa Sidowayah Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten. Angket tersebut digunakan
untuk mengumpulkan data tentang bagaimana penerapan metode iqra’ dalam
pembelajaran membaca al-Qur’an.
2. Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk
mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki
oleh individu atau kelompok.
Metode tes lisan ini digunakan untuk mengetahui kemampuan membaca al-Qur’an
santri TPA Al-Ikhlas Desa Sidowayah Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk memperoleh data
penelitian. Instrumen pengumpulan data harus sesuai dengan teknik pengumpulan data.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
1. Lembar Angket
Angket merupakan sejumlah butir pertanyaan dan pernyataan diberikan kepada
responden disertai dengan alternative jawaban. Dengan kata lain angket merupakan
instrumen penelitian berupa daftar pertanyaan dan pernyataan secara tertulis yang harus
dijawab atau diisi oleh responden sesuai dengan petunjuk pengisiannya.
Berdasarkan pemaparan di atas peneliti menggunakan angket skala likert yaitu sebuah
pertanyaan yang diikuti oleh kolom-kolom yang menunjukkan tingkatan-tingkatan yang
berupa kata-kata sebagai berikut:
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju
d. Sangat kurang setuju
2. Butir-butir Tes
Butir-butir tes merupakan alat atau prosedur yang sistematis dan objektif untuk
memperoleh keterangan-keterangan atau data-data yang diinginkan tentang seseorang,
dengan cara yang bisa disebut tepat dan cepat. Tes hasil belajar merupakan sekelompok
pertanyaan atau tugas-tugas yang harus diselesaikan atau dijawab oleh peserta didik
dengan tujuan untuk mengukur kemajuan belajar peserta didik.
Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan tes secara lisan. Peneliti
menggunakan tes lisan untuk mengetahui seberapa bisa santri membaca al-Qur’an dengan
tartil dan dengan kaidah ilmu tajwid. Adapun rancangan tes lisan diantaranya sebagai
berikut:
a. Membaca ayat-ayat al-Qur’an dengan lancar sesuai dengan ilmu tajwid makharijul
huruf yang tepat, mengetahui waqaf dan wasalnya, maka diberi skor (81-100).
b. Membaca ayat-ayat al-Qur’an dengan lancar tapi tidak sesuai tajwidnya,
makharijul hurufnya, dan tanda wasal dan waqafnya, maka diberi skor (71-80).
c. Membaca ayat-ayat al-Qur’an dengan kurang lancar, tidak tepat ilmu tajwidnya,
makharijul hurufnya, dan tanda wasal atau waqafnya, maka diberi skor (61-70).
d. Membaca ayat-ayat al-Qur’an dengan tidak lancar, serta ilmu tajwidnya,
makharijul hurufnya dan tanda wasal atau waqafnya tidak tepat, maka diberi skor
(51-60).8
F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen
1. Validasi Instrumen
Suatu instrumen dapat dikatakan valid jika instrumen tersebut dapat digunakan
untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Instrumen tes diuji validitasnya dengan
cara validitas isi dan validitas kontruk, Yang dimaksud dengan validitas isi yaitu
ketepatan instrumen tersebut ditinjau dari segi materi yang akan diteliti. Sebuah tes
dikatakan memiliki validitas apabila butir-butir soal yang membangun tes tersebut
mengukur setiap aspek berpikir seperti yang disebutkan dalam tujuan instruksional
khusus. Dengan kata lain jika butir-butir soal mengukur aspek berpikir tersebut sudah
sesuai dengan aspek berpikir yang menjadi tujuan instruksional.
Dalam penelitian ini, validitas instrumen diuji dengan menggunakan rumus
Product Moment Correlation, uji ini dilakukan dengan melihat korelasi/skor
masingmasing item pertanyaan atau soal tes. Rumusnya adalah :

Keterangan :
rxy : koefisien korelasi variabel X dan Y
X : jumlah skor dalam distribusi X
Y : jumlah skor dalam distribusi Y
N : jumlah subyek keseluruhan item
Jika xy tabel r  r pada taraf signifikan 5% berarti item (butir soal) valid dan
sebaliknya jika xy tabel r  r maka butir soal tersebut tidak valid sekaligus tidak
memiliki persyaratan.
2. Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes dapat
dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat
8
Nurvisari. “Pengaruh Penggunaan Metode Iqra terhadap Kemampuan Membaca Al-Qur’an Santri Taman
Pendidikan Qur’an (TPQ) An-Nur di Desa Margamulia Kecamatan Bumi Agung Lampung Timur”. Skripsi, h. 42.
memberikan hasil yang tetap. Maka pengertian reliabilitas tes, berhubungan dengan
masalah ketetapan hasil tes. Atau seandainya hasilnya berubah-ubah perubahan yang
terjadi dapat dikatakan tidak berarti.
Reliabilitas instrumen pada penelitian ini menggunakan rumus Alpha, karena
rumus Alpha digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan 1
atau 0. Adapun rumus Alpha tersebut adalah :

Keterangan :
r11 : reliabilitas instrumen
k : banyaknya butir pernyataan atau banyaknya soal
 b2 : jumlah varians butir
2t : varians total
Dimana hasil dari perhitungan Alpha tersebut kemudian dikonsultasikan
dengan ketentuan bahwa suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai
Alpha > 0,60.
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik analisis statistik
deskriptif dan analisis statistik inferensial. Pengolahan data dilakukan dengan
menggunakan SPSS.
1. Teknik Analisis Statistik Deskriptif
Statstik deskriptif adalah statistik yang berfungsi untuk mendeskrisikan atau memberi
gambaran terhadap obyek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana
adanya tanpa melakukan analisis dan kesimpulan yang berlaku umum. Pada penelitian ini
analisis statistik dekriptif yang digunakan adalah analisis deskriptif kuantitatif sebagai
berikut :
a. Membuat Tabel Distribusi Frekuensi
a) Menghitung rentang kelas, yakni data terbesar dikurangi data terkecil
R=X t −¿ X ¿
r

Keterangan :
R : Rentan
Xt : Skor tertinggi
Xr : Skor terendah
b) Menghitung jumlah kelas interval
K=1+ (3,3 ) log N
Keterangan :
K : Jumlah kelas
N : Banyaknya data atau jumlah sampel
c) Menghitung panjang kelas interval
R
P=
K
Keterangan :
P : Panjang kelas interval
R : range (jangkauan)
K : banyaknya kelas
d) Rata-rata (Mean)

x : Rata-rata
xi : Nilai statistika
fi : Frekuensi untuk nilai yang bersesuaian kelompok ke-i
K : Banyaknya kelompok
e) Standar Deviasi

Keterangan :
SD : Standar Deviasi
x : Rata-rata
x i : Nilai statistika
n : Banyaknya data
f) Persentase (%) nilai rata-rata
f
P= × 100 %
N
P : Angka persentase
f : Frekuensi yang dicari persentasenya
N : Banyaknya sampel responden
g) Kategorisasi
Untuk mengkategorisasi penerapan Metode Iqra’ , maka penyusun menggunkan
rumus,

Rumus Kategori

X <(𝜇 − 1,0𝜎) Rendah

(𝜇 − 1,0𝜎) ≤ 𝑋 < (ì + Sedang


1,0𝜎)
(𝜇 + 1,0𝜎) ≤ 𝑋 Tinggi
Keterangan:

𝜇 = Rata-rata

𝜎 = Standar deviasi
2. Teknik Analisis Statistik Regresi
Analisis statistik regresi adalah analisis yang digunakan untuk menjawab rumusan
masalah ketiga tentang ada atau tidaknya pengaruh penerapan metode iqra’ terhadap
kemampuan membaca al-Qur’an santri.
a. Uji Prasyarat
1) Normalitas
Uji normalitas data yang dimaksud adalah apakah data-data yang digunakan
berdistribusi normal atau tidak. Pengajian tersebut dilakukan dengan
menggunakan rumus Chi-kuadrat yang dirumuskan sebagai berikut:

∑ ( 0−Fh ) 2
X 2 Hitung= ❑
fh
Keterangan :
X2 = Nilai Chi-kuadrat hitung
fo = Frekuensi hasil pengamatan
fh = Frekuensi harapan
Adapun kriteria pengujian dinyatakan normal apabila X2 hitung lebih kecil
dari X2 tabel, sementara X2 tabel didapatkan dari daftar X2 dengan dk= (k-1) pada
taraf signifikan 𝛼 = 0,05.
2) Uji Linearitas (Kelinieran Pesamaan Regresi)
Uji liniearitas dimaksudkan untuk mengkonfirmasikan apakah sifat liniear
antara dua variabel yang diidentifikasi secara teori sesuai atau tidak dengan hasil
observasi yang ada. Uji linearitas digunakan untuk memastikan apakah data yang
kita gunakan sesuai dengan garis liniear atau tidak. Berikut ini rumus uji
liniearitas:
𝑅𝐽𝐾 (𝑇𝐶)
F = 𝑅𝐽𝐾 (𝐸)
hitun
g
Dengan taraf signifikan 0,05 dan derajat kebebasan pembilang n-1 serta
derajat kebebasan penyebut n-1, maka jika diperoleh Fhitung ≤ Ftabel berarti data
linear.
3) Analisis regresi sederhana
Uji Regresi liniear sederhana digunakan untuk memperkirakan pada suatu
variabel terikat berdasarkan satu variabel bebas. Variabel terikat diberi notasi Y
dan adapun notasi X ditujukkan untuk variabel bebas, sehingga bentuk yang
dicari adalah regresi Y atas X. Dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Y = a + Bx
Keterangan:
Y = Nilai yang diprediksikan
a = Koefisien regresi X
b = Koefisien regresi Y
X = Nilai variabel independen
Adapun koefisien-koefisien regresi a dan b dapat dihitung dengan rumus:

a=∑ y ¿ ¿

❑ ❑ ❑
n ∑ xy−∑ x ∑ y
❑ ❑ ❑
b= ❑
n ∑ x 2−¿ ¿

Keterangan:
X = Nilai variabel independen
Y = Nilai Variabel dependen
a = Koefisien regresi a
b = Koefisien regresi b
n = Jumlah sampel
b. Uji Hipotesis
Menurut Sugiyono (2017) hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap
rumusan masalah. Karena sifatnya masih sementara, maka perlu dibuktikan
kebenarannya melalui data empirik yang terkumpul. Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan Uji t Dalam Model Regresi. Dengan langkah-langkahnya sebagai
berikut :
1) Menentukan formulasi hipotesis
Ho : 𝛽 = 𝛽o = 0 (Tidak ada pengaruh X terhadap Y)
H1: 𝛽 ≠ âo (Ada pengaruh X terhadap Y)
2) Menentukan taraf nyata (𝛼)dan nilai ttabel
𝛼 = 5% = 0,05 → 𝛼/2 = 0,025
𝑏 = n-2
𝑡 = 0,025n
3) Menentukan nilai thitung
b− βO
t=
Sb
Keterangan:
t = thitung/hasil regresi
Sb = Simpangan baku kesalahan baku.
DAFTAR PUSTAKA

Nesty, Melvinda. “Metode Pendidikan Islam”, Blog Kompasiana.com.


https://www.kompasiana.com/melvindanesty/5e870cf7d541df669d744ce3/ metode
pendidikan-islam (11 Desember 2020).
Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haji Depag. Pedoman Pengajaran Alqur’an Bagi Anak anak.
Jakarta: Proyek Penerangan Depag, 1984.
Khaeruddin. Metode Baca Tulis Al-qur’an. Cet. I; Ujung Pandang: Yayasan AlAhkam,
2000.
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta, 2017
Saat, Sulaiman dan Siti Mania. Pengantar Metodplogi Penelitian Panduan Bagi Peneliti
Pemula. Gowa: Pustaka Almaida, 2019.
Nurvisari. “Pengaruh Penggunaan Metode Iqra terhadap Kemampuan Membaca AlQur’an
Santri Taman Pendidikan Qur’an (TPQ) An-Nur di Desa Margamulia Kecamatan
Bumi Agung Lampung Timur”. Skripsi. Lampung Timur: Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan IAIN Metro, 2020.
Syaripuddin. Peningkatan Kemampuan Baca al-Qur‟an Melalui Metode Iqro‟ di TPA
Raudatul Fitriyah Desa Simpang Dua Kecamatan Kluet Tengah Kabupaten Aceh
Selatan. Skripsi. Aceh: UIN Ar-Raniry Darussalam Banda Aceh, 2017.
Supinah. “Penerapan Metode Iqro‟ dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca al-Qur‟an
Pada Peserta Didik Kelas III SD Negeri Gebang Kab. Purwarejo”. Skripsi.
Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2014.
INSTRUMEN

A. Instrumen Angket petnjuk pengerjaan


NAMA SANTRI :
No. Aspek Pertanyaan Sangat Setuju Kurang Sangat
Setuju Setuju Kurang
Setuju
1 Ketika membaca saya
tidak mengeja bacaan,
misalnya Alif fathah
A, Ba Fathah Ba, dan
seterusnya
2 Ustadz / ustdzah tidak
banyak menuntun
bacaan namun sesekali
hanya memberi contoh
3 Apabila ada bacaan
yang tidak jelas,
Ustadz / ustdzah
langsung memberikan
penjelasan
4 Ustadz / ustdzah
menyimak bacaan
siswa satu persatu
secara bergantian
5 Buku/modul Iqra’
digunakan oleh Ustadz
/ ustdzah dan santri
dalam pembelajaran
membaca Al-Qur’an
6 Ustadz / ustdzah tidak
menegur ketika bacaan
saya salah dan keliru
7 Ustadz / ustdzah
menugaskan saya
menulis huruf Arab
setiap selesai membaca
8 Ketika mengajar
membaca, Ustadz /
ustdzah tidak
berhadapan langsung
dengan santri
9 Ustadz / ustdzah selalu
menganjurkan saya
untuk menggunakan
modul Iqra’ untuk awal
permulaan belajar Al-
Qur’an
10 Dengan adanya modul
Iqra’ dari jilid 1-6, saya
jadi makin semangat
belajar Al-Qur’an

B. Instrumen Tes
NAMA SANTRI :
No. Aspek Penilaian Skor
1 Membaca ayat-ayat al-Qur’an dengan lancar sesuai 81-100
dengan ilmu tajwid makharijul huruf yang tepat,
mengetahui waqaf dan wasalnya.
2 Membaca ayat-ayat al-Qur’an dengan lancar tapi tidak 71-80
sesuai tajwidnya, makharijul hurufnya, dan tanda wasal
dan waqafnya.
3 Membaca ayat-ayat al-Qur’an dengan kurang lancar, 61-70
tidak tepat ilmu tajwidnya, makharijul hurufnya, dan
tanda wasal atau waqafnya.
4 Membaca ayat-ayat al-Qur’an dengan tidak lancar, 51-60
serta ilmu tajwidnya, makharijul hurufnya dan tanda
wasal atau waqafnya tidak tepat
def konsep

operasional

kisi2

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai