LANDASAN TEORI
A. Strategi
1. Pengertian Strategi
Istilah strategi berasal dari “kata benda” dan “kata kerja” dalam
Bahasa Yunani. Sebagai kata benda, strategos merupakan golongan dari kata
stratos (militer) dengan ago (memimpin). Sebagai kata kerja, stratego berarti
bahwa strategi adalah pola umum tentang keputusan atau tindakan (strategies
kegiatan). 1
guru dan siswa agar tercapainya tujuan pembelajaran secara efektif dan
efesien.2
Secara umum, strategi dapat diartikan sebagai upaya yang di lakukan oleh
seseorang atau organisasi untuk sampai pada tujuan. Dalam kamus besar
1
Saiful Bahri Djamarah dan Asman Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka
Cipta, 2006, h.52
2
Suyanto, Model Pembinaan Pendidikan Karakter Di Lingkungan Sekolah, Bandung:
PT. Remaja Posda Karya, 2010, h.126.
3
Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, Bandung: Pustaka Setia, 2011,
h. 18.
11
Strategi adalah suatu rencana tentang cara-cara pendayagunaan dan
penggunaan potensi dan sarana yang ada untuk meningkatkan efektivitas dan
efesiensi suatu sasaran kegiatan. Secara bahasa, strategi bisa diartikan sebagai
“siasat”, “kiat”, atau “cara”, sedangkan secara umum strategi ialah suatu
garis besar haluan dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah
memotivasi peserta didik untuk terlibat secara optimal dalam proses belajar.5
kualitas pembelajaran harus ditingkatkan. Untuk itu, harus dicari strategi atau
4
Pupuh, Pendidikan Agama dan Keagamaan, Jakarta: Rieneka Cipta, 2009, Cet. Ke-2, h.3.
5
Rahmah Johar dan Latifah Hanum, Strategi Belajar Mengajar: untuk menjadi guru
yang profesional, Banda Aceh: Syiah Kuala University Press, 2021, h.14
6
Ibid, h.14
12
pembelajaran menekankan pada aspek lamiah dalam bentuk kegiatan siswa
bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Gaya
lama yang berorientasi pembelajaran dari guru dan apa yang harus dilakukan
telah bergeser ke siswa dan apa yang harus mereka lakukan dengan istilah
dari teacher oriented ke student oriented (Nurhadi, 2003). Untuk itu, perlu
mengajar adalah politik atau taktik yang digunakan guru dalam proses
harus saling berkaitan satu sama lain, dan sistematis yang mengandung arti
tersusun secara rapi dan logis sehingga tujuan yang ditetapkan tercapai.
Terkait dengan hal ini, Djamarah (2002) merinci strategi belajar mengajar
7
Ibid, h.14
8
Rahmah Johar dan Latifah Hanum, Strategi Belajar Mengajar: untuk menjadi guru
yang profesional, Banda Aceh: Syiah Kuala University Press, 2021, h.14-15
9
Ibid, h.15
13
b. Guru harus mampu memilih sistem pendekatan belajar mengajar
10
Ibid, h.15
11
Ibid, h.15
14
setelah dilakukan evaluasi.12 Sistem penilaian dalam kegiatan belajar
dilakukan setiap saat bila terlihat ada tingkah laku baru yang
belajar mengajar, strategi dapat diartikan sebagai pola umum kegiatan guru
dan anak didik berupa wujud kegiatan belajar mengajar untuk mencapai
12
Ibid, h.15
13
Ibid, h.15
14
Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, Jakarta: Kencana,
2009, h.206.
15
Akrim, Strategi Pembelajaran, Sumatera Utara: UMSU Press, 2022, h.2
15
tujuan yang telah digariskan, sehingga memperoleh hasil yang optimal
dalam proses pembelajarannya. Sebab tidak semua peserta didik itu sama
mengajar.
kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.16 Menurut Raka Joni
belajar mengajar yang menunjuk pada karakteristik abstrak dari pada rentetan
dapat diartikan sebagai kegiatan yang dipilih oleh pembelajar atau instruktur
16
Akrim, Strategi Pembelajaran, Sumatera Utara: UMSU Press, 2022, h.3
16
Dari bebrapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa strategi
2. Macam-macam Strategi
seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat
disampaikan secara langsung oleh guru. Siswa tidak akan dituntut untuk
bertutur, maka sering juga dinamakan istilah strategi “chalk and talk”.19
yakni:
utama dalam melakukan strategi ini, oleh karena itu sering orang
17
2. Materi yang disampaikan biasanya adalah materi pelajaran yang
melalui tanya jawab antara guru dan siswa, maksudnya siswa mencari
inkuiri ini sering terjadi juga dinamakan strategi heuristic, yang berasal
18
dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief).20 Ketiga, tujuan dari
bermakna.
20
Ricu sidiq, et, al,. Strategi Belajar Mengajar Sejarah : Menjadi Guru Sukses, Yayasan
Kita Menulis, 2021, Cet. Ke-1, h. 62.
21
Ibid, h. 197.
22
Vita Riahni Saragih, Strategi Pembelajarn dan Motivasi Belajar (Dari Teori Hingga
Empirik Dalam Meningkatkan Kemampuan Memahami Teks Eksposisi), Jawa Barat: Perkumpulan
Rumah Cemerlang Indonesia ANGGOTA IKAPI, 2022, Cet. Ke-1, h. 30.
19
4. Keunggulan lainnya strategi pembelajaran ini dapat melayani
23
Ibid, h. 31.
24
Mislan dan Edi Irwanto, Strategi Pembelajaran, (Jawa Tengah: Lakesha, 2022), h.2-3.
20
Afektif berhubungan dengan nilai (value) yang dalam konteks ini
secara aktif.
21
c. Siswa dapat memacu prestasi belajar berdasarkan kecepatan
22
1. Pengetian Guru Akidah Akhlak
Guru menurut Zahara Idris dan Lisma jamal ialah orang dewasa
dan pendidikan, sehingga guru dan pendidik juga tidak dibedakan. Hal ini
istilah tarbiyah dan ta’lim dalam pendidikan islam sama saja. Pendapatnya
ilmu pengetahuan yang diajarkannya tersebut. Dalam hal ini, guru tidak
bisa menjadi sosok yang diteladani oleh peserta didiknya.27 Serta didukung
26
M. Shabir U, Kedudukan Guru Sebagai Pendidik, AULADUNA, NO. 2 Desember
2015, h. 223.
27
Dewi Safitri, Menjadi Guru Profesional, (Riau: PT. Indragiri Dot Com, 2019), h.5.
23
dengan perbuatan akhlakul karimah dimana keadaan yang melekat pada diri
Guru aqidah akhlak ialah guru yang mentransfer atau mengajar salah
didalam kelas maupun diluar kelas. Hal ini bertujuan agar terbentuk perilaku
atau karakter siswa yang dapat dijadikan pegangan bagi siswa dalam
perubahaan tingkah laku siswa. Dan dalam pelajaran aqidah akhlak sendiri
Sebagai guru aqidah akhlak yang memiliki tanggung jawab yang besar,
28
Abdur Rohim Hasan dan Abdur Rouf, Pendidikan Aqidah & Akhlakul Karimah
(Surabaya: Pesantren Al-Quran Nurul Falah, 2011), h. 13
24
teknik-teknik penyajian atau biasanya yang disebut dengan metode
alat komunikasi lisan antara guru dengan murid. Meski metode ini
tetapi metode ini tidak bisa ditinggalkan begitu saja dalam proses
29
Zuhairini dkk., Metodik Khusus Pendidikan Agama, (surabaya: Usaha Nasional, 1983),
h. 83
30
Munawir, Strategi Belajar Mengajar, (Ponorogo: Lembaga Penerbitan Karya Ilmiah
STAIN Ponorogo, 1991), h. 28
31
Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999),h 62
25
d. Metode tanya jawab adalah cara penyajian bahan pelajaran melalui
peserta didik. metode tanya jawab ini bertujuan agar peserta didik
yang baik dan tepat. Selain itu dengan metode ini kelas akan lebih
metode ini dapat membuat siswa merangsang kepada apa yang sedang
Guru aqidah akhlak adalah guru yang mengajar salah satu pelajaran
agama dimana tugas guru disini mewujudkan peserta didik secara Islami.
Dan dalam pelajaran aqidah akhlak itu sendiri membahas tentang tingkah
kedalam diri peserta didik. Hal ini bertujuan agar terbentuk perilaku atau
32
Imamsjah Ali Pandie, Didakdik Metodik Pendidikan Umum, (Surabaya: Usaha
Nasional, 1984 ), h. 79
26
pembelajaran yang dilakukan oleh guru aqidah akhlak sangat
mencangkup beberapa hal, yaitu guru memiliki tugas yang beragam yang
keterampilan-keterampilan siswa.
33
Syaiful Bahri djamarah, Guru dan Anak didik dalam Interaksi edukatif, (Jakarta: reneka
Cipta, 2000), hlm. 35
27
Oleh karena itu guru sebagai orang yang bertugas menyampaikan ilmu
baik. Orang yang berilmu pengetahuan dan mengajarkan kepada orang lain
Selain itu sikap positif bagi seorang guru tidak kalah pentingnya dalam
oleh Dirjen Bimbaga Islam bahwa guru harus “mampu memancarkan rasa
keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam prilaku dan
mulia maju dan mandiri, menyadari hidup dengan jelas untuk mengabdi
dengan ikhlas, sabar dan penuh penyerahan diri hanya dengan Tuhan Yang
Maha Esa”.34
34
Dirjen Bimbaga Islam, Kendali Mutu Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Percetakan
Negara, 2003), h. 32-33
28
siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkontruksikan atau
transfer ilmu dua arah, antara guru sebagai pemberi informasi dan siswa
melanjutkan bahwa harus ada kerjasama yang baik dari dua pihak, yakni
guru dan murid. Sebaliknya, proses pembelajaran akan gagal jika tidak ada
kerjasama yang baik dari keduanya. Kegagalan yang dimaksud yakni tidak
direncanakan.
adalah keyakinan yang kokoh di dalam hati.36 Tidak jauh beda dengan
pokok.
mencetak karakter siswa yang sesuai nilai-nilai Islam dalam berprilaku dan
35
Munif Chatib, Sekolahnya Manusia, (Bandung: Kaifa, 2013), h.135
36
Muhaimin, Studi Islam Dalam Ragam Dimensi & Pendekatan, (Jakarta: Kencana,
2005), h. 259
29
berinteraksi dengan Tuhan, sesama dan alam, secara vertikal dan horizontal.
pembelajaran sesuai dengan yang telah direncanakan. Peran guru dalam hal
ini sangat penting namun juga perlu adanya kerjasama dengan siswa untuk
30
serta pengalaman peserta didik tentang akidah Islam sehingga menjadi
akidah merupakan hal yang pokok dan masalah asasi. Akidah menentukan
lain.
Tuhan, sebab satu hal ini manusia tidak akan mampu menguasainya.
31
Ruang Lingkup akidah akhlak tidak jauh berbeda dengan ruang
lingkup ajaran Islam itu sendiri, khususnya berkaitan dengan pola interaksi.
jenjang pendidikan.
pelajaran PAI yang merupakan peningkatan dari akidah dan akhlak yang
Nya, rasul-rasul-Nya hari akhir, sampai iman kepada Qada dan Qadar yang
32
akidah akhlak sebagai persiapan untuk melanjutkan ke pendidikan yang
lebih tinggi dan untuk hidup bermasyarakat dan atau memasuki lapangan
tentang, konsep Tauhid dalam Islam serta perbuatan syirik dan implikasinya
metode peningkatan kualitas akhlak. Dalam tingkat ini tentu sudah mulai
33
kedamaian dan ketentraman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
C. Karakter
1. Pengertian Karakter
berperilaku sesuai dengan dirinya dan nilai yang cocok dengan dirinya
dalam kondisi yang berbeda- beda.Berbagai definisi istila atau term dari
karakter itu sendiri para tokoh dan ulama telah menjelaskannya, diantaranya
Kata karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti "to mark"
dalam bentuk tindakan atau tingkah laku. Oleh sebab itu, seseorang yang
berperilaku tidak jujur, kejam, atau rakus dikatakan sebagai orang yang
41
Zubaedi, “Desain Pendidikan Karakter”, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2012, Cet.2), h.12
34
Pengertian karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah
seseorang.
sifat dasar yang khas satu sifat atau kualitas yang tetap terus menerus dan
istilah bagi sesuatu sifat yang tertanam kuat dalam diri yang darinya keluar
merenung. Akhlak dalah sifat manusia dalam bergaul dengan sesamanya ada
42
Ramayulis, ”Ilmu Penddikan Islam”, (Jakarta: Kalam Mulia Group, 2012, Cet.9),
h.510.
43
Ali Abdul Halim Mahmud, ”Akhlak Mulia”, (Jakarta: Gema Insani Pres, 2004, Cet.1)
h.32
35
serta diwujudkan dalam sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-
hari.44
ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat khas dari diri seseorang yang
lain yang terwujud dalam tingkah laku yang sesuai dengan kaidah moral
44
Muchlas Samami, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2016), 43.
45
Fatchul Mu’in, Pendidikan Karakter Kontruksi Teoritik & Praktik, 160.
46
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, (Bandung: Alfabeta,
2014), 3.
47
Ibid, 2
36
Menurut Gunawan, faktor-faktor pembentuk karakter dibedakan
a. Faktor internal
48
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, 20
49
Ibid
37
atau kemauan yaitu dapat bersungguh-sungguh dalam mengerjakan
anak cucunya.
b. Faktor eksternal
38
sehingga dianggap penting jika pendidikan dijadikan sara pembentuk
karakter.
2. Lingkungan
sekitar seperti lingkungan alam yaitu unsur abiotik dan biotik, yang
a. Religius
b. Jujur
c. Toleransi
51
Ibid, 22
39
d. Disiplin
e. Kerja Keras
f. Kreatif
g. Mandiri
h. Demokratis
j. Semangat kebangsaan
l. Menghargai prestasi
m. Bersahabat/komunikatif
n. Cinta damai
o. Gemar membaca
p. Peduli lingkungan
q. Peduli sosial
r. Tanggung jawab52
agar anak memiliki karakter yang baik seperti sikap dan tingkah laku yang
pengetahuan, kebiasaan hidup dengan sikap dan perilaku yang baik. Namun
40
karakter yang baik yaitu pengetahuan tentang moral, dan perasaan tentang
No Nilai Deskripsi
lain.
41
tertib dan patuh pada berbagai
dengan sebaik-baiknya.
menyelesaikan tugas-tugas.
42
kelompoknya.
oleh sekolah dengan baik melalui pendidikan karakter. Dalam hal ini,
yang serupa yang dapat digunakan dalam pembinaan karakter dan akhlak
a. Metode pembiasaan
b. Metode keteladanan
didik, karena dengan pembiasaan akan tercipta suatu kebiasaan bagi anak
didik, misalnya dibiasakan untuk bersikap sopan santun terhadap guru dan
sesama teman, dibiasakan berbicara yang baik dan benar, dibiasakan untuk
sikap dan tingkah laku yang sifatnya otomatis dan akan menjadi kepribadian
54
Zubaedi, Op.Cit.,h.79.
55
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta; Raja Grafindo Persada, 2011), h. 164
43
Teladan adalah sesuatu yang pantas untuk diikuti, karena mengandung
adalah Rasulullah SAW. Akhlak yang baik tidak hanya dibentuk dengan
keutamaan itu tidak cukup dengan hanya seorang guru mengatakan ini dan
yang panjang dan harus ada pendekatan terus menerus. Pendidikan itu tidak
akan sukses, melainkan jika disertai dengan pemberian contoh teladan yang
tingkatan usia. Pada usia kanak-kanak misalnya lebih menyukai kepada hal-
kejiwaan anak maka pembinaan yang dilakukan akan menjadi lebih optimal.
44
akan efektif sebagai pendidikan karakter bagi siswa, seperti pembiasaan cuci
tangan, buang sampah, bersih, disiplin, tertib rapih, gemar membaca, sopan
57
Ibid, h. 48
58
Aat agustina, Wawan Kurniawan, Pendidikan Karakter Untuk Perguruan Tinggi. (Jawa
Barat: LovRinz Publishing, 2017). h.3
45
3. Membangun Koneksi yang harmonis dengan keluarga dan
secara bersama.59
yang dimiliki oleh setiap diri manusia untuk menjadi pribadi yang bisa
berpikir lebih baik, berhati baik, dan juga memiliki prilaku yang baik
1. Faktor Internal
antibar. Selain itu, antusiasme dan rasa ingin tahu yang tinggi dari
siswa. Hal ini dapat dilihat dari antusiasme siswa saat proses
46
lainnya berlangsung. Siswa terlihat semangat, kompak dan gembira
pendidikan karakter.
2. Faktor Eksternal
berikut:
a. Guru
47
arahan serta keteladanan, baik pada saat proses
b. Sekolah
yang memadai.
c. Lingkungan Keluarga
48
Berdasarkan uraian tersebut dapat dijelaskan bahwa faktor
1. Faktor Internal
yang lain. Oleh karena itu perlu adanya pemantauan yang intens
49
Berdasarkan uraian tersebut, faktor internal yang
emosionalnya.
2. Faktor Eksternal
a. Guru
masyarakat.
b. Keluarga
50
kegiatan di sekolah. Tak sedikit pula keluarga yang
c. Lingkungan
lingkungan masyarakat.
D. Penelitian Terdahulu
kesimpulan Adapun upaya dan strategi guru akidah akhlak dalam mengatasi
51
meningkatkan kerja sama antara orang tua dan guru, melakukan kegiatan
ada siswa yang tidak patuh apa yang di perintahkan guru, siswa yang
berkelahi, siswa yang kedapatan merokok, dan ada siswa berbohong demi
tugas sekolah dan ada siswa yang terlambat dan meloncat pagar, setelah
diteliti lebeh lanjut siswa siswi tersebut harus dibimbing dengan baik dan
tegas.
Peserta Didik MTs Guppi Samata Gowa, 2017. Dalam penelitian tersebut
karakter Islami peserta didik MTs. Guppi Samata Gowa yaitu, memberikan
bagi peserta didik yang melanggar peraturan atau tata tertib di sekolah.
baik yang berasala dari faktor internal maupun eksternal, upaya yang perlu
52
kerja sama dan komunikasi yang aktif antara pihak madrasah dengan
masyarakat di sekitarnya.
Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta, 2019. Judul Strategi guru akidah
Jakarta sangat berpengaruh, dimana guru akidah akhlak diberi tugas khusus
dalam membina dan mendidik siswa baik dalam hal ibadah vertikal maupun
horizontal dengan dibantu oleh dewan guru lainnya. Hal ini pun berkorelasi
tetapi kepada ranah emosional dan spiritual siswa yang tercantum dalam
setiap silabus mata pelajaran yaitu tertuang dalam kompetensi inti setiap
Negeri 19 Jakarta sudah bisa dikatakan baik dimana iman mereka yang
53
maupun ibvadah yang sunnah. Akan tetapi masih terdapat beberapa siswa
54