Anda di halaman 1dari 18

MACAM-MACAM STRATEGI PEMBELAJARAN PADA MATA

PELAJARAN AKIDAH AKHLAK

Nurul Jeumpa1
¹Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Aceh
Email: jeumpa.nurul@gmail.com

Abstrak: Upaya meningkatkan kualitas pembelajaran pada dasarnya merupakan


pemilihan dan penetapan srategi pembelajaran yang optimal guna mencapai perolehan
belajar sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Dalam kaitan ini,
strategi penyampaian pembelajaran yang tetap merupakan salah satu alternatif untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif dan
efisien. Pembelajaran Aqidah Akhlak merupakan salah satu mata pelajaran PAI yang
menekankan pada kemampuan memahami dan mempertahankan keyakinan/keimanan
yang benar serta menghayati dan mengamalkan nilai-nilai asma’ul husna, serta
penciptaan suasana keteladanan dan pembiasaan dalam mengamalkan akhlak terpuji dan
adab islami melalui pemberian contoh-contoh perilaku dan cara mengamalkannya
dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, materi pendidikan Aqidah Akhlak
bukan hanya mengajarkan pengetahuan tentang agama, akan tetapi bagaimana
membentuk kepribadian siswa agar memiliki keimanan dan ketakwaan yang kuat dan
kehidupanya dihiasi dengan akhlak yang mulia dimanapun mereka berada. Oleh karena
itu guru dalam hal ini guru PAI atau guru kelas dituntut untuk mengembangkan metode-
metode pembelajaran yang dapat memperluas pemahaman peserta didik mengenai
ajaran-ajaran agama, mendorong mereka untuk mengamalkannya dan sekaligus dapat
membentuk akhlak dan kepribadiannya. Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan
pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat
dicapai secara efektif. Akidah adalah keyakinan/keimanan yang benar yang
terealisasikan dalam perilaku ahlak mulia.Jadi secara etimologis strategi pembelajaran
akidah akhlak adalah suatu metode yang sadar dan terencana dalam menyiapkan dan
memberi pengalaman belajar peserta didik untuk mengenal, memahami, mengahayati
dan mengimani Allah dan merealisasikannya dalam perilaku ahlak mulia dalam
kehidupan sehari-hari.
Kata Kunci: Macam Strategi, Pembelajaran, Akidah Akhlak

Abstract: Efforts to improve the quality of learning are basically the selection and
determination of optimal learning strategies in order to achieve learning outcomes in
accordance with predetermined learning objectives. In this regard, a fixed learning
delivery strategy is one alternative to improve the quality of learning so that learning
becomes more effective and efficient. Aqidah Akhlak learning is one of the PAI
subjects that emphasizes the ability to understand and maintain correct beliefs/faith and
to live and practice the values of Asma'ul Husna, as well as creating an atmosphere of
exemplary and habituation in practicing commendable morals and Islamic etiquette
through giving examples of behavior and how to practice them in everyday life. Thus,
the Aqidah Akhlak educational material not only teaches knowledge about religion, but
how to shape the personality of students so that they have strong faith and piety and
their lives are decorated with noble character wherever they are. Therefore, teachers, in

AL-FATHANAH: Jurnal Studi Islam dan Pendidikan Agama Islam 46


Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Aceh
Vol. 1, No.1, April 2021
this case PAI teachers or classroom teachers, are required to develop learning methods
that can broaden students' understanding of religious teachings, encourage them to
practice them and at the same time shape their character and personality. Learning
strategy is a learning activity that must be done by teachers and students so that learning
objectives can be achieved effectively. So, etymologically, the moral aqidah learning
strategy is a conscious and planned method in preparing and providing learning
experiences for students to recognize, understand, live and believe in God and realize it
in moral behavior. noble in everyday life.
Keywords: Types of Strategy, Learning, Akidah Akhlak

A. PENDAHULUAN
Strategi pembelajaran berasal dari dua kata yaitu “strategi” dan “pembelajaran”.
Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk
bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan (Syaiful Bahri Djamarah
& Aswan Zain, 2010: 5). Strategi pembelajaran merupakan komponen penting dalam
sistem pembelajaran. Strategi pembelajaran terkait dengan bagaimana materi disiapkan,
metode apa yang terbaik untuk menyampaikan materi pembelajaran tersebut, dan
bagaimana bentuk evaluasi yang tepat digunakan untuk mendapatkan umpan balik
pembelajaran. Strategi pembelajaran merupakan pengorganisasian isi pelajaran,
penyampaian pelajaran dan pengelolaan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan
berbagai sumber belajar yang digunakan oleh guru guna menunjang terciptanya proses
pembelajaran yang efektif dan efisien. Hal itu berarti bahwa strategi pembelajaran
menggunakan berbagai sumber belajar yang digunakan oleh guru seperti menggunakan
alat peraga, buku teks, dan kartu indeks dalam melaksanakan proses belajar mengajar di
kelas sehingga pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien (Damansyah,
2010: 17).
Didalam dunia pendidikan strategi diartikan sebagai “a plan, method, or series of
activities designed to achieves a particular education goal”. Jadi strategi pembelajaran
dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang
didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Menurut Wina Sanjaya istilah
strategi, sebagaimana banyak istilah lainnya, dipakai dalam banyak konteks dengan
makna yang tidak selalu sama. Di dalam konteks belajar mengajar, strategi berarti pola
umum aktivitas guru-peserta didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar. Sifat
umum pola tersebut berarti bahwa macam dan urutan perbuatan yang dimaksud

AL-FATHANAH: Jurnal Studi Islam dan Pendidikan Agama Islam 47


Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Aceh
Vol. 1, No.1, April 2021
tampak dipergunakan guru- peserta didik di dalam bermacam-macam peristiwa belajar
(Hamruni, 2012: 1-2).
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, strategi bermakna rencana yang cermat
mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Di dalam pembelajaran guru harus
memiliki strategi agar siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan baik. Salah
satu unsur dalam strategi pembelajaran adalah menguasai teknik-teknik penyajian
atau metode mengajar. Bila seseorang akan membimbing murid dalam belajar, maka
perlu mengenal dan menguasai teknik penyajian. Selain itu, juga perlu memahami
karakteristik setiap teknik penyajian (Puji Santoso et. al, 2008: 5).
Dalam dunia pendidikan strategi diartikan sebagai a plan method or series of
activities, designed to achieves a particular educational goal. Sehingga strategi
pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian
kegiatan yang di desain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.(Blogger Evo, 2016)
Menurut Syaiful Bahri (2010:5-6), strategi pembelajaran dapat diartikan
sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan siswa dalam perwujudan kegiatan belajar-
mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan. Oleh karena itu, dapat
dikemukakan empat strategi dasar dalam proses belajar-mengajar yaitu sebagai
berikut:
a. Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan
tingkah laku dan kepribadian siswa sebagaimana yang diharapkan
b. Memilih sistem pendekatan belajar-mengajar berdasarkan aspirasi dan
pandangan hidup masyarakat
c. Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar yang
dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru
dalam menunaikan kegiatan pembelajaran.
d. Menetapkan norma-norma dan batas keberhasilan atau kriteria serta standar
keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam
melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang selanjutnya akan
dijadikan umpan balik buat penyempurnaan sistem intruksional yang
bersangkutan secara keseluruhan.
Strategi pembelajaran merupakan hal yang perlu diperhatikan oleh seorang
instruktur, guru, widyaiswara dalam proses pembelajaran. Paling tidak ada 3 jenis
AL-FATHANAH: Jurnal Studi Islam dan Pendidikan Agama Islam 48
Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Aceh
Vol. 1, No.1, April 2021
strategi yang berkaitan dengan pembelajaran, yakni: (1) Srategi pengorganisasian
pembelajaran, (2) Strategi penyampaian pembelajaran, dan (3) strategi pengelolaan
pembelajaran.
1. Strategi Pengorganisasian Pembelajaran
Strategi pengorganisasian pembelajaran yaitu mengorganisasi isi pembelajaran atau
biasa disebut sebagai struktural strategi. Strategi pengoganisasian mengacu pada cara
untuk membuat urutan dan mensintesis fakta, konsep, prosedur dan prinsip yang
berkaitan. Strategi pengorganisasian, lebih lanjut dibedakan menjadi dua jenis, yaitu
strategi mikro dan strategi makro. Startegi mikro mengacu kepada metode untuk
pengorganisasian isi pembelajaran yang berkisar pada satu konsep, atau prosedur atau
prinsip. Strategi makro mengacu kepada metode untuk mengorganisasi isi pembelajaran
yang melibatkan lebih dari satu konsep atau prosedur atau prinsip. Strategi makro
berurusan dengan bagaimana memilih, menata urusan, membuat sintesis dan rangkuman
isi pembelajaran yang saling berkaitan.
2. Strategi Penyampaian Pembelajaran.
Strategi penyampaian isi pembelajaran merupakan komponen variabel lima metode
untuk melaksanakan proses pembelajaran. Fungsi strategi penyampaian pembelajaran
adalah: menyampaikan isi pembelajaran kepada pelajar, dan menyediakan informasi
atau bahan-bahan yang diperlukan pelajar untuk menampilkan unjuk kerja.
3. Strategi Pengelolaan Pembelajaran
Strategi pengelolaan pembelajaran merupakan komponen variabel metode yang
berurusan dengan bagaimana menata interaksi antara pebelajar dengan variabel metode
pembelajaran lainnya. Strategi ini berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang
pengorganisasian dan penyampaian yang digunakan selama proses pembelajaran. Paling
tidak, ada 3 (tiga) klasifikasi penting variabel strategi pengelolaan, yaitu penjadwalan,
pembuatan catatan kemajuan belajar siswa, dan motivasi.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran
merupakan suatu kegiatan yang harus dilakukan oleh guru dan siswa dalam
proses pembelajaran. Strategi pembelajaran yang diterapkan oleh guru akan tergantung
pada pendekatan yang digunakan sedangkan bagaimana menjalankan strategi itu dapat
diterapkan berbagai metode pembelajaran (Syaiful Bahri Djamarah, 2010)
Adapun macam-macam strategi pembelajaran menurut sanjaya (2006: 65) ,yaitu
AL-FATHANAH: Jurnal Studi Islam dan Pendidikan Agama Islam 49
Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Aceh
Vol. 1, No.1, April 2021
sebagai berikut:
1) Strategi Pembelajaran Langsung
Strategi pembelajaran langsung merupakan pembelajaran yang banyak
diarahkan oleh guru. Pembelajaran langsung biasanya bersifat deduktif. Strategi ini
efektif untuk menentukan informasi atau membangun keterampilan tahap demi tahap.
2) Strategi Pembelajaran Tak Langsung
Strategi pembelajaran tak langsung sering disebut inkuiri, induktif, pemecahan
masalah, pengambilan keputusan dan penemuan. Dalam strategi ini peran peserta didik
sangat dominan dan guru hanya sebagai fasilitator dalam mengelola kelas.
3) Strategi Pembelajaran Interaktif
Pembelajaran interaktif menekankan pada diskusi dan sharing di antara
peserta didik. Diskusi dan sharing memberikan kesempatan peserta didik untuk
bereaksi terhadap gagasan, pengalaman, pendekatan dan pengetahuan guru atau
temannya dan untuk membangun cara alternatif untuk berfikir dan merasakan
(Sanjaya: 2006: 18)
4) Strategi Pembelajaran Empirik (Experiental)
Pembelajaran empirik berorientasi pada kegiatan induktif, berpusat pada
peserta didik, dan berbasis aktivitas. Refleksi pribadi tentang pengalaman dan
formulasi perencanaan menuju penerapan pada konteks yang lain merupakan faktor
kritis dalam pembelajaran empirik efektif.
Pembelajaran merupakan suatu sistem intruksional yang mengacu pada
seperangkat komponen yang saling bergantung satu sama lain untuk mencapai tujuan.
Oleh karena itu, guru tidak boleh hanya memperhatikan komponen-komponen tertentu
saja misalnya metode, bahan, dan evaluasi apa saja, tetapi ia harus mempertimbangkan
komponen secara keseluruhan. Diantara komponen tersebut adalah:
a. Guru Pelaku Pembelajaran
Guru adalah pelaku pembelajaran, sehingga dalam hal ini guru merupakan faktor
yang terpenting. Dalam posisinya guru harus mampu memanipulasi atau merekayasa
komponen lain menjadi bervariasi. Tujuan rekayasa pembelajaran oleh guru adalah
membentuk lingkungan peserta didik supaya sesuai dengan lingkungan ang diharapkan
dari proses belajar peserta didik, yang pada akhirnya peserta didik memperoleh suatu
hasil belajar sesuai dengan yang diharapkan.
AL-FATHANAH: Jurnal Studi Islam dan Pendidikan Agama Islam 50
Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Aceh
Vol. 1, No.1, April 2021
b. Peserta Didik
Peserta didik merupakan komponen yang melakukan kegiatan belajar untuk
mengembangkan potensi kemampuan menajadi nyata untuk mencapai tujuan belajar.
Jadi, dari kedua komponen tersebut sangat mempengaruhi proses pembelajaran
di kelas. Karena tugas seorang guru adalah sebagai fasilitator dan motivator bagi peserta
didiknya, sedangkan peserta didi dituntut untuk bisa aktif dan kreatif dalam proses
pembelajaran.

B. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian library research atau penelitian pustaka
dengan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif deskriptif. Penggunaan
pendekatan deskriptif analisis dalam penelitian ini karena data yang dikumpulkan
berupa kata-kata tertulis yang diperoleh dari berbagai sumber, terutama Al-Qur‟an
dan Hadist serta sumber-sumber lain yang berkaitan dengan tema penelitian ini.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah melakukan identifikasi
wacana, dari buku, artikel, jurnal, web (internet), atau informasi lainnya. Sementara
untuk teknik analisis data yang digunakan peneliti adalah analisis isi (content
analiysis), yaitu teknik yang digunakan untuk mengkaji perilaku manusia secara tidak
langsung melalui analisis terhadap komunikasi mereka seperti konsep, pendapat, teori-
teori, prinsip-prinsip, surat kabar, buku, puisi, film, artikel majalah dan semua jenis
komunikasi yang dapat dianalisis.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN


Fungsi dan tujuan merupakan dasar yang dijadikan landasan untuk menentukan
strategi, materi, media dan evaluasi pembelajaran. Maka dari itu, adapun tujuan strategi
pembelajaran adalah sebagai berikut (Sanjaya, 2006: 18)
1. Bahan Pelajaran
Bahan pelajaran merupakan medium untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
berupa materi yang tersusun secara sistematis dan dinamis sesuai dengan arah tujuan
dan perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan tuntutan.
2. Kegiatan Pembelajaran
Agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal, maka dalam

AL-FATHANAH: Jurnal Studi Islam dan Pendidikan Agama Islam 51


Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Aceh
Vol. 1, No.1, April 2021
menentukan strategi pembelajaran perlu dirumuskan komponen kegiatan pembelajaran
yang sesuai dengan standar proses pembelajaran.
3. Metode
Metode adalah satu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan. Penentuan metode yang akan digunakan oleh
guru dalam proses pembelajaran akan sangat menentukan berhasil atau tidaknya
pembelajaran yang berlangsung.
4. Alat
Alat yang dipergunakan dalam pembelajaran merupakan segala sesuatu
yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
5. Sumber Pembelajaran
Sumber pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai
tempat atau rujukan di mana bahan pembelajaran bisa diperoleh.
6. Evaluasi
Komponen evaluasi merupakan komponen yang berfungsi untuk mengetahui
apakah tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai atau belum, juga bisa berfungsi
sebagai umpan balik untuk perbaikan strategi yang telah ditetapkan.
7. Situasi atau Lingkungan
Lingkungan sangat mempengaruhi guru dalam menentukan strategi
pembelajaran. Lingkungan yang dimaksud adalah situasi dan keadaan fisik (misalnya
iklim, madrasah, letak madrasah, dan lan sebagainya), dan hubungan antar insani,
misalnya dengan teman, dan peserta didik dengan orang lain.
Secara Etimologi (bahasa) akidah berasal dari kata “aqada-ya’qidu-aqdan”,
berarti ikatan perjanjian, sangkutan dan kokoh (Mahmud Yunus, 1972: 274). Disebut
demikian, karena ia mengikat dan menjadi sangkutan atau gantungan segala sesuatu.
Dalam pengertian teknis artinya adalah iman atau keyakinan. Menurut istilah
(terminologi) akidah ialah dasar-dasar pokok kepercayaan atau keyakinan hati seorang
muslim yang bersumber ajaran islam yang wajib dipegang oleh setiap muslim sebagai
sumber keyakinan yang mengikat. Kata akhlak secara etimologi berasal dari bahasa
Arab, bentuk jamak kata khuluq atau al-khulq yang secara bahasa antara lain berarti
budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat (Mahmud Yunus, 1972: 346)

AL-FATHANAH: Jurnal Studi Islam dan Pendidikan Agama Islam 52


Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Aceh
Vol. 1, No.1, April 2021
Akidah adalah salah satu disiplin dari agama ini yang berkaitan dengan
keyakinan dan keimanan, dimana sisi yang lain berkaitan dengan am Aliyah negeri yaitu
fiqih. Dua cabang ilmu ini wajib dipelajari setiap muslim, dengan ilmu aqidah
seseorang akan dapat meluruskan keimanannya yang menjadi pondasi bagi amalan yang
diperbuatnya, dan dengan ilmu fiqih seseorang akan dapat beribadah secara benar sesuai
dengan tuntutan syar’i keduanya, ilmu aqidah dan fiqih merupakan kewajiban
perorangan untuk mempelajarinya, karena keduanya merupakan tuntutan Allah yang
dibebankan akan setiap hamba. Aqidah yang shahih adalah aqidah Islamiyah yang
merupakan pondasi yang menjadi tegaknya agama dan benarnya amal.
Akhlak merupakan konsep kajian terhadap ihsan. Ihsan merupakan ajaran
tentang penghayatan akan hadirnya Tuhan dalam hidup, melalui penghayatan diri yang
sedang menghadap dan berada di depan Tuhan ketika beribadah. Ihsan juga merupakan
suatu pendidikan atau latihan untuk mencapai kesempurnaan Islam dalam arti
sepenuhnya (kaffah), sehingga ihsan merupakan puncak tertinggi dari keislaman
seseorang. Ihsan ini baru tercapai kalau sudah dilalui dua tahapan sebelumnya, yaitu
iman dan islam. Orang yang mencapai predikat ihsan ini disebut muhsin. Dalam
kehidupan sehari-hari ihsan tercermin dalam bentuk akhlak yang mulia (al-akhlak al-
karimah). Inilah yang menjadi misi utama diutusnya Nabi Saw. ke dunia, seperti yang
ditegaskannya dalam sebuah hadisnya: “Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk
menyempurnakan akhlak mulia”. Tugas yang amat berat dan sangat mulia itu dapat
dilaksanakan dengan baik oleh Nabi berkat bimbingan langsung dari Allah Swt. dan
juga didukung oleh kepribadian beliau yang sangat agung. Terkait dengan ini Allah
Swt. Berfirman yang artinya:
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS. al-
Qalam : 4)
Syaikh Abu Bakar Al-Jaziri menyatakan bahwa akidah adalah kumpulan dari
hukum-hukum kebenaran yang jelas yang dapat diterima oleh akal, pendengaran dan
perasaan yang diyakini oleh hati manusia dan dipujinya, dipastikan kebenarannya,
ditetapkan keshalehannya dan tidak melihat ada yang menyalahinya dan bahwa itu
benar serta berlaku selamanya. Seperti keyakinan manusia akan adanya Sang Pencipta,
keyakinan akan ilmu kekuasaan-Nya, keyakinan manusia akan kewajiban ketaatan

AL-FATHANAH: Jurnal Studi Islam dan Pendidikan Agama Islam 53


Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Aceh
Vol. 1, No.1, April 2021
kepada-Nya dan menyempurnakan akhlak-yang dimaksud aqidah dalam bahasa Arab
(dalam bahasa Indonesia ditulis akidah) (Muhammad Daud Ali, 2000: 199)
Secara istilah, menurut Ibn Miskawaih sebagaimana dikutip oleh Abuddin Nata
mengatakan bahwa Akhlaq adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya
untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Senada
dengan ini Imam al-Ghazali sebagaimana dikutip Yunahar Ilyas (2011, 2) mengatakan
bahwa Akhlaq adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-
perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan.
Syaikh Abu Bakar Al-Jaziri menyatakan bahwa akidah adalah kumpulan dari
hukum-hukum kebenaran yang jelas yang dapat diterima oleh akal, pendengaran dan
perasaan yang diyakini oleh hati manusia dan dipujinya, dipastikan kebenarannya,
ditetapkan keshalehannya dan tidak melihat ada yang menyalahinya dan bahwa itu
benar serta berlaku selamanya. Seperti keyakinan manusia akan adanya Sang Pencipta,
keyakinan akan ilmu kekuasaan-Nya, keyakinan manusia akan kewajiban ketaatan
kepada-Nya dan menyempurnakan akhlak-yang dimaksud aqidah dalam bahasa Arab
(dalam bahasa Indonesia ditulis akidah).
Akidah dan akhlak selalu disandingkan sebagai satu kajian yang tidak bisa lepas
satu sama lain. Hal tersebut dikarenakan sebelum melakukan sesuatu akhlak, maka
terlebih dahulu meniatkannya dalam hati (akidah).Semakin baik akidah seseorang, maka
semakin baik pula akhlak yang diaplikasikannya dalam kehidupan seharihari.
Sebaliknya semakin buruk tingkat keyakinan akidah seseorang, maka akhlaknya pun
akan sebanding dengan akidah akhlak dalam kehidupan sehari-hari (Mahjuddin, 2009).
Sama seperti ilmu lainnya, kajian akidah akhlak juga memiliki tendensi yang
kuat untuk dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan jika disuruh
memilih, lebih baik tidak tahu makna akidah dan akhlak secara etimologis daripada
tidak tahu cara berakidah dan berakhlak yang baik. Sebagaimana yang telah disabdakan
rasul tentang hadits Jibril, diantaranya menanyakan tentang iman, tentang Islam, dan
tentang Ihsan. Berarti tiang tonggak Islam itu pertama mengenai akidah, kedua
mengenai syariah (islam),dan tiang tonggak ketiga adalah ihsan, yaitu terkait
hubungannya dengan akhlak. Akhlak di sini menurut Daulay, meliputi akhlak kepada
Allah, akhlak kepada manusia dan kepada alam semesta. Akhlak kepada Allah intinya
AL-FATHANAH: Jurnal Studi Islam dan Pendidikan Agama Islam 54
Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Aceh
Vol. 1, No.1, April 2021
ialah beribadah seolah-olah melihat Allah. Ketiga pilar itu saling terkait, dari sisi
keilmuan berdiri sendiri, tetapi dari sisi praktiknya pengamalannya saling terkait.
Dengan demikian, akhlak mulia adalah buah dari akidah dan syariah yang benar yang
diamalkan oleh si pelakunya dengan sungguh-sungguh dan benar (Haidar putra Daulay,
2014: 134-135)
Menurut pengertian di atas, jelaslah bahwa hakikat akhlak menurut Al-Ghazali
harus mencakup 2 syarat:
a. Perbuatan itu harus konstan yaitu dilakukan berulang kali (kontinu) dalam
bentuk yang sama sehingga dapat menjadi kebiasaan.
b. Perbuatan konstan itu harus tumbuh dengan mudah sebagai wujud refleksi dari
jiwanya tan pertimbangan dan pikiran, yakni bukan adanya tekanan atau paksaan
dari orang lain (Zainuddin et al., 1991:102)
Adapun fungsi pembelajaran Akidah Akhlak adalah sebagai berikut:
1. Penanaman nilai ajaran agama Islam sebagai pedoman mencapai kebahagian
hidup didunia dan akhirat.
2. Pengembangan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT, serta akhlak mulia
peserta didik seoptimal mungkin yang telahditanamkan terlebih dahulu dalam
lingkungan keluarga.
3. Penyesuaian mental peserta didik terhadap lingkungan fisik dansosial melalui
Aqidah dan akhlak.
4. Perbaikan kesalahan-kesalahan, kelemahan-kelemahan peserta didik dalam
keyakinan, pengamalan ajaran agama islam dalam kehidupan sehari-hari.
5. Pencegahan peserta didik dari hal-hal negatif dari lingkungan atau budaya asing
yang akan dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari. Penyaluran peserta didik
untuk mendalami Akidah Akhlak pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Sedangkan Pembelajaran Akidah Akhlak bertujuan untuk menumbuhkan dan
meningkatkan keimanan peserta didik yang diwujudkan dalam akhlak yang terpuji,
melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan pemahaman serta
pengamalan peserta didik tentang Aqidah dan akhlak Islam,sehingga menjadi manusia
muslim yang terus berkembang dan meningkatkan kualitas keimanan dan ketaqwaannya
kepada AllahSWT.

AL-FATHANAH: Jurnal Studi Islam dan Pendidikan Agama Islam 55


Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Aceh
Vol. 1, No.1, April 2021
Pembelajaran Akidah Akhlak begitu penting diajarkan kepada peserta didik
karena dengan belajar Aqidah dan akhlak peserta didik akan menjadi seorang manusia
yang baik, jujur, mempunyai sopan santun,hormat kepada kedua orang tua, guru,
menghargai orang lain dan yang paling utama beriman dan berakhlak mulia kepada
Allah SWT.
Adapun aspek perkembangan hasil pembelajaran Akidah Akhlak adalah:
1. Keimanan. Kemampuan peserta didik mengembangkan pemahaman dan
keyakinan tentang adanya Allah SWT sebagai sumber kehidupan.
2. Pengamalan. Kemampuan mengkondisikan untuk mempraktekkan
dan merasakan hasil pengamalam akhlak mulia danam kehidupan
3. Pembiasaan. Melaksanakan pembelajaran dengan membiasakan sikap dan
perilaku yang baik sesuai dengan ajaran Islam yang terkandung dalam al-Qur’an
dan Hadits.
4. Rasional. Usaha peserta didik meningkatkan kualitas hasil pembelajaran dengan
pendekatan yang memfungsikan rasio peserta didik sehingga isi dan nilai yang
ditanamkan mudah dipahami.
5. Emosional. Upaya peserta didik mengunggah emosi dalam penghayatan Aqidah
dan akhlak mulia sehingga terkesan di dalam jiwa.
6. Fungsional. Menyatukan materi Aqidah dan akhlak yang memberikan manfaat
nyata bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.
7. Keteladanan. Kemampuan meneladani guru dan komponenmadrasah sebagai
teladan yang mencerminkan individu yang memiliki keimanan yang teguh dan
berakhlak mulia.
Dari penjelasan tentang pembelajaran Aqidah Akhlak, ruang lingkup, tujuan dan
aspek-aspeknya dapat diketahui bahwa pembelajaran Akidah Akhlak merupakan
bagian dari Pendidikan Agama Islam yang sangat dibutuhkan oleh setiap peserta didik.
Pendidikan Agama Islam akan pincang tanpa pembelajaran Akidah Akhlak yang
merupakan dasar seseorang itu beriman kepada Allah.
Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta Didik untuk berpartisipasi
aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologi peserta didik.
AL-FATHANAH: Jurnal Studi Islam dan Pendidikan Agama Islam 56
Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Aceh
Vol. 1, No.1, April 2021
Operasionalisasi dari kebijakan tersebut dituangkan dalam peraturan Menteri
Pendidikan dan kebudayaan RI Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses
Pendidikan Dasar dan Menengah. Dijelaskan dalam Lampiran Permedikbud No. 65
Tahun 2013 tersebut pada Bab II bahwa karakteristik pembelajaran pada setiap satuan
pendidikan terkait erat dengan Standar isi. Standar kompetensi lulusan memberikan
kerangka konseptual tentang sasaran pembelajaran yang harus dicapai. Standar isi
memberikan kerangka konseptual tentang kegiatan belajar dan pemebelajaran yang
diturunkan dari tingkat kopetensi dan ruang dan ruang lingkup materi.
Sesuai dengan standar kopetensi lulusan maka sasaran pembelajaran mencakup
pengembangan ranah sikap, pengatahuan, dan keterampilan yang dielaborasi untuk
setiap satuan pendidikan. Dan, untuk memperkuat pendekatan ilmiah (scientific),
tematik terpadu (tematik antar mata pelajaran), dan tematik (dalam, satuan mata
pelajaran) perlu diterapkan pemebelajaran berbasis penyingkapan/penelitian
(discover/inquiry learning). Kemudian, guna mendorong kemampuan peserta didik
untuk menghasilkan karya kontekstual, baik individual maupun kelompok, maka
disarankan menggunakan pendekatan pemebelajaran yang menghasilkan karya berbasis
pemecahan masalah (project based learning).
Berdasarkan dua kebijakan pemerintah tersebut, baik peraturan pemerintahan
maupun permedikbud, dapat dipahami bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran Akidah-
Akhlak di sekolah atau madrasah mulai tahun 2013 ditekankan pada penggunaan
pendekatan tematik-terpadu atau pendekatan saintifik dan atau inkuiri dan atau
pembelajaran berbasis penyingkapan (discover learning), dan atau pemebelajaran yang
menghasilkan karya berbasis masalah (project bosed learning) yang di sesuaikan
dengan karakteristik kompetensi dan jenjang pendidikan.
1. Siswa mencari tahu bukan siswa diberi tahu.
2. Belajar berbasis aneka sumber belajar bukan guru sebagai satu-satunya sumber
belajar.
3. Menggunakan pendekatan proses sebagai penguatan, bukan pendekatan
tekstual.
4. Penggunaan pendekatan ilmiah.
5. Pembelajaran berbasis kompetensi bukan pemebelajaran berbasis konten.
6. Pemebelajaran terpadu bukan pemeblajaran parsial.
AL-FATHANAH: Jurnal Studi Islam dan Pendidikan Agama Islam 57
Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Aceh
Vol. 1, No.1, April 2021
7. Pelajaran yang menekan jawaban tunggal menuju pembelajaran dengan jawaban
yang kebenaranya multi dimensi.
8. Pengajaran yang mengarah pada keterampilan aplikasi.
9. Tingkatan dan juga keseimbangan antara keterampilan fisik dan keterampilan
pada sikap mental.
10. Pembelajaran mengutamakan pemberdayaan perta didik sebagai
pembelajaran sepanjang masa.
Pembelajaran akidah akhlak di Madrasah Ibtidaiyah berisi bahan pelajaran yang
dapat mengarahkan pada pencapaian kemampuan dasar siswa untuk dapat memahami
rukun iman secara sederhana serta pengamatan dan pembiasaan berakhlak Islami untuk
dapat dijadikan landasan perilaku dalam kehidupan sehari-hari serta sebagai bekal untuk
jenjang pendidikan berikutnya.
Menurut Daradjat (1992:39) metode atau sistem yang biasa digunakan dalam
pembelajaran aqidah akhlak diantaranya:
1. Metode Ceramah
Metode ceramah adalah suatu metode dalam pendidikan dimana cara
penyampaian materi kepada anak didik dengan jalan penerapan penuturan secara lisan
untuk menjelaskan uraiannya, guru dapat menggunakan alat-alat bantu mengajar yang
lain, misalnya gambar-gambar, peta, denah atau alat peraga lainnya.
Metode ceramah ini dilakukan dengan cara menyampaikan materi pelajaran
kepada peserta didik secara langsung atau dengan cara lisan. Penggunaan metode ini
sifatnya sangat praktis dan efisien bagi pemberian pengajaran yang bahannya banyak
dan mempunyai banyak peserta didik. Metode ceramah merupakan cara mengajar yang
paling tradisional dan telah lama dijalankan dalam sejarah pendidikan, oleh karena itu
metode ini boleh dikatakan sebagai metode pengajaran tradisional karena sejak dulu
metode ini digunakan sebagai alat komunikasi guru dalam menyampaikan materi
pelajaran.
Setiap metode mengajar ada kekurangan dan kelebihan, tetapi yang terpenting
sebagai seorang guru adalah metode mengajar manapun yang akan digunakan harus
jelas dahulu tujuan yang akan dicapai bahan yang akan diajarkan, serta jenis kegiatan
belajar siswa yang diinginkan. Metode ceramah adalah suatu bentuk penyajian bahan
pengajaran melalui penerangan dan penuturan lisan oleh guru kepada siswa tentang
AL-FATHANAH: Jurnal Studi Islam dan Pendidikan Agama Islam 58
Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Aceh
Vol. 1, No.1, April 2021
suatu topik materi. Dalam ceramahnya guru dapat menggunakan alat bantu/alat peraga
seperti gambar, peta, benda, barang tiruan dan lain-lain. Peran siswa dalam metode
ceramah adalah mendengarkan dengan seksama dan mencatat pokok-pokok penting
yang dikemukakan oleh guru (Mu’awnah, 2011: 27)
2. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah suatu cara penyajian pelajaran bentuk pertanyaan
yang perlu dijawab oleh siswa, penggunaan metode tanya jawab bermaksud memotivasi
siswa untuk bertanya. Metode tanya jawab cocok digunakan untuk mengajar bidang
studi Akidah Akhlak dimana ada siswa yang tidak fokus terhadap pelajaran, karena
pelajaran Akidah Akhlak ini biasanya diberikan pada akhir jam pelajaran dengan
sendirinya siswa jenuh dengan pelajaran lain dan siswa sering mengantuk, dengan
metode ini dapat merangsang kepada apa yang sedang dibicarakan proses belajar
mengajar berjalan guru yang bertanya (mengajukan pertanyaan dan siswa yang
menjawab) sehingga dapat terangsang perhatiannya pada masalah yang sedang
dibicarakan.
Guru dan siswa merupakan dua faktor penting dalam setiap penyelenggaraan
proses pembelajaran di kelas. Guru sebagai unsur utama dalam proses pembelajaran.
Oleh sebab itu guru harus merancang model pembelajaran yang efektif, sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai secara optimal. Metode tanya jawab adalah penyampaian
pelajaran dengan jalan guru bertanya, sedangkan murid-murid menjawab. Pada
umumnya metode ini sebagai rangkaian tindak lanjut metode ceramah ( Mu’awanah,
2011: 28). Maka, dalam cara ini paling tidak ada dua tugas yakni:
a. Memberikan kesempatan bertanya, yang mengandung latihan kemauan atau
keberanian bertanya.
b. Sebagai tolak ukur untuk mangetahui, sampai seberapa jauh pelajaran itu di
pahami anak didik. Dengan begitu di buka pintu jalur lintas dua arah, yaitu dari
pengajar kepada anak didik dan sebaliknya.
3. Metode Pemberian Tugas
Pemberian tugas adalah suatu pekerjaan yang harus siswa selesaikan tanpa
terikat dengan tempat pemberian tugas belajar, biasanya dikaitkan dengan resitasi
adalah suatu persoalan yang berhubungan dengan masalah pelaporan siswa sesudah
setelah mereka selesai mengerjakan suatu tugas.
AL-FATHANAH: Jurnal Studi Islam dan Pendidikan Agama Islam 59
Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Aceh
Vol. 1, No.1, April 2021
Metode pemberian tugas juga merupakan suatu cara mengajar yang digunakan
untuk membimbing siswa memecahkan persoalan dengan cara memberikan tugas epada
siswa, yang dikerjakan didalam proses belajar mengajar di kelas. Tugas tersebut harus
diselesaikan dan dikuasai siswa dalam jangka waktu tertentu, kemudian dipertanggung-
jawabkan kepada guru yang bersangkutan. etode pemberian tugas sebagai salah satu
metode yang dikaji penulis dalam pembahasan ini tentunya juga memiliki kelemahan
dan kelebihan seperti halnya dengan metode yang lain. Mengenai kelemahan dan
kelebihan metode pemberian tugas adalah sebagai berikut :
a. Baik sekali untuk mengisi waktu luang dengan hal-hal yang konstruktif.
b. Memupuk rasa tanggung jawab dalam segala tugas pekerjaan, sebab dalam
metode ini anak harus mempertanggungjawabkan segala sesuatu (tugas) yang
telah dikerjakan.
c. Memberi kebiasaan anak untuk belajar.
d. Memberi tugas anak yang bersifat praktis
4. Metode Diskusi
Diskusi adalah memberikan alternative jawaban untuk membantu
menyelesaikan masalah dan metode ini merupakan bagian yang terpenting dalam
menjelaskan sesuatu masalah. Serta membantu siswa untuk berpikir dan mengeluarkan
pendapat sendiri. Metode ini juga memiliki kelebihan dan kekurangannya (Syaiful Bahri
Djamarah & Aswan Zain, 1010)
Metode diskusi juga merupakan suatu cara penyajian bahan pelajaran dimana
guru memberi kesempatan kepada para siswa (kelompok-kelompok siswa) untuk
mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan
atau penyusun berbagai alternatif pemecahaan atas sesuatu masalah.Namun tidak
semua kegiatan bertukar pikiran dapat dikatakan berdiskusi. Diskusi pada dasarnya
adalah suatubentuk tukar pikiran yang teratur dan terarah, baik dalam kelompok
kecilatau besar, dengan tujuan untuk mendapatkan suatu pengertian, kesepakatan,dan
keputusan bersama mengenai suatu masalah.
5. Metode Latihan
Metode latihan adalah cara mengajar untuk menanamkan kebiasaan tertentu juga
sebagai sarana untuk memelihara kebiasaan yang baik selain itu metode ini dapat
digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketetapan, kesempatan dan
AL-FATHANAH: Jurnal Studi Islam dan Pendidikan Agama Islam 60
Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Aceh
Vol. 1, No.1, April 2021
keterampilan. Sedangkan Roestiyah mengungkapkan metode latihan adalah cara
mengajar dimana siswa melaksanakan kegiatan-kegiatanlatihan, agar siswa memiliki
ketangkasan atau keterampilan yang lebihtinggi dari apa yang telah dipelajari
(Roestiyah, 2001: 125)
Metode latihan yang disebut juga dengan training, juga merupakan suatu cara
mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Juga sebagai
sarana untuk memelihara kebiasaan-kebiasaan yang baik. Selain itu metode ini juga baik
untuk memperoleh suatu ketangkasan,ketepatan, kesempatan dan keterampilan (Syaiful
Bahri Djamarah & Aswan Zain, 1010).
Mengajarkan kecakapan dengan metode latihan,setiap guru harus mengetahui
sifat kecakapan itu sendiri, seperti: kecakapan sebagai penyempurnaan dari pada suatu
arti dan bukan sebagai hasil proses mekanis semata-mata. Kecakapan tersebut dikatakan
benar, bila hanya menentukan hal yang rutin yang dapat dicapai dengan pengulangan
yang tidak menggunakan pikiran, sebab kenyataan bertindak atau berbuat harus sesuai
dengan situasi dan kondisi.
6. Metode Pembiasaan
Metode pembiasaan adalah cara atau upaya yang praktis dalam pembentukan
(pembinaan) dan persiapan anak. Metode pembiasaan merupakan salah satu upaya
pendidikan yang baik dalam pembentukan manusia dewasa. Oleh karena itu, dapat
diambil suatu pengertian bahwa yang dimaksud metode pembiasaan adalah sebuah cara
yang dipakai pendidik untuk membiasakan anak didik secara berulangulang sehingga
menjadi kebiasaan yang sulit ditinggalkan dan akan terus terbawa sampai di hari tuanya.
Pengertian pembiasaan dapat diartikan sebagai sebuah cara yang dapat
dilakukan untuk membiasakan anak didik berfikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan
tuntutan ajaran islam. Pembiasaan dinilai efektif jika penerapannya dilakukan terhadap
peserta didik yang berusia kecil. Karena memiliki “rekaman” ingatan yang kuat dan
kondisi kepribadian yang belum matang, sehingga mereka mudah terlarut dengan
kebiasaan-kebiasaan yang mereka lakukan sehari-hari (Armai Arief, 2002:110).

D. KESIMPULAN
Agama Islam memandang akhlak sangat penting bagi manusia,bahkan
merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Kepentingan
AL-FATHANAH: Jurnal Studi Islam dan Pendidikan Agama Islam 61
Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Aceh
Vol. 1, No.1, April 2021
akhlak ini tidak saja dirasakan oleh manusia itu sendiri dalam kehidupan berkeluarga
dan bermasyarakat bahkan dalam kehidupan bernegara. Akhlak dirasakan sangat
penting begi kehidupankarena dengan akhlak maka seseorang mampu mengatur
kehidupannyadan mampu membedakan mana perbuatan yang baik dan mana
perbuatanyang tidak baik (tercela).
Adapun strategi pembeajaran Akidah Akhlak dapat dilaksanakan dengan
berbagai metode seperti metode ceramah, tanya jawab, pemberian tugas, diskusi, latihan
dan pembiasaan. Aneka strategi dan metode yang diterapkan diharapkan dapat
mewujudkan tujuan dan manfaat pembelajaran Akidah Akhlak yang mencetak generasi
bertakwa dan berakhlak mulia.

E. REFERENSI
Ali, M.D. (2000). Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Ali, M.D. (2002). Akidah Akhlak ,Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.
Arikunto, Suharsimi. (2014). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Arif, A. (2002). Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta:Ciputat
Press.
Blogger - Evo, Strategi Pembelajaran dalam www.sarjanaku.com/ diakses Tanggal
17 Januari 2016
Daradjat, Z. (1992). Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara.
Darmasyah, (2010). Strategi Pembelajaran Menyenangkan dengan Humor,Jakarta:
PT. Bumi Aksara.
Departemen Agama RI. (1999). Al Qur’an dan Terjemahnya. Semarang: CV. Asy
Syifa’.
Departemen Agama RI. (2004). Pola Pembinaan Pendidikan Agama Islam Terpadu.
Jakarta, Dirjen Kelembagaan Agama Islam.
Djamarah, S. B dan Zain, A. (2010). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Echols, J dan Hassan Shadily, (2005). Kamus Inggris Indonesia. Cet. XXVI; Jakarta:
Gramedia, 2005.
Daulay, P.D. ( 2014). Pendidikan Islam Dalam Perspektif Filsafat, Jakarta: Kencana.
Hamruni, (2012). strategi pembelajaran, Yogyakarta:Insan Madani.
Hasan, Iqbal. (2004). Analisis Data Penelitian Dengan Statistik, Jakarta: Bumi Aksara.
Ilyas, Y. (2011), Kuliah Akhlaq, cet. XI , Yogyakarta: LPPI Lembaga pengkajian dan
pengamalan Islam.
Kontjaningrat,(1991). Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, cet 11.
Mahjuddin, (2009). Akhlak Tasawuf, Jakarta: KalamMulia.
AL-FATHANAH: Jurnal Studi Islam dan Pendidikan Agama Islam 62
Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Aceh
Vol. 1, No.1, April 2021
Mardalis, (2006). Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, Jakarta: PT. Bumi
Aksara.
Mardianto, (2012). Psikologi Pendidikan , Medan: Perdana Publishing.
Margono, (2004). Metode Penelitian Pendidikan, Cet, IV, Jakarta: Rhineka Cipta,.
Margono, S. (2003). Metodologi Peneitian Pendidikan. Jakarta:PT Asdi Mahasatya.
Mu’awanah, (2011). Strategi Pembelajaran Cet 1 Kediri: Stain Kediri Press.
Nata, A. (2011). Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, Cet. II; Jakarta:
Kencana.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 tahun 2007.
Rahmat, J. (2004). Metode Penelitian Komunikasi, Bandung: Roada Karya.Syaiful
Bahri Djamarah dan Aswan Zain, 2010.Strategi Belajar Mengajar,Jakarta:
Rineka Cipta.
Santoso, P. dkk, (2008). Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD,Jakarta:
Universitas Terbuka.
Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sjarkawi, (2011) Pembentukan Kepribadian Anak, Peran Moral, Intelektual, Emosional
dan Sosial sebagai Wujud Integritas Membangun Jati Diri Cet. IV; Jakarta:
Bumi Aksara.
Sugiyono, (2010). Metode penelitian kualitatif, Bandung: Alfabeta.
Sudjana, S. (1989). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Sinar Baru
Algensindo
Susanto, A. (2016). Manajemen Peningkatan Kinerja Guru, Jakarta: Prenadamedia
Group.
., http://www.te knologipendi dikan .net.
Syaiful, S. (2009). Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung : Alfabeta.
Tim Dosen Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 1991. Metodologi
Pengajaran Agama, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Umar, H. (2005). Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Yatimin, Husni Thamrin. Strategi Pembelajaran Akidah Akhlak Melalui Pendekatan
Sufistik Untuk Madrasah Tsanawiyah Propinsi Riau. Jurnal Ilmiah Keislaman,
Vol. 16, No. 1, Januari -Juni, 2017.
Yunus, M. (1972). Kamus Arab-Indonesia, Jakarta: PT Hidakarya Agung.
Zainuddin dkk, 1991.Seluk Beluk Pendidikan al-Ghazali, Jakarta: Bumi Aksara.

AL-FATHANAH: Jurnal Studi Islam dan Pendidikan Agama Islam 63


Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Aceh
Vol. 1, No.1, April 2021

Anda mungkin juga menyukai