Anda di halaman 1dari 13

Strategi/ Metode Pembelajaran dalam Pandangan Filsafat Pendidikan Islam

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Filsafat Pendidikan Islam

Dosen Pengampu :

Dr. Syamsul Huda, M.Ag.

Disusun oleh :

1. Suci Lestari (932118918)

Kelas PAI – F (Semester 4)

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI
2020

1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di dalam suatu proses pembelajaran, banyak aspek yang perlu
diperhatikan oleh semua pihak, terutama dalam hal ini kepada guru yang
menjadi penyalur ilmu pengetahuan. Tingkat keberhasilan suatu proses
pembelajaran di dalam kelas sangat bergantung kepada kinerja atau
manajemen guru dalam mengendalikan suasana kelas agar tercipta suasana
kelas yang aman, nyaman dan menyenangkan. Untuk mencapai itu semua,
maka seorang guru membutuhkan suatu strategi atau metode yang tepat untuk
menciptakan kondisi sebagaimana disebutkan tadi.
Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai langkah-langkah yang
terencana dan bermakna luas dan mendalam serta berdampak jauh ke depan
dalam menggerakkan seseorang agar dengan kemampuan dan kemauannya
sendiri dapat melakukan kegiatan yang berhubungan dengan belajar. Strategi
atau metode pembelajaran memiliki peran penting dalam proses pembelajaran
di samping peran pendidik, dan peserta didik, dan tujuan pendidikan sebagai
komponen dari pendidikan. Abuddin Nata mengatakan bahwa srategi
pembelajaran dalam perspektif Islam basisnya adalah kerangka awal dalam
penetapan perubahan yang diharapkan dengan berorientasi pada pencapaian
tujuan pendidikan yakni terbentuknya akhlak pada peserta didik. Semua
komponen dalam pendidikan termasuk strategi atau metode pada akhirnya
akan bermuara pada tujuan dilaksanakannya proses pendidikan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan strategi/metode pembelajaran?
2. Apa peranan dan urgensi strategi pembelajaran dalam proses
pembelajaran?
3. Bagaimana konsep pemikiran para filosof muslim tentang strategi
pembelajaran?
C. Tujuan
1. Mengetahui maksud dari strategi/metode pembelajaran.

1
2. Mengetahui dan memahami peranan dan urgensi strategi pembelajaran
dalam proses pembelajaran.
3. Mengetahui dan memahami konsep-konsep pemikiran para filosof muslim
tentang strategi pembelajaran.

2
PEMBAHASAN

A. Definisi Strategi Pembelajaran


Kata strategi berasal dari bahasa Latin, yaitu ‘strategia’ yang berarti seni
penggunaan rencana untuk mencapai tujuan. Secara umum strategi adalah alat,
rencana, atau metode yang digunakan untuk menyelesaikan suatu tugas. Dalam
bahasa Indonesia sendiri kata strategi sering diartikan siasat atau rencana.
Sedangkan menurut istilah, menurut Syaiful Bahri Djamarah, strategi
merupakan sebuah cara atau sebuah metode, sedangkan secara umum strategi
memiliki pengertian suatu garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha
mencapai sasaran yang telah ditentukan.1
Adapun definisi pembelajaran yaitu suatu proses belajar yang dibangun
oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas yang dapat meningkatkan
kemampuan berfikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan
mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan
yang baik terhadap materi pelajaran.
Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa strategi
pembelajaran merupakan cara-cara yang akan dipilih dan digunakan oleh
seorang pengajar untuk menyampaikan materi pembelajaran sehingga akan
memudahkan peserta didik menerima dan memahami materi pembelajaran,
yang pada akhirnya tujuan pembelajaran dapat dikuasainya di akhir kegiatan
belajar.
Dengan melihat penjelasan di atas, maka dapat dikatakan bahwa strategi
pembelajaran memiliki kaitan erat dengan metode pembelajaran. Secara
etimologi, istilah metode berasal dari bahasa Yunani “metodos”. Kata ini
terdiri dari dua kata: yaitu “metha” yang berarti melalui atau melewati dan
“hodos” yang berarti jalan atau cara. Metode berarti suatu jalan yang dilalui
untuk mencapai suatu tujuan. Dalam bahasa Arab metode disebut juga
sebagai “Thariqat”, dalam kamus besar bahasa Indonesia metode adalah:
“Cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud”. Sehingga

1
Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), 5.

3
dapat dipahami bahwa metode berarti suatu cara yang harus dilalui untuk
menyajikan bahan pelajaran agar tercapai suatu tujuan pengajaran.2
Keterkaitan strategi pembelajaran dengan metode pembelajaran yaitu
strategi pembelajaran salah satunya berwujud dalam bentuk metode, karena
metode merupakan suatu cara yang digunakan pengajar untuk
mengimplementasikan strategi yang telah ditetapkan dalam kegiatan nyata
agar tujuan dari proses pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai secara
optimal.
B. Peranan atau Urgensi Strategi atau Metode Pembelajaran
Berbicara mengenai peranan dari strategi pembelajaran, maka hal itu tidak
terlepas dari proses pembelajaran itu sendiri. Dalam rangkaian sistem
pembelajaran, strategi atau metode pembelajaran memegang peranan penting
dalam keberhasilan suatu pendidikan. Setidaknya ada tiga faktor yang
mempengaruhi keberhasilan pembelajaran yakni faktor tujuan, faktor guru,
dan faktor siswa atau peserta didik.3 Dalam literatur lain, komponen sistem
pendidikan Islam setidaknya memuat tujuan pendidikan, kurikulum
pendidikan, pendidik, peserta didik, metode pendidikan, dan evaluasi
pendidikan.4
Dalam proses pendidikan Islam, strategi atau metode mempunyai
kedudukan yang sangat signifikan untuk mencapai tujuan. Bahkan metode
sebagai seni dalam mentransfer ilmu pengetahuan kepada peserta didik
dianggap lebih penting dibanding dengan materi sendiri. Sebuah pepatah
mengatakan bahwa ‘al-Thariqat Ahamm Min al-Maddah, yang mengandung
arti “metode jauh lebih penting dibanding materi”. Sehingga sebuah realitas
bahwa cara penyampaian yang komunikatif jauh lebih efektif dan disenangi
oleh peserta didik walaupun materi yang disampaikan sesungguhnya tidak
terlalu menarik. Sebaliknya, materi yang cukup baik, karena disampaikan
dengan cara yang kurang menarik maka materi itu sendiri menjadi kurang

2
Armai Arif, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), 40.
3
Suryosubroto, Pembelajaran di Sekolah (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), 39–43.
4
Asaril Muhajir, Ilmu Pendidikan Perspektif Konteksual (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), 85–
105.

4
dapat dicerna oleh peserta didik. Oleh karena itu penerapan metode yang
tepat sangat mempengaruhi pencapaian keberhasilan.5
Al-Syaibany dalam bukunya yang diterjemahkan oleh Hasan Langgulung
yang berjudul “Falsafah Pendidikan” mengungkapkan bahwa dengan adanya
metode, fikiran, pengetahuan, maklumat, keterampilan, pengalaman dan sikap
tidak akan berpindah dari pengajar kepada pelajar. Dialah penghubung dan
perantara antara guru dan murid. Dan keberhasilan guru dalam mengajar salah
satunya dapat dinilai dari metode yang diterapkannya.6
Jadi, dapat disimpulkan bahwa strategi atau metode pembelajaran
memiliki arti yang penting dalam proses belajar mengajar yaitu sebagai alat
dan cara untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode berperan sebagai
penghubung dan perantara antara seorang guru yang akan menyampaikan
ilmu kepada muridnya. Penggunaan strategi atau metode pembelajaran harus
dapat menciptakan terjadinya interaksi antara siswa dengan siswa maupun
antara siswa dengan guru sehingga proses pembelajaran dapat berjalan
dengan baik dan optimal.
C. Konsep Pemikiran Filosof Muslim tentang Strategi atau Metode
Pembelajaran
Dalam sejarah pendidikan Islam, para pendidikan muslim menerapkan
berbagai metode mendidik dalam situasi dan kondisi yang berbeda. Pernah
kira mendengar mengenai cara-cara bagaimana Nabi Muhammad SAW
berdakwah menyebarkan agama Islam, yakni dalam QS. An-Nahl ayat 125
yang berbunyi:
ِ َ ِّ‫اُ ْدعُ اِلَى سبِي ِل رب‬
ِ ‫ْح ْكم ْه والْمو ِعظَ ِة الْحسنَ ِة وج‬
َ َّ‫ادل ُْه ْم بِالَّتِى ِه َي اَ ْح َس ُن اَ َّن َرب‬
‫ك‬ ََ ََ ْ َ َ َ ‫ك بِل‬ َ َْ
۱۲۵  : ‫ْمهتَ ِديْ َن «النحل‬ ِ ِِ ِ َ ‫» ُه َو اَ ْعلَ ُم بِ َم ْن‬
ُ ‫ض َّل َع ْن َسب ْيله َو ُه َواَ ْعلَ ُم بل‬
“(Wahai Nabi Muhmmad SAW) Serulah (semua manusia) kepada jalan
(yang ditunjukkan) Tuhan Pemelihara kamu dengan hikmah (dengan kata-
kata bijak sesuai dengan tingkat kepandaian mereka) dan pengajaran
5
Mumtazul Fikri, “KONSEP PENDIDIKAN ISLAM; Pendekatan Metode Pengajaran,” Jurnal
Ilmiah Islam Futura 11, no. 1 (3 Februari 2017): 118, https://doi.org/10.22373/jiif.v11i1.66.
6
Omar Mohammad Al-Syaibani, Falsafah Pendidikan, trans. oleh Hasan Langgulung (Jakarta:
Bulan Bintang, 1979), 554.

5
yang baik dan bantalah mereka dengan (cara) yang terbaik.
Sesungguhnya Tuhan pemelihara kamu, Dialah yang lebih mengetahui
(tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk).”
Allah SWT. memberi petunjuk kepad Nabi Muhammad SAW tentang
bagaimana cara menyeru umatnya kepada agama Allah, yakni dengan
hikmah, mauidhoh hasanah, dan berdebat dengan cara yang baik. Dari ayat
tersebut kita dapat ketahui dalam memperoleh suatu harus menggunakan cara
atau metode-metode, begitu halnya dengan pembelajaran yang juga
membutuhkan metode-metode.
Berikut pendapat Al-Ghazali, Ibnu Khaldun, dan Ibnu Sina mengenai metode
pembelajaran.
1. Menurut Al-Ghazali
Al- Ghazali merupakan sosok ulama yang menaruh perhatian terhadap
proses transinternalisasi ilmu dan pelaksana pendidikan. Dalam
pemikiran al-Ghazali transinternalisasi ilmu dan proses pendidikan
merupakan sarana utama untuk menyiarkan ajaran Islam, jiwa dan
taqarub ila Allah. Dan oleh karena itu pendidikan merupakan ibadah dan
upaya peningkatan kualitas diri. Pendidikan yang baik merupakan jalan
untuk mendekatkan diri kepada Allah dan untuk mendapatkan
kebahagiaan dunia dan akhirat.
Adapun dalam masalah pendidikan Al Ghazali lebih cenderung
berpaham empirisme, karena beliau sangat rnenekankan pengaruh
pendidik terhadap anak didik. Atas dasar pandangan al-Ghazali yang
bercorak empiris, maka tergambarlah metode pendidikan yang
diinginkannya. Di antaranya lebih menekankan pada perbaikan sikap dan
tingkah laku para pendidik dalam mendidik, dan lebih memfokuskan
pada pengajaran agama, seperti: guru harus mencintai muridnya bagai
anaknya sendiri, memberi nasihat kepada anak didik agar menuntut ilmu
tidak sekadar untuk kepentingan pribadi malainkan untuk mendapat ridho
Allah, mendorong murid mencari ilmu yang bermanfaat, memberi contoh
yang baik, mengajarkan hal-hal sesuai kemampuan akal anak didik,

6
memahami karakter setiap anak didik, dan mendidik aspek
keimanannya.7
Dengan demikian jelaslah kepada kita bahwa metode pendidikan yang
harus dipergunakan oleh para pendidik/pengajar adalah yang berprinsip
pada child centered yang lebih mementingkan anak didik daripada
pendidik sendiri. Metode demikian dapat diwujudkan dalam berbagai
macam metode antara lain: metode contoh teladan, rnetode guidance &
counselling (bimbingan dan penyuluhan), metode cerita, metode,
motivasi, metode reinforcement (mendorong semangat), dan sebagainya.8
Seorang guru atau tenaga pendidik bukan semata berkewajiban
mentransformasi keilmuan melainkan juga membimbing perkembangan
akhlak dan spiritualitas anak didik. Metode pendidikan Islam tidak
berhenti membicarakan langkah-langkah yang sebatas menularkan teori-
teori pengetahuan melainkan juga bagaimana anak dapat menerapkannya
dalam kehidupan, disertai dengan perilaku sehari-hari yang sejalan
dengan tuntunan agama. Oleh sebab itu, metode pendidikan Islam harus
memperhatikan semua aspek kepribadian anak didik.9
2. Menurut Ibnu Khaldun
Jika al-Ghazali lebih fokus pada metode integrasi dan moralitas maka
Ibnu Khaldun memberikan prinsip-prinsip metodologis yang cenderung
psikologis dalam mengajar, seperti: a) hendaknya tidak memberikan
pelajaran tentang hal-hal sulit kepada anak didik yang baru mulai
belajar. Anak didik harus diberi persiapan secara bertahap yang menuju
kesempurnaan, b) anak didik diajar tentang masalah- masalah yang
sederhana dan dilanjutkan ke permasalahan yang lebih tinggi secara
bertahap dengan mempergunakan contoh yang baik, alat peraga, dan alat
bantu lainnya, dan c) jangan memberikan ilmu yang melebihi
kemampuan akal pikiran anak didik. Sebab, ia akan diserang rasa

7
Rohinah Rohinah, “Filsafat pendidikan Islam; Studi filosofis atas tujuan dan metode pendidikan
Islam,” Jurnal Pendidikan Islam 2, no. 2 (1 Januari 1970): 322,
https://doi.org/10.14421/jpi.2013.22.309-326.
8
Enny Novianty, “METODE DALAM PENDIDIKAN ISLAM (Analisis Perbandingan Pemikiran
Al-Ghazali dan Abdurrahman al-Nahlawi)” (UIN Sultan Syarif Kasim, 2010), 114.
9
Rohinah, 322.

7
malas.10 Akibat lebih jauh otaknya akan jemu dan tidak sanggup bekerja,
lalu putus asa dan akhirnya akan meninggalkan ilmu yang sedang
dipelajari.
Ibnu Khaldun melihat sosok anak adalah pribadi yang belum dewasa
dan belum matang sepenuhnya. Anak masih berada pada usia dini, yang
lebih banyak memiliki kelemahan dibanding orang dewasa. Karenanya,
pendidikan yang diberikan kepada anak harus dijenjang dan diberikan
secara bertahap, guna menghindari hal-hal negatif yang tidak diinginkan.
Guru atau tenaga pendidik harus memperhatikan aspek-aspek
kepribadian masing-masing peserta didik, memetakan tingkat kecerdasan
dan kemampuan individual mereka, serta memberikan ilmu pengetahuan
dengan porsi yang tak harus sama. 11 Ibnu Khaldun memandang sangat
penting sekali metode secara bertingkat ini, dan sangat besar faedahnya
dalam upaya menjelaskan dan memantapkan ilmu ke dalam jiwa anak
serta memperkuat kemampuan jiwanya untuk memahami ilmu. Inilah
metode yang umum diterangkan oleh Ibnu Khaldun, dikatakannya bahwa
inilah metode mengajar yang benar karena sesuai dengan kebertahapan
proses belajar.
Selain metode di atas Ibnu Khaldun juga mendorong agar dilakukan
perlawatan dalam menuntut ilmu karena dengan cara ini siswa akan
mudah mendapatkan sumber-sumber pengetahuan yang banyak sesuai
dengan tabiat eksploratif anak, dan pengetahuan mereka akan didasari
atas observasi langsung sehingga memberikan pengaruh yang cukup
besar terhadap pemahamannya tentang pengetahuan lewat pengalaman
inderawinya.
Selain itu Ibnu Khaldun juga menganjurkan untuk menganurkan ilmu
melalui pelaksanaan lapangan dan latihan (praktek) setelah pros
pemahaman ilmu dilakukan dengan (teori), maka kemahiran akan

10
A. L. Tibawi, Islamic Education, (Headley Brothers, Ltd, 1972), 43.
11
Rohinah, “Filsafat pendidikan Islam; Studi filosofis atas tujuan dan metode pendidikan Islam,”
323.

8
terbentuk dan penguasaan ini akan terbentuk jika guru mahir dalam
mengajar.12
3. Menurut Ibnu Sina
Berikutnya adalah metode pendidikan yang ditawarkan oleh Ibnu
Sina. Menurut pendapatnya, anak-anak harus diperhatikan pendidikan
akhlaknya. Pertama, anak harus dijauhkan dari kemarahan, takut,
perasaan sedih, serta kurang tidur. Kedua, Keinginan-keinginan dan
kesenangan anak-anak harus diperhatikan. Menurut pandangan Ibnu
Sina, ada dua manfaat yang diperoleh dari kedua hal tersebut, yaitu
manfaat jasmani dan rohani. Dengan cara-cara di atas, budi pekerti yang
luhur dapat dikembangkan dalam diri semenjak masa kanak-kanak
sejalan dengan kecenderungan yang baik. Budi pekerti yang luhur lahir
dari kecenderungan yang luhur pula. Begitupula budi pekerti yang buruk
lahir dari kecenderungan yang buruk pula.13
Adapun konsep metode pengajaran yang diinginkan Ibnu Sina,
bahwa suatu materi pelajaran tertentu tidak akan dapat dijelaskan kepada
subjek didik dengan satu cara saja, melainkan harus dicapai dengan
berbagai cara yang sesuai dengan perkembangan psikologisnya. Beliau
menegaskan bahwa dalam penyampaian materi tersebut, hendaknya
disesuaikan dengan sifat materi.
Ibnu Sina menginginkan metode talqin, demontrasi, pembiasaan,
teladan, diskusi, magang dan penugasan. Metode talqin, digunakan untuk
mengajar membaca al-Qur’an. Metode demontrasi, mengajar menulis.
Sementara metode pembiasaan digunakan untuk cara mengajar etika dan
Akhlak metode diskusi, ia menggunakan untuk cara penyajian pelajaran
kepada subjek didik. Metode magang, ia menggunakan dalam kegiatan
pengajaran yang dilakukan. Metode penugasan, untuk memberikan
pengalaman pada anak didik untuk mengerjakan tugas. Jika diperhatikan
lebih lanjut, Ibnu Sina menginginkan metode yang berbeda dalam
menghadapi materi pelajaran. Hal ini mengindikasikan bahwa Ibnu Sina

12
T. Sayful Akbar, “Manusia dan Pendidikan Menurut Pemikiran Ibn Khaldun dan John Dewey,”
Jurnal Ilmiah Didaktika UIN Ar-Raniry Banda Aceh 15, no. 2 (Februari 2015): 233–234.
13
Ahmad Syalabi, Sejarah Pendidikan Islam, trans. oleh Muchtar Yahya, dkk (Beirut, 1954), 288.

9
memperhatikan karakter materi pelajaran dalam menggunakan metode
tertentu. Selain itu Ibnu Sina menginginkan Metode targhîb dan tarhîb
yang dalam pendidikan modern dikenal istilah reward yang berarti
ganjaran, hadiah, penghargaan atau imbalan dan merupakan salah satu
alat pendidikan dan berbentuk reinforcement yang positif, sekaligus
sebagai motivasi yang baik.14

PENUTUP
14
Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam: Seri Kajian Filsafat Pendidikan Islam,
II (Jakarta: Rajawali Press, 2001), 75–77.

10
A. Kesimpulan
Strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang akan dipilih dan
digunakan oleh seorang pengajar untuk menyampaikan materi pembelajaran
sehingga akan memudahkan peserta didik menerima dan memahami materi
pembelajaran, yang pada akhirnya tujuan pembelajaran dapat dikuasainya di
akhir kegiatan belajar.
Strategi pembelajaran memiliki kaitan dengan metode pembelajaran yaitu
strategi pembelajaran salah satunya berwujud dalam bentuk metode, karena
metode merupakan suatu cara yang digunakan pengajar untuk
mengimplementasikan strategi yang telah ditetapkan dalam kegiatan nyata
agar tujuan dari proses pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai secara
optimal.
Strategi atau metode pembelajaran memiliki arti yang penting dalam
proses belajar mengajar yaitu sebagai alat dan cara untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Metode berperan sebagai penghubung dan perantara antara
seorang guru yang akan menyampaikan ilmu kepada muridnya
Beberapa pemikiran filosof muslim mengenai metode atau strategi yaitu:
Al- Ghazali yang dalam masalah pendidikan lebih cenderung berpaham
empirisme, karena beliau sangat rnenekankan pengaruh pendidik terhadap
anak didik. Hal itu dapat diwujudkan dalam berbagai macam metode antara
lain: metode contoh teladan, rnetode guidance & counselling (bimbingan dan
penyuluhan), metode cerita, metode, motivasi, metode reinforcement
(mendorong semangat), dan sebagainya.
Ibnu Khaldun, yang mengutakan proses bertahap dalam penyampaian
ilmu. Selain itu Ibnu Khaldun juga mendorong agar dilakukan perlawatan
dalam menuntut ilmu. Selain itu Ibnu Khaldun juga menganjurkan untuk
menganurkan ilmu melalui pelaksanaan lapangan dan latihan (praktek)
setelah pros pemahaman ilmu dilakukan dengan (teori).
Ibnu Sina, Adapun konsep metode pengajaran yang diinginkan Ibnu Sina,
yaitu metode talqin, demontrasi, pembiasaan, teladan, diskusi, magang dan
penugasan.

11
DAFTAR PUSTAKA

A. L. Tibawi. Islamic Education,. Headley Brothers, Ltd, 1972.


Abuddin Nata. Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam: Seri Kajian Filsafat
Pendidikan Islam. II. Jakarta: Rajawali Press, 2001.
Ahmad Syalabi. Sejarah Pendidikan Islam. Diterjemahkan oleh Muchtar Yahya,
dkk. Beirut, 1954.
Armai Arif. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat
Pers, 2002.
Asaril Muhajir. Ilmu Pendidikan Perspektif Konteksual. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2011.
Bahri Djamarah, Syaiful. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta, 2010.
Enny Novianty. “METODE DALAM PENDIDIKAN ISLAM (Analisis
Perbandingan Pemikiran Al-Ghazali dan Abdurrahman al-Nahlawi).” UIN
Sultan Syarif Kasim, 2010.
Fikri, Mumtazul. “KONSEP PENDIDIKAN ISLAM; Pendekatan Metode
Pengajaran.” Jurnal Ilmiah Islam Futura 11, no. 1 (3 Februari 2017): 116.
https://doi.org/10.22373/jiif.v11i1.66.
Omar Mohammad Al-Syaibani. Falsafah Pendidikan. Diterjemahkan oleh Hasan
Langgulung. Jakarta: Bulan Bintang, 1979.
Rohinah, Rohinah. “Filsafat pendidikan Islam; Studi filosofis atas tujuan dan
metode pendidikan Islam.” Jurnal Pendidikan Islam 2, no. 2 (1 Januari
1970): 309. https://doi.org/10.14421/jpi.2013.22.309-326.
Suryosubroto. Pembelajaran di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta, 2002.
T. Sayful Akbar. “Manusia dan Pendidikan Menurut Pemikiran Ibn Khaldun dan
John Dewey.” Jurnal Ilmiah Didaktika UIN Ar-Raniry Banda Aceh 15, no.
2 (Februari 2015): 233-234.

12

Anda mungkin juga menyukai