Anda di halaman 1dari 44

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Strategi

1. Pengertian Strategi

Istilah strategi berasal dari “kata benda” dan “kata kerja” dalam

Bahasa Yunani. Sebagai kata benda, strategos merupakan golongan dari kata

stratos (militer) dengan ago (memimpin). Sebagai kata kerja, stratego berarti

merencanakan (to plan actions). Mintzberg dan Waters, mengemukakan

bahwa strategi adalah pola umum tentang keputusan atau tindakan (strategies

are realized as patterns of decisions or action). Hardy, Langlay, dan Rose

dalam sudjana, mengemukakan strategy is perceived as plan or a set of

explicit intention proceding and controlling actions (strategi dipahami

sebagai rencana atau, kehendak yang mendahului dan mengendalikan

kegiatan). 1

Strategi adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan

guru dan siswa agar tercapainya tujuan pembelajaran secara efektif dan

efesien.2

Secara umum, strategi dapat diartikan sebagai upaya yang di lakukan oleh

seseorang atau organisasi untuk sampai pada tujuan. Dalam kamus besar

Bahasa Indonesia, Strategi adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan

untuk mencapai sasaran khusus (yang diinginkan).3

1
Saiful Bahri Djamarah dan Asman Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka
Cipta, 2006, h.52
2
Suyanto, Model Pembinaan Pendidikan Karakter Di Lingkungan Sekolah, Bandung:
PT. Remaja Posda Karya, 2010, h.126.
3
Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, Bandung: Pustaka Setia, 2011,
h. 18.

11
Strategi adalah suatu rencana tentang cara-cara pendayagunaan dan

penggunaan potensi dan sarana yang ada untuk meningkatkan efektivitas dan

efesiensi suatu sasaran kegiatan. Secara bahasa, strategi bisa diartikan sebagai

“siasat”, “kiat”, atau “cara”, sedangkan secara umum strategi ialah suatu

garis besar haluan dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah

ditentukan.4 Berkaitan dengan masalah belajar dan pembelajaran, strategi

dapat diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan pendidik peserta didik

dalam upaya mengoptimalkan kegiatan belajar untuk mencapai tujuan yang

telah ditetapkan. Strategi dapat juga dikatakan sebagai siasat memadukan

berbagai upaya untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang mampu

memotivasi peserta didik untuk terlibat secara optimal dalam proses belajar.5

Menurut sudjana (1995), strategi mengajar merupakan tindakan guru

dalam melaksanakan rencana mengajar. Artinya, usaha guru menggunkan

beberapa variabel pengajaran, seperti tujuan, bahan, metode, alat, dan

evaluasi agar dapat memengaruhi siswa mencapai tujuan yang telah

ditetapkan. Sehubungan dengan usaha peningkatan kualitas hasil pendidikan,

kualitas pembelajaran harus ditingkatkan. Untuk itu, harus dicari strategi atau

pendekatan pembelajaran yang efektif di kelas yang lebih memberdayakan

potensi siswa.6 Dalam pembaruan pendidikan dengan pendekatan berbasis

kompetensi, strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripa hasil belajar.

Dalam sistem ini pembelajaran menganut konsep konstektual, yakni prosese

4
Pupuh, Pendidikan Agama dan Keagamaan, Jakarta: Rieneka Cipta, 2009, Cet. Ke-2, h.3.
5
Rahmah Johar dan Latifah Hanum, Strategi Belajar Mengajar: untuk menjadi guru
yang profesional, Banda Aceh: Syiah Kuala University Press, 2021, h.14
6
Ibid, h.14

12
pembelajaran menekankan pada aspek lamiah dalam bentuk kegiatan siswa

bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Gaya

lama yang berorientasi pembelajaran dari guru dan apa yang harus dilakukan

telah bergeser ke siswa dan apa yang harus mereka lakukan dengan istilah

dari teacher oriented ke student oriented (Nurhadi, 2003). Untuk itu, perlu

dipikirkan dengan serius strategi belajar mengajar yang bagaimana yang

harus diterapkan, dan apa itu strategi belajar mengajar tersebut.7

Berdasarkan uraian diatas, dapat dikatakan bahwa strategi belajar

mengajar adalah politik atau taktik yang digunakan guru dalam proses

pembelajaran. Politik atau taktik tersebut harus mencerminkan langkah-

langkah yang sistematik8. Artinya, bahwa setiap komponen pembelajaran

harus saling berkaitan satu sama lain, dan sistematis yang mengandung arti

bahwa langkah-langkah yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran itu

tersusun secara rapi dan logis sehingga tujuan yang ditetapkan tercapai.

Terkait dengan hal ini, Djamarah (2002) merinci strategi belajar mengajar

ke dalam empat strategi dasar, yaitu sebagai berikut:9

a. Guru harus mampu mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan

kualitas perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik

sebagaimana yang diharapkan. Sasaran yang dituju harus jelas dan

terarah yang ditandai dengan tujuan pengajaran yang dirumuskan harus

jelas dan konkret.

7
Ibid, h.14
8
Rahmah Johar dan Latifah Hanum, Strategi Belajar Mengajar: untuk menjadi guru
yang profesional, Banda Aceh: Syiah Kuala University Press, 2021, h.14-15
9
Ibid, h.15

13
b. Guru harus mampu memilih sistem pendekatan belajar mengajar

berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat. Cara pandang

guru terhadap suatu persoalan, konsep, dan teori yang digunakan

dalam memecahkan suatu kasus harus sesuai dengan norma yang

dianut masyarakat lingkungannya.10 Suatu masalah yang dipelajari oleh

dua orang dengan pendekatan yang berbeda dan menggunakan displin

ilmu berbeda akan menghasilkan kesimpulan yang tidak sama.

c. Guru harus mampu memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan

teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif

sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru dalam melakukan

kegiatan mengajarnya. Suatu metode mungkin hanya cocok dipakai

untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Dengan sasaran yang berbeda

guru hendaknya jangan menggunakan teknik pengajaran yang sama.

Bila beberapa tujuan ingin diperoleh, guru dituntut memiliki

kemampuan tentang penggunaan berbagai metode atau

mengkombinasikan beberapa metode yang relevan.11

d. Guru harus mampu menetapkan norma dan batas minimal keberhasilan

atau kriteria serta standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan

sebagai pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan

belajar mengajar yang selanjutnya akan dijadikan umpan balik bagi

penyempurnaan sistem instruksional yang bersangkutan secara

keseluruhan. Suatu program baru dapat diketahui keberhasilannya

10
Ibid, h.15
11
Ibid, h.15

14
setelah dilakukan evaluasi.12 Sistem penilaian dalam kegiatan belajar

mengajar merupakan salah satu strategi yang tidak dapat dipisahkan

dengan strategi dasar yang lain. Dalam pembelajaran berbasis

kompetensi penilaian tidak hanya dilakukan pada akhir kegiatan

belajar dan mengajar, tetapi penilaian atau evaluasi dapat juga

dilakukan setiap saat bila terlihat ada tingkah laku baru yang

ditunjukkan siswa. Penilaian berkelanjutan akan memberi gambaran

yang lebih konkret dan objektif dari kemampuan siswa mencapai

tujuan pembelajaran. Guru harus mengetahui betul kriteria perubahan

tingkah laku yang diharapakan dari siswa.13

Menurut Abuddin Nata, Strategi pada intinya adalah langkah-

langkah yang direncanakan dan bermakna luas serta mendalam yang

dihasilkan dari sebuah proses pemikiran dan perenungan yang mendalam

berdasarkan teori dan pengalaman.14 Dalam dunia pendidikan, strategi

diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang

didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.15

Dapat disimpulkan bahwa strategi memiliki pengertian yaitu langkah-

langkah yang telah dipilih dan direncanakan dengan berisikan kegiatan-

kegiatan untuk mencapai sasaran yang telah ditarget, dihubungkan dengan

belajar mengajar, strategi dapat diartikan sebagai pola umum kegiatan guru

dan anak didik berupa wujud kegiatan belajar mengajar untuk mencapai

12
Ibid, h.15
13
Ibid, h.15
14
Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, Jakarta: Kencana,
2009, h.206.
15
Akrim, Strategi Pembelajaran, Sumatera Utara: UMSU Press, 2022, h.2

15
tujuan yang telah digariskan, sehingga memperoleh hasil yang optimal

dalam proses pembelajarannya. Sebab tidak semua peserta didik itu sama

cara proses pembelajarannya.

Menurut Wina Sanjaya (2006) pola umum perbuatan guru peserta

didik di dalam perwujudan kegiatan belajar-mengajar. Sifat pola umum

maksudnya macam dan urutan perbuatan yang dimaksud nampak

dipergunakan atau dipercayakan guru peserta didik didalam bermacam-

macam peristiwa belajar. Sehingga strategi menunjuk kepada karakteristik

abstrak rentetan perbuatan guru dan siswa di dalam peristiwa belajar

mengajar.

Kemp (1995) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu

kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan

pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.16 Menurut Raka Joni

(1980) pola umum perbuatan guru siswa di dalam perwujudan kegiatan

belajar mengajar yang menunjuk pada karakteristik abstrak dari pada rentetan

perbuatan siswa tersebut.

Alim Sumarno (2011) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran

dapat diartikan sebagai kegiatan yang dipilih oleh pembelajar atau instruktur

dalam proses pembelajaran yang dapat memberikan kemudahan fasilitas

kepada pembelajar menuju kepada tercapainya tujuan pembelajaran tertentu

yang telah ditetapkan.

16
Akrim, Strategi Pembelajaran, Sumatera Utara: UMSU Press, 2022, h.3

16
Dari bebrapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa strategi

pembelajaran adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran yang dilakukan

untuk tercapainya sebuah tujuan yang efektif dan efisien.17

2. Macam-macam Strategi

a. Strategi Pembelajaran Ekspositori

Strategi pembelajaran ekspositori merupakan strategi pembelajaran

yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari

seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat

menguasai materi pelajaran secara optimal.18 Roy killen menamakan

strategi ekspositori ini dengan istilah strategi pembelajaran langsung

(direct instruction), karena dalam strategi ini materi pelajaran

disampaikan secara langsung oleh guru. Siswa tidak akan dituntut untuk

menemukan materi tersebut. Materi pelajaran seakan-akan sudah jadi

oleh karena strategi ekspositori lebih menekankan kepada proses

bertutur, maka sering juga dinamakan istilah strategi “chalk and talk”.19

Terdapat beberapa karakteristik strategi pembelajaran ekpositori

yakni:

1. Strategi ekspositori dilakukan dengan cara menyampaikan materi

pelajaran secara verbal, artinya bertutur secara lisan merupakan alat

utama dalam melakukan strategi ini, oleh karena itu sering orang

mengidentikannya dengan ceramah.


17
Mislan dan Edi Irwanto, Strategi Pembelajaran, (Jawa Tengah: Lakesha, 2022), h.1-2.
18
Siti Hermayanti Kaif, et.al., Strategi Pembelajaran (Macam-macam Strategi
Pembelajaran yang Dapat Diterapkan guru), Surabaya: Innofast Publishing, 2022, Cet. Ke-1, h.
13.
19
Arin Tentrem Mawati, et.al,. Strategi Pembelajaran, Yayasan kita menulis, 2021, Cet
Ke- 1, h.20

17
2. Materi yang disampaikan biasanya adalah materi pelajaran yang

sudah jadi, seperti data atau fakta, konsep-konsep tertentu yang

harus dihafal sehingga tidak menuntut siswa untuk berpikir ulang.

3. Tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran itu

sendiri, artinya setelah proses pembelajaran berakhir siswa

diharapkan dapat memahaminya dengan benar dengan cara dapat

mengungkapkan kembali materi yang telah diuraikan.

b. Strategi Pembelajaran Inquiri

Strategi pembelajaran inkuiri (SPI) merupakan rangkaian kegiatan

pembelajaran yang ditekankan pada proses berfikir secara kritis dan

analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu

masalah yang dipertanyakan. Proses berfikir itu sendiri biasa dilakukan

melalui tanya jawab antara guru dan siswa, maksudnya siswa mencari

dan menemukan sendiri materi pelajaran atau mencari sendiri jawaban

yang di pertanyaka oleh guru, sedangkan guru berperan sebagai

fasilitator dan pembimbing siswa untuk belajar, strategi pembelajaran

inkuiri ini sering terjadi juga dinamakan strategi heuristic, yang berasal

dari bahasa Yunani, yaitu heuriskein yang berarti saya menemukan.

Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama strategi pembelajaran

inkuiri. Pertama, strategi inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa

secara maksimal untuk mencari dan menemukan. Kedua, seluruh

aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan

jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan

18
dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief).20 Ketiga, tujuan dari

penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan 21

kemampuan berpikir secara sistematis, logis, kritis, atau mengembangkan

kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental..

Tujuan utama pembelajaran melalui startegi inkuiri adalah

menolong siswa untuk dapat mengembangkan displin intelektual dan

keterampilan berpikir dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan dan

mendapatkan jawaban atas dasar rasa ingin tahu mereka. 21

Strategi pembelajaran inkuiri (SPI) merupakan strategi

pembelajaran yang banyak dianjurkan oleh karena itu strategi ini

memiliki beberapa keunggulan, diantaranya:22

1. Inkuiri merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada

pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara

seimbang, sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih

bermakna.

2. Inkuiri dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar

sesuai dengan gaya belajar mereka

3. Inkuiri merupakan staretgi yang dianggap sesuai dengan

perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar

adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.

20
Ricu sidiq, et, al,. Strategi Belajar Mengajar Sejarah : Menjadi Guru Sukses, Yayasan
Kita Menulis, 2021, Cet. Ke-1, h. 62.
21
Ibid, h. 197.
22
Vita Riahni Saragih, Strategi Pembelajarn dan Motivasi Belajar (Dari Teori Hingga
Empirik Dalam Meningkatkan Kemampuan Memahami Teks Eksposisi), Jawa Barat: Perkumpulan
Rumah Cemerlang Indonesia ANGGOTA IKAPI, 2022, Cet. Ke-1, h. 30.

19
4. Keunggulan lainnya strategi pembelajaran ini dapat melayani

kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata, artinya

siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat

oleh siswa yang lemah dalam belajar.

Selain terdapat beberapa keunggulan dari strategi pembelajaran

inkuiri juga terdapat sisi kelemahan, yakni:23

a. Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.

b. Sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur

dengan kebiasaan siswa dalam belajar.

c. Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan

waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya

dengan waktu yang telah ditentukan.

d. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan

siswa dalam menguasai materi pelajaran, maka inkuiri akan sulit di

implementasikan oleh setiap guru.

3. Tujuan dan Manfaat Strategi Pembelajaran

Tujuan dari strategi pembelajaran dapat dikategorikan menjadi beberapa di

antaranya sebagai berikut:24

a. Mengoptimalkan Pembelajaran pada Aspek Afektif

23
Ibid, h. 31.
24
Mislan dan Edi Irwanto, Strategi Pembelajaran, (Jawa Tengah: Lakesha, 2022), h.2-3.

20
Afektif berhubungan dengan nilai (value) yang dalam konteks ini

adalah suatu konsep yang berbeda dalam pikiran manusia yang

sifatnya tersembunyi, tidak dalam dunia empiris. Pengoptimalan aspek

afektif akan membantu membentuk siswa yang cerdas sekaligus

memiliki sikap positif dan secara motorik terampil. Ini yang

diharapkan dapat dihasilkan dari penggunaan strategi pembelajaran

secara aktif.

b. Mengaktifkan Siswa dalam Proses Pembelajaran

Dalam proses pembelajaran terkadang siswa bersifat pasif sehingga

hanya memperoleh kemampuan intelektual (kognitif) saja. Idealnya,

sebuah proses pembelajaran menghendaki hasil belajar yang seimbang

antara aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Ketika berpartisipasi

dalam pembelajran, siswa akan mencari sendiri pengertian dan

membentuk pemahamannya sendiri dalam pikiran mereka.

Dengan demikian, pengetahuan baru yang disampaikan oleh guru

dapat diinterpretasikan dalam kegiatan pembelajaran. Manfaat strategi

pembelajaran dibagi menjadi dua yaitu strategi pembelajaran bagi

siswa dan strategi pembelajaran bagi guru.25

1) Manfaat Strategi Pembelajaran bagi Siswa

a. Siwa terbiasa belajar dengan perencanaan yang disesuaikan

dengan kemampuan diri sendiri.

b. Siswa memiliki pengalaman yang berbeda-beda dengan

temannya. Meski ada juga pengalaman mereka yang sama.


25
Ibid,. h.3-4.

21
c. Siswa dapat memacu prestasi belajar berdasarkan kecepatan

belajarnya sendiri secara optimal.

d. Terjadi persaingan yang sehat dalam mencapai hasil belajar

yang efektif dan efisien.

e. Siswa dapat mencapai kepuasan jika dapat mencapai hasil

belajar sesuai dengan target yang telah ditetapkan.

f. Siswa dapat mengulang uji komptensi (remidi) jika terjadi

kegagalan dalam uji kompetensi.

2) Manfaat Strategi Pembelajaran bagi Guru

a. Guru dapat mengolah proses pembelajaran untuk mencapai

hasil yang efektif dan efisien.

b. Guru dapat mengontrol kemampuan siswa secara teratur.

c. Guru dapat mengetahui bobot soal yang dipelajari siswa

pada saat proses belajar mengajar dimulai.

d. Guru dapat memberikan bimbingan kepada siswa, ketika

mengalami kesulitan, misalnya dengan memberikan teknik

pengorgnisasian materi yang dipelajari siswa atau teknik

belajar yang lain.

e. Guru dapat membuat peta kemampuan siswa sehingga

dapat dipakai sebagai bahan analisis.

f. Guru dapat melaksanakan program belajar akseleratif bagi

siswa yang mampu.

B. Guru Akidah Akhlak

22
1. Pengetian Guru Akidah Akhlak

Guru menurut Zahara Idris dan Lisma jamal ialah orang dewasa

yang bertanggung jawab memberikan bimbingan kepada peserta didik

dalam hal perkembangan jasmani dan ruhaniah untuk mencapai tingkat

kedewasaan, memenuhi tugasnya sebagai makhluk tuhan, makhluk individu

yang mandiri, dan makhluk sosial.

Sedangkan menurut Al-Ghazali tidak membedakan kata pengajaran

dan pendidikan, sehingga guru dan pendidik juga tidak dibedakan. Hal ini

senada dengan pandangan Abi Salih, ia memandang bahwa sesungguhnya

istilah tarbiyah dan ta’lim dalam pendidikan islam sama saja. Pendapatnya

demikian karena melihat kenyataan bahwa didalam Al-Qur‟an kedua kata

itu digunakan untuk mengungkapkan kegiatan pengajaran dan pendidikan

yang meliputi semua segi perkembangan manusia. Dengan demikian, guru

dan pendidik sama saja.26

Pengertian guru adalah seorang tenaga pendidik profesional,

mengajarkan suatu ilmu, membimbing, melatih, memberikan penilaian,

serta memberikan evaluasi kepada peserta didik. Devinisi guru adalah

seorang yang telah mengabdi dirinya untuk mentransfer ilmu dengan

sepenuhnya, mendidik, mengarahkan dan melatih muridnya agar memahami

ilmu pengetahuan yang diajarkannya tersebut. Dalam hal ini, guru tidak

hanya mengajarkan pendidikan formal, namun juga pendidikan lainnya dan

bisa menjadi sosok yang diteladani oleh peserta didiknya.27 Serta didukung
26
M. Shabir U, Kedudukan Guru Sebagai Pendidik, AULADUNA, NO. 2 Desember
2015, h. 223.
27
Dewi Safitri, Menjadi Guru Profesional, (Riau: PT. Indragiri Dot Com, 2019), h.5.

23
dengan perbuatan akhlakul karimah dimana keadaan yang melekat pada diri

manusia yang darinya lahir perbuatan-perbuatan yang baik dan terpuji

menurut akal dan syariat (hukum) Islam.28

Guru aqidah akhlak ialah guru yang mentransfer atau mengajar salah

satu dibidang pelajaran agama Islam di lingkungan sekolah, yang mana

tugas guru aqidah akhlak yakni mewujudkan siswa-siswinya secara Islami

didalam kelas maupun diluar kelas. Hal ini bertujuan agar terbentuk perilaku

atau karakter siswa yang dapat dijadikan pegangan bagi siswa dalam

menghadapi pengaruh-pengaruh negatif di lingkungan sekitarnya. Sehingga

pembelajaran aqidah akhlak yang dilakukan guru sangat berpengaruh dalam

perubahaan tingkah laku siswa. Dan dalam pelajaran aqidah akhlak sendiri

didalamnya membahas tentang tingkah laku dan keyakinan iman.

Dari penjelasan diatas, bahwa seorang guru aqidah akhlak merupakan

orang yang melakukan kegiatan pengajaran atau bimbingan secara sadar

terhadap peserta didiknya dilingkungan sekolah untuk mencapai tujuan

pembelajaran (menjadi muslim yang beriman, bertaqwa kepada Allah SWT,

serta memiliki perilaku yang berakhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari).

Sebagai guru khususnya guru aqidah akhlak memang diberikan suatu

amanah yang sangat besar tanggung jawabnya dalam menciptakan generasi

penerus yang berkualitas, baik secara intelektual maupun akhlaknya.

Sebagai guru aqidah akhlak yang memiliki tanggung jawab yang besar,

salah satu langkah dalam melakukan strategi adalah harus mennguasai

28
Abdur Rohim Hasan dan Abdur Rouf, Pendidikan Aqidah & Akhlakul Karimah
(Surabaya: Pesantren Al-Quran Nurul Falah, 2011), h. 13

24
teknik-teknik penyajian atau biasanya yang disebut dengan metode

mengajar. Berikut ini terdapat beberapa metode pembelajaran.

a. Metode ceramah merupakan suatu metode yang bisa dikatakan

tradisinonal karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai

alat komunikasi lisan antara guru dengan murid. Meski metode ini

lebih banyak menuntut keaktifan guru kepada peserta didik, akan

tetapi metode ini tidak bisa ditinggalkan begitu saja dalam proses

kegiatan mengajar. Guru dapat menggunakan alat-alat bantu mengajar

yang lain, misalnya gambar-gambar, alat peraga lainnya.29

b. Metode diskusi cara penyajian, dimana siswa-siswi dihadapkan

dengan suatu masalah yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan

yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama,

didalam diskusi ini proses kegiatan belajar mengajar terjadi interaksi

antara dua atau lebih yang terlibat saling tukar-menukar pengalaman,

informasi untuk memecahkan sebuah masalah.30

c. Metode tugas belajar, merupakan pemberian tugas yang harus

diselesaikan siswa yang telah diberikan oleh guru. Penggunaan

metode tugas untuk melatih siswa agar belajar mengerjakan tugas,

sehingga siswa diharapkan memperoleh suatu hasil yang dapat

meningkatkan dirinya, perubahan tingkah laku tertentu sesuai dengan

tujuan yang telah ditentukan.31

29
Zuhairini dkk., Metodik Khusus Pendidikan Agama, (surabaya: Usaha Nasional, 1983),
h. 83
30
Munawir, Strategi Belajar Mengajar, (Ponorogo: Lembaga Penerbitan Karya Ilmiah
STAIN Ponorogo, 1991), h. 28
31
Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999),h 62

25
d. Metode tanya jawab adalah cara penyajian bahan pelajaran melalui

bentuk beberapa pertanyaan yang disajikan guru untuk dijawab

peserta didik. metode tanya jawab ini bertujuan agar peserta didik

terlatih daya pemikirannya sehingga dapat mengambil kesimpulan

yang baik dan tepat. Selain itu dengan metode ini kelas akan lebih

hidup karena anak didik aktif menyampaikan pemikirannya. Metode

tanya jawab cocok digunakan untuk mengajar studi akidah akhlak,

metode ini dapat membuat siswa merangsang kepada apa yang sedang

dibicarakan guru yang bertanya (mengajukan pertanyaan dan siswa

yang menajwab) sehingga dapat memancing perhatiannya pada

masalah yang sedang dibicarakan.32

2. Kedudukan Dan Tanggung Jawab Guru Aqidah Akhlak

Guru aqidah akhlak adalah guru yang mengajar salah satu pelajaran

agama dimana tugas guru disini mewujudkan peserta didik secara Islami.

Dan dalam pelajaran aqidah akhlak itu sendiri membahas tentang tingkah

laku dan keyakinan iman.

Dilingkungan sekolah seorang guru agama Islam terutama guru aqidah

akhlak memiliki peran cukup besar untuk menanamkan nilai-nilai islami

kedalam diri peserta didik. Hal ini bertujuan agar terbentuk perilaku atau

karakter yang dapat dijadikan pegangan dari lingkungan luar. Sehingga

32
Imamsjah Ali Pandie, Didakdik Metodik Pendidikan Umum, (Surabaya: Usaha
Nasional, 1984 ), h. 79

26
pembelajaran yang dilakukan oleh guru aqidah akhlak sangat

mempengaruhi perubahan perilaku siswa.

Adapun kedudukan guru sebagaimana yang dikemukakan oleh

Zuhairini dkk., bahwa:

a. Mengajari ilmu pengetahuan agama

b. Menanamkan keimanan kedalaman jiwa anak

c. Mendidik anak agar taat menjalankan ajaran agama

d. Mendidik anak agar berbudi pekerti yang mulia.33

Selanjutnya Rosmali menyatakan bahwa tugas seorang guru itu

mencangkup beberapa hal, yaitu guru memiliki tugas yang beragam yang

berimplementasi dalam bentuk pengabdian. Tugas tersebut meliputi bidang

profesi meliputi mendidik, mengajar, dan melatih. Mendidik berari

meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup dan kehidupan.

Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup dan

kehidupan. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu

pengetahuan dan eknologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan

keterampilan-keterampilan siswa.

Pendidikan Islam sebagai pendidikan yang bertujuan untuk

mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat, maka pendidikan Islam lebih

bertanggung jawab terhadap pembentukan kepribadian yang dan

mencerminkan nilai-nilai yang Islami pada umatnya.

33
Syaiful Bahri djamarah, Guru dan Anak didik dalam Interaksi edukatif, (Jakarta: reneka
Cipta, 2000), hlm. 35

27
Oleh karena itu guru sebagai orang yang bertugas menyampaikan ilmu

pengetahuan sekaligus membimbing muridnya serta berkepribadian yang

baik. Orang yang berilmu pengetahuan dan mengajarkan kepada orang lain

akan mendapatkan kedudukan disisi Allah SWT, serta akan mendapatkan

tempat yang istimewa ditengah-tengah masyarakat.

Selain itu sikap positif bagi seorang guru tidak kalah pentingnya dalam

menentukan keberhasilan belajar mengajar tersebut. Hal ini dikemukakan

oleh Dirjen Bimbaga Islam bahwa guru harus “mampu memancarkan rasa

keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam prilaku dan

prestasi keunggulan pribadi dalam masyarakat dengan ciri-ciri berakhlak

mulia maju dan mandiri, menyadari hidup dengan jelas untuk mengabdi

dengan ikhlas, sabar dan penuh penyerahan diri hanya dengan Tuhan Yang

Maha Esa”.34

3. Pengertian Pembelajaran Akidah Akhlak

Beberapa tokoh telah banyak yang mengemukakan tentang

pengertian pembelaran. Dari beberapa literature juga banyak ditulis tentang

makna pembelajaran. Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional

N0. 20 Tahun 2003 diterangkan bahwa pembelajaran adalajh proses

interaksi peserta didik/siswa dengan pendidikan dan sumber belajar pada

suatu lingkungan belajar. Pembelajaran sebagai proses yang dibangun oleh

guru untuk mengembangkan kreatifitas berfikir yang dapat meningkatkan

kemampuan berfikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan berfikir

34
Dirjen Bimbaga Islam, Kendali Mutu Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Percetakan
Negara, 2003), h. 32-33

28
siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkontruksikan atau

membangun pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan

yang baik terhadap materi pelajaran.

Munif Chatif mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan proses

transfer ilmu dua arah, antara guru sebagai pemberi informasi dan siswa

sebagai penerimanya.35 Jika proses pembelajaran ini berhasil, Munif

melanjutkan bahwa harus ada kerjasama yang baik dari dua pihak, yakni

guru dan murid. Sebaliknya, proses pembelajaran akan gagal jika tidak ada

kerjasama yang baik dari keduanya. Kegagalan yang dimaksud yakni tidak

tercapainya indikator keberhasilan dalam silabus atau RPP yang telah

direncanakan.

Adapun Akidah, secara bahasa berasal dari bahasa Arab dalam

bentuk masdar, yakni ‘aqada, ya’qidu ‘aqdan ‘aqidatan yang artinya

simpulan, ikatan, sangkutan, perjanjian dan kokoh. Secara teknis akidah

berarti iman, kepercayaan dan keyakinan. Kepercayaan ini tentu terletak

dalam hati masing-masing individu, sehingga yang dimaksud dengan akidah

adalah keyakinan yang kokoh di dalam hati.36 Tidak jauh beda dengan

pengertian secara bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

sendiri yakni dijelaskan bahwa akidah adalah kepercayaan dasar, keyakinan

pokok.

Pembelajaran akidah akhlak merupakan pembelajaran penting dalam

mencetak karakter siswa yang sesuai nilai-nilai Islam dalam berprilaku dan
35
Munif Chatib, Sekolahnya Manusia, (Bandung: Kaifa, 2013), h.135
36
Muhaimin, Studi Islam Dalam Ragam Dimensi & Pendekatan, (Jakarta: Kencana,
2005), h. 259

29
berinteraksi dengan Tuhan, sesama dan alam, secara vertikal dan horizontal.

Dalam pembelajaran ini diharapkan generasi bisa mencapai tujuan

pembelajaran sesuai dengan yang telah direncanakan. Peran guru dalam hal

ini sangat penting namun juga perlu adanya kerjasama dengan siswa untuk

sama-sama belajar dan sadar diri membangun pengetahuan dalam

menciptakan karakter iman yang kokoh dan akhlak yang baik.

4. Karakteristik dan Tujuan Pembelajaran Akidah Akhlak

Pembelajaran Akidah Akhlak sebagaimana disebutkan dalam

peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 000912 Tahun 2013

Tentang Kurikulum Madrasaha 2013 Mata Pelajaran Pendidikan Agam

Islam dab Bahasa Arab, Karakteristik Akidah Akhlak menekankan pada

kemampuan memahami keimanan dan keyakinan Islam sehingga memiliki

keyakinan yang kokoh dan mampu mempertahankan keyakinan atau

keimanannya serta menghayati dan mengamalkan nilai-nilai asma’ al-

husna. Akhlak menekankan pada pembiasaan untuk menerapkan dan

menghiasi diri akhlak terpuji (mahmudah) dan menjauhi serta menghindari

diri dari akhlak tercela (madzmumah) dalam kehidupan sehari-hari.37

Adapun tujuan pembelajaran akidah akhlak, dari peraturan Menteri

Agama.38 Tujuan pembelajaran Akidah Akhlak tingkat Tsanawiyah dan

Aliyah yakni sebagai berikut:

a. Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan

pengembangan pengtahuan, penghayatan, pengalaman, pembiasaan,


37
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 000912 Tahun 2013 Tentang
Kurikulum Madrasah 2013 Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab
38
Ibid, h.35

30
serta pengalaman peserta didik tentang akidah Islam sehingga menjadi

manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya

kepada Allah SWT.

b. Mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia dan

menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam

kehidupan individu maupun sosial, sebagai manifestasi dari ajran dan

nila-nilai akidah Islam.

Karakteristik dan tujuan pembelajaran akidah akhlak ini tentu

harus sesuai dengan prinsip-prinsip akidah akhlak. Sebab dalam Islam

akidah merupakan hal yang pokok dan masalah asasi. Akidah menentukan

baik tidaknya seseorang. Semakin baik akidah seseorang maka akan

semakin baik pula akhlak dan tingkah lakunya dalam kehidupan.

Prinsip akidah tersebut yakni meliputi.39

1. Akidah didasarkan atas tauhid yakni mengesakan Allah dari segala

dominasi yang lain.

2. Akidah harus dipelajari terus menerus dan diamalkan sampai akhir

hayat, kemudian selanjutnya diturunkan atau diajarkan kepada yang

lain.

3. Skop pembahasan akidah tentang Tuhan dibatasi dengan larangan

memperbincangkan atau memperdebatkan tentang eksistensi Dzat

Tuhan, sebab satu hal ini manusia tidak akan mampu menguasainya.

4. Akal dipergunakan manusia untuk memperkuat akidah.

5. Ruang Lingkup Pembelajaran Akidah Akhlak


39
Muhaimin dkk, Studi Islam Dalam Ragam Dimensi & Pendekatan, h.269-275

31
Ruang Lingkup akidah akhlak tidak jauh berbeda dengan ruang

lingkup ajaran Islam itu sendiri, khususnya berkaitan dengan pola interaksi.

Ruang lingkup disini untuk memfokuskan bidang kajian yang akan

dipelajari dalam Pembelajaran Akidah Akhlak sesuai dengan tingkat atau

jenjang pendidikan.

Akidah akhlak di Madrasah Tsanawiyah adalah salah satu mata

pelajaran PAI yang merupakan peningkatan dari akidah dan akhlak yang

telah dipelajari oleh peserta didik di Madrasah Ibtidaiyah/Sekolah Dasar.

Peningkatan tersebut dilakukan dengan cara mempelajarai tentang rukun

iman mulai dari iman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-

Nya, rasul-rasul-Nya hari akhir, sampai iman kepada Qada dan Qadar yang

dibuktikan dengan dalil-dalil naqli dan aqli, serta pemahaman dan

penghayatan terhadap al-‘asma al-husna dengan menunjukkan ciri-ciri atau

tanda-tanda perilaku seseorang dalam realitas kehidupan individu dan sosial

serta pengalaman akhlak terpuji dan menhindari akhlak tercela dalam

kehidupan sehari-hari.40 Dalam hal ini pembelajaran akidah akhlak meliputi

rukun iman dan macam-macam akhlak.

Tidak jauh berbeda, pembelajaran akidah akhlak di tingkat Aliyah

juga merupakan kelanjutan tingkat pendidikan sebelumnya. Mata pelajaran

akidah akhlak di Madrasah Aliyah adalah salah satu mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam yang merupakan peningkatan dari akidah dan

akhlak yang telah dipelajari oleh peserta didik di Madrash Tsanawiyah.

Peningkatan tersebut dilakukan denga cara mempelajari dan memperdalam


40
Ibid, h.8

32
akidah akhlak sebagai persiapan untuk melanjutkan ke pendidikan yang

lebih tinggi dan untuk hidup bermasyarakat dan atau memasuki lapangan

kerja. Pada aspek akidah ditekankan pada pemahaman dan pengalaman

prinsip-prinsip akidah Islam, metode peningkatan kualitas akidah wawasn

tentang aliran-aliran dalam akidah Islam sebagai landasan dalam

pengalaman iman yang inklusif dalm kehidupan sehari-hari, pemahaman

tentang, konsep Tauhid dalam Islam serta perbuatan syirik dan implikasinya

dalam kehidupan. Aspek akhlak, di samping berupa pembiasaan dalam

menjalankan akhlak terpuji dan menghindari akhlak tercela sesuai dengan

tingkat perkembangan peserta didik, juga mulai diperkenalkan tasawuf dan

metode peningkatan kualitas akhlak. Dalam tingkat ini tentu sudah mulai

lebih kompleks dalam menanamkan pembelajaran akidah akhlak sesuai

dengan tingkat kesiapan peserta didik.

Secara substansial mata pelajaran akidah akhlak memiliki kontribusi

dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempelajari dan

mempraktikkan akidahnya dalam bentuk pembiasaan untuk melakukan

akhlak terpuji dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari.

Akhlakul Karimah ini sangat penting untuk dipraktikkan dan dibiasakan

oleh peserta didik dalam kehidupan individu, bermasyarakat dan berbangsa,

terutama dalam rangka mengantisipasi dampk negatif dari era globalisasi

dan krisis multidimensional yang melanda bangsa dan Negara Indonesia.

Pengalaman akhlak terpuji dalam kehidupan sosial akan menjamin

33
kedamaian dan ketentraman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara

berdasarkan nilai ajaran Islam yang rahmatan lil alamin.

C. Karakter

1. Pengertian Karakter

Karakter merupakan unsur pokok dalam diri manusia yang

dengannya membentuk karakter psikologi seseorang dan membuatnya

berperilaku sesuai dengan dirinya dan nilai yang cocok dengan dirinya

dalam kondisi yang berbeda- beda.Berbagai definisi istila atau term dari

karakter itu sendiri para tokoh dan ulama telah menjelaskannya, diantaranya

adalah sebagai berikut:

Kata karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti "to mark"

(menandai) dan memfokuskan, bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan

dalam bentuk tindakan atau tingkah laku. Oleh sebab itu, seseorang yang

berperilaku tidak jujur, kejam, atau rakus dikatakan sebagai orang yang

berkarakter jelek, sementara seoarang yang berperilaku jujur, suka

menolong dikatakan sebagai orang yang berkarakter mulia. Jadi istilah

karakter erat kaitanya dengan personality (kepribadian) seseorang.

Seseorang bisa disebut orang yang berkarakter (a person of character)

apabila perilakunya sesuai dengan kaidah moral.41

41
Zubaedi, “Desain Pendidikan Karakter”, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2012, Cet.2), h.12

34
Pengertian karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah

bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat,

tabiat, temperamen, watak. Adapun yang dimaksud berkarakteradalah

berkepribadian, beperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak. Sebagian

menyebutkan karakter sebagai penilaian subjektif terhadap kualitas moral

dan mental, sementara yang lainya menyebutkan karakter sebagai penilaian

subjektif terhadap kualitas mental saja, sehingga upaya mengubah atau

membentuk karakter hanya berkaitan dengan stimulasi terhadap intelektual

seseorang.

Dalam istilah psikologi, yang disebut karakter adalah watak perangai

sifat dasar yang khas satu sifat atau kualitas yang tetap terus menerus dan

kekal yang dapat dijadikan ciri untuk mengidentifikasi seorang pribadi.42

Menurut Muhammad bin Ali asy-Syarif al-Jurjani, Akhlak adalah

istilah bagi sesuatu sifat yang tertanam kuat dalam diri yang darinya keluar

perbuatan- perbuatan dengan mudah, ringan, tanpa perlu berfikir dan

merenung. Akhlak dalah sifat manusia dalam bergaul dengan sesamanya ada

yang terpuji, ada yang tercela.43

Menurut Samami, karakter dapat dimaknai sebagai nilai dasar yang

membangun pribadi seseorang, terbentuk baik karena pengaruh hereditas

maupun pengaruh lingkungan, yang membedakannya dengan orang lain,

42
Ramayulis, ”Ilmu Penddikan Islam”, (Jakarta: Kalam Mulia Group, 2012, Cet.9),
h.510.
43
Ali Abdul Halim Mahmud, ”Akhlak Mulia”, (Jakarta: Gema Insani Pres, 2004, Cet.1)
h.32

35
serta diwujudkan dalam sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-

hari.44

Sementara itu Winnie sebagaimana dikutip dari Mu’in, memahami

bahwa istilah karakter memiliki dua pengertian tentang karakter. Pertama,

dia menunjukan bagaimana seseorang bertingkah laku. Apabila seseorang

berprilaku tidak jujur, kejam atau anarkis, tentulah orang tersebut

dimanifestasikan perilaku buruk. Kedua istilah karakter erat kaitannya

dengan personality. Seseorang baru bisa disebut orang yang berkarakter (a

person of character) apabila tingkah lakunya sesuai dengan kaidah moral.45

Menurut Gunawan, karakter adalah keadaan asli yang ada dalam

diri individu seseorang yang membedakan antara dirinya dengan orang

lain.46 Sedangkan menurut Doni Koesoema dalam Gunawan, menyatakan

bahwa karakter sama dengan kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai

ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat khas dari diri seseorang yang

bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan.47

Dari penjelasan para tokoh diatas dapat disimpulkan bahwa

karakter yaitu karakteristik seseorang yang memebedakanya dengan orang

lain yang terwujud dalam tingkah laku yang sesuai dengan kaidah moral

dalam kehidupan sehari-hari.

1. Faktor-faktor Pembentukkan Karakter

44
Muchlas Samami, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2016), 43.
45
Fatchul Mu’in, Pendidikan Karakter Kontruksi Teoritik & Praktik, 160.
46
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, (Bandung: Alfabeta,
2014), 3.
47
Ibid, 2

36
Menurut Gunawan, faktor-faktor pembentuk karakter dibedakan

menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

a. Faktor internal

Terdapat 5 hal yang termasuk dalam faktor intern yang dapat

mempengaruhi karakter, yaitu:

1. Insting atau naluri Insting adalah suatu sifat yang dapat

menumbuhkan perbuatan yang menyampaikan pada tujuan

dengan berpikir lebih dahulu ke arah tujuan itu dan tidak

didahului latihan perbuatan itu. Sedangkan naluri merupakan

tabiat yang dibawa sejak lahir yang merupakan suatu pembawaan

yang asli. Maka perbuatan seseorang dapar bersumber dari

latihan-latihan ataupun pembawaan.

2. Adat atau kebiasaan

Yang dimaksud dengan kebiasaan adalah perbuatan yang selalu

dilulang-ulang sehingga mudah untuk dikerjakan. Maka dapat

dipahami bahwa dengan melakukan pengulangan secara terus-

menerus suatu perilaku maka perilaku tersebut bisa menjadi bagian

atau kebiasaan dirinya.48

3. Kehendak/kemuan Kemauan adalah kemauan untuk melangsungkn

segala ide dan segala yang dimaksud, walau disertai berbagai

rintangan dan kesukaran-kesukaran, namun sekali-sekali tidak mau

tunduk kepada rintangan tersebut.49 Manfaat dari sebuah kehendak

48
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, 20
49
Ibid

37
atau kemauan yaitu dapat bersungguh-sungguh dalam mengerjakan

sesuatu, terutama dalam keinginan untuk berprilaku baik, perlu

didorong agar terwujud.

4. Suara batin atau suara hati Suara hati berfungsi memperingatkan

bahaya berbuat buruk dan berusaha mencegahnya, disamping

dorongan untuk melakukan hal baik. Dalam diri manusia terhadap

suara batin yang dapat membuat keputusan untuk melekukan

kebaikan, dan menghindari perbuatan yang buruk.

5. Keturunan Keturunan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi

perbuatan manusia. Dalam keturunan terdapat dua jenis hal yang

dapat diturunkan orang tua kepada kedua anaknya, yaitu sifat

jasmaniyah yaitu kekuatan dan kelemahan otot-otot dan urat saraf

orang tua yang dapat diwariskan kepada anaknya dan selanjutnya

sifat ruhaniyah yaitu lemah dan kuatnya suatu naluri dapat

diturunkan pula oleh orang tua yang kelak mempengaruhi perilaku

anak cucunya.

b. Faktor eksternal

1. Pendidikan Pendidikan mempunyai pengaruh yang sangat besar

dalam pembentukan karakter. Pendidikan untuk mematangkan

kepribadian manusia sehingga tingkah lakunya sesuai dengan

pendidikan yang telah diterima oleh orang baik pendidikan formal,

informal maupun nonformal.50 Pendidikan digunakan sebagai sarana

atau tempat latihan dan memperoleh informasi mengenai karakter,


50
Ibid, 21

38
sehingga dianggap penting jika pendidikan dijadikan sara pembentuk

karakter.

2. Lingkungan

Lingkungan adalah suatu yang melingkungi suatu tubuh yang hidup,

seperti tumbuh-tumbuhan, keadaan tanah, udara, dan pergaulan

hidup manusia yang selalu berhubungan dengan manusia lainnya

atau juga dengan alam sekitar. Kemudian lingkungan dibagi menjadi

dua bagian. Pertama, lingkungan yang bersifat kebendaan. Alam

yang melingkungi manusia merupakan faktor yang mempengaruhi

dan menentukan tingkah laku manusia. Misalnya lingkungan fisik

sekitar seperti lingkungan alam yaitu unsur abiotik dan biotik, yang

kecuali manusia. Kedua, lingkungan pergaulan yang bersifat

kerohanian. Seseorang yang hidup dalam lingkungan yang baik

secara langsung atau tidak langsung dapat membentuk

kepribadiannya menajdi baik.51 Jadi dapat dipahami bahwa dengan

menentukan secara benar tempat atau lingkungan hidup dapat

menentukan kepribadian atau karakter yang akan dimunculkan.

3. Nilai-nilai karakter Pelaksanaan pendidikan karakter pada satuan

pendidikan terindentifikasi 18 nilai yang bersumber dari agama,

pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional, yaitu:

a. Religius

b. Jujur

c. Toleransi
51
Ibid, 22

39
d. Disiplin

e. Kerja Keras

f. Kreatif

g. Mandiri

h. Demokratis

i. Rasa ingin tahu

j. Semangat kebangsaan

k. Mencintai tanah air

l. Menghargai prestasi

m. Bersahabat/komunikatif

n. Cinta damai

o. Gemar membaca

p. Peduli lingkungan

q. Peduli sosial

r. Tanggung jawab52

Masyarakat membentuk karakter anak melalui pendidikan di sekolah

agar anak memiliki karakter yang baik seperti sikap dan tingkah laku yang

dikehendaki oleh masyarakat. Karena dengan sistem pendidikan yang ada di

sekolah karakter anak dapat dikembangkan melalui tahap pendidikan,

pengetahuan, kebiasaan hidup dengan sikap dan perilaku yang baik. Namun

seseorang yang memiliki pengetahuan tentang kebaikan belum tentu mampu

bertindak sesuai dengan pengetahuannya tersebut apabila tidak dilatih untuk

melakukan kebaikan tersebut. Dengan demikian, diperlukan komponen


52
Kementrian Pendidikan Nasional, Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter, 8.

40
karakter yang baik yaitu pengetahuan tentang moral, dan perasaan tentang

moral yang kemudian diaplikasikan perbuatan bermoral. Hal ini diperlukan

agar peserta didik mampu memahami, merasakan, dan mengerjakan

sekaligus nilai–nilai kebajikan.

2. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran

Berikut adalah Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran yang

diberikan oleh guru di sekolah:53

No Nilai Deskripsi

1 Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam

melaksanakan ajaran agama yang

dianutnya, toleran terhadap

pelaksanaan ibadah agama lain, dan

hidup rukun dengan pemeluk agama

lain.

2 Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya

menjadikan dirinya sebagai orang

yang selalu dapat dipercaya dalam

perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

3 Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai

perbedaan agama, suku, etnis,

pendapat, sikap, dan tindakan orang

lain yang berbeda dari dirinya.

4 Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku


53
Sri Judiani, Op.Cit.,h.284

41
tertib dan patuh pada berbagai

ketentuan dan peraturan.

5 Kerja keras Perilaku yang menunjukkan upaya

sungguhsungguh dalam mengatasi

berbagai hambatan belajar dan tugas

dengan sebaik-baiknya.

6 Kreatif Berfikir dan melakukan sesuatu untuk

menghasilkan cara atau hasil baru

dari sesuatu yang telah dimiliki.

7 Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah

tergantung pada orang lain alam

menyelesaikan tugas-tugas.

8 Demokratis Cara berfikir, bersikap, dan bertindak

yang menilai sama hak dan kewajiban

dirinya dan orang lain

9 Rasa Ingin Tahu Sikap dan tindakan selalu berupaya

untuk mengetahui lebih mendalam

dan meluas dari sesuatu yang

dipelajarinya, dilihat, dan didengar.

10 Semangat Cara berfikir, bertindak, dan

Kebangsaan berwawasan yang menempatkan

kepentingan bangsa dan Negara di

atas kepentingan diri dan

42
kelompoknya.

Nilai-nilai karakter di atas diharapkan mampu diimplementasikan

oleh sekolah dengan baik melalui pendidikan karakter. Dalam hal ini,

Otten menambahkan “Integritas (Integrity) sebagai penyempurna rumusan

nilai-nilai karakter yang penting untuk ditanamkan kepada peserta didik”.54

3. Upaya Pembinaan Pendidikan Karakter

Abudin Nata dalam bukunya Akhlak Tasawuf, menyebutkan metode

yang serupa yang dapat digunakan dalam pembinaan karakter dan akhlak

anak didik, meliputi:

a. Metode pembiasaan

b. Metode keteladanan

c. Memperhatikan faktor kejiwaan yang akan di bina.55

Pembiasaan dapat dijadikan metode dalam pembinaan akhlak peserta

didik, karena dengan pembiasaan akan tercipta suatu kebiasaan bagi anak

didik, misalnya dibiasakan untuk bersikap sopan santun terhadap guru dan

sesama teman, dibiasakan berbicara yang baik dan benar, dibiasakan untuk

shalat berjama’ah, dibiasakan untuk selalu menolong orang lain yang

membutuhkan, dan lain sebagainya. Sehingga pembiasaan dapat menjadi

sikap dan tingkah laku yang sifatnya otomatis dan akan menjadi kepribadian

yang luhur pada diri peserta didik.

54
Zubaedi, Op.Cit.,h.79.
55
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta; Raja Grafindo Persada, 2011), h. 164

43
Teladan adalah sesuatu yang pantas untuk diikuti, karena mengandung

nilai-nilai kemanusiaan. Manusia teladan yang harus dicontoh dan diteladani

adalah Rasulullah SAW. Akhlak yang baik tidak hanya dibentuk dengan

pelajaran, instruksi dan larangan, sebab tabi’at jiwa untuk menerima

keutamaan itu tidak cukup dengan hanya seorang guru mengatakan ini dan

jangan kerjakan itu. Menanamkan sopan santun memerlukan pendidikan

yang panjang dan harus ada pendekatan terus menerus. Pendidikan itu tidak

akan sukses, melainkan jika disertai dengan pemberian contoh teladan yang

baik dan nyata.

Pembinaan akhlak secara efektif dapat pula dilakukan dengan

memperhatikan faktor kejiwaan sasaran yang akan dibina. Menurut

penelitian para psikolog bahwa kejiwaan manusia berbeda-beda menurut

tingkatan usia. Pada usia kanak-kanak misalnya lebih menyukai kepada hal-

hal yang bersifat rekreatif dan bermain. Dengan memperhatikan faktor

kejiwaan anak maka pembinaan yang dilakukan akan menjadi lebih optimal.

Guru sebagai pengajar merupakan orang yang menguasai ilmu dan

mampu mengembangkan serta menjelaskan fungsinya dalam kehidupan,

menjelaskan dalam dimensi teoritis dan prakti, sekaligus melakukan transfer

ilmu pengetahuan, implementasi, serta internalisasi.56

Karakter bisa juga dikembangkan melalui dua cara; guru sebagai

teladan dan habituasi atau pembudayaan karakter di sekolah. Habituasi

karakter di sekolah sangat penting bagi perkembangan siswa. Tanpa perlu

ceramah setiap upacara bendera dan di rapat-rapat, kondisi riel di sekolah


56
Departemen Agama RI, Op. Cit, h. 421

44
akan efektif sebagai pendidikan karakter bagi siswa, seperti pembiasaan cuci

tangan, buang sampah, bersih, disiplin, tertib rapih, gemar membaca, sopan

santun, menulis, tanggungjawab, kreatif, dan inovatif. Sarana untuk

mendukung habituasi karakter tersebut harus tersedia di sekolah.57

4. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Karakter

a. Tujuan Pendidikan Karakter

Tujuan diberikannya pendidikan karakter adalah untuk

menciptakan generasi muda yang berkarakter unggul sehingga dapat

membangun bangsa kearah yang lebih baik dibandingkan saat ini.

Namun sangat disayangkan pembahasan an penelitin tentang pendidikan

karakter diperguruan tinggi sangat minim, padahal perguruan tinggi

merupakan tempata yang sangat tepat dalam rangka melengkapi dan

mengokohkan karakter baik yang dibentuk pada tingkat pendidikan

sebelumnya.58 Tujuan pendidikan karakter adalah:

1. Memfasilitaskan penguatan dan pengembangan nilai-nilai tertentu

sehingga terwujud dalam prilaku anak, baik ketika proses sekolah

maupun setelah proses sekolah.

2. Mengoreksi prilaku anak yang tidak sesuai dengan nilai-nilai

pendidikan karakter yang telah diajarkan

57
Ibid, h. 48
58
Aat agustina, Wawan Kurniawan, Pendidikan Karakter Untuk Perguruan Tinggi. (Jawa
Barat: LovRinz Publishing, 2017). h.3

45
3. Membangun Koneksi yang harmonis dengan keluarga dan

masyarakat dalam memerankan tanggung jawab pendidikan karakter

secara bersama.59

b. Fungsi Pendidikan Karakter

Fungsi pendidikan karakter yaitu, Mengembangkan potensi dasar

yang dimiliki oleh setiap diri manusia untuk menjadi pribadi yang bisa

berpikir lebih baik, berhati baik, dan juga memiliki prilaku yang baik

pula. Membangun dn memperkuat prilaku peserta didik yang hidup

ditengah masyarakat multikultural. Membangun dan juga meningkatkan

peradaban dan karakter bangsa yang memiliki daya kompotensi tinggi

dalam hubungan internasional.60

5. Faktor Pendukung dan Penghambat Dalam Pembentukkan Karakter

a. Faktor Pendukung Pembentukan Karakter61

1. Faktor Internal

Adanya keinginan dalam diri siswa untuk berubah agar

lebih baik menjadi faktor pendukung keberhasilan Strategi guru

dalam meningkatkan karakter siswa di MTs. Al-Mukhlisin desa

antibar. Selain itu, antusiasme dan rasa ingin tahu yang tinggi dari

siswa dalam pembelajaran dan kegiatan sekolah merupakan sebuah

energi yang baik dalam pelaksanaan pendidikan karakter pada

siswa. Hal ini dapat dilihat dari antusiasme siswa saat proses

pembelajaran, kegiatan ekstrakurikuler, dan kegiatan sekolah


59
Pentingnya Pendidikan Karakter, 4 november 2021. h.4
60
Pentingnya Pendidikan Karakter, 4 november 2021. h.4
61
Ibid, h. 144-146

46
lainnya berlangsung. Siswa terlihat semangat, kompak dan gembira

selama mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut.

Faktor ini sesuai dengan yang diungkapkan Sjarkawi

(2006) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi

pembentukkan karakter seseorang berasal dari dalam diri orang itu

sendiri. Jadi dapat disimpulkan bahwa kesadaran diri dan kemauan

untuk berubah menjadi lebih baik mempengaruhi keberhasilan

pendidikan karakter.

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal yang mendukung keberhasilan Strategi guru

dalam meningkatkan karakter siswa di kelas VII B MTs. Al-

Mukhlisin desa Antibar ini terbagi menjadi beberapa faktor sebagai

berikut:

a. Guru

1. Adanya kerjasama yang baik antara kepala sekolah dan

guru di MTs. Al-Mukhlisin desa antibar. Kepala sekolah

selalu memonitoring dan mengevaluasi para guru sehingga

para guru pun terus memperbaiki dan melaksanakannya

dengan ksungguh-sungguh. Selain itu, guru memiliki

semangat yang tinggi dalam mendidik dan melaksanakan

kegiatan yang ada di sekolah.

2. Pendamping guru yang intensif di setiap kegiatan yang

dilakukan siswa dengan cara memberikan bimbingan dan

47
arahan serta keteladanan, baik pada saat proses

pembelajaran di kelas maupun kegiatan lainnya.

Pendampingan guru dalam setiap kegitan ini sangat

berpengaruh besar dalam penerapan pendidikan karakter.

Apabila ada perilaku siswa yang tidak sesuai aturan, guru

akan menegur, menasehati, bahkan memanggil orang

tuanya. Guru sangat berharap siswa dapat mengubah atau

memperbaiki perilakunya agar lebih baik lagi.

3. Guru tidak menjaga jarak dengan siswa. Kedekatan guru

dengan siswa dapat memberikan dampak yang positif yaiu

agar siswa merasa nyaman sehingga penanaman nilai-nilai

karakter menjadi lebih mudah dilaksanakan.

b. Sekolah

Dari pihak pengelola sekolah sangat bagus dalam hal

dukungan terhadap program-program pembentukkan karakter

pada peserta didik baik dalam hal bimbingan maupun kegiatan

yang diprogramkan. Selain itu, guna mendukung program

sekolah, pihak sekolah juga menyediakan sqrana dan prasarana

yang memadai.

c. Lingkungan Keluarga

Orang tua atau wali murid juga mendukung program-program

yang dirancang oleh sekolah. Merek menerima dan merespon

positif setiap program yang dijalankan pihak sekolah.

48
Berdasarkan uraian tersebut dapat dijelaskan bahwa faktor

dari guru atau sekolah keluarga mempengaruhi keberhasilan

pendidikan karakter. Hal ini nsesuai dengan pernyataan

Sjarkawi (2006) yaitu faktor eksternal yang berasal dari

kelurga, sekolah, dan masyarakat turut mempengaruhi

keberhasiln pendidikan karakter. Keluarga sebagai kelompok

sosial pertama yang dialami siswa menjadi wahn untuk

mendidik, meengasuh, dan mensosialisasikan sesuatu.

Sedangkan sekolah sebagai lembaga pendidikan tidak dapat

dipisahkan dari penanaman nilai-nilai karakter.

b. Faktor Penghambat Pendidikan Karakter62

1. Faktor Internal

Perkembangan kognitif dan emosional siswa MTs. Al-

Mukhliskin desa antibar yang beragam merupakan kendala dalam

proses membentuk karakter. Siswa mudah sekali tersulut emosinya

hanya karena hal-hal kecil. Beberapa siswa juga sering membuat

keributan dikelas, setelah di peringatkan oleh guru, tidak beberapa

lama ribukt lagi sehingga hal-hal kecil seperti ini dapat

mengganggu konsentrasi siswa lain yan sedang serius menerima

pelajaran. Selain itu, adanya kebiasaan buruk sebagian siswa di

rumah yang di bawa ke sekolah sehingga mempengaruhi siswa

yang lain. Oleh karena itu perlu adanya pemantauan yang intens

dan sikap bijaksana dari pendidik atau guru.


62
Ibid, h.147-149

49
Berdasarkan uraian tersebut, faktor internal yang

menghambat pendidikan karakter di MTs. Al-Mukhlisin desa

antibar yaitu kebiasaan buruk siswa dan perkembangan

emosionalnya.

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal yang menghambat strategi meningkatkan karakter

siswa di kelas VII B MTs. Al-Mukhlisin desa antibar ini terbai

menjadi beberapa faktor sebagai berikut:

a. Guru

Guru tidak bisa selalu mengawasi perilaku siswa ssepanjang

hari. Oleh karena itu, peran orang tua dirumah sangat di

butuhkan guna terbentuknya karakter yang mengakar dalam

diri siswa sehingga dapat diaplikasikan dalam kegiatan sehari-

harinya baik di rumah, sekolah, maupun lingkungan

masyarakat.

b. Keluarga

Faktor keluarga terutama orang tua yang terlalu sibuk bekerja,

sehingga pemantauan dan interaksi yang dilakukan orang tua

terhadap anak semakin minim. Hal ini menyebabkan kakrakter

baik yang dilakukan oleh anak ketika di sekolah kurang bisa

diterapkan dalam kehidupan di rumah dan orang tua sulikt

dijadikan figur teladan bagi anaknya. selain itu, ada juga

keluarga yang terlalu pasrah terhadap setiap pembelajaran dan

50
kegiatan di sekolah. Tak sedikit pula keluarga yang

mengalkami broken home. Tingkat pendidikan orang tua yang

masih rendah juga mempengaruhi pola pikir dan pola asuhnya

sehingga kurang memperhatikan karakter anak.

c. Lingkungan

Faktor lingkungan yang dimaksud disini adalah lingkungan

tempat tinggal atau lingkungan masyarakat. Lingkungan

tempat tinggal yang berada di pinggir kota dan dekat dengan

pusat hiburan menyebabkan masyarakatnya kurang memiliki

karakter yang baik dan menjadi kurang kondusif dalam

penerapan pendidikan karakter.

Berdasarkan uraian tersebut dapat dijelaskan bahwa faktor-

faktor eksternal yang menghambat penidikan karakter di MTs.

Al-Mukhlisin desa antibar berasal dari guru, orang tua, dan

lingkungan masyarakat.

D. Penelitian Terdahulu

1. Dedi Aguswanto, Prodi Pendidikan Agama Islam, UIN Sulthan Thaha

Saifuddin Jambi judul Strtegi Guru Akidah Akhlak dalam Membentuk

Karakter Siswa di Madrasah Tsanawiyah Nurul Islam Kecamatan Rimbo

Tengah Kabupaten Bungo, 2021. Dalam penelitian tersebut didapat suatu

kesimpulan Adapun upaya dan strategi guru akidah akhlak dalam mengatasi

hambatan-hambatan diantaranya untuk strategi dalam pembelajaran guru

membenahi sistem pembelajaran yakni dengan menanamkan kedisiplinan,

51
meningkatkan kerja sama antara orang tua dan guru, melakukan kegiatan

keagamaan. Sedangkan dalam pembinaan akhlak siswa guru menggunakan

beberapa metode yaitu, pembinaan melalui teladan, melalui nasehat, melalui

pembiasaan dan pembinaan melalui hukuman. Bahwa di Madrasah

Tsanawiyah Nurul Islam Kecamatan Rimbo Tengah Kabupaten Bungo yaitu

ada siswa yang tidak patuh apa yang di perintahkan guru, siswa yang

berkelahi, siswa yang kedapatan merokok, dan ada siswa berbohong demi

tugas sekolah dan ada siswa yang terlambat dan meloncat pagar, setelah

diteliti lebeh lanjut siswa siswi tersebut harus dibimbing dengan baik dan

tegas.

2. Kurnia Dewi, Fakulta Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar,

judul Strategi Guru Akidah Akhlak dalam Menanamkan Karakter Islami

Peserta Didik MTs Guppi Samata Gowa, 2017. Dalam penelitian tersebut

didapat suatu kesimpulan Strategi guru akidah akhlak dalam menanamkan

karakter Islami peserta didik MTs. Guppi Samata Gowa yaitu, memberikan

nasihat dan motivasi, keteladanan, pembiasaan, penyampaian pembelajaran

dengan metode ceramah, penugasan dan pemberian hukuman yang mendidik

bagi peserta didik yang melanggar peraturan atau tata tertib di sekolah.

Kendala-kendala yang dihadapi dalam strategi pennaman karakter Islami

peserta didik harus senantiasa diminimalisir dengan selalu mengevaluasinya

baik yang berasala dari faktor internal maupun eksternal, upaya yang perlu

dilakukan adalah peningkatan sumber dya para gurunya, peningkatan

fasilitas pembelajara atau peningkatan saran dan prasarana di sekolah, serta

52
kerja sama dan komunikasi yang aktif antara pihak madrasah dengan

masyarakat di sekitarnya.

3. Nurul Muminah, Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah

Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta, 2019. Judul Strategi guru akidah

akhlak dalam membentuk sikap kedisiplinan dan sikap spiritual siswa di

MTs Negeri 19 jakarta selatan. Dalam penelitian tersebut didapat suatu

kesimpulan Strategi guru akidah akhlak di Madrasah Tsanawiyah Negeri 19

Jakarta sangat berpengaruh, dimana guru akidah akhlak diberi tugas khusus

dalam membina dan mendidik siswa baik dalam hal ibadah vertikal maupun

horizontal dengan dibantu oleh dewan guru lainnya. Hal ini pun berkorelasi

dengan pembelajaran yang dikembangkan oleh Nadrasah Tsnawiyah Negeri

19 Jakarta dengan dasar kurikulum 2013 (kurtilas) dimana kurikulum

pendidikan tersebut tidak hanya menekankan kepada intelektual siswa akan

tetapi kepada ranah emosional dan spiritual siswa yang tercantum dalam

setiap silabus mata pelajaran yaitu tertuang dalam kompetensi inti setiap

mata pelajaran. Tingkat kedisiplinan siswa di Madrasah Tsanawiyah Negeri

19 Jakarta, ingkat kecerdasan spiritual siswa di Madrasah Tsanawiyah

Negeri 19 Jakarta sudah bisa dikatakan baik dimana iman mereka yang

kokoh dan kepekaan yang mendalam terhadap lingkungannya. Hal tersebut

tergambar dalam pemikiran mereka yang menganggap bahwa hidupo di

dunia ini hanya untuk beribadah kepada Allah SWT sehingga

diaktualisasikan dalam menunaikan kewajiban mereka sebagai bhamba Allah

SWT diantaranya melaksanakan ritual ibadah, baik ibadah yang wajib

53
maupun ibvadah yang sunnah. Akan tetapi masih terdapat beberapa siswa

yang tingkat kecerdasan spiritualnya tergolong lemah, hal tersebut

dikarenakan beberapa kendala yang harus diselesaikan diantaranya adalah

kurangnya kesadaran siswa dalam menjalankan ritual ibadah, kurang

pengawasan orang tua terhadap ibadah mereka di rumah, dan kurang

motivasi dalam meningkatkan ibadah mereka. Tingkat kecerdasan spiritual

yang dimiliki siswa di Madrasah Tsanawiyah Negeri 19 Jakarta secara

umum dapat dikatakan baik.

54

Anda mungkin juga menyukai