Anda di halaman 1dari 33

Bab II

Landasan Teori

A. Konsepsi Tentang Strategi Pembelajaran

1. Pengertian Strategi Pembelajaran

Dalam proses pembelajaran, guru dalam melakukan tugasnya dengan baik

apabila dia memahami dengan seksama dan komprehensif tentang konsep-

konsep dalam proses belajar dan mengajar. Karena itu, seorang guru wajib

mengetahui dan memiliki gambaran yang menyeluruh tentang proses

mengajar yang ada, serta langkah-langkah yang dibutuhkan sehingga

fungsi-fungsi pendidikan bisa dilakukan dengan baik dan mencapai

sasaran yang paling baik.1 Strategi yang digunakan akan mengantarkan

kepada dan berpengaruh terhadap hasil pembelajaran, bahkan tingkat

efektifitas dan pengalaman porses mengajar berhubungan dengan strategi

yang ada. Di sini, kecakapan dalam memilih strategi menjadi kunci ideal

bagi kesuksesan pengajaran yang berlangsung.2

Dalam Kamus al-Kabir disebutkan bahwa arti strategi adalah;

“perencanaan yang berisi kegiatan-kegiatan yang dimaksudkan untuk

mencapai tujuan tertentu.”3 Secara umum, strategi berarti perencanaan

yang rinci tentang kegiatan-kegiatan sesuai dengan tujuan-tujuan tertentu.

Di bidang pembelajaran dan belajar bahasa, Kemp4 mengatakan bahwa

strategi guru adalah proses mengajar yang harus dikerjakan oleh kerja dan

1
Anisatul Mufarikah, Stritegi Belajar Mengajar, (Yogyakarta: Teras,2009): hlm.1.
2
Suja’i, Inovasi Pembelajaran Bahasa Arab,(Semarang: Walisongo Press, 2008), hlm.23-24.
3
Kamus Besar Bahasa Indonesia online, Diakses pada tanggal 15 Juli 2023.
4
Henry Guntur Tarigan, Strategi Pengajaran Dan Pembelajaran Bahasa, (Bandung:Angkasa,
2008), hlm.2.

15
murid agar tujuan pengajaran dapat tercapai dengan efektif. Senada dengan

itu, Dick & Carey mengatakan bahwa strategi pembelajaran adalah

sejumlah proses pembelajaran untuk mengantarkan murid kepada hasil

belajar.5

Hingga hari ini, pembelajaran Bahasa Arab masih dianggap lamban dan

tidak begitu berhasil. Aktifitas pembelajaran dan pendidikan adalah proses

yang berisi kesatuan sistem yang tidak dipisahkan dari unsur-unsur

pembelajaran. Salah satu unsur tersebut adalah strategi pembelajaran. 6

Strategi pembelajaran adalah aplikasi dari metode sehingga strategi berisi

rancangan, sistem, langkah-langkah dan fasilitas yang diperlukan dalam

proses belajar dan mengajar. Karena strategi merupakan penerapan dari

metode, maka ia memerlukan sarana dan media, dengan berbagai jenisnya

yang digunakan dalam proses mengajar.7

2. Urgensi Strategi Pembalajaran

Peran strategi pembelajaran ini terlihat dari keadaan siswa dalam proses

pembelajaran menjadi lebih terarah, dapat dikatakan peran strategi

pembelajaran dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut:8

1. Pembelajaran menjadi lebih menarik atau tidak monoton disampaikan

satu arah oleh guru

5
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Prenada
Media Group, 2009), hlm.129.
6
Muhaimin dkk, Paradigma Pendidikan Agama Islam, Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama
Islam Di Sekolah, (Bandung: Rosdakarya, 2001), hlm. 99.
7
Abdul Hamid, Uril Baharudin, Bisri Mustofa, Pembelajaran Bahasa Arab Pendekatan, Materi,
dan Media, (Malang:UIN-MALANG PRESS,2008), hlm. 4.
8
Jurnal Serunai Administrasi Pendidikan Vol 10, No. 2, Oktober 2021 e-ISSN 2620-9209, hlm.
33-35/

16
2. Membuat kelas menjadi terarah, dalam artian keputusan-keputusan

diambil berdasarkan pertimbangan.

3. Pembelajaran menjadi lebih atraktif dan terencana

4. Siswa tidak mudah bosan

5. Memudahkan guru dalam mentransfer materi ajar.

Strategi pembelajaran mengandung makna multi dimensi dalam arti dapat

ditinjau dari berbagai segi, yaitu:

1. Pada dimensi perancangan, strategi pembelajaran adalah “Pemikiran dan

pengupayaan secara strategis dalam memilih, menyusun dan

mengintegrasikan segala cara, sarana dan prasarana, sumber daya untuk

mecapai tujuan pembelajaran”.

2. Pada dimensi pelaksanakan, strategi pembelajaran diartikan sebagai:

a. Keputusan bertindak secara strategi dalam memodifikasi dan

menyeleraskan komponen-komponen sistem instruksional yang telah

ditetapkan untuk lebih mengefektifkan pencapaian tujuan

pembelajaran.

b. Pola umum perbuatan guru-murid dalam perwujudan kegiatan belajar

mengajar yang menunjuk pada karakteristik abstrak dari pada

rentetan perbuatan guru-murid dalam peristiwa belajar mengajar.

Pembelajaran yang telah diatur secara strategis lebih teratur. Pembelajaran

lebih mungkin melibatkan banyak fasilitas kelas, sarana dan prasarana

yang telah disediakan oleh sekolah untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Selain itu dengan adanya strategi pembelajaran sumber daya akan

17
dimanfaatkan secara optimal. Tidak memungkinkan semua siswa didalam

kelas ikut bergerak aktif dalam pembelajaran.Misalnya dalam sebuah

pembelajaran seorang guru menggunakan strategi pembelajaran kooperatif

untuk sebuah materi pelajaran dan telah disesuaikan dengan keadaan

siswa. Maka, jika guru mengimplementasikan strategi pembelajaran

dengan baik, maka pembelajaran akan berjalan lebih aktif. Siswa akan

berkelompok menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan materi.

Semua siswa akan ikut aktif berdiskusi bertukar pikiran, menerima

pendapat orang lain dan terbiasa dengan diskusi.

Selain itu dengan strategi pembelajaran, guru juga lebih strategis dalam

mengambil keputusan-keputusan dengan memanfaatkan semua komponen

yang berhubungan dengan Jurnal Serunai Administrasi Pendidikan

pembelajaran untuk mendapatkan pembelajaran yang berjalan secara

efektif dan efisien.

Kelas yang di kelola dengan strategi pembelajaran yang tepat dan

diimplementasikan oleh guru yang baik pula akan sangat berbeda dengan

kelas yang tidak di kelola dengan strategi. Keputusan-keputusan

cenderung diambil secara mendadak. Peserta didik hanya menerima diluar

mereka menerima dengan baik atau tidak, mengerti atau tidak dan

cenderung terjadi kesulitan belajar.

Ada banyak pilihan strategi pembelajaran yang dapat dipilih oleh guru di

kelas. Guru hanya perlu menyesuaikan dengan materi dan tingkat

kemampuan siswa. Strategi pembelajaran yang tepat turut berkontribusi

18
untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Guru sebagai salah satu

komponen sekolah yang bertanggung jawab pada proses pembelajaran

harus mengusahakan tumbuhnya motivasi itu. Pembelajaran akan berhasil

manakala siswa memiliki motivasi dalam belajar. Oleh sebab itu

menumbuhkan motivasi belajar siswa merupakan salah satu tugas dan

tanggung jawab guru. Guru yang baik dalam mengajar selamanya akan

berusaha mendorong siswa untuk beraktivitas mencapai tujuan

pembelajaran.

Guru sebagai pendamping siswa di dalam kelas harusnya mendukung

untuk menciptakan motivasi belajar pada siswa.Salah satu bentuk usaha

yang dapat dilakukan guru adalah merancang sebuah strategi pembelajaran

untuk kelas yang sedang diajarnya.Usaha tersebut dilakukan untuk

mencapai tujuan pembelajaran itu.

Guru menjadi komponen yang sangat menentukan dalam impelementasi

suatu strategi pembelajaran. Tanpa guru bagaimanapun bagus dan idealnya

suatu strategi tidak mungkin bisa dialokasikan. Keberhasilan implementasi

suatu strategi tergantung kepiawaian guru dalam menggunakan metode,

teknik, dan taktik pembelajaran.

Terlepas dari bagusnya sebuah strategi pembelajaran yang telah disiapkan

tentu tidak akan berguna jika tidak diimplementasikan oleh guru yang

baik. Peran guru tidak dapat digantikan dalam melancarkan strategi itu.

Guru harus mampu menjalankan strategi pembelajaran dengan baik

sehingga tercapai hasil pembelajaran yang memuaskan pula.

19
3. Macam-Macam Strategi Pembelajaran

Hasan Zaitun (2003) menuturkan bahwa terdapat sejumlah upaya yang

dilakukan untuk membagi strategi pembelajaran ke dalam beberapa

bagian, dan yang paling menonjol adalah;9

a. Klasifikasi berdasarkan seberapa banyak usaha siswa untuk

menemukan pengetahuan secara mandiri;

1) Strategi eksplanasi, yaitu strategi yang berpijak kepada penjelasan

atau pengajaran langsung oleh guru kepada siswa.

2) Strategi diskoveri, yaitu strategi yang berpijak kepada usaha siswa

untuk menemukan pengetahuan secara mandiri.

Di antara dua jenis strategi di atas, terdapat strategi yang fase-

fasenya menggabungkan antara penerimaan siswa terhadap

penjelasan langsung dari guru atau sumber pengetahuan lainnya,

seperti buku dan lain-lain, dengan penggalian pengetahuan yang

mereka lakukan melalui aktifitas pembelajaran tertentu.

b. Klasifikasi berdasarkan cara siswa dalam mencapai pengetahuan dan

model pemerolehannya;

1) Strategi pembelajaran langsung yang berisi pengajaran

pengetahuan atau keterampilan kepada siswa dengan cara siswa

menerima langsung dari guru atau sumber pengetahuan lainnya,

kemudian melakukan dril sampai hafal atau menguasainya, dan di

tengah drill itu peserta didik menerima bimbingan untuk

memperbaiknya.
9
https://kenanaonline.com/users/maiwagieh/posts/402219.

20
2) Strategi tak langsung, yaitu strategi yang merupakan kebalikan dari

strategi langsung. Peserta didik mempelajari ilmu pengetahuan dan

ketrampilan dengan mempraktekkan sejumlah kegiatan

pembelajaran secara mandiri, tanpa menerima pengetahuan atau

bimbingan langsung dari guru.

Di antara dua macam strategi di atas, terdapat kelompok ketiga,

yaitu strategi pembelajaran langsung dan tak langsung, di mana

strategi ini menggabungkan ciri-ciri kedua macam strategi di atas

sekaligus.

c. Klasifikasi berdasarkan peran guru dalam proses pembelajaran

1) Strategi pembelajaran yang berpusat kepada guru. Di sini, guru

memiliki peran utama dan guru menjadi dominan dalam

mengarahkan proses pembelajaran dari A sampai Z.

2) Strategi pembelajaran yang tidak berpusat kepada guru. Di sini,

peserta didik memiliki peran utama dan merekalah yang memilih

apa yang akan mereka pelajri dan dengan metode yang mereka

pilih.

Di antara kedua kelompok ini terdapat strategi pembelajaran yang

menggabungkan dua macam strategi yang telah dijelaskan di atas.

Terdapat pembagian lain tentang strategi pembelajaran, yaitu;10

a. Strategi pembelajaran yang menonjolkan peran guru. Strategi

bersandar kepada aktifitas yang menonjolkan peran guru dan

mengabaikan peran peserta didik. Strategi ini menjadi fokus yang


10
https://kenanaonline.com/users/maiwagieh/posts/402219.

21
menjadi sumber bagi metode-metode pembelajaran konvensional

(langsung) yang banyak digunakan oleh para guru dan tidak

memberikan perhatian terhadap aktifitas peserta didik, sehingga peran

peserta didik terbatas hanya menerima informasi yang disampaikan

oleh guru.

b. Strategi pembelajaran yang menonjolkan peran dan aktifitas peserta

didik. Hal itu karena metode pembelajaran modern didasarkan atas

keterlibatan peserta didik untuk menemukan fakta-fakta dan relasi-

relasi yang menghubungkannya, serta untuk menemukan keterampilan

dan membangun kemampuan untuk mengurai situasi dan mengurai

persoalan. Dalam hal ini, maka peran dasar guru adalah menciptakan

situasi pembelajaran yang membuatnya dapat mengarahkan peserta

didik untuk menemukan konsep-konsep dan relasi-relasi, serta untuk

mendapat kecakapan dan menerapkannya secara benar, kemudian

memberitahukan untuk melakukan performan yang baik, dan

mengoreksi kesalahan-kesalahan satu demi satu. Strategi inilah yang

didasarkan kepada perbedaan-perbedaan individual antara para peserta

didik. Selain didasarkan kepada prinsip pembelajaran dengan

penggalian terbimbing dan belajar secara terprogram. Dalam strategi

ini, nampak fokus terhadap peserta didik serta aktifitas dan

kegiatannya dengan gerakan yang menonjolkan peran peserta didik.11

B. Konsep Pembelajaran Bahasa Arab

1. Pengertian Pembelajaran Bahasa Arab


11
https://kenanaonline.com/users/maiwagieh/posts/402219.

22
Sejak zaman dahulu, pendidikan dilakukan demi peralhiran budaya dari

generasi ke generasi. Dan bahasa juga merupakan bagian dari budaya.

Tadris (pembelajaran) berasal dari kata “darrasa” dengan arti petunjuk

yang diberikan kepada seseorang yang mengenal atau patuh kepadanya. 12

Menurut Abdul Alim Ibrahim, tadris di sini berarti bermacam-macam

pengalaman hidup yang pembentukan, pertumbuhan dan kematangannya

bersandar kepada prinsi-prinsip tertentu dan kepada kurikulum yang

jelas.13 Ada pendapat lain yang mengatakan bahwa pembelajaran berarti

menyampaikan informasi yang berhubungan dengan nama benda-benda.

Karena Allah telah mengajarkan Adab tentang nama-nama dan benda-

benda. Artinya, pembelajaran adalah menyampaikan informasi tentang

nama benda-benda dan maknanya. Untuk menunaikan tugas ini, Allah

menganurahkan kepadanya pendengaran, penglihatan dan akal.14

Bahasa memiliki peran penting, terutama bagi umat Islam. Hal demikian

karena Bahasa Arab adalah bahasa ilmu, baik ilmu agama maupun ilmu

yang lain. Sebagian besar ilmu agama, seperti Fikih, Tauhid dan lain-lain,

itu ditulis dengan Bahasa Arab. Adapun ilmu yang lain, seperti sejarah,

ekonomi, politik dan ilmu sosial, sebagian ditulis dengan Bahasa Arab.15

Pada dasarnya, ciri-ciri bahasa Arab itu tidak berbeda dengan bahasa yang

lain. Di antara ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut,


12
Abdul Chaer dan Leonie Agustina, Sosiolinguistik, (Jakarta : Rineka Cipta,2008), hlm.203.
13
Abdul Alim Ibrahim, al-Muwajjih al-Fann; al-Madzahib wa ath-Thuruq , (Riyadl: Dar Alam al-
Kutub, 1990), hlm. 23
14
Abdur Rahman bin Nashir as-Sa’di, Taisir al-Karim ar-Rahman fi Tafsir al-Kalam al-Mannan,
(Beirut: Mu`assasah ar-Risalah, 2022), hlm. 49, 93-99. Dalam menafsirkan ayat 31 Surat al-
Baqarah atau ayar 4-5 Surat al-Alaq atau ayat 2 Surat ar-Rahman.
15
Dr. Abdul Mun’im Sayyid Abdul, Al-Thuruq Tadris al-Lughah al-Arabiyah, Maktabah Gharib,
hlm. 8.

23
1. Bahasa Arab memiliki bemacam-macam uslub.

2. Bahasa Arab bisa diungkapkan secara lisan maupun tertulis.

3. Bahasa Arab memiliki sistem dan kaidah-kaidah khusus.

4. Bahasa Arab, sebagaimana bahasa yang lain, merupakan hasil produksi

dari alat-alat pengucap.

5. Bahasa Arab senantiasai berkembang, karena bahasa Arab adalah

bahasa yang produktif dan inovatif.16

Karena itu, pembelajaran bahasa Arab berarti mengarahkan siswa untuk

merubah perilaku, seperti perilaku afektif, perilaku kognitif dan

perilaku psikomotorik dalam bahasa Arab, sehingga mereka dapat

mencapai tjuan sesuai dengan yang diinginkan.

2. Bahan Ajar dalam Pembelajaran Bahasa Arab

Bahan ajar adalah segala sesuatu yang diberikan kepada siswa dalam

proses belajar-mengajar untuk mencapai tujuan. 17 Bahan ajar menjadi

dasar dalam proses pengajaran dan menjadi faktor yang mempengaruhi

jenis pembelajaran. Guru tidak menjadi sumber utama dan satu-satunya

untuk mencapai informasi, apalagi siswa. Mereka bebas untuk

mendapatkan lebih banyak informasi tentang materi ajar.18

Pendapat di atas menjelaskan bahwa penguasaan materi menjadi jaminan

kemampuan seseorang. Menurut Sardiman, materi merupakan sumber

16
Abdul Munip, Strategi dan Kiat Menerjemahkan Teks Bahasa Arab kedalam Bahasa Indonesia,
(Yogyakarta : Teras,2009), hal. 42-50
17
Muhammad Zaini, Pengembangan Kurikulum, (Yogyakarta : Teras, 2009), hlm. 83-84
18
Abdul Hamid, Pembelajaran…. hlm. 69

24
pembelajaran.19 Sedangkan menurut Oemar Hamalik, materi adalah materi

adalah bagian dari metodologi pengajaran. Sedangkan yang dimaksud

dengan materi adalah pengalaman-pengalaman yang disampaikan oleh

guru kepada para siswa dalam proses untuk mengantarkan murid kepada

tujuan-tujuan. Syarat yang harus dikuasai oleh guru dengan baik sebelum

melakukan pembelajaran adalah materi. Klaim ini adalah sesuatu yang

penting bagi guru, karena guru tidak boleh salah dalam menyampaikan

materi ajar kepada siswa, karena hal demikian akan merugikan guru

sendiri.

Ada beberapa prinsip umum yang harus diperhatikan dalam memilih

materi pelajaran dan pendidikan, antara lain;20

a. Kebenaran materi. Hal ini memerlukan kesungguhan dan kesadaran

guru dalam memilih materi yang ditawarkan. Materi harus benar dari

segi pemikiran maupun cara penyampaian.

b. Sesuai dengan akal pikiran para sesuai dari segi tingkatan pikiran,

bukan materi yang di luar kemampuan pikiran mereka, sehingga

mereka merasa bosan dan tidak di bawah kemampuan pemikiran

mereka sehingga mereka meremehkan materi tersebut.

c. Materi yang dipilih hendaklah sesuai berhubungan dengan kehidupan

para siswa dan sesuai dengan lingkungan di mana mereka hidup.

19
Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung : PT. Remaja Rosda Karya,
2009), hlm. 8.
20
Ummu Sa’idah, Tadris al-Lughah al-Arabiyah bi al-Madrasah al-Ibtida`iyah al-Islamiyah
Karangandu Watu Lima Trenggalek tahun 2014-2015, Penelitian Ilmiah, tidak diterbitkan,
(Tulungagung: 2015), hlm. 14.

25
d. Materi yang dipilih sesuai dengan durasi waktu, tidak terlalu panjang

sehingga guru tidak dapat menyelesaikannya sesuai dengan durasi

waktu.

e. Materi pelajaran harus diurutkan secara logis, sehingga masing-

masing bagian itu selaras dengan bagian lain dan terjalin tanpa

dipaksakan.

f. Materi kurikulum dan bagian-bagiannya dibagi sesuai dengan jumlah

bulan aktif. Dan tidak dalam mendistribusikan kurikulum, guru tidak

wajib mengikuti urutan yang ada dalam buku ajar.

g. Mengaitkan materi pelajaran baru dengan materi sebelumnya atau

mengaitkan satu tema dengan tema-tema lainnya, atau mengaitkannya

dengan materi-materi lain, serta mengaitkan materi dengan situas

kehidupan sekitar.21

Selanjutnya, dalam pembalajaran bahasa terkandung unsur dan

ketrampilan berbahasa. Di antara unsur-unsur bahasa yang harus diajarkan

kepada para siswa adalah mufradat (kosa-kata) dan qawa’id lughah (tata

bahasa). Sedangkan yang termasuk dalam ketrampilan berbahasa adalah

istima’ (mendengarkan), kalam (berbicara), qiraah (membaca) dan kitabah

(menulis).

Berikut akan dijelaskan lebih rinci tentang unsur-unsur bahasa;

1) Mufradat (kosa-kata)

21
Muhammad Abdul Qadir Ahmad, Thuruq Ta’lim al-Lughah al-Arabiyah, (Kairo: Maktabah an-
Nahdlah al-Mishriyah), hlm. 23.

26
Mufradat adalah himpunan kata atau kata-kata angka yang

menunjukkan kekayaan seseorang atau entitas lain yang merupakan

bagian dari suatu bangsa. Mufradat yang ada adalah sekumpulan setiap

kata yang bisa dipahami oleh manusia. Mufradat digunakan untuk

membentuk kalimat baru dan bagus. Mufradat merupakan sekumpulan

kata yang membentuk bahasa.22

2) Qawaidul Lughah (tata bahasa)

Secara umum, kaidah bahasa (tata bahasa) adalah distribusi (penataan)

fenomena-fenomena bahasa yang disusun dan digunakan oleh manusia.

Kaidah merupakan sarana, bukan tujuan pada dirinya sendiri. Tujuan

dari pembelajaran kaidah bahasa adalah ekspersi dan pemahaman yang

benar dalam menulis dan berbicara. Sebagaimana mengajarkan cara

menghubungkan kaidah dengan merasakan uslub bahasa. 23 Materi yang

termasuk ke dalam kaidah bahasa Arab adalah nahwu, sharaf, balaghah,

sastra dan ilmu dalalah (semantik).

Sedangkan ketrampilan (maharah) bahasa itu terdiri dari;

1) Maharah Istima’ (mendengar)

Yang dimaksud dengan istima’ adalah perhatian dan menyimak

dengan baik terhadap apa yang didengar. Istima’ berarti menangkap

simbol-simbol yang terucap dan memahami maknanya, serta

memastikan fungsi komunikatif yang terkandung dalam simbol atau

kalam yang terucap itu. Kemudian pengalaman yang terkandung


22
Syaiful Musthofa, Strategi Pembelajaran Inovatif, (Malang : UIN Maliki Press, 2011), hlm. 61.
23
Rusydi Ahmad Thu’aimah, Ta’lim al-Arabiyah li Ghair an-Nathiqin Biha, (Ribath: 1989), hlm.
20.

27
dalam simbol-simbol itu berinteraksi dengan pengalaman pendengar,

serta nilai dan makna yang dimiliki. Kemudian pendengar

mengkritik, mengevaluasi dan menghukumi pengalaman tersebut

berdasarkan makna obyektik yang selaras dengannya.24

2) Maharah Kalam (Bicara)

Maharah Kalam memiliki dua fase, yaitu pengucapan (nuthqu) dan

ekspresi (ta’bir). Pengucapan adalah fase pertama atau fase lebih

rendah. Sedangkan ekspresi adalah fase lanjutan atau lebih tinggi.

Pengucapan dilakukan oleh siswa sejak masa keraguan

(pengulangan) yang dilakukan oleh murid pada awal belajar bahasa

dengan mengulang beberapa modeling atau kalimat yang diucapkan

oleh guru, atau sebagai respon otomatis terhadap sejumlah

pertanyaan langsung seperti yang dilakukan dalam membaca nyaring

(qiraah jahriyyah).

Sedangkan fase ekspresi dilakukan dalam fase selanjutnya dan

merupakan sisi kreatif yang tidak bergantung kepada pengulangan

(peniruan) otomatis, melainkan bersandar kepada pikiran dan pilihat

ibarat serta lafazh yang sejalan dengan situasi. Permasahalan ini

akan dibahas dalam penjelasan yang akan datang.

3) Maharah Qira’ah (Membaca)

Qiraah dianggap sebagai salah satu maharah yang paling penting dan

wajib dikuasai oleh seseorang, dan harus dikembangkan. Itu karena

24
Nurhadi, al-Muwajjih li Ta’lim al-Maharat al-Lughawiyah li Ghairi Nathiqin Biha, (Malang:
Mathba’ah Jami’ah Maulana Malik Ibrahim al-Islamiyah al-Hukkumiyah, 2018), hlm. 27.

28
qiraah merupakan salah satu sarana komunikasi yang tidak mungkin

tinggalkan. Melalui qiraah, orang dapat mengenal berbagai macam

pengetahuan dan kebudayaan. Qiraah merupakan sarana dan alat

belajar serta menjadi sarana untuk mengisi waktu luang.25

4) Maharah Kitabah (Menulis)

Kitabah (menulis) merupakan salah satu sarana komunikasi bahasa

antara individu-individu. Dalam hal ini, kitabah sama dengan

maharah lainnya, yaitu istima’, kalam dan qiraah. Kitabah

merupakan kebutuhan sosial untuk mentransfer pikiran dan

memahami pikiran orang lain, dalam ruang dan waktu yang

berjauhan. Pengajaran kitabah terfokus pada perhatian kepada

sejumlah hal;

a. Kemampuan siswa untuk menulis dengan benar, dengan cara

didikte dan memperbaiki khat (tulisan), serta kemampuan siswa

untuk mengungkapkan pikiran-pikiran yang mereka miliki dengan

jelas dan cermat. Artinya, apabila murid tidak dapat

menggoreskan huruf-huruf dengan benar, maka simbol-simbolnya

akan kacau dan mustahil bisa dibaca.

b. Agar siswa mampu menuliskan kata-kata dengan cara yang

disepakati oleh pemilik bahasa. Jika tidak, maka akan sulit

menerjemahkan kata-kata tersebut ke dalam maknanya.

25
Ibrahim Muhammad Atha, Thuruq Tadris al-Lughah al-Arabiyah wa at-Tarbiyah ad-Diniyyah,
(Kairo: Maktabah an-Nahdlah al-Mishriyah, 1990), hlm. 119.

29
c. Agar siswa mampu memilih kata-kata dan meletakkannya dalam

sistem khusus. Bila tidak, tentu mustahil memahami makna dan

pikiran yang terkandung di dalam kata-kata tersebut.

3. Metode-Metode Pembelajaran Bahasa Arab

Sebelum berbicara tentang metode-metode pembelajaran bahasa Arab, ada

sejumlah istilah yang harus menjadi pegangan atau berlangsung dalam

pembelajaran bahasa Arab. Istilah-istilah tersebut adalah pendekatan

pembelajaran (teaching approach), metode pembelajaran (teaching

technique) dan teknik pembelajaran (teaching method). 26 Pengertian

metode pembelajaran bisa dipahami dengan menyinggung beberapa istilah

yang berhubungan erat dengan metode. Istilah-istilah tersebut adalah

sebagai berikut,

a) Hubungan antara pendekatan, metode dan teknik

Pendekatan (approach) adalah sejumlah asumsi yang saling

berhubungan satu sama lain dan berususan dengan karakter belajar dan

mengajar bahasa. Naqah mengatakan bahwa pendekatan pembelajaran

bahasa Arab itu pada dasarnya adalah sejumlah pandangan tentang

pembelajaran bahasa Arab dalam bentuk pikiran dalam hati, yang

membuat orang tidak perlu merasakan adanya persoalan yang

membosankan.27

Adapun macam-macam pendekatan bahasa Arab adalah sebagai

berikut,
26
Hermawan, Metodologi Pembelajaran......,hlm. 167.
27
Mahmud Kamil Hasan Al-Naqah, Usus I’dad Mawad Ta’lim Al-Lughah Al-‘Arabiyah wa
Ta’lifuha. (Qahirah : Kuliyah Al-Tarbiyah, Jami’ah ‘Ain Syams, 2010), hlm. 121.

30
1) Pendekatan Humanistik (Humanistic Approach)

2) Pendekatan berbasis media (Media-Based Approach)

3) Pendekatan Analitik dan Non-Analitik (Analitical and Non-

Analitical Approach)

4) Pendekatakan Komunikatif (Communicative Approach)

- Metode (Thariqah)

Metode adalah rencana umum tentang pemaparan materi bahasa

Arab secara sistematis, yang bagian-bagiannya tidak saling

bertentangan dan berpijak kepada suatu pendekatan tertentu.

- Teknik (Uslub)

Adalah penerapan, sesuatu yang dilakukan secara nyata di ruang

belajar, berupa trik atau inovasi yang akan digunakan untuk

mewujudkan tujuan secara langsung. Teknik pembelajaran harus

selaras dengan pendekatan maupun metode.

b) Pengertian Metode Pembelajaran Bahasa Arab

Metode (thariqah) adalah rencana menyeluruh tentang penyajian materi

bahasa secara teratur dan ditetapkan sesuai dengan metodologi yang

digunakan.28 Metode-metode pengajaran bahasa Arab itu sangat banyak,

dan ada baiknya bila para guru mengetahui metode-metode tersebut

dalam mampu menerapakannya dalam proses pembelajaran. Secara

garis besar, metode pembelajaran bahasa Arab terbagi menjadi dua

macam, yaitu;29
28
Ahmad Fuad Afandi, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, (Malang : Misykat, 2002), hlm. 6.
29
Pena Vita, Metode Pembelajaran Bahasa Asing, dalam Cah_Bocah metodepembelajaran-
bahasa-asing.html diakses tanggal 14 Juli 2023

31
1) Metode Klasik (Classical Method/ath-Thariqah at-Taqlidiyyah atau

al-Klasikiyyah)

Yaitu metode Pengajaran Bahasa Arab yang menekankan perhatian

pada ujaran, sehingga belajar bahasa Arab berarti mengetahui dasar-

dasar ilmu bahasa Arab secara detail melalui kaidah-kaidah nahwu

dan sharaf. Metode ini terbagi menjadi bermacam-macam;

a. Metode Gramer dan Kaidah (Grammar Translation

Method/Thariqah al-Qawa’id wa at-Tarjamah. Ini adalah metode

klasik, yang pada awalnya tidak didasari oleh dasar pemikiran

atau pandangan tertentu. Artinya, metode ini tidak berhubungan

dengan para pemikir di bidang bahasa atau bidang pendidikan,

tapi asal-usulnya kembali kepada bahasa Latin atau bahasa

Yunani yang, dalam waktu lama, digunakan untuk pengajaran

kedua bahasa di atas, ketika analisis bahasa secara logis dan

menghafal kaisah serta penyimpangan yang ada, kemudian

menerapkannya dalam latihan-latihan penerjemahan, dianggap

sebagai salah satu sarana penguatan pikiran anak. Ketika kajian

berbahasa Latin dan Mesir dianggap sebagai memerlukan

pemikiran dan sastra klasik, dan dengan demikian membaca teks-

teks dan menerjemahkannya dengan metode ini. Selain itu, latihan

kitabah dan meniru teks-teks tersebut merupakan sesuatu yang

penting dan utama.30

30
Muhammad Kamil an-Naqah, Ta’lim al-Lughah al-Arabiyah li an-Nathiqin bi Lughat Ukhra,
(Mekah: Huquq ath-Thab’i li Jami’ah Ummul Qura, 1985), hlm. 68.

32
2) Metode Membaca (Reading Method/Thariqah al-Qira`ah)

Metode belajar membaca didasarkan pada analisa atas tabiat dari

maharah qiraah itu sendiri, dan berusaha mengkaji sebab-sebab

keterlambatan dalam mempraktekkan qiraah, kemudian mengarahkan

pembaca kepada media yang paling ideal yang bisa dilakukan dalam

waktu yang cepat dan sangat mudah, dengan pemahaman penuh

terhadap makna yang dikehendaki oleh kitab. 31 Secara ringkas, metode

ini berarti guru membaca beberapa mufradat baru, kemudian

membaca teks qiraah kemudian melatih siswa untuk membaca teks

tersebut dengan qiraah shamitah (membaca dalam hati), kemudian

memahami kandungannya dan menjawab pertanyaan-pertanyaan

dengan suara nyaring untuk memastikan pemahaman mereka.

Kemudian memaparkan kaidah yang ada secara ringkas dan

melakukan latihan-latihan.32

3) Metode Modern (Modern Method/ath-Thariqah al-Ashriyah)

Yaitu metode yang pembelajaran yang menjadi fokus dari tujuan-

tujuan bahasa Arab, seperti ilmu alat atau adat. Artinya bahwa bahasa

dilihat sebagai alat komunikasi dalam kehidupan modern, sehingga isi

dari pengajaran bahasa Arab adalah maharah (keterampilan) atau

kemampuan untuk menggunakan bahasa Arab secara efektif dan

memahami ucapan atau kalimat berbahasa Arab. Metode ini ada

banyak macamnya, antara lain;

31
Abdul Majid, Ta’allum al-Lughat, hlm. 110.
32
Ibrahim, al-Ittijahat al-Mu’ashirah, hlm. 57.

33
a. Metode Langsung (Direct Method/ath-Thariqah al-Mubasyirah)

Yaitu metode yang sengaja menghubungkan antara kata-kata dan

kalimat bahasa asing dengan benda-benda dan peristiwa, dan guru

atau siswa tidak menggunakan bahasa nasional mereka.33

Metode langsung menghindari penggunaan terjemah dalam

pembelajaran bahasa asing dan menganggap terjemah sebagai

sesuatu yang tidak berguna, bahkan membahayakan dalam belajar

dan mengajar bahasa yang dimaksud. Dalam metode ini, maka

bahasa ibu tidak memiliki tempat dalam mengajarkan bahasa asing.

Metode ini melakukan persandingan langsung antara kalimat dan

situasi di mana kalimat itu digunakan. Karena itu, dia disebut

dengan metode langsung.34

b. Metode Audiolingual (Audiolingual Method/ath-Thariqah as-

Sam’iyah asy-Syafahiyah)

Metode ini mendorong untuk meninjau kembali tentang bahasa

baik dari segi pengertian maupun fungsinya. Bahasa tidak

dipandang sekedar sebagai alat komunikasi tertulis semata atau

sarana untuk mentransfer budaya manusia semata, tapi juga

menjadi sarana untuk melakukan komunikasi lisan, pertama-tama

dengan maharah istima’ dan kalam, kemudian komunikasi tertulis

dengan maharah qiraah dan kitabah. Pandangan terhadap bahasa

semacam ini dan dalam bingkai situasi baru, lahirlah metode baru
33
Kamil an-Naqah, Ta’lim al-Lughah al-Arabiyah, hlm. 74.
34
Muhammad Ali al-Khuli, Asalib Tadris al-Lughah al-Arabiyah, (Riyadl: al-Mamlakah al-
Arabiyah as-Su’udiyah), hlm. 22.

34
dalam pengajaran bahasa asing dengan menggunakan Metode

Audio-oral (Audio-oral method).35

c. Metode Eklektik (Eclectic Method/ath-Thariqah al-Intiqa’iyyah)

Metode eklektik lahir sebagai sanggahan terhadap metode qawaid

wa at-tarjamah dan metode langsung, metode qiraah serta metode

audiolingual, tapi dalam waktu yang sama berusaha untuk

memanfaatkan ketiga metode ini. Para pendukung metode eklektik

berpendapat bahwa keberhasilan dan efektifitas proses pengajaran

bahasa asing itu tidak akan terwujud melalui satu metode saja,

melaainkan dengan menggunakan beberapa metode, sehingga dapat

meminimalisir hal-hal yang merintangi siswa dan situasi belajar.

d. Metode Kognitif (Cognitif Code-Learning Theory/ath-Thariqah al-

Ma’rifiyyah)

Terkait dengan teori kognitif, terdapat sejumlah istilah, seperti;

teori kognitif dan teori kognitif dalam mempelajari simbol-simbol.

Sebagian orang menerjemahkannya dengan teori pemahaman dan

mengurai simbol-simbol bahasa. Termasuk istilah itu adalah

Pendekatan Konitif untuk membentuk kebiasaan-kebiasaan.

Pemikiran tentang teori kognitif mulai muncul pada pertengahan

tahun enam puluhan sebagai respon terhadap dua hal; pertama,

kritik keras yang ditujukan kepada metode audio-oral. Kedua, hal-

hal yang ditemukan dalam kajian-kajan bahasa, khususnya di

35
Thu’aimah, Ta’lim al-Arabiyah, hlm. 133.

35
bidang gramatika transformatif-generatif dan dalam kajian

psikologi, khusus di bidang psikologi kognitif.

e. Metode Diam (Silent Method/ath-Thariqah ash-Shamitah)36

Metode ini dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip kognitif dan ilmu

filsafat dalam proses pembelajaran. Disebut dengan silent method

(metode diam), karena dalam proses belajar dan mengajar, guru

lebih banyak diam daripada berbicara. Silent method ditemukan

oleh Caleb Gattegno yang terkenal menggunakan tongkat kayu

berwarna yang disebut dengan Quizwhizzer. Caleb dikenal luas

karena seri pengajarannya yang disebut dengan Words in color

(kata-kata dalam warna). Metode ini dianggap sebagai bentuk

petualangan dari Caleb dalam menerjni pengajaran bahasa asing

dengan mengandalkan prinsip yang mengatakan bahwa guru

bahasa hendaklah sedapat mungkin diam dalam ruang belajar

sambil sedapat mungkin mendorong siswa untuk berucap dan

berbicara menggunakan bahasa asing yang sedang dipelajari. 37

Guru diharapkan diam dengan porsi 90% dari durasi waktu

pembelajaran.

f. Metode Belajar Konseling (Counseling Learning Method)38

Dalam pandangan metode ini, tidak dibenarkan bagi seseorang

untuk belajar secara kognitif maupun keterampilan secara umum.

36
Ibid, hlm. 139, Abdul Majid al-Arabi, Ta’allum al-Lughat , hlm. 57.
37
Zainul Arifin, al-Lughah al-Arabiyah; Thara`iqu Ta’limiha wa Ta’allumiha, (Padang: Hayfa
Press, 2008), hlm. 250.
38
Hermawan, Metodologi Pembelajaran ..., hlm. 207.

36
Tujuan pembelajaran bahasa Arab, dalam metode ini, adalah

meningkatkan kemampuan peserta didik untuk menguasai bahasa

Arab agar mereka dapat menyerupai para pengguna bahasa Arab

asli dan menguasai rasa bahasa yang tinggi.

Untuk menghasilkan kecapakan berkomunikasi secara bebas, maka

peserta didik harus melakukan sejumlah langkah sebagai berikut,39

1) Fase janin. Pada fase ini, peserta didik sepenuhnya bergantung

kepada guru (konsultan).

2) Fase peneguhan diri. Pada fase ini, peserta didik mulai berani

berbicara menggunakan kata-kata dan kalimat yang bersumber

dari otak.

3) Fase persiapan mandiri. Pada fase ini, mulai tumbuh perasaan

mandiri pada peserta didik dari orang lain. Dan apabila

ditemukan suatu kesalahan, maka bisa dikoreksi.

4) Fase flashback. Pada fase ini, peserta didik hanya sesekali

membutuhkan guru (pembimbing), yaitu ketika menjumpai

kata-kata, kalimat atau kaidah bahasa yang asing.

5) Fase mandiri. Pada fase ini, peserta didik telah mampu secara

bebas berinteraksi dengan bahasa asing (bahasa Arab,

misalnya).

g. Metode Sugestodia (ath-Thariqah al-I’aziyah)40

39
Paul La Forge, Research Profiles with Community Language Learning, (Illions: Counseling
Learning Instites), hlm. 16-17.
40
Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,
2011), hlm. 212.

37
Suggestopedia didasarkan pada dua kata: Suggestion dan

Pedagogy. Suggestopedia adalah metode yang menerapkan sugesti

ke dalam ilmu mendidik. Sugesti dalam psikologi diartikan sebagai

pengaruh jiwa terhadap seseorang yang diterimanya tanpa kritik,

dalam arti pikiran, perasaan dan kemauan sedikit banyak

dikesampingkan.

Suggestopedia mencoba memanfaatkan pengaruh-pengaruh

(sugesti) tersebut serta mengalihkan dan mengarahkannya untuk

mengoptimalkan belajar. Menurut Lozanov manusia memiliki

kemampuan hipermnestik (hypermnestik ability), yakni

kemampuan “super memori” yang luar biasa.

C. Strategi Pembelajaran Bahasa Arab di Kelas X Madrasah Aliyah Hamalatul

Qur`an Karawang

1) Pembelajaran Bahasa Arab

Pembelajaran adalah praktek untuk menjadi siswa melakukan kegiatan

belajar atau aktifitas untuk mengarahkan siswa. Dengan kata lain,

pembelajaran dianggap sebagai upaya untuk menciptakan situasi bagi

terjadinya aktifitas pembelajaran. Bisa juga dikatakan bahwa

pembelajaran adalah aktifitas belajar untuk memanaj lingkungan dengan

sengaja, sehingga memungkinkan bagi seseorang untuk membentuk

dirinya secara positif dalam situasi tertentu. Dengan demikian, inti dari

pembelajaran adalah setiap upaya yang dicurahkan oleh para pengajar,

sehingga terjadilah proses belajar oleh para siswa sendiri. 41 Dengan kata

41
Bambang Warsita, (2008), Teknologi Pembelajaran, Jakarta : PT RINEKA CIPTA, h. 85.

38
lain, inti belajar adalah usaha sadar dari guru untuk mengajar siswa demi

mencapai tujuan yang diharapkan.42

Belajar bahasa asing merupakan proses yang rumit selain dengan beragam

fenomena yang rumit pula. Karena itu, tidaklah aneh apabila`belajar

bahasa asing memiliki bermacam makna yang berbeda-beda. Belajar

bahasa Arab adalah proses interaksi antara siswa dan guru dalam proses

belajar bahasa Arab untuk memudahkan pemahaman siswa terhadap

bahasa Arab dan melafalkannya.

Dengan kata lain, belajar adalah upaya yang dicurahkan oleh guru untuk

menciptakan kegiatan pembelajaran tertentu yang dapat mengantarkan

kepada tujuan. Dengan kata lain, belajar bahasa Arab berarti aktifitas

pembelajaran yang dilakukan oleh guru dengan cara seideal mungkin, di

mana siswa dapat melakukan kegiatan bahasa yang diajarkan dengan

baik, sehingga membantu tercapainya tujuan pembelajaran bahasa

tersebut.43

Dalam pembelajaran bahasa Arab, tema-tema yang kita pelajari dan kita

ajarkan pasti bahasa Arab itu sendiri. Belajar sendiri merupakan proses

pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mengembangkan potensi, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan

yang diperlukan bagi kehidupan, masyarakat dan bangsa. Juga

berkontribusi bagi kesejahteraan hidup manusia.44


42
Ulin Nuha, (2016), Ragam Metodologi &Media Pembelajaran Bahasa Arab, Yogyakarta :
DIVA Press, h. 143.
43
Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2011), hlm. 32.
44
Rusman, Belajar & Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta : Kencana,
2017), hlm. 10.

39
2) Tujuan Pembelajaran Bahasa Arab

Secara umum, motivasi dan tujuan belajar bahasa Arab di Indonesia

adalah motif agama, yaitu mempelajari dan memperdalam ajaran Islam

dari sumber-sumber berbahasa Arab. Di samping itu, dewasa ini bahasa

Arab menjadi bagian dari materi yang wajib diajarkan pada lembaga-

lembaga pendidikan formal. Di samping itu, di lembaga pendidikan Islam,

bahasa Arab wajib diajarkan. Secara lebih rinci, tujuan belajar bahasa

Arab adalah sebagai berikut,45

1) Belajar bahasa Arab untuk tujuan memahami ajaran-ajaran Islam.

Tujuan ini, bisa dimasukkan dalam kategori keterampilan mendengar

dan membaca. Bisa juga termasuk dalam aktifitas berbicara dan

menulis.

2) Belajar bahasa Arab untuk tujuan pengetahuan dan ketrampilan

berbahasa Arab.

3) Belajar bahasa Arab untuk tujuan profesi dan pragmatis, seperti

kemampuan berkomunikasi lisan menggunakan bahasa Arab agar

dapat menjadi tenaga kerja atau berdagang di negara-negara berbahasa

Arab.

4) Belajar bahasa Arab untuk memahami dan menggunakan bahasa Arab

sebagai kepentingan orientalisme, kapitalis, imperialis dan lain-lain.46

45
Muhammad Fathurohman, Belajar dan Pembelajaran Modern, (Yogyakarta: Garudhawaca,
2017), hlm. 13.
46
Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2015), hlm. 89-90.

40
Sedangkan ruang lingkup pembelajaran bahasa Arab adalah unsur-unsur

bahasa Arab yang terdiri dari Kaidah bahasa, mufradat (kosa-kata),

pelafalan dan pengejaan, ketrampilan berbahasa yaitu istima’

(mendengar), kalam (berbicara), qira’ah (membaca) dan kitabah

(menulis), kemudian aspek-aspek budaya yang tersebut dalam teks lisan

maupun tulisan.47

3) Strategi Pembelarajan Bahasa Arab di Kelas X Madrasah Aliyah Hamalatul

Qur`an Karawang

Beberapa strategi pembelajaran bahasa Arab yang berlaku di MA

Hamalatul Qur`an adalah sebagai berikut,

a. Pembelajaran Maharah Istima’ (Mendengar)

1. Strategi 1 (True or False)

Dalam strategi ini yang disiapkan oleh guru adalah audio berisi bacaan

dan potongan-potongan teks yang terkait dengan isi bacaan tersebut

untuk dibagikan kepada siswa.

2. Strategi al-istima’ wa al-qira’ah (mendengar dan membaca)

Di sini siswa diminta untuk menjawab pertanyaan yang

diperdengarkan dengan memilih salah satu jawaban yang ia baca pada

lembar jawaban. Guru membacakan pertanyaan dan para siswa

mendengarkannya, kemudian para siswa diminta untuk

mendengarkannya, kemudian siswa diminta untuk menjawabnya

dengan cara memilih salah satu jawaban yang benar dari jawaban-

47
Abdul Hamid, dkk, Pembelajaran Bahasa Arab, Pendekatan, Metode, Strategi, Materi, dan
Media, (Malang: UIN Malang Press), hlm. 160.

41
jawaban yang telah disediakan pada lembar jawaban yang dapat

mereka baca. Pertanyaan tersebut tidak tertulis pada lembar jawaban

melainkan hanya diperdengarkan. Sedangkan pilihan jawaban tertulis

dalam lembar jawaban siswa dan siswa diminta untuk membacanya

kemudian menjawabnya.

3. Strategi al-Imla’ wa al-Istima’ (dikte dan mendengarkan)

Siswa diminta untuk mendengarkan sebuah teks berbahasa arab,

kemudian didiktekan dengan dua atau satu kali pengulangan dan siswa

diminta untuk menulis apa yang didengar. Sebenarnya model ini lebih

menekankan atas latihan siswa membedakan huruf-huruf yang

pengucapan dan pelafalannya serupa dan mirip. Teks yang didiktekan

bisa diambilkan dari ayat-ayat al-qur’an atau dari teks lain yang

berbahasa arab yang sesuai dengan materi yang diujikan.

b. Pembelajaran Maharah Kalam

Maharah kalam bisa diperoleh setelah maharah istima’ dan

penguasaan mufradat. Maharah kalam bisa berupa dialog, diskusi,

cerita atau pidato. Dalam pembelajaran Kalam, guru tidak hanya

bersandar kepada satu metode maupun strategi. Di antara strategi yang

digunakan adalah;

a. Ta’bir Min ash-Shuwar (menceritakan gambar)

Yaitu aktifitas pembelajaran mengarang lisan yang dipergunakan

oleh guru dalam proses pembelajaran melalui gambar-gambar yang

tersedia. atau suatu cara yang dilakukan oleh pendidik dengan

42
menyiapkan gambar dengan tema materi yang akan diajarkan. Radliyah

Dzaenudin mengemukakan bahwa Strategi Al-Ta’bir Al-Mushawwar

adalah strategi yang digunakan untuk memotivasi peserta didik agar

dapat menirukan alur cerita pendidik atau tenaga kependidikan dengan

cepat melalui bantuan media gambar, Peserta didik dapat membahasakan

materi ajar dari persepsi yang ia bisa tangkap dari uraian pendidik

melalui bahasanya sendiri.48

Strategi ini bertujuan untuk melatih siswa menceritakan apa yang

dilihat dalam bahasa Arab baik lisan maupun tulisan. Media yang

digunakan dapat berupa gambar-gambar yang ditampilkan oleh guru.

b. Strategi Small Group Discussion

Metode Pembelajaran Small Group Discussion adalah proses

pembelajaran dengan melakukan diskusi kelompok kecil tujuannya agar

siswa memiliki keterampilan memecahkan masalah terkait materi pokok

dan persoalan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Metode

Pembelajaran Small Group Discussion juga berarti proses penglihatan

dua atau lebih individu yang berinteraksi secara global dan saling

berhadapan muka mengenai tujuan atau sasaran yang sudah tertentu

melalui tukar menukar informasi, mempertahankan pendapat atau

pemecahan masalah.49

48
Nasra L Agel dkk, Penerapan Strategi al-Ta’bir al-Mushawwar dalam Meningkatkan Minat
Belajar Bahasa Arab dan Maharatul Kalam, ‘Ajami: Jurnal Bahasa dan Sastra Arab, Vol. 10, Juni
2021, hlm: 94.
49
Hasibuan & Moedjiono. Proses Belajar Mengajar. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), hlm.
20.

43
Dalam strategi ini kelas dibagi menjadi beberapa kelompok kecil.

Masing-masing kelompok akan melakukan tugas yang diberikan guru,

kemudian hasilnya dipresentasikan di kelas. Strategi ini biasanya

digunakan untuk lebih mengaktifkan siswa sehingga masing-masing

siswa akan merasakan pengalaman belajar yang sama. Dengan cara ini

diharapkan pengetahuan dan ketrampilan siswa dapat merata. Sebagai

contoh, dalam pembelajaran bahasa Arab dengan materi ta’aruf, akan

membutuhkan waktu yang sangat banyak jika praktik dilakukan satu-

persatu di depan kelas, tetapi jika menggunakan strategi ini penggunaan

waktu akan dapat diefisienkan.

c. Strategi Jigsaw/Café-café

Pembelajaran jigsaw adalah suatu metode pembelajaran yang

didasarkan pada bentuk struktur multi fungsi kelompok belajar, yang

dapat digunakan pada semua pokok bahasan dan semua tingkatan,

untuk mengembangkan keahlian dan keterampilan setiap kelompok.

Model jigsaw ini dapat digunakan dalam beberapa hal untuk mencapai

berbagai tujuan, terutama digunakan untuk persentasi dan

mendapatkan materi baru. Struktur jigsaw ini pun menciptakan saling

ketergantungan karena bersifat kooperatif.

Model pembelajaran jigsaw adalah suatu variasi model pembelajaran

kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok,

yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar, dan

mampu mengajarkan bagian tersebut kepada anggota lain dalam

44
kelompoknya. Model pembelajaran ini dilaksanakan dengan

membentuk kelompok kecil yang terdiri dari 4–6 siswa.

Dimuat secara heterogen, di mana setiap anggota menyumbangkan

informasi, pengalaman, ide, sikap, pendapat, kemampuan, dan

keterampilan yang dimilikinya untuk bersama-sama saling

meningkatkan pemahaman seluruh anggota, sehingga mereka pun

harus bekerja sama, saling ketergantungan yang positif, dan

bertanggungjawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus

dipelajari, serta bisa menyampaikan materi tersebut kepada anggota

kelompok yang lain.50

Strategi ini digunakan dengan tujuan untuk memahami isi sebuah

bacaan secara utuh dengan cara membagi-baginya menjadi beberapa

bagian kecil. Masing-masing siswa memiliki tugas untuk memahami

sebagian isi bacaan tersebut, kemudian digabungkan menjadi satu.

Dengan cara seperti ini diharapkan isi bacaan yang cukup panjang

dapat dipahami secara cepat, di samping itu proses pemahaman akan

semakin mendalam karena diulang berkali-kali.

c. Pembelajaran Qira`ah

- Strategi Smal Group Discussion

Yang dimaksud dengan pembelajaran small group discussion ialah

suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok individu dalam

suatu interaksi tatap muka secara kooperatif untuk tujuan membagi

informasi, membuat keputusan, dan memecahkan masalah. Dari


50
https://www.quipper.com/id/blog/info-guru/model-pembelajaran-jigsaw/

45
pengertian tersebut, small group discussion memiliki empat

karakteristik, yaitu: 1. Melibatkan sekelompok individu; 2. Melibatkan

Peserta dalam interaksi tatap muka informal; 3. Memiliki tujuan dan

kerja sama; 4. Serta mengikuti aturan.

Metode pembelajaran Small Group Discussion memiliki ciri yang

menonjol dibandingkan dengan metode pembelajaran yang lain yaitu:

1) tiap siswa merasa sadar diri sebagai anggota kelompok; 2) tiap

siswa merasa memiliki tujuan bersama berupa tujuan kelompok; 3)

memiliki rasa membutuhkan dan saling tergantung, 4) ada interaksi

dan komunikasi antar anggota; 5) ada tindakan bersama sebagai

perwujudan tanggung jawab kelompok. Memulai diskusi dengan

kelompok kecil membuat siswa mengungkapkan pendapatnya tanpa

merasa takut atau malu.

Metode pembelajaran Small Group Discussion memberikan

kesempatan bagi tipe siswa yang pemalu, untuk berlatih

mengungkapkan pendapat di dalam diskusi kelompok kecil. Latihan

kelompok kecil bisa sangat efektif bagi para pembelajar aktif dan

reflektif. Tanpa adanya metode pembelajaran Small Group Discussion,

siswa cenderung tidak pernah bertanya mengenai materi pembelajaran.

Sedangkan keterampilan membaca pada dasarnya mengandung dua

aspek, yaitu mengubah lambang tulis menjadi bunyi, dan menangkap

arti dari seluruh situasi yang dilambangkan dengan lambang tersebut.

d. Pembelajaran Kitabah

46
Pembelajaran kitabah, sebagaimana ketrampilan yang lain juga memiliki

tingkatan. Ketrampilan menulis yang paling mendasar adalah ketrampilan

menuliskan huruf-huruf Arab baik secara terpisah maupun bersambung.

Setelah kemampuan ini dikuasai, barulah dapat ditingkatkan pada

kemampuan menyusun kalimat, menyusun paragrap, sampai akhirnya

dapat membuat sebuah artikel, atau tulisan secara utuh.

Salah satu strategi yang digunakan guru dalam pembelajaran maharah

kitabah adalah pembelajaran kolaboratif. Strategi pembelajaran ini

membutuhkan sekelompok orang dengan perannya masing-masing, dan

seharusnya bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan

dalam suatu kegiatan dengan struktur tertentu. 51 Jadi pembelajaran

kolaboratif adalah pembelajaran yang melibatkan siswa dalam suatu

kelompok untuk membangun pengetahuan dan mencapai tujuan

pembelajaran bersama melalui interaksi sosial di bawah bimbingan guru,

sehingga siswa akan menghargai kontribusi semua anggota kelompok.

51
Hariyanto Warsono, Pembelajaran Aktif Teori dan Asesmen (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2012), hlm. 50.

47

Anda mungkin juga menyukai