Anda di halaman 1dari 24

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Strategi

Menurut Syaiful Bahri Djamarah, “strategi merupakan sebuah cara

atau sebuah metode, sedangkan secara umum strategi memiliki pengertian

suatu garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang

telah ditentukan.1 Strategi hampir sama dengan kata taktik, siasat atau politik.

adalah suatu penataan potensi dan sumber daya agar dapat efisien memperoleh

hasil suatu rancangan. Siasat merupakan pemanfaatan optimal situasi dan

kondisi untuk menjangkau sasaran. Strategi mengajar pada dasarnya adalah

tindakan nyata dari guru atau merupakan praktik guru melaksanakan

pengajaran melalui cara tertentu yang dinilai efektif dan efisien. Dengan kata

lain strategi mengajar adalah politik atau taktik yang digunakan guru dalam

proses pembelajaran di kelas.

Dalam militer strategi digunakan untuk memenangkan suatu

peperangan, sedang taktik digunakan untuk memenangkan pertempuran 2

Mengemukakan strategy is perceived as plan or a set of explicitintention

preceeding and controlling actions (strategi dipahami sebagai rencana atau

1
Syaiful Bahri Djamaroh, Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka cipta. 2002)
2
Noeng Muhajir, Ilmu Pendidikan dan Perubahan Sosial: Teori Pendidikan Pelaku Sosial Kreatif
(Yogyakarta: Rake Sarasin, 2000), 138-139

8
kehendak yang mendahului dan mengendalikan kegiatan) 3. Guru adalah

pendidik Profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,

mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada

pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan

pendidikan menengah4. Guru adalah salah satu tenaga kependidikan yang

secara professional-pedagogis merupakan tanggung jawab besar di dalam

proses pembelajaran menuju keberhasilan pendidikan, khususnya keberhasilan

para siswanya untuk masa depannya nanti5 Namun jika dihubungkan dengan

belajar mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola umum kegiatan guru

murid dalam perwujudan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah

digariskan6, atau dengan kata lain, strategi belajar mengajar merupakan

sejumlah langkah yang direkayasa sedemikian rupa untuk mencapai tujuan

pengajaran tertentu. Untuk melaksanakan tugas secara professional, guru

memerlukan wawasan yang mantap tentang strategi belajar mengajar yang

sesuai dengan tujuan belajar mengajar yang dirumuskan. Ada beberapa prinsip

yag perlu diperhatikan dalam menggunakan strategi pembelajaran, prinsip

umum strategi pembelajaran adalah bahwa tidak semua strategi pembelajaran

cocok digunakan untuk mencapai tujuan dan semua keadaan. Oleh sebab itu

guru perlu memahami prinsip – prinsip umum penggunaan strategi


3
Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya 2013), 3
4
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) danSukses
dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009), Hal 54
5
Anissatul Mufarokah, Strategi dan model-model pembelajaran, (Tulungagung: STAINTulungagung
Pres,2013) hal 1
6
Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetyo, Strategi belajar Mengajar (Bandung: Pustaka Setia, 2017),11

9
pembelajaran yang berorientasi pada tujuan kompetensi, aktivitas,

individualitas, dan integritas. Selain prinsip umum ada pula prinsip khusus

yaitu interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi. 7

Strategi ialah langkah–langkah terencana dan bermakna luas hasil

pemikiran mendalam berdasarkan teori dan pengalaman tertentu. Jadi strategi

adalah garis besar haluan kegiatan pembelajaran untuk mencapai perubahan

yang diharapkan secara efektif dan efisien8. Tujuan diadakannya strategi

menurut Suharsimi Arikunto adalah agar setiap unsur pendidikan dapat

bekerja tertib sehingga tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien.

2. Komponen Strategi

Sebagaimana dikatakan Abuddin Nata bahwa strategi harus

mengandung empat komponen yaitu :

a. Penetapan perubahan yang diharapkan, seperti aspek, wawasan,

pemahaman, keterampilan, sikap, dan sebagaimana. Penetapan perubahan

ini penting dilakukan agar kegiatan pembelajaran dapat terarah dan

memiliki tujuan yang pasti. Penetapan perubahanyang diharapkan ini

selanjutnya dituangkan dalam tujuan pengajaran yang jelas dan kongkret .

b. Penetapan Pendekatan yaitu sebuah kerangka analisis yang akan digunakan

dalam memahami suatu masalah dengan menggunakan tolok ukur sebuah

7
Hamruni, Strategi dan Model – Model Pembelajatan Aktif Menyenangkan, ) Yogjakarta Fakultas
Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga, 2009), hal.21
8
Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Predana Media
Group , 2009) hal.26

10
disiplin ilmu pengetahuan, tujuan yang ingin dicapai, langkah-langkah

yang akan digunakan atau sasaran yang akan dituju.

c. Penetapan Metode yaitu dengan mempertimbangkan tujuan yang hendak

dicapai, baham pelajaran yang akan diberikan, kondisi anak didik,

lingkungan dan kemampuan guru sendiri.

d. Penetapan norma keberhasilan, yaitu pegangan yang dijadikan ukuran

untuk menilai sejauh mana keberhasilan tugas-tugas yang telah dilakukan9

3. Strategi Pembelajaran

Pengertian starategi biasanya berkaitan dengan taktik (terutama banyak

dikenal dalam lingkungan militer). Taktik adalah segala cara dan daya untuk

mengahadapi sasaran tertentu dalam kondisi tertentu agar memperoleh hasil

yang diharapkan secara maksimal. Dalam proses pendidikan, teknik tidak

lazim digunakan, akan tetapi pergunakan istilah metode atau teknik. Metode

dan teknik mempunyai pengertian yang berbeda meskipun tujuannya sama

Jadi strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi

tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan

tertentu. Di dalam konteks belajar mengajar, strategi berarti pola umum

aktivitas guru-peserta didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar10

4. Tinjauan Tentang Strategi Guru PAI dalam Menyetarakan ilmu Agama

9
Ibid .,hal 210
10
Epon Ningrum, Pengembangan Strategi Pembelajran, (Bandung : CV. Putra Setia, 2013), hal.42

11
Pendidikan agama islam merupakan usaha sadar yang dilakukan

pendidik dalam mempersiapkan peserta didik yang meyakini, memahami, dan

mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, atau

pelatihan yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah di

tetapkan . Pendidikan Agama Islam (PAI) di samping bertujuan untuk

menginternalisasikan (menanamkan dalam pribadi) nilai-nilai Islami juga

mengembangkan anak didik agar mampu mengamalkan nilai- nilai itu secara

dinamis dan fleksibel dalam batas–batas konfigurasi idealis wahyu Tuhan.

Dalam arti, Pendidikan Agama Islam secara optimal harus mampu mendidik

anak agar memiliki kedewasaan dan kematangan berfikir, beriman dan

bertaqwa kepada Allah SWT.

Menurut teori Abuddin Nata secara essensial strategi guru Pendidikan

Agama Islam basisnya terdiri dari tiga unsur pokok yakni pendidik, peserta

didik, dan tujuan pendidikan. Ketiga unsur ini akan membentuk suatu

Triangle, jika hilang salah satu komponen tersebut maka hilanglah hakikat

dari pendidikan Islam. Oleh karena itu dalam memberikan pendidikan dari

guru kepada peserta didik memerlukan sebuah materi untuk mencapai tujuan.

Berdasarkan apa yang sudah dijelaskan diatas dapat disimpulkan

bahwa defenisi konseptual strategi Guru PAI dalam kajian ini adalah langkah-

langkah terencana yang dilakukan Guru PAI dalam mempersiapkan peserta

didik yang meyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran agama Islam

melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan kegiatan yang sudah

12
direncanakan yang bertujuan untuk menumbuhkan dan membangun keimanan

peserta didik melalui pemberian dan pemupukan ilmu pengetahuan ,

penghayatan, serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga

menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan,

ketaqwaan kepada Allah serta berahlak mulia dalam kehidupan pribadi dalam

kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

5. Macam–Macam Strategi Pembelajaran

a. Strategi discovery learning adalah teori belajar yang didefinisikan sebagai

proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan

pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan mengorgasikan

sendiri.11

Gambar 1.1 strategi pembelajaran discovery learning

b. Strategi Inkuiri Learning didefinisikan oleh Piaget (Sund dan Trowbridge,

1973) sebagai: pembelajaran yang mempersiapkan situasi bagi anak untuk


11
Masitah dan Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, Jakarta : Direktorat JenderalPendidikan Islam
Departemen Agama RI, 2011, h. 141

13
melakukan eksperimen sendiri; dalam arti luas ingin melihat apa yang

terjadi, ingin melakukan sesuatu, ingin menggunakan simbul-simbul dan

mencari jawaban atas pertanyaan sendiri, menghubungkan penemuan yang

satu dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukan

dengan yang ditemukan orang lain.

Gambar 1.2 strategi pembelajaran inkuiri learning

c. Strategi Problem Based Learning (PBL) adalah metode pengajaran yang

bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk para peserta

didik belajar berfikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah, dan

memperoleh pengetahuan (Duch,1995).

14
Gambar 1.3 strategi pembelajaran Problem Based Learning

d. Strategi Project Based Learning adalah pembelajaran yang menggunakan

proyek/kegiatan sebagai media. Peserta didik melakukan eksplorasi,

penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai

bentuk hasil belajar.

Gambar 1.4 strategi pembelajaran Project Based Learning

e. Strategi Saintifik Learning adalah Proses pembelajaran yang dirancang

sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep,

hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk

15
mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah,

mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan

berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan

mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”. 12

Gambar 1.5 strategi pembelajaran saintifik learning

B. Kajian tentang Guru Pendidikan agama Islam

1. Pengertian Guru Agama Islam

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

menegaskan bahwa guru dan dosen wajib memiliki kualifikasi akademik,

kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, dan memenuhi

kualifikasi lain yang dipersyaratkan satuan pendidikan tinggi tempat bertugas,

serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Guru Agama Islam adalah orang yang melaksanakan bimbingan terhadap

12
Ibid...,h. 232

16
siswa secara Islami, dalam suatu situasi pendidikan Islam untuk mencapai

tujuan yang diharapkan sesuai dengan ajaran Agama Islam.13

Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) yaitu upaya sadar dan terencana

dalam menyiapkan peserta didik untuk mengebal, memahami, menghayati,

mengimani, bertakwa, dan berakhlakul mulia dalam mengamalkan ajaran

agama Islam dari sumber utamanya yaitu Al-Qur’an dan Hadist

melaluikegiatan bimbingan, pengajaran, latihan serta penggunaan

pengalaman14

2. Peran Guru PAI

Peran guru PAI dalam menanamkan akhlakul karimah peserta didik juga

sama dengan guru pada umumnya, yaitu sama-sama mempunyai tanggung

jawab dan kewajiban dalam menanamkan akhlakul karimah peserta didik

dengan cara: memberi contoh atau teladan, memberi motivasi, memberi

teguran, memberikan bimbingan, dan latihan pembiasaan baik dari segi

ucapan maupun dalam bertingkah laku, hanya berbeda dalam aspek-aspek

tertentu saja terutama yang erat kaitannya dengan misinya sebagai pendidik

pada umumnya. Di antara peran guru tersebut antara lain :

a. Sebagai pendidik dan pengajar, bahwasannya setiap guru berperan

melakukan transfer ilmu pengetahuan, mengajarkan, dan membimbing

13
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
14
Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran PAI, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2012), h. 11

17
anak didiknya serta mengajarkan tentang segala sesuatu yang berguna bagi

mereka dimasa depan. Pendidik juga adalah seseorang yang bertanggung

jawab terhadap berlangsungnya proses pertumbuhan dan perkembangan

potensi anak didik, baik potensi kognitif maupun potensi psikomotoriknya.

b. Sebagai anggota masyarakat, guru berperan membangun interaksi dan

hubungan sosial masyarakat, dan menjadi bagian dari masyarakat.

c. Sebagai administrator, seorang guru berperan melaksanakan semua

administrasi sekolah yang berkaitan dengan pendidikan dan pembelajaran.

d. Sebagai pengelola pembelajaran, bahwasannya guru berperan aktif dalam

menguasai berbagai metode pembelajaran dan memahami situasi belajar

mengajar di dalam maupun di luar sekolah15.

C. Konsep Pondok Pesantren

1. Pengertian Pondok Pesantren

Istilah Pondok berasal dari pengertian Asrama-Asrama para santri yang

disebut Pondok atau tempat tinggal yang dibuat dari bambu atau berasal dari

bahasa arab fundug, yang berarti Hotel atau Asrama. Sedangkan perkataan

Pesantren berasal dari kata santri1 , dengan awalan pe- dan akhiran an- yang

berarti tempat para santri. Sedangkan menurut Nurcholis Madjid terdapat dua

pendapat tentang arti kata “santri” tersebut. Pertama, pendapat mengatakan

15
Imam Wahyudi, Mengejar Frofesionalisme Guru, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2012), h.

45-46

18
berasal dari kata “shastri”, yaitu sebuah kata yang berasal melek huruf. Kedua,

pendapat mengatakan bahwa kata tersebut berasal dari bahasa jawa “cantrik”

yang berarti seseorang yang selalu mengikuti seorang guru kemanapun guru itu

pergi menetap.. Nama “pesantren” sering kali dikaitkan dengan kata “santri”

yang mirip dengan istilah bahasa India “shastri” yang berarti orang yang

mengetahui buku- buku suci agama Hindu atau orang yang ahli dalam kitab

suci16.

Secara etimologi, istilah pondok pesantren merupakan dua kata bahasa

asing yang berbeda. Pondok berasal dari bahasa arab funduq yang berarti

tempatmenginap atau asrama, wisma sederhana, karena pondok memang

merupakan tempat tinggal sederhanan yang diperuntukkan bagi para santri yang

jauh daritempat asalnya17

Adapun pengertian pesantren secara istilah adalah lembaga

pendidikantradisional Islam untuk mempelajari, mendalami, memahami,

mengamalkan danmengahayati ajaran Islam dengan menekankan pentingnya

moral keagamaansebagai pedoman perilaku sehari-hari18

Secara terminologi, KH. Imam Zarkasih mengartikan pesantren sebagai

lembaga pendidikan Islam dengan sistem asrama atau pondok, di mana kyai

sebagai figur sentral, masjid sebagai pusat kegiatan yang menjiwainya, dan

16
Abdurrahman Mas’ud, Intelektual Pesantren dan Perhelatan Agama dan Tradisi,(Yogyakarta: Lkis,
2004) h. 17
17
Zamakhsyari Dhofier. Tradisi Pesantren, Studi Tentang Pandangan Hidup Kiyai (Jakarta: LP3ES,
2011) h. 48
18
Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren (Jakarta: INIS, 1994), h. 55

19
pengajaran agama Islam di bawah bimbingan kyai yang diikuti santri sebagai

kegiatan utamanya. Pesantren sekarang ini merupakan lembaga pendidikan

Islam yang memiliki ciri khas tersendiri. Lembaga pesantren ini sebagai

lembaga Islam tertua dalam sejarah Indonesia yang memiliki peran besar dalam

proses keberlanjutan pendidikan nasional. 19

Dari berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan Pondok Pesantren

adalah Lembaga pendidikan agama Islam yang dipimpin oleh seorang pengasuh

yang disebut Kyai yang mempunyai karismatik dan bersifat independent

dimana santri disediakan tempat untuk menginap yang digunakan untuk

memperdalam ilmu agama Islam

2. Unsur – Unsur Pondok Pesantren

Unsur-unsur dalam Pesantren dapat disebut sebagai ciri-ciri yang secara

umum dimiliki oleh Pondok Pesantren sebagai lembaga pendidikan sekaligus

lembaga sosial yang secara informal itu terlibat dalam pengembangan

masyarakat pada umumnya, Tapi kalau dilihat dari berdirinya Pesantren, maka

kelima elemen itu urut-urutannya adalah: Kiyai, Masjid, Santri, Pondok, dan

pengajaran kitab-kitab Islam klasik. Kiyai sebagai cikal-bakal berdirinya

pesantren, biasanya tinggal di suatu tempat yang baru dan cukup luas. Karena

terpanggil untuk berdakwah, maka dia mendirikan Masjid yang terkadang

bermula dari Mushalla atau langgar yang sederhana, jama’ah semakin banyak,

19
K.H. Imam Zarkasyi dalam seminar Pondok Pesantren se-Indonesia di Yogyakarta, 4 s/d 7 juli 1965,
dalam diktat pekan perkenalan (Gontor :tth) h.11-14

20
dan yang bertempat tinggal jauh dari tempat pertemuan tersebut, maka para

jama’ah ingin menetap bersama kiyai. Mereka inilah dan para jama’ah yang

lain biasanya disebut sebagai santri. Jika mereka yang bermukim disitu

jumlahnya cukup banyak, maka perlu dibangunkan Pondok atau asrama khusus

sebagai tempat peristirahatan setelah melaksanakan kegiatan, agar tidak

mengganggu ketenangan Masjid dan keluarga kiyai. Dengan mengambil tempat

di masjid, kiyai mengajar para santrinya dengan materi kitab-kitab Islam klasik.

Untuk lebih jelasnya, lima elemen tersebut hendak diuraikan sebagai

berikut:

a. Kiyai

Dengan adanya seorang kiyai merupakan ciri yang palingesensial bagi

suatu pesantren. Kyai pada hakekatnya adalah gelaryang diberikan kepada

seseorang yang mempunyai ilmu di bidangagama dalam hal ini agama Islam.

Dalam tulisan ini, kiyai merupakan suatu personifikasi yang erat kaitannya

dengan Pondok Pesantren Terlepas dari anggapan kyai sebagai gelar yang

sakral,maka sebutan kyai muncul di dunia pondok pesantren. kyai dan

pesantren merupakan dua sisi yang selalu berjalan bersama. Bahkan“kyai

bukan hanya pemimpin pondok pesantren tetapi juga pemilikpondok

pesantren”. sedangkan sekarang kyai bertindak sebagaikoordinator20

20
M. Bahri Ghazali, Pendidikan Pesantren Berwawasan Lingkungan (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya,
2001) h. 19-21

21
Para kiyai dengan kelebihan pengetahuannya dalam Islam, seringkali

dilihat sebagai orang yang senantiasa dapat memahami keagungan Tuhan

dan rahasia alam, sehingga dengan demikian mereka dianggap memiliki

kedudukan yang tidak terjangkau, terutama oleh kebanyakan orang awam.

Dalam beberapa hal, mereka menunjukkan kekhususan dalam bentuk-bentuk

pakaian yang merupakan simbol kealiman berupa kopyah putih

dan sorban.21

b. Santri

Pada dasarnya santri berkaitan erat dengan keberadaan kyai dan

pesantren. Istilah santri hanya terdapat di pesantren sebagai peserta didik

yang haus akan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh seorang kyai yang

memimpin sebuah pesantren.Menurut Nurcholis Majid Bilik-bilik pesantren,

menunjukkan bahwa paling tidak, ada dua pendapat yang menjadi acuan

mengenai asal-usul kata santri adalah :

1) Bahwa santri itu berasal dari bahasa sansekerta yang berarti melek

huruf, melek kitab atau melek agama

2) Bahwa kata santri atau penyebutan sebenarnya berasal dari bahasa jawa

yaitu cantik, yang artinya seseorang yang mengikuti kemana gurunya

pergi.22
21
Babun Suharto, Dari Pesantren untuk Umat Reinventing Eksistansi Pesantren di Era Globalisasi,(Surabaya:
Imtiyaz, 2011) h.1

22
Abdul Munir Malkham, Menggagas Pesantren Masa Depan (Jakarta : Qirtas, 2003) h. 250

22
c. Masjid

Pada hakekatnya masjid merupakan pusat kegiatan orang-orang Islam

baik dalam urusan duniawi maupun ukhrawi dalam ajaran Islam, karena

pengertian yang lebih luas dan maknawi masjid memberikan indikasi

sebagai kemampuan seorang abdi dalam mengabdi kepada Allah yang

disimbolkan sebagai adanya masjid. Unsur pokok kedua dari pesantren

adalah masjid, disamping berfungsi sebagai tempat melakukan solat

berjamaah setiap waktu solat juga berfungsi sebagai tempat belajar

mengajar. Masjid telah menjadi pusat pendidikan Islam sejak zaman

Rasullulah SAW, di manapun kaum muslimin berada mereka selalu

menggunakan Masjid sebagai tempat pusat pendidikan, aktifitas administrasi

dan kultur serta tempat pertemuan.Pada hakekatnya masjid merupakan pusat

kegiatan orang-orang Islam baik dalam urusan duniawi maupun ukhrawi

dalam ajaran Islam, karena pengertian yang lebih luas dan maknawi masjid

memberikan petunjuk sebagai kemampuan seorang abdi dalam mengabdi

kepada Allah yang disimbolkan sebagai adanya masjid23

d. Pondok atau Asrama

Pada umumnya setiap pesantren memiliki pondokan. Dalam

pesantren, pada dasarnya pondok merupakan dua kata yang sering

23
M. Bahri Ghazali, Pendidikan Pesantren Berwawasan Lingkungan (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya,
2001), h. 18-19

23
penyebutannya tidak dipisahkan menjadi “Pondok Pesantren”. Yang berarti

keberadaan pondok dalam pesantren merupakan wadah,pembinaan

penggemblengan, pendidikan serta pengajaran ilmu pengetahuan.Bagi para

santri kedudukan pondok sangatlah utama sebab didalamnya santri tinggal

belajar ditempa diri pribadinya dengan kontrol seorang ketua asrama atau

kyai yang memimpin pesantren itu. Dengan santri yang tinggal di asrama

mempermudah kyai dalam mengajarkan dan mendidik segala bentuk jenis

ilmu yang telah ditetapkan sebagai kurikulumnya. Begitu pula santri dapat

melatih diri dengan ilmu-ilmu praktis seperti kemampuan menghafal al-

Qur’an, kepandaian berbahasa Inggris dan Arab dan begitu pula dengan

keterampilan yang lain melalui pondok pesantren. Sebab di dalam pondok

pesantren santri saling kenal mengenal dan terbina kesatuan mereka untuk

saling isi mengisi dan melengkapi diri dengan ilmu pengetahuan.

e. Pengajaran Kitab Islam klasik

Kitab kuning yang terpengaruh oleh warna kertas. Kitab-kitab itu

ditulis oleh ulama zaman dulu yang berisikan tentang ilmu keislaman seperti

fiqih, hadist, tafsir, maupun tentang akhlak yang dikenal dengan istilah

kitab-kitab Islam klasik.Ada dua hal utama seorang santri belajar kitab-kitab

tersebut yaitu santri ingin mendalami isi kitab maka secara tidak langsung

juga mempelajari bahasa Arab sebagai bahasa kitab tersebut. Olehkarena itu

seorang santri yang telah tamat menepuh pendidikan dipesantren cenderung

memiliki pengetahuan bahasa Arab, yaknimampu memahami isi kitab dan

24
sekaligus juga mampu menerapkan bahasa kitab tersebut menjadi bahasanya.

Hal ini menjadi ciri seorang santri yang telah menyelesaikan studinya di

pondok pesantren24

3. Peran Pondok Pesantren

Sejarah Nasional telah mencatat peranan besar pesantren dalam

memperjuangkan bangsa baik sebelum kemerdekaan maupun sesudah

kemerdekaan. Pada masa sebelum kemerdekaan, pesantren yang tersebar luas

di berbagai pelosok tanah air dengan ribuan santrinya telah tampil baik sebagai

ujung tombak perlawanan maupun perisai terakir pertahanan bangsa terhadap

penjajahan Belanda dan Jepang. Pesantren telah terlibat dalam menegakkan

negara dan mengisi pembangunan. Pondok pesantren terkait dengan peran

tradisionalnya sering diidentifikasi memiliki tiga peran penting dalam

masyarakat Indonesia

a. Sebagai Lembaga Pendidikan

Pesantren menyelenggarakan pendidikan baik formal maupun nonformal

yang secara khusus mengajarkan agama, yang sangat dipengaruhi oleh

pikiran ulama-ulama Fiqh, Hadis, Tafsir, Tauhid dan Tasawuf yang hidup di

antara abad 7-13 M.

24
M. Bahri Ghazali, Pendidikan Pesantren Berwawasan Lingkungan, h. 24

25
b. Sebagai Lembaga Sosial

Pesantren menampung para santri dari berbagai lapisan masyarakat

muslim, tanpa membeda-bedakan tingkat ekonomi, suku dan social orang

tuanya.

c. Sebagai Lembaga Penyiaran Agama

Peran pesantren sebagai lembaga penyiaran agama dapat dilihat dari

masjid pesantren di mana ia tidak hanya digunakan untuk kalangan santri

saja, akan tetapi digunakan sebagai masjid umum, jadi masjid tersebut

menjadi tempat belajar agama dan ibadah bagi masyarakat umum sekitar

pesantren25

D. Ilmu Agama Islam di Pondok Pesantren Gontor 6 Konawe Selatan

1. Tauhid

Pengertian tauhid ditinjau dari sudut bahasa, tauhid berasal dari bahasa

Arab, yaitu wahhada-yuwa ahhidu-tauhiidan yang memiliki arti menjadikannya

Esa26

Sedangkann ditinjau dari sudut istilah, tauhid yaitu meng-Esakan

Tuhan,suatu kepercayaan yang menegaskan bahwa Tuhan itu Esa, tiada sekutu

bagi-Nya,tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, Tuhan yang menciptakan

25
Babun Suharto, Dari Pesantren untuk Umat Reinventing Eksistansi Pesantren di Era
Globalisasi, h.18
26
Musthofa, dkk, Tauhid, (Yogyakarta: Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga, 2005), h. 2

26
alam semesta beserta segala isinya yang mengatur dan memelihara serta

yangmembinasakan27

Tauhid artinya mengesankan Allah. Esa berarti satu. Allah tidak boleh

dihitung dengan satu, dua atau seterusnya.karena kepadanya tidak layak

dikaitkan dengan bilangan. Beberapa ayat Al- Quran telah dengan jelas

mengatakan ke esaan Allah. Diantaranya surah Al-Ikhlas ayat 1- 4 sebagai

berikut :

)4 )3( ‫) َلْم َيِلْد َو َلْم ُيوَلْد‬2( ‫) ُهَّللا الَّص َم ُد‬1( ‫( َو َلْم َيُك ْن َلُه ُكُفًو ا َأَح ٌد ُقْل ُهَو ُهَّللا َأَح ٌد‬

Terjemahan: Katakanlah, “Dialah Allah yang maha esa. Allah adalah Tuhan

yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak

dan tiada pula di peranakkan dan tidak ada seorangpun yang setara

dengan Dia”28

2. Fiqh

Fiqih adalah salah satu usaha yang bersifat sadar, bertujuan, sistematis dan

terarah pada perubahan pengetahuan, tingkah laku atau sikap yang sejalan

dengan ajaran-ajaran yang terdapat dalam Islam.Fiqih adalah usaha berupa

bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai

pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam serta

menjadikannya sebagai way of life29

27
M. Shoddiq, Kamus Istilah Bahasa, (Jakarta: Bonafida Cipta Pratama, 1991), h. 353
28
Surah Al-Ikhlas ayat 1-4
29
Zakiyah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), h. 60.

27
Sebagai produk pemikiran manusia, fiqh bukanlah sesuatu yang

rigidterhadap perubahan dan perkembangan zama, oleh karenanya fiqh dituntut

untuk dapat memberikan jawaban yuridis terhadap berbagai tuntutan dan

persoalan hidup dan kehidupan manusia, sedangkan dinamika kehidupan

senantiasa berkembang sehingga melahirkan berbagai perubahan. Sebagai

produk pemikiaran manusia, fiqh sangat bersifat temporal dan bersifat local

karena terkait dengan kemampuan mujtahid dalam mengakses sumber-sumber

hukum dan mengadaptasinya dengan perubahan yang terjadi dalam masyarakat.

Oleh karena itu harus dilakukan upaya berkelanjutan agar fiqh Islam senantiasa

memiliki akseptabilitas di tengah masyarakat, salih likulli zaman wa makan

dengan melakukan pendekatan kontekstual agar adaptif dengan kondisi

kekinian dan keakanan. Karena itu pula, kajian fiqh harus senantiasa terbuka,

dan harus dilakukan dengan memperhatikan implikasi-implikasi sosial dari

penerapan produk-produk pemikiran hukumnya, di samping tetap menjaga

relevansinya dengan kehendak doktrin al-Qur’an dan al-Sunnah (Maqashid al-

Syari’ah) tentang tingkah laku manusia30.

3. Hadist

Hadist adalah segala yang dinisbatkan kepada Nabi SAW.baik

perkataan,perbuatan, maupun keizinannya. Menurut Muhadditsin, khabar

30
Abdul Madjid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, Konsep dan
Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), h. 132

28
identikdengan hadis. Sekalipun ada segolongan yang mengkhususkan khabar

yangselain hadis seperti sejarah.Adapun Atsar ialah segala yang dinisbatkan

kepada sahabat Rasul.Sebagian ulama berpendapat bahwa Atsar adalah

periwayatan secara mutlak dari Rasulullah SAW.atau sahabat.31

Hadis Nabi merupakan sumber hukum ajaran Islam kedua setelah al-Qur’an

dikarenakan ia merupakan bayan (penjelas) terhadap ayat-ayat al-Quran yang

masih global, umum dan yang mutlak32

Dengan demikian hadist menduduki posisi dan fungsi yang cukup

signifikan dalam ajaran Islam. Pada sisi lain, al-Qur’an berbeda dengan hadis,

Nabi, misalnya dari segi periwayatan, al-Qur’an seluruhnya bersifat qath’i al-

wurud, sedangkan untuk hadist Nabi pada umumnya bersifat zhannial-wurud33

4. Al-Quran

Al-Quran adalah kitab suci yang diturunkan Allah SWT kepada nabi

Muhammad SAW sebagai rahmat yang tak ada taranya bagi alam semesta,

didalamnya terkumpul wahyu Ilahi yang menjadi petunjuk, pedoman dan

pelajaran bagi siapa yang mempelajarinya dan mengamalkannya. Bukan itu

saja tetapi juga Al quran adalah sebagai kitab suci terakhir di turunkan Allah

SWT yang isinya mencakup segala pokok-pokok syariat yang terdapat dalam

kitab-kitab sebelumnya.Karena itu orang yang mempercayai Al quran akan

bertambah cinta kepadanya, cinta untuk membacanya, untuk mempelajarinya

31
Mahmud Ali Fayyad, Metodologi Penetapan Keshahihan Hadits,( Bandung: CV Pustaka Setia,1998), 17
32
Muhammad Ajjaj al-Khatib, Ushul al-Hadits Ulumuhu wa Mushthalahuhu, (Beirut: Dar al-Fikr,1989), 46
33
Arifuddin Ahmad, paradigma Baru Memahami Hadits Nabi,( Jakarta: Insan Gemerlang). 2

29
dan memahaminya serta untuk mengamalkannya dan mengajarkannya sampai

merata rahmatnya dirasakan oleh penghuni alam semesta. Sehubungan dengan

hal tersebut di dalam mukaddimah Al-quran dan Terjemahnya juga ditegaskan

bahwa:Membaca Al-quran, baik mengetahui artinya maupun tidak adalah

termasuk ibadah, amal saleh dan memberi rahmat serta menjadi manfaat

bagiyang melakukannya, memberi cahaya ke dalam hati yang membacanya

sehingga terang benderang, juga memberi cahaya kepada keluarga, rumah

tangga tempat Al quran itu dibaca34

Jadi, setiap mu’min harus yakin bahwa membaca Al-quran saja sudah

termasuk amal yang mulia dan akan mendapatkan pahala yang berlipat ganda

sebab yang dibacanya adalah kitab suci dari Ilahi yang diturunkan-Nya kepada

umat manusia baik dikala susah, dikala gembira ataupun dikala sedih bahkan

membaca Al quran itu bukan saja menjadi amal ibadah tetapi juga menjadi

obat penawar bagi orang yang yang sedang gelisah jiwanya.

5. Bahasa Arab

Menurut Al-Ghalayin, bahasa arab adalah kalimat-kalimat yang

dipergunakan oleh orang arab untuk mengungkapkan tujuan-tujuan (pikiran

34
Departemen Agama RI, Al quran dan Terjemahnya, Proyek Pengadaan Kitab SuciAl quran, Jakarta, 1976-1977.
h. 122 (CARI TERJEMAHAN AL-QURAN EDISI TERBARU, )

30
dan perasaan) mereka35 Bahasa arab adalah sebuah bahasa yang terbesar dari

segi jumlah penutur dalam keluarga bahasa simitik. Bahasa Arab adalah

kalimat yang dipergunakan oleh orang Arab untuk menyampaikan maksud

dan tujuan mereka. Yang berbentuk huruf hijaiyah yang dipergunakan oleh

orang Arab dalam berkomunikasi dan berinteraksi sosial baik secara lisan

maupun tulisan. Setiap Bahasa adalah komunikatif bagi para penuturnya.

Dilihat dari sudut pandang ini, tidak ada Bahasa yang lebih unggul daripada

bahasa yang lain. Maksudnya bahwa bahasa memiliki kesamarataan dalam

statusnya, yaitu sebagai alat komunikasi. Setiap komunikasi tentu saja

menuntut kesepahaman diantara pelaku komunikasi.

35
Mustafa al- Ghalayin, Jami’ ad-Durus al-‘abiyah jilid I. (Beirut: Dar al-kutub al- „ilmiyah, 2005),
hal. 7

31

Anda mungkin juga menyukai