KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Strategi
suatu garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang
telah ditentukan.1 Strategi hampir sama dengan kata taktik, siasat atau politik.
adalah suatu penataan potensi dan sumber daya agar dapat efisien memperoleh
pengajaran melalui cara tertentu yang dinilai efektif dan efisien. Dengan kata
lain strategi mengajar adalah politik atau taktik yang digunakan guru dalam
1
Syaiful Bahri Djamaroh, Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka cipta. 2002)
2
Noeng Muhajir, Ilmu Pendidikan dan Perubahan Sosial: Teori Pendidikan Pelaku Sosial Kreatif
(Yogyakarta: Rake Sarasin, 2000), 138-139
8
kehendak yang mendahului dan mengendalikan kegiatan) 3. Guru adalah
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
para siswanya untuk masa depannya nanti5 Namun jika dihubungkan dengan
belajar mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola umum kegiatan guru
murid dalam perwujudan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah
sesuai dengan tujuan belajar mengajar yang dirumuskan. Ada beberapa prinsip
cocok digunakan untuk mencapai tujuan dan semua keadaan. Oleh sebab itu
9
pembelajaran yang berorientasi pada tujuan kompetensi, aktivitas,
individualitas, dan integritas. Selain prinsip umum ada pula prinsip khusus
bekerja tertib sehingga tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien.
2. Komponen Strategi
7
Hamruni, Strategi dan Model – Model Pembelajatan Aktif Menyenangkan, ) Yogjakarta Fakultas
Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga, 2009), hal.21
8
Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Predana Media
Group , 2009) hal.26
10
disiplin ilmu pengetahuan, tujuan yang ingin dicapai, langkah-langkah
3. Strategi Pembelajaran
dikenal dalam lingkungan militer). Taktik adalah segala cara dan daya untuk
lazim digunakan, akan tetapi pergunakan istilah metode atau teknik. Metode
9
Ibid .,hal 210
10
Epon Ningrum, Pengembangan Strategi Pembelajran, (Bandung : CV. Putra Setia, 2013), hal.42
11
Pendidikan agama islam merupakan usaha sadar yang dilakukan
mengembangkan anak didik agar mampu mengamalkan nilai- nilai itu secara
Dalam arti, Pendidikan Agama Islam secara optimal harus mampu mendidik
Agama Islam basisnya terdiri dari tiga unsur pokok yakni pendidik, peserta
didik, dan tujuan pendidikan. Ketiga unsur ini akan membentuk suatu
Triangle, jika hilang salah satu komponen tersebut maka hilanglah hakikat
dari pendidikan Islam. Oleh karena itu dalam memberikan pendidikan dari
guru kepada peserta didik memerlukan sebuah materi untuk mencapai tujuan.
bahwa defenisi konseptual strategi Guru PAI dalam kajian ini adalah langkah-
12
direncanakan yang bertujuan untuk menumbuhkan dan membangun keimanan
ketaqwaan kepada Allah serta berahlak mulia dalam kehidupan pribadi dalam
sendiri.11
13
melakukan eksperimen sendiri; dalam arti luas ingin melihat apa yang
14
Gambar 1.3 strategi pembelajaran Problem Based Learning
15
mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah,
12
Ibid...,h. 232
16
siswa secara Islami, dalam suatu situasi pendidikan Islam untuk mencapai
Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) yaitu upaya sadar dan terencana
pengalaman14
Peran guru PAI dalam menanamkan akhlakul karimah peserta didik juga
tertentu saja terutama yang erat kaitannya dengan misinya sebagai pendidik
13
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
14
Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran PAI, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2012), h. 11
17
anak didiknya serta mengajarkan tentang segala sesuatu yang berguna bagi
disebut Pondok atau tempat tinggal yang dibuat dari bambu atau berasal dari
bahasa arab fundug, yang berarti Hotel atau Asrama. Sedangkan perkataan
Pesantren berasal dari kata santri1 , dengan awalan pe- dan akhiran an- yang
berarti tempat para santri. Sedangkan menurut Nurcholis Madjid terdapat dua
15
Imam Wahyudi, Mengejar Frofesionalisme Guru, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2012), h.
45-46
18
berasal dari kata “shastri”, yaitu sebuah kata yang berasal melek huruf. Kedua,
pendapat mengatakan bahwa kata tersebut berasal dari bahasa jawa “cantrik”
yang berarti seseorang yang selalu mengikuti seorang guru kemanapun guru itu
pergi menetap.. Nama “pesantren” sering kali dikaitkan dengan kata “santri”
yang mirip dengan istilah bahasa India “shastri” yang berarti orang yang
mengetahui buku- buku suci agama Hindu atau orang yang ahli dalam kitab
suci16.
asing yang berbeda. Pondok berasal dari bahasa arab funduq yang berarti
merupakan tempat tinggal sederhanan yang diperuntukkan bagi para santri yang
lembaga pendidikan Islam dengan sistem asrama atau pondok, di mana kyai
sebagai figur sentral, masjid sebagai pusat kegiatan yang menjiwainya, dan
16
Abdurrahman Mas’ud, Intelektual Pesantren dan Perhelatan Agama dan Tradisi,(Yogyakarta: Lkis,
2004) h. 17
17
Zamakhsyari Dhofier. Tradisi Pesantren, Studi Tentang Pandangan Hidup Kiyai (Jakarta: LP3ES,
2011) h. 48
18
Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren (Jakarta: INIS, 1994), h. 55
19
pengajaran agama Islam di bawah bimbingan kyai yang diikuti santri sebagai
Islam yang memiliki ciri khas tersendiri. Lembaga pesantren ini sebagai
lembaga Islam tertua dalam sejarah Indonesia yang memiliki peran besar dalam
adalah Lembaga pendidikan agama Islam yang dipimpin oleh seorang pengasuh
masyarakat pada umumnya, Tapi kalau dilihat dari berdirinya Pesantren, maka
kelima elemen itu urut-urutannya adalah: Kiyai, Masjid, Santri, Pondok, dan
pesantren, biasanya tinggal di suatu tempat yang baru dan cukup luas. Karena
bermula dari Mushalla atau langgar yang sederhana, jama’ah semakin banyak,
19
K.H. Imam Zarkasyi dalam seminar Pondok Pesantren se-Indonesia di Yogyakarta, 4 s/d 7 juli 1965,
dalam diktat pekan perkenalan (Gontor :tth) h.11-14
20
dan yang bertempat tinggal jauh dari tempat pertemuan tersebut, maka para
jama’ah ingin menetap bersama kiyai. Mereka inilah dan para jama’ah yang
lain biasanya disebut sebagai santri. Jika mereka yang bermukim disitu
jumlahnya cukup banyak, maka perlu dibangunkan Pondok atau asrama khusus
di masjid, kiyai mengajar para santrinya dengan materi kitab-kitab Islam klasik.
berikut:
a. Kiyai
seseorang yang mempunyai ilmu di bidangagama dalam hal ini agama Islam.
Dalam tulisan ini, kiyai merupakan suatu personifikasi yang erat kaitannya
dengan Pondok Pesantren Terlepas dari anggapan kyai sebagai gelar yang
20
M. Bahri Ghazali, Pendidikan Pesantren Berwawasan Lingkungan (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya,
2001) h. 19-21
21
Para kiyai dengan kelebihan pengetahuannya dalam Islam, seringkali
dan sorban.21
b. Santri
yang haus akan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh seorang kyai yang
menunjukkan bahwa paling tidak, ada dua pendapat yang menjadi acuan
1) Bahwa santri itu berasal dari bahasa sansekerta yang berarti melek
2) Bahwa kata santri atau penyebutan sebenarnya berasal dari bahasa jawa
pergi.22
21
Babun Suharto, Dari Pesantren untuk Umat Reinventing Eksistansi Pesantren di Era Globalisasi,(Surabaya:
Imtiyaz, 2011) h.1
22
Abdul Munir Malkham, Menggagas Pesantren Masa Depan (Jakarta : Qirtas, 2003) h. 250
22
c. Masjid
baik dalam urusan duniawi maupun ukhrawi dalam ajaran Islam, karena
dalam ajaran Islam, karena pengertian yang lebih luas dan maknawi masjid
23
M. Bahri Ghazali, Pendidikan Pesantren Berwawasan Lingkungan (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya,
2001), h. 18-19
23
penyebutannya tidak dipisahkan menjadi “Pondok Pesantren”. Yang berarti
belajar ditempa diri pribadinya dengan kontrol seorang ketua asrama atau
kyai yang memimpin pesantren itu. Dengan santri yang tinggal di asrama
ilmu yang telah ditetapkan sebagai kurikulumnya. Begitu pula santri dapat
Qur’an, kepandaian berbahasa Inggris dan Arab dan begitu pula dengan
pesantren santri saling kenal mengenal dan terbina kesatuan mereka untuk
ditulis oleh ulama zaman dulu yang berisikan tentang ilmu keislaman seperti
fiqih, hadist, tafsir, maupun tentang akhlak yang dikenal dengan istilah
kitab-kitab Islam klasik.Ada dua hal utama seorang santri belajar kitab-kitab
tersebut yaitu santri ingin mendalami isi kitab maka secara tidak langsung
juga mempelajari bahasa Arab sebagai bahasa kitab tersebut. Olehkarena itu
24
sekaligus juga mampu menerapkan bahasa kitab tersebut menjadi bahasanya.
Hal ini menjadi ciri seorang santri yang telah menyelesaikan studinya di
pondok pesantren24
di berbagai pelosok tanah air dengan ribuan santrinya telah tampil baik sebagai
masyarakat Indonesia
pikiran ulama-ulama Fiqh, Hadis, Tafsir, Tauhid dan Tasawuf yang hidup di
24
M. Bahri Ghazali, Pendidikan Pesantren Berwawasan Lingkungan, h. 24
25
b. Sebagai Lembaga Sosial
tuanya.
saja, akan tetapi digunakan sebagai masjid umum, jadi masjid tersebut
menjadi tempat belajar agama dan ibadah bagi masyarakat umum sekitar
pesantren25
1. Tauhid
Pengertian tauhid ditinjau dari sudut bahasa, tauhid berasal dari bahasa
Esa26
Tuhan,suatu kepercayaan yang menegaskan bahwa Tuhan itu Esa, tiada sekutu
25
Babun Suharto, Dari Pesantren untuk Umat Reinventing Eksistansi Pesantren di Era
Globalisasi, h.18
26
Musthofa, dkk, Tauhid, (Yogyakarta: Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga, 2005), h. 2
26
alam semesta beserta segala isinya yang mengatur dan memelihara serta
yangmembinasakan27
Tauhid artinya mengesankan Allah. Esa berarti satu. Allah tidak boleh
dikaitkan dengan bilangan. Beberapa ayat Al- Quran telah dengan jelas
berikut :
)4 )3( ) َلْم َيِلْد َو َلْم ُيوَلْد2( ) ُهَّللا الَّص َم ُد1( ( َو َلْم َيُك ْن َلُه ُكُفًو ا َأَح ٌد ُقْل ُهَو ُهَّللا َأَح ٌد
Terjemahan: Katakanlah, “Dialah Allah yang maha esa. Allah adalah Tuhan
dan tiada pula di peranakkan dan tidak ada seorangpun yang setara
dengan Dia”28
2. Fiqh
Fiqih adalah salah satu usaha yang bersifat sadar, bertujuan, sistematis dan
terarah pada perubahan pengetahuan, tingkah laku atau sikap yang sejalan
bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai
27
M. Shoddiq, Kamus Istilah Bahasa, (Jakarta: Bonafida Cipta Pratama, 1991), h. 353
28
Surah Al-Ikhlas ayat 1-4
29
Zakiyah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), h. 60.
27
Sebagai produk pemikiran manusia, fiqh bukanlah sesuatu yang
produk pemikiaran manusia, fiqh sangat bersifat temporal dan bersifat local
Oleh karena itu harus dilakukan upaya berkelanjutan agar fiqh Islam senantiasa
kekinian dan keakanan. Karena itu pula, kajian fiqh harus senantiasa terbuka,
3. Hadist
30
Abdul Madjid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, Konsep dan
Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), h. 132
28
identikdengan hadis. Sekalipun ada segolongan yang mengkhususkan khabar
Hadis Nabi merupakan sumber hukum ajaran Islam kedua setelah al-Qur’an
signifikan dalam ajaran Islam. Pada sisi lain, al-Qur’an berbeda dengan hadis,
Nabi, misalnya dari segi periwayatan, al-Qur’an seluruhnya bersifat qath’i al-
4. Al-Quran
Al-Quran adalah kitab suci yang diturunkan Allah SWT kepada nabi
Muhammad SAW sebagai rahmat yang tak ada taranya bagi alam semesta,
saja tetapi juga Al quran adalah sebagai kitab suci terakhir di turunkan Allah
SWT yang isinya mencakup segala pokok-pokok syariat yang terdapat dalam
31
Mahmud Ali Fayyad, Metodologi Penetapan Keshahihan Hadits,( Bandung: CV Pustaka Setia,1998), 17
32
Muhammad Ajjaj al-Khatib, Ushul al-Hadits Ulumuhu wa Mushthalahuhu, (Beirut: Dar al-Fikr,1989), 46
33
Arifuddin Ahmad, paradigma Baru Memahami Hadits Nabi,( Jakarta: Insan Gemerlang). 2
29
dan memahaminya serta untuk mengamalkannya dan mengajarkannya sampai
termasuk ibadah, amal saleh dan memberi rahmat serta menjadi manfaat
Jadi, setiap mu’min harus yakin bahwa membaca Al-quran saja sudah
termasuk amal yang mulia dan akan mendapatkan pahala yang berlipat ganda
sebab yang dibacanya adalah kitab suci dari Ilahi yang diturunkan-Nya kepada
umat manusia baik dikala susah, dikala gembira ataupun dikala sedih bahkan
membaca Al quran itu bukan saja menjadi amal ibadah tetapi juga menjadi
5. Bahasa Arab
34
Departemen Agama RI, Al quran dan Terjemahnya, Proyek Pengadaan Kitab SuciAl quran, Jakarta, 1976-1977.
h. 122 (CARI TERJEMAHAN AL-QURAN EDISI TERBARU, )
30
dan perasaan) mereka35 Bahasa arab adalah sebuah bahasa yang terbesar dari
segi jumlah penutur dalam keluarga bahasa simitik. Bahasa Arab adalah
dan tujuan mereka. Yang berbentuk huruf hijaiyah yang dipergunakan oleh
orang Arab dalam berkomunikasi dan berinteraksi sosial baik secara lisan
Dilihat dari sudut pandang ini, tidak ada Bahasa yang lebih unggul daripada
35
Mustafa al- Ghalayin, Jami’ ad-Durus al-‘abiyah jilid I. (Beirut: Dar al-kutub al- „ilmiyah, 2005),
hal. 7
31