Anda di halaman 1dari 34

16

BAB II
LANDASAN TEORETIK

A. Strategi Pembelajaran

1. Pengertian strategi pembelajaran

Pada awalnya, istilah “strategi” lazim digunakan dalam dunia


militer yang diartikan sebagai cara penggunaan seluruh sumber daya
dan kekuatan untuk memenangkan suatu peperangan. Dari situ,
strategi dapat dimaknai sebagai seni merencanakan perang atau “seni
memimpin bala tentara untuk menghadapi musuh di medan perang,
dalam kondisi yang menguntungkan”.1

Kata strategi memiliki arti struktur umum kegiatan yang


dijadikan rencana pelaksanaan sebuah kegiatan, yang di dalamnya
melibatkan banyak unsur yang harus diatur. Strategi berasal dari
bahasa Yunani yaitu strategos yang merupakan gabungan dari kata
stratos (militer) dan ago (memimpin) artinya suatu usaha agar
mencapai kemenangan pada suatu pertempuran. 2

Strategi diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang


rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu. Di dalam strategi yang baik terdapat koordinasi tim kerja,
memiliki tema, mengidentifikasi faktor pendukung yang sesuai dengan
prinsip-prinsip pelaksanaan gagasan secara rasional, efisien dalam
pendanaan, dan memiliki taktik untuk mencapai tujuan secara efektif.3

Menurut Poerwadarminta dalam Haudi pembelajaran


merupakan terjemahan dari kata instruction yang berarti
menyampaikan pikiran, dengan demikian arti instruksional adalah
menyampaikan pikiran yang telah diolah secara bermakna melalui

1
Isnu Hidayat, 50 Strategi Pembelajaran Populer, (Yogyakarta: DIVA Press,
2019), 19.
2
Rina Rachmawati, Yohanita Nirmalasari, Badroh Rif’ati, Dewi kartika Wati, et al.
Call for book tema 2 (Strategi Pembelajaran) (Surabaya: CV Jagad Media Publishing,
2020), 3.
3
Suvriadi Panggabean, Ana Widyastuti, Wika Karina Damayanti, Muhammad
Nurtanto, et al. Konsep dan Strategi Pembelajaran (Medan: Yayasan Kita Menulis, 2021),
3.

16
17

pembelajaran. Selanjutnya Muhammad Surya dalam Haudi


memberikan pengertian pembelajaran merupakan suatu tahapan yang
dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu
itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya4

Menurut Darsono dalam Mohamad secara umum menjelaskan

bahwa pengertian pembelajaran ialah suatu kegiatan yang dilakukan

oleh guru dengan cara sedemikian rupa sehingga diharapkan tingkah

laku siswa akan berubah menuju ke arah yang lebih baik.5

Pembelajaran itu ialah interaksi dua arah dari pendidik dan peserta

didik, diantara keduanya terjadi komunikasi yang terarah menuju

kepada target yang telah ditetapkan, hal ini senada dengan pernyataan

Pane dan Darwis Dasopang dalam Suvriadi Panggabean yaitu:

Proses pembelajaran ditandai dengan adanya interaksi edukatif

yang terjadi, yaitu interaksi yang sadar akan tujuan dan berakar dari

pendidik (dosen/guru) dan terjadi kegiatan belajar secara pedagogis

pada diri peserta didik, berproses secara sistematis melalui tahap

rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi.6 Menurut Sugiyar dalam

Mohamad pengertian pembelajaran adalah jumlah aktivitas dari

konsep mengajar (teaching) serta konsep belajar. Pokok pangkalnya

4
Haudi, Strategi Pembelajaran (Sumatra Barat: CV Insan Cendekia Mandiri,
2021), 2.
5
Mohamad Syarif Sumantri. Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2015), 2.
6
Suvriadi Panggabean, Ana Widyastuti, Wika Karina Damayanti, Muhammad
Nurtant, et al. Konsep dan Strategi Pembelajaran, (Medan: Yayasan Kita Menulis, 2021), 3.
18

terletak pada perpaduan antara keduanya, yaitu kepada penumbuhan

kegiatan subjek didik laki-laki serta perempuan.7

Sedangkan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan

Nasional Nomor 20 tahun 2003 menyatakan bahwa pembelajaran

adalah proses interaksi sosial antara peserta didik dengan pendidik dan

sumber belajar pada suatu lingkungan belajar dan pembelajaran.8

Para pakar pendidikan memiliki definisi yang beragam dalam


mengartikan strategi pembelajaran. Kemp dalam Mislan dan Edi
Irwanto mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu
kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar
tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Raka Joni
dalam Mislan dan Edi Irwanto mengungkapkan bahwa dalam pola
umum perbuatan guru siswa di dalam perwujudan kegiatan belajar-
mengajar yang menunjuk kepada karakteristik abstrak dari pada
rentetan perbuatan guru-siswa tersebut.9

Pembelajaran adalah upaya menciptakan kondisi dengan


sengaja agar tujuan pembelajaran dapat dipermudah pencapaiannya.
Lebih lanjut Sobry Sutikno juga menjelaskan bahwa Menurur Gagne
bahwa strategi pembelajaran meliputi Sembilan aktivitas, yaitu (1)
menarik perhatian peserta didik, (2) memberikan informasi tujuan
pembelajaran pada peserta didik, (3) mengulangi pembelajaran yang
bersifat prasyarat untuk memastikan peserta didik menguasainya, (4)
memberikan stimulus, (5) memberi petunjuk cara mempelajari materi
yang bersangkutan, (6) menunjukkan kinerja peserta didik terkait
dengan apa yang sudah disampaikan, (7) memberikan umpan balik
terkait dengan kinerja atau tingkat pemahaman peserta didik, (8)
memberikan penilaian, dan (9) memberikan kesimpulan10.

7
Mohamad Syarif Sumantri. Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2015), 2.
8
Undang-undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003.
9
Mislan dan Edi Irwanto, Strategi Pembelajaran: Komponen, Aspek, Klasifikasi
dan Model-Model dalam Strategi Pembelajaran (Jawa Tengah: Lakeisha, 2022), 2.
10
Sobry Sutikno, Strategi Pembelajaran (Jawa Barat: CV Adanu Abimata, 2021),
34.
19

Strategi belajar atau disebut dengan istilah stategi pembelajaran

adalah cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan materi

pembelajaran dalam lingkungna pembelajaran tertentu.11 Kegiatan

pengajaran adalah rangkaian kegiatan yang dirancang untuk

memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental serta

fisik melalui interaksi antar murid, murid dengan guru, lingkungan,

serta sumber belajar lainnya pada rangka pencapaian kompetensi.12

Oleh karena itu, pembelajaran merupakan inti dari proses


pendidikan. Di dalamnya terjadi interaksi antara berbagai komponen,
yaitu guru, siswa, dan materi pelajaran atau sumber belajar. Interaksi
antara ketiga komponen utama ini melibatkan sarana dan prasarana
seperti metode, media, dan penataan lingkungan tempat belajar,
sehingga tercipta suatu proses pembelajaran yang memungkinkan
tercapainya tujuan yang telah direncanakan.13

Strategi pengajaran digunakan untuk memperoleh kesuksesan


atau keberhasilan pada mencapai tujuan. Strategi pengajaran pada
umumnya merupakan macam serta urutan perbuatan yang
dipergunakan serta atau dipercayakan guru- muridnya di pada
bermacam-macam peristiwa belajar. Rangkaian aktivitas guru-murid
pada suatu peristiwa belajar-mengajar aktual tertentu, dinamakan
prosedur instruksional. Implementasi dari strategi tersebut dibutuhkan
rentetan cara atau disebut metode pengajaran.14

Penulis simpulkan bahwa strategi pembelajaran merupakan

suatu rencana tindakan termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan

11
Pupu Saeful Rahmat. Strategi Belajar Mengajar. (Surabaya:Scopindo, 2019), 6.
12
Mohamad Syarif Sumantri. Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2015), 2.
13 Heri Gunawan, Pendidikan Islam Kajian Teoritis dan Pemikiran Tokoh,
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2014), 116.
14
Mohamad Syarif Sumantri. Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2015), 2.
20

berbagai sumber daya dalam pembelajaran. Ini berarti bahwa di dalam

penyusunan suatu strategi baru sampai pada proses penyusunan

rencana kerja.

2. Konsep dasar strategi pembelajaran

Makna konsep sendiri juga dapat berarti suatu rancangan yang


ingin digunakan ketuka ingin melakukan sesuatu, jika arti kata konsep
itu dikorelasikan maknanya dengan penelitian maka makna dari konsep
penelitian ialah merujuk pada istilah dan definisi yang digunakan untuk
menggambarkan abstrak: kejadian, keadaan, kelompok atau individu
yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial.15

Terdapat empat unsur penting yang menjadi konsep dasar yaitu:

Ada empat unsur yaitu: a) Lakukan penetapan spesifikasi dan


kualifikasi tujuan pembelajaran, dengan melakukan perubahan profil
perilaku dan pribadi peserta didik. b) Lakukan pertimbangan
pembelajaran yang dipandang paling efektif. c) Lakukan pertimbangan
dan penetapan langkah atau prosedur, metode dan teknik pembelajaran
yang sesuai. d) Lakukan penetapan norma-norma dan batas minimum
kriteria dan pemilihan sistem pendekatan keberhasilan dan kriteria
baku keberhasilan.16

Strategi pembelajaran adalah aktivitas pembelajaran yang

dilakukan guru dan siswa dengan prosedur, mengorganisasikan

komponen pelaksana pembelajaran untuk efektivitas, efisiensi dan

tujuan pembelajaran.17 Strategi pembelajaran memiliki empat konsep:

Pertama, pengidentifikasian dan penetapan tujuan. Kedua,

15
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuatitatif, (Jakarta: Kencana, 2017), 68.
16
Suvriadi Panggabean, Ana Widyastuti, Wika Karina Damayanti, Muhammad
Nurtanto, et al. Konsep dan Strategi Pembelajaran (Medan: Yayasan Kita Menulis, 2021),
8.
17
Suvriadi Panggabean, Ana Widyastuti, Wika Karina Damayanti, Muhammad
Nurtanto, et al. Konsep dan Strategi Pembelajaran. 5.
21

pertimbangan dan pemilihan cara pendekatan. Ketiga, pertimbangan

dan pemilihan langkah yang akan ditempuh. Keempat, pertimbangan

dan pemilihan tolak ukur taraf keberhasilan sesuai dengan tujuan.18

Asep Hermawan lebih menekankan pada persyaratan moral/

akhlak, akan tetapi pada pengajar saja sebagai al-Mu’allim (pengajar).

Artinya; seorang pengajar itu harus memiliki peran/ akhlak yang baik

dalam mengajar.19 Konteks sempit strategi pembelajaran memiliki

kesamaan dengan metodeatau cara dalam mewujudkan tujuan

pembelajran yang telah direncanakan atau ingin dicapai.20 Penulis

menyimpulkan bahwa pada dasarnya kedua pendapat di atas

menyatakan hal yang sama. Dalam menentukan strategi pembelajaran

terlebih dahulu kita harus menetapkan tujuan, karena tujuan merupakan

suatu hal yang menuntun guru untuk melakukan langkah pembelajaran

selanjutnya. Kemudian apabila guru sudah menentukan tujuan guru

dapat dengan mudah memilih pendekatan belajar.

Menjalankan strategi itu dapat diterapkan dengan berbagai

pendekatan atau metode pengajaran. Pada upaya menjalankan metode

pengajaran tersebut, pengajar dapat menentukan teknik yang dianggap

18
Isnu Hidayat, 50 Strategi Pembelajaran Populer (Yogyakarta: Diva Press, 2019),
36.
19
Asep Hermawan, “Konsep Belajar dan Pembelajaran Menurut Al-Ghazali”,
Qathruna, Vol. 1 No. 1. (Juni, 2014), 84-98.
20
Suvriadi Panggabean, Ana Widyastuti, Wika Karina Damayanti, Muhammad
Nurtanto, et al. Konsep dan Strategi Pembelajaran (Medan: Yayasan Kita Menulis, 2021),
2.
22

relevan dengan metode, serta penggunaan teknik itu setiap guru

memiliki taktik yang berbeda antara guru yang satu dengan yang lain.21

3. Prinsip memilih strategi pembelajaran

Tidak ada satu metode pengajaran yang dianggap lebih baik

dibandingkan dengan metode pengajaran yang lain. Baik tidaknya

suatu strategi pengajaran bisa dilihat dari efektif tidaknya strategi

tersebut pada mencapai tujuan pengajaran yang telah ditentukan. Buku

"Strategi Pembelajaran.22 Berbasis PAIKEM (Edisi Revisi)” Suvriadi

menjelaskan bahwa menurut Aswan ada empat pertimbangan sebelum

memilih strategi pembelajaran yaitu: a) Indikator pencapaian dan

tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. b) Materi ajar atau materi

pembelajaran. c) Karakteristik anak didik sebagai peserta didik.23

Berdasarkan hal ini ketika guru menentukan strategi pembelajaran apa

yang akan digunakan guru haruslah memperhatikan prinsip dalam

memilih strategi.

Pengajaran Aktif, Kreatif, Efektif serta Menyenangkan


(PAKEM) adalah sebuah metode pengajaran kontekstual yang
melibatkan paling sedikit empat prinsip utama pada proses
pengajarannya. Pertama, proses interaksi (murid berinteraksi secara
aktif dengan guru, rekan murid, multimedia, referensi, lingkungan,
serta sebagainya). Kedua, proses komunikasi (murid
21
Mohamad Syarif Sumantri. Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2015), 3.
22
Mohamad Syarif Sumantri. Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2015), 68.
23
Suvriadi Panggabean, Ana Widyastuti, Wika Karina Damayanti, Muhammad
Nurtanto, et al. Konsep dan Strategi Pembelajaran, 11.
23

mengkomunikasikan pengalaman belajar mereka dengan guru serta


rekan murid lain melalui cerita, dialog atau melalui simulasi roleplay).
Ketiga, proses refleksi (murid memikirkan kembali tentang
kebermaknaan apa yang mereka telah pelajari serta apa yang mereka
telah lakukan). Keempat, proses eksplorasi (murid mengalami
langsung dengan melibatkan semua indra mereka melalui pengamatan,
percobaan, penyelidikan atau wawancara).24

Namun demikian, lahirnya strategi pembelajaran tidak lepas


dari pendekatan pembelajaran yang dipilih dan model-model yang akan
diambil. Model-model pada dasarnya terkait dengan tahap-tahapan
kegiatan proses pembelajaran. Tapi perlu juga diperhatikan, bahwa
sebelum pendekatan dan model pembelajaran ditetapkan, pahami
dahulu karakteristik pokok bahasan dan kompetensi dasar yang akan
dikuasi siswa.25

Strategi pembelajaran harus mampu mensuport semua aktivitas

yang berkenaan dengan peserta didik, baik fisik, psikis maupun

mental.26 Penggunaan strategi pembelajaran yang efektif juga

dimakudkan untuk membuat peserta didik menjadi lebih dekat dengan

pendidik27 Dari sini penulis menyimpulkan bahwa dalam memilih

strategi pembelajaran yang tepat sangatlah penting, hal ini dikarenakan

strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran

merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan keberhasilan

suatu pembelajaran.

24
Mohamad Syarif Sumantri. Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2015), 161.
25
Susilawati, “Cara Memilih Strategi Pembelajaran Geografi Dalam Kurikulum
2004”, Jurnal Geografi Gea, Vol. 6 No. 2. (2006)
26
Suvriadi Panggabean, Ana Widyastuti, Wika Karina Damayanti, Muhammad
Nurtanto, et al. Konsep dan Strategi Pembelajaran (Medan: Yayasan Kita Menulis, 2021),
13.
27
Rina Rachmawati, et al. Call for Book Tema 2 (Strategi Pembelajaran)
(Surabaya: CV Jagad Media Publishing, 2020), 6.
24

4. Klasifikasi strategi pembelajaran

Burdon & Byrd dalam Sri Anitah mengemukakan beberapa

strategi yang dapat dipilih guru dalam pembelajaran, yaitu sebagai

berikut.

a. Strategi Deduktif - Induktif

Pembelajaran dimulai dari keseluruhan (global) menuju


28
bagian-bagiannya secara khusus (dari umum ke khusus). Guru

yang menggunakan pendekatan deduktif meminta pembelajar

membaca definisi topic sentence. Pembelajaran harus

memperhatikan tingkatan ilmu yang sudah dimiliki oleh peserta

didik.29

Kemudian, guru memberikan contoh-contoh topik sentence


dan mengakhiri pelajaran dengan meminta pembelajar menulis
kalimat topiknya sendiri. Dengan strategi ini, guru tidak
menceritakan pada awal ketika pembelajar mempelajari topic
sentence atau guru tidak memberikan definisinya, tetapi pada
akhirnya pembelajar akan menemukan sendiri apa yang dimaksud
dengan topic sentence.30

b. Strategi Ekspositori Langsung dan Belajar Tuntas

Metode ekspositori adalah metode pengajaran yang digunakan

dengan memberikan keterangan terlebih dahulu definisi, prinsip,

serta konsep materi pelajaran, serta memberikan contoh-contoh

28
Rina Rachmawati, et al. Call for Book Tema 2 (Strategi Pembelajaran).
(Surabaya: CV Jagad Media Publishing, 2020), 8.
29
Rina Rachmawati, et al. Call for Book Tema 2 (Strategi Pembelajaran). 8.
30
Rina Rachmawati, et al. Call for Book Tema 2 (Strategi Pembelajaran). 8
25

latihan pemecahan masalah pada bentuk ceramah, demonstrasi,

tanya jawab, serta penugasan.31

Ekspositori: lebih menekankan pada guru dalam proses

mengajar.32 Strategi ekspositori langsung, guru menstrukturkan

pelajaran dengan maju secara urut. Guru dengan cermat mengontrol

materi dan keterampilan yang dipelajari. Berbeda dengan strategi

inquiri yang lebih mengutamakan kegiatan siswa33. Strategi

pengajaran ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan

pengajaran yang berorientasi kepada guru (teacher centered

approach). Dikatakan demikian, sebab pada strategi ini guru

memegang peran yang sangat dominan.34 Dalam hal ini guru

menyampaikan keterampilan dan konsep-konsep baru dalam waktu

yang relatif singkat. Strategi pembelajaran langsung berpusat pada

materi dan guru menyampaikan tujuan pembelajaran secara jelas

kepada pembelajar. Pada strategi ini guru mempunyai peranan

penting yaitu mengawasi peserta didik dalam pembelajaran.

31
Mohamad Syarif Sumantri. Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2015), 62.
32
Mislan dan Edi Irwanto, Strategi Pembelajaran: Komponen, Aspek, Klasifikasi
dan Model-Model dalam Strategi Pembelajaran (Jawa Tengah: Lakeisha, 2022), 36.
33
Mislan dan Edi Irwanto, Strategi Pembelajaran: Komponen, Aspek, Klasifikasi
dan Model-Model dalam Strategi Pembelajaran. 36
34
Mohamad Syarif Sumantri. Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2015), 66.
26

Walaupun penyampaian materi pelajaran merupakan ciri

utama pada strategi pengajaran ekspositori melalui metode ceramah,

namun tidak berarti proses penyampaian materi tanpa tujuan

pengajaran. Justru tujuan itulah yang harus menjadi pertimbangan

utama pada penggunaan strategi ini.35 Hal ini berorientasi pada

tujuan pembelajaran terkait tipe perilaku yang diharapkan dapat

dicapai oleh peserta didik, misalnya dalam menyusun bagan analisis

pembelajaran36

Metode ekspositori adalah cara penyampaian pelajaran dari

seorang guru kepada murid di pada kelas dengan cara berbicara di

awal pelajaran, menerangkan materi serta contoh soal disertai

dengan tanya jawab.37

Proses pengajaran dapat dikatakan sebagai proses komunikasi,

yang menunjuk pada proses penyampaian pesan dari seseorang

kepada seseorang atau sekelompok orang. Pesan yang ingin

disampaikan pada hal ini adalah materi pelajaran yang diorganisir

serta disusun sesuai dengan tujuan tertentu yang ingin dicapai.38

35
Mohamad Syarif Sumantri. Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2015), 68.
36
Isnu Hidayat, 50 Strategi Pembelajaran Populer (Yogyakarta: Diva Press, 2019),
37.
37
Mohamad Syarif Sumantri. Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2015), 64.
38
Mohamad Syarif Sumantri. Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2015), 68.
27

Guru memonitor pemahaman pembelajar dan memberikan

balikan terhadap penampilan mereka. Peserta didik dapat


39
mengulang ujian jika terjadi kegagalan dalam uji kompetensi.

Dalam pembelajaran guru dituntut untuk dapat menciptakan

kegiatan pembelajaran yang bervariasi sehingga peserta didik tidak

jenuh ketika sedang belajar dengan demikian antusiasme siswa akan

meningkat.40 Dapat disimpulkan bahwa strategi belajar tuntas

didasarkan pada keyakinan bahwa semua pembelajar dapat

menuntaskan bahan yang diajarkan jika kondisi-kondisi pelajaran

disiapkan untuk itu. Kondisi-kondisi tersebut meliputi pembelajar

diberi waktu belajar yang cukup, ada balikan untuk penampilannya,

5. Tujuan dan manfaat strategi pembelajaran

Dilihat dari perspektif teknologi pengajaran, strategi pengajaran

termasuk pada kawasan perancangan pengajaran serta pada pengajaran

tersebut otomatis ada tujuan yang harus dicapai, untuk sampai kepada

tujuan yang harus dicapai atau tujuan yang sebelumnya direncanakan,

maka ada strategi yang dipilih oleh seseorang yang ingin mengajar.41

Tujuan strategi pembelajaran menurut Mislan dan Edi Irwanto


yaitu mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran. Idealnya, sebuah
proses pembelajaran menghendaki hasil belajar yang seimbang antara
39
Isnu Hidayat, 50 Strategi Pembelajaran Populer (Yogyakarta: Diva Press, 2019),
35.
40
Isnu Hidayat, 50 Strategi Pembelajaran Populer, 47.
41
Mohamad Syarif Sumantri. Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2015), 62.
28

aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Ketika berpartisipasi aktif


dalam pembelajaran, siswa akan mencari sendiri pengertian dan
membentuk pemahamannya sendiri dalam pikiran mereka.42

Menurut Isnu Hidayat strategi pembelajaran memiliki beberapa

tujuan sebagaimana diuraikan berikut ini.

a) Sebagai proses pengembangan pengajaran sistematis yang


digunakan secara khusus sesuai dengan teori-teori pembelajaran dan
pengajaran untuk menjamin kualitasnya.
b) Sebagai disiplin ilmu pengetahuan yang senantiasa memperhatikan
hasil-hasil penelitian dan teori-teori tentang strategi pengajaran dan
implementasinya dalam pembelajaran.
c) Sebagai sains, yakni mengkreasikan secara detail spesifikasi dari
pengembangan, implementasi, evaluasi, dan pemeliharaan terhadap
situasi ataupun fasilitas pembelajaran.43

Kegunaan atau manfaat strategi pembelajaran menurut Isnu

Hidayat antara lain diterangkan sebagai berikut:

a) Bagi Peserta Didik


1) Peserta didik terbiasa belajar dengan perencanaan yang
disesuaikan dengan kemampuan diri sendiri.
2) Peserta didik memiliki pengalaman berbeda dibanding temannya,
meskipun terdapat juga laman belajar yang sama.
3) Peserta didik dapat memacu prestasi
b) Bagi Pendidik
1) Pendidik dapat mengelola proses pembelajaran untuk mencapai
hasil yang efektif dan efisien.
2) Pendidik dapat mengontrol kemampuan peserta didik secara
teratur.
3) Pendidik dapat mengetahui bobot soal yang dipelajari peserta
didik Pendidik dapat berikan bimbingan ketika peserta didik
mengalami kesulitan, misalnya dengan mengajarkan teknik
pengorganisasian materi, atau teknik belajar yang lain. 44
42
Mislan dan Edi Irwanto, Strategi Pembelajaran: Komponen, Aspek, Klasifikasi
dan Model-Model dalam Strategi Pembelajaran (Jawa Tengah: Lakeisha, 2022), 2.
43
Isnu Hidayat, 50 Strategi Pembelajaran Populer (Yogyakarta: Diva Press, 2019),
33.
44
Isnu Hidayat, 50 Strategi Pembelajaran Populer, 33.
29

Strategi pembelajaran sebagai suatu sistem diartikan sebagai

susunan dari sumber-submer dan prosedur-prosedur yang

menggerakkan pembelajaran.45 Dalam pembelajaran guru dituntut

untuk dapat menciptakan kegiatan pembelajaran yang bervariasi

sehingga peserta didik tidak jenuh ketika sedang belajar dengan

demikian antusiasme siswa akan meningkat.46 Penulis juga

berpendapat bahwa manfaat lain yang bisa diambil adalah peserta didik

dapat dengan lebih mudah memahami pembelajaran sehingga tujuan

pembelajaran pun akan mudah dicapai.

B. Guru Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam

Guru atau disebut juga sebagai pendidik adalah orang dewasa


yang bertanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan anak didik
dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai
kedewasaannya, mampu melaksanakan tugasnya sebagai makhluk
Allah, khalifah di permukaan bumi, sebagai makhluk sosial dan sebagai
individu yang sanggup berdiri sendiri. Istilah lain yang lazim
dipergunakan untuk pendidik ialah guru. Kedua istilah tersebut
bersesuaian artinya, bedanya ialah istilah guru seringkali dipakai di
lingkungan pendidikan formal, sedangkan pendidik dipakai di
lingkungan formal, maupun non formal.47

Guru adalah pendidik yang berada di lingkungan sekolah. Dan


dalam pengertian sederhana, guru adalah orang yang memberikan ilmu
pengetahuan kepada anak didik. Sedangkan guru diartikan sebagai
tenaga pendidik yang menyelenggarakan tugas-tugas pembelajaran di
45
Isnu Hidayat, 50 Strategi Pembelajaran Populer, 34.
46
Isnu Hidayat, 50 Strategi Pembelajaran Populer, 47.
47
Nur Uhbiyati, llmu Pendidikan Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2005), 65.
30

kelas untuk sebagian pembelajaran, termasuk praktik dan seni


vokasional pada jenjang sekolah dasar dan menengah (elementary and
secondary level ).48

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005


tentang Guru dan Dosen mengatakan bahwa ”Guru adalah pendidik
professional dengan tugas utamanya mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan yg lebih tinggi”49.

Undang-undang ini memberikan batasan bahwa tugas pokok

guru sebagai pendidik professional dalam kegiatan mengajar berupa:

Menyampaikan ilmu pengetahuan, mewariskan kebudayaan kepada

calon generasi penerus melalui lembaga pendidikan sekolah, usaha

mengorganisasi lingkungan belajar, membimbing siswa dalam

pembelajaran, mempersiapkan siswa untuk menjadi pribadi yang baik.

Menurut Dewi pendidikan yang berhasil akan menciptakan

manusia yang pantas dan berkelayakan di masyarakat serta tidak

menyusahkan orang lain.50 Menurut Undang-undang Republik

Indonesia No 20 Tahun 2003 Bab 1 pasal 1 mengemukakan:

Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan seorang


pendidik ataupun guru untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran, agar peserta didik atau murid mampu mengembangkan
potensi yang ada pada dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya maupun masyarakat bangsa dan negara.51
48
Shilphy A. Octavia, Etika Profesi Guru (Yogyakarta: Deepublish,2020), 12.
49
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen.
50
Dewi Safitri, Menjadi Guru Profesional (Riau: PT Indragiri Dot Com, 2019), 2.
51
Undang-undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003.
31

Pendidikan merupakan usaha suatu kelompok masyarakat atau

bangsa untuk mengembangkan kemampuan generasi muda mengenali

serta menghayati nilai-nilai kebaikan serta kemajuan hidup melalui

pembinaan potensi serta transformasi budaya masyarakat.52

Pendidikan merupakan suatu sistem dengan tujuh komponen.

Ketujuh komponen tersebut adalah 1) tujuan (aims); 2) pelanggan

(customers); 3) persediaan (supplies); 4) masukan (input); 5) proses;

6) keluaran (output); dan 7) ukuran kualitas (quality measurement).53

Pengertian agama dapat dilihat dari segi kebahasaan dan segi

istilah. Agama dari sudut kebahasaan akan terasa lebih mudah daripada

mengartikan agama dari sudut istilah, karena pengertian agama dari

sudut istilah ini sudah mengandung muatan subjektivitas orang yang

mengartikannya.54 Dari sini penulis menyimpulkan bahwa agama

adalah suatu ajaran atau paham yang dianut oleh manusia dijadikan

sebagai pedoman yang mengatur berbagai aspek kehidupan manusia.

Islam ditegakan atas lima dasar yaitu bersaksi bahwa tidak ada Tuhan

selain Allah dan mengakui bahwa Nabi Muhammad adalah Rosul

Allah, menegakan sholat, menunaikan puasa, menunaikan zakat, dan


52
Mohamad Syarif Sumantri. Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2015), 62
53
Ahmad Mufit Anwari, Nur Kholik, Mainuddin, Rita Umami, et al. Strategi
Pembelajaran (Jawa Barat: Edu Publisher, 2021), 3.
54
Darmadi, Integrasi Agama dan Ilmu Pengetahuan (Yogyakarta: Diandra Kreatif,
2017), 9.
32

melakukan ibadah haji bagi yang mampu melakukannya.

Pendidikan Agama Islam dalam Undang-undang RI No. 20

Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional itu disebutkan bahwa

“Pendidikan keagamaan diselenggarakan oleh pemerintah dan atau

kelompok masyarakat dan pemeluk agama, sesuai dengan peraturan

perundang-undangan”55. Dalam hal ini Pendidikan Agama Islam

adalah pendidikan yang mengajarkan ilmu umum yaitu dengan tujuan

untuk menghormati agama lain dan hubungan kerukunan antar umat

beragama untuk mewujudkan persatuan nasional.

Pada dasarnya tujuan utama pendidikan Islam adalah untuk

mendekatkan diri kepada Allah SWT.56 Penulis simpulkan bahwa Guru

Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah seseorang yang bertugas

mengajar, mendidik, membimbing serta orang yang memahami tingkat

perkembangan intelektual siswa di sekolah menanamkan ilmu

pengetahuan agama Islam dengan tujuan menyiapkan kader-kader

Islam yang mempunyai nilai-nilai keimanan.

Kesuksesan seorang guru dapat dilihat dari keberhasilan

aktualisasi perpaduan antara iman, ilmu dan amal shaleh dari peserta

didiknya.57

55
Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
56
Dewi Safitri, Menjadi Guru Profesional (Riau: PT Indragiri Dot Com, 2019), 17.
57
Dewi Safitri, Menjadi Guru Profesional, 17.
33

2. Tugas dan Peran Guru PAI

Tugas pendidik menurut Soejono dalam bukunya Ahmad Tafsir

mengatakan:

1).Wajib menemukan pembawaan yang ada pada anak-anak didik


dengan berbagai cara.
2).Berusaha menolong anak didik mengembangkan pembawaan yang
baik dan menekan perkembangan pembawaan yang buruk agar tidak
berkembang.
3).Memperlihatkan kepada anak didik tugas orang dewasa dengan
cara memperkenalkan berbagai bidang keahlian, keterampilan58

Kegiatan mendidik bertujuan untuk mengubah tingkah laku


59
murid menjadi lebih baik. Peran sangat penting inilah dalam

pendidikan karakter siswa karena Guru merupakan sosok yang dapat

memberikan contoh bagi semua siswa. Guru juga yang memiliki tugas

untuk mendidik siswa, berkomunikasi dan berinteraksi dengan siswa di

kelas maupun di luar kelas. Sehingga, peran guru yang cocok untuk

pendidikan karakter ini adalah guru sebagai teladan.

Guru sebagai teladan harus memberikan contoh dan teladan

yang baik kepada muridnya.60 Adapun peran guru menurut Dewi

adalah sebagai berikut:

1). Sebagai pengajar, yaitu orang yang mengajarkan suatu ilmu


pengetahuan kepada para anak didiknya.
2). Sebagai pendidik, yaitu orang yang mendidikan muridnya agar
memiliki tingkah laku yang sesuai dengan norma-norma yang
58
Ahmad Tafsir, lmu Pendidikan dalam Perspektif Islam (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2008), 79.
59
Dewi Safitri, Menjadi Guru Profesional (Riau: PT Indragiri Dot Com, 2019), 11.
60
Dewi Safitri, Menjadi Guru Profesional , 21.
34

berlaku di masyarakat.
3). Sebagai pembimbing, yaitu orang yang mengarahkan muridnya agar
tetap berada pada jalur yang tepat sesuai tujuan pendidikan.
4). Sebagai motivator, yaitu orang yang memberikan motivasi dan
semangat kepada muridnya dalam belajar.
5). Sebagai teladan, yaitu orang yang memberikan contoh dan teladan
yang baik kepada murid- muridnya.61

Guru merupakan sosok yang selalu jadi sorotan bagi peserta

didiknya. Penulis berpendapat bahwa peran guru yang paling penting

adalah menjadi seorang teladan yang baik bagi peserta didik, hal ini

berkaitan dengan tugas guru yang mendidik peserta didik untuk

memiliki ahklak yang baik.

3. Fungsi Guru PAI

Fungsi guru sebagai tenaga profesional dalam proses


pembelajaran antara lain fungsi profesional dalam arti guru
meneruskan ilmu atau keterampilan atau pengalaman yang
dimilikinnya atau dipelajarinya kepada peserta didiknya, fungsi
kemanusiaan dalam arti berusaha mengembangkan atau membina
segala potensi bakat atau pembawaan yang ada pada diri siswa serta
membentuk wajah ilahi dalam dirinya.62

Guru memiliki fungsi sebagai manager atau pengelola

pembelajaran. dengan kegiatan manajemen ini guru menciptakan

lingkungan belajar yang serasi, menyenangkan, memotivasi dan

merangsang dorongan belajar anggota kelas.63 Fungsi-fungsi guru

61
Dewi Safitri, Menjadi Guru Profesional, (Riau: PT Indragiri Dot Com,
2019),20.
62
M. Hasyim, “Penerapan Fungsi Guru dalam Proses Pembelajaran”, Auladuna,
Vol. 1 No. 2. (Desember 2014), 265-276.
63
Dewi Safitri, Menjadi Guru Profesional, 14.
35

secara umum diantaranya:

1) Merencanakan tujuan belajar

2) Mengorganisasikan sumber belajar untuk mewujudkan tujuan

belajar

3) Memimpin, meliputi merencanakan, melaksanakan,

mengorganisasi, mengkoordinasi kegiatan, mengontrol dan menilai

sejauh mana rencana telah terlaksana.64

4) Mengawasi segala sesuatu.

Fungsi guru juga terkandung pada pasal 20 Undang-Undang

Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen. yakni:

1). Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa;


2). Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan
kode etik guru, serta nilai-nilai agama dan etika;
3). Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan,
kreatif, dinamis dan dialogis;
4). Memelihara komitmen secara profesional untuk meningkatkan
mutu pendidikan; dan
5). Memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan
kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan.65

Berkenaan dengan hal di atas guru adalah seorang yang

mengabdikan dirinya dalam bidang pendidikan melalui interaksi edukatif

secara terpola, formal dan sistematis.66

64
Dewi Safitri, Menjadi Guru Profesional, 25.
65
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
66
Dewi Safitri, Menjadi Guru Profesional. 6.
36

C. Membaca Alquran

1. Pengertian Membaca Alquran

Membaca diawali dari struktur luar bahasa yang terlihat oleh

kemampuan visual untuk mendapatkan makna yang terdapat dalam

struktur dalam bahasa. Membaca berarti menggunakan struktur dalam

untuk menginterpretasikan struktur luar yang terdiri dari kata-kata

dalam sebuah teks67. Membaca adalah suatu proses yang dilakukan

serta digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang

disampaikan penulis melalui media bahasa tulis. Pengertian lain dari

membaca adalah suatu kegiatan mencocokkan huruf atau proses

melafalkan lambang-lambang bahasa tulis.68

Kolke dalam Darmadi rmenyatakan bahwa: Membaca


merupakan suatu proses komunikasi antara pembaca dan penulis
dengan menggunakan bahasa tulis. Dalam pengetian tersebut, terkait
tiga hal, yaitu afektif, kognitif, dan bahasa. Perilaku afektif mengacu
pada perasaan, perilaku kognitif mengacu pada pikiran, dan perilaku
bahasa mengacu bahasa anak.69

Secara bahasa, Alquran berasal dari kata qara'a, yaqra'u,


qira'atan, wa qur'anan yang berarti menghimpun atau mengumpulkan.
Jadi, Alquran didefinisikan bacaan atau kumpulan huruf-huruf yang
terstruktur dengan rapi. Para ulama Ushul Fiqh mendefinisikan
Alquran sebagai kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad Saw secara bertahap melalui Malaikat Jibril dan pahala
jika membacanya, yang diawali surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan

67
Darmadi, Membaca Yuk: Strategi Menumbuhkan Minat Baca pada Anak Sejak
Usia Dini, (Yogyakarta: Diandra Kreatif, 2017), 7.
68
Darmadi, Membaca Yuk: Strategi Menumbuhkan Minat Baca pada Anak Sejak
Usia Dini, 7.
69
Darmadi, Membaca Yuk: Strategi Menumbuhkan Minat Baca pada Anak Sejak
Usia Dini, 9.
37

surat An-Nas. Muhammad Ali Ash-Shabuni mengungkapkan bahwa


Alquran merupakan firman Allah Swt yang tiada tandingannya,
diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw sebagai khatamul anbiya
(penutup para Nabi), melalui perantara Malaikat Jibril ditulis pada
mushaf (lembaran-lembaran). Kemudian disampaikan kepada kita
secara mutawattir dan membaca serta mempelajarinya merupakan
sebuah amal ibadah, yang dimulai dari surat Al-Fatihah dan diakhiri
dengan surat An-Nas.70

Penulis dapat menyimpulkan bahwa membaca Alquran adalah

suatu aktivitas yang disertai dengan proses berfikir dengan maksud

memahami yang tersirat dalam hal yang tersurat, melihat pikiran yang

terkandung di dalam kata-kata yang tertulis dalam Alquran serta dapat

membacanya dengan baik dan benar sesuai kaidah ilmu tajwid.

2. Adab Membaca Alquran

Al-Attas dalam Ismail dan Abdulloh Hamid, menegaskan

bahwa pengertian adab secara etimologi berasal dari bahasa Arab

yaitu addaba-yu’addibu-ta’dib yang artinya mendidik atau

pendidikan.71 Menurut Syarif Hidayat Adab secara bahasa mempunyai

makna ganda, kadang dimaknai kesopansatunan, kadang digunakan

untuk menunjuk kepada keindahan bahasa dalam sebuah sastera, dan

kadang pula dimaknai hidangan sebuah undangan.72 Dengan demikian

adab adalah pedoman untuk menuntun orang agar berjalan dengan

70
Amirullah Syarbini dan Sumantri Jamhari, Kedahsyatan Membaca Alquran
(Bandung: Ruang Kata Imprint Kawan Pustaka, 2012), 3.
71
Ismail dan Abdulloh Hamid, “Adab Pembelajaran Alquran: Studi Kitab At-
Tibyan Fi Adabi Hamalatil Quran”, Ar-Risalah, vol. XVIII No. 2. (2020), 223.
72
Syarif Hidayat, "Pendidikan Berbasis Adab Menurut A. Hassan", Jurnal
Pendidikan Agama Islam, Vol. XV, No. 1, (Juni, 2018), 4.
38

baik berdasarkan pada nilai-nilai yang berkembang dalam masyarakat.

Abu Nizam mengatakan ada beberapa adab yang harus dilakukan

ketika membaca Alquran adalah:

a) Membaca isti'adzah ketika mulai membaca Alquran.


b) Membaca basmalah, kecuali pada surat At-Taubah.
c) Khusyuk dan memperhatikan dengan saksama pada setiap ayat yang
dibaca.
d) Hendaklah memperindah suara dalam membacanya.
e) Hendaklah membacanya sesuai dengan hukum tajwid.
f) Hendaklah membacanya dengan suara yang sedang, tidak terlalu
pelan, dan juga tidak terlalu keras.
g) Berdoa dan memohon perlindungan ketika membaca ayat mengenai
azab.
h) Mendengarkan dengan saksama jika ada orang yang sedang
membaca Alqur'an.
i) Di sunahkan untuk sujud tilawah ketika bertemu dengan ayat-ayat
sajdah.
j) Janganlah mengkhatamkan Alqur'an kurang dari tiga hari.73

Artikel yang ditulis Ismail dan Abdulloh Hamid menjelaskan


bahwa membaca Alquran harus dengan keadaan bersih dan suci. Suci
badan, pakaian maupun tempat. Adanya Alquran terjemah baik
mushaf maupun bentuk android menimbulkan anggapan bahwa
berinteraksi dengan itu tidak sama dengan berinteraksi dengan mushaf
Alquran. Tidak sedikit orang yang meremehkan hal ini dengan alasan
Alquran terjemah tidak perlu wudhu. Padahal tetap saja itu mushaf.
Harus kita hormati dalam bentuk apapun.74

Alquran merupakan mukjizt dari Allah SWT sehingga segala

seuatu yang berkaitan dengan Alquran sudah tentu merupakan hal yang
75
luar biasa. Penulis dapat menyimpulkan bahwa terdapat banyak

73
Abu Nizam, Buku Pintar Alquran (Jakarta: Qultummedia, 2008), 10.
74
Ismail dan Abdulloh Hamid, “Adab Pembelajaran Alquran: Studi Kitab At-
Tibyan Fi Adabi Hamalatil Quran”, Ar-Risalah, vol. XVIII No. 2. (2020), 223.
75
Yusuf dalam Ismail dan Abdulloh Hamid, “Adab Pembelajaran Alquran: Studi
Kitab At-Tibyan Fi Adabi Hamalatil Quran”, Ar-Risalah, vol. XVIII No. 2. (2020),
39

sekali adab yang harus dilakukan seseorang ketika membaca Alquran,

hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan kekhusyuan dalam membaca

Alquran sehingga keberkahan bisa didapatkan.

D. Anak Tunanetra

1. Pengertian Anak Tunanetra

Tunanetra berasal dari kata tuna yang berarti rusak atau rugi

dan netra yang berarti mata. Jadi tunanetra yaitu individu yang

mengalami kerusakan atau hambatan pada organ mata.76 Iman

Setiawan dalam bukunya:

Tunanetra merupakan gangguan daya penglihatan berupa


kebutaan total atau menyeluruh atau kebutaan sebagian. Menurut
Soemantri, tuna netra tidak hanya ditujukan kepada orang buta, tetapi
juga mencakup mereka yang hanya mampu melihat secara terbatas
sehingga cukup menghambat kepentingan hidup sehari-hari, terutama
dalam belajar, jadi, anak-anak dengan kondisi penglihatan termasuk
setengah melihat, low vision, atau rabun juga termasuk bagian dari
kelompok anak tunanetra.77

Menurut Camalia dalam Iman Rohani seseorang bisa dikatakan

mengalami tunanetra apabila ketajaman penglihatannya (visusnya)

kurang dari 6/21, hanya dapat membaca huruf dari jarak 6 meter yang

mampu dibaca oleh orang normal dari jarak 21 meter .78

76
Esthy Wikasanti, Pengembangan Life Skills untuk Anak Berkebutuhan Khusus
(Jogjakarta: Redaksi Maxima, 2014), 9-10.
77
Imam Setiawan, A to Z Anak Berkebutuhan Khusus (Jawa Barat: CV Jejak,
2020), 34.
78
Imam Rohani, Tobroni, Ishomuddin, Khozin,. Pendidikan Agama Islam untuk
Difable (Yogyakarta: Gestalt Media, 2020), 92.
40

Sebuah Skripsi yang ditulis oleh Faradita, Persatuan Tunanetra


Indonesia (PERTUNI) lebih lanjut menguraikan, bahwa tunanetra
adalah seseorang yang tidak memiliki penglihatan sama sekali (buta
total), hingga yang masih memiliki sisa penglihatan tetapi tidak mampu
untuk membaca tulisan biasa berukuran 12 poin (ukuran huruf standar
pada komputer) dalam keadaan cahaya normal meskipun dibantu
dengan kacamata (kurang awas).79

Penulis menyimpulkan bahwa anak tunanetra merupakan anak

yang mengalami gangguan penglihatan, baik mengalami gangguan

penglihatan yang disebabkan oleh faktor genetik maupun sebab faktor

non genetik, baik disebabkan oleh gangguan penglihatan pada sebagian

matanya maupun seluruhnya.

2. Klasifikasi Anak Tunanetra

Imam Rohani mengemukakan istilah tunanetra digunakan untuk

menggambarkan keadaan penderita yang mengalami kelainan

penglihatan sehingga mata tidak berfungsi sebagai mana mestinya 80

Faradita mengungkapkan bahwa menurut Somantri pada


umumnya yang digunakan sebagai patokan apakah seseorang termasuk
tunanetra atau tidak ialah berdasarkan tingkat ketajaman
penglihatannya. Untuk mengetahui ketunanetraan dapat digunakan
suatu tes yang dikenal sebagai tes Snellen Card. Perlu ditegaskan
bahwa seseorang dikatakan tunanetra bila ketajaman penglihatannya
(visusnya) kurang dari 6/21. Artinya, berdasarkan tes hanya mampu
membaca huruf pada jarak 6 meter yang oleh orang awas dapat dibaca
pada jarak 21 meter.81

79
Faradita, “Strategi Coping pada Penyandang Tunanetra yang Bekerja”, (Skripsi,
Program Sarjana, Universitas Mercu Buana, Yogyakarta, 2018), 26.
80
Imam Rohani, Tobroni, Ishomuddin, Khozin,. Pendidikan Agama Islam untuk
Difable (Yogyakarta: Gestalt Media, 2020), 12.
81
Faradita, “Strategi Coping pada Penyandang Tunanetra yang Bekerja”, (Skripsi,
Program Sarjana, Universitas Mercu Buana, Yogyakarta, 2018), 28.
41

Menurut Itroty ada dua macam jenis tunanetra, berikut

penjelasannya:

a. Anak kurang awas (low vision) Low vision merupakan kondisi di


mana anak mampu menerima rangsang cahaya dari luar, tetapi
penglihatanya lebih dari 6/21, atau anak hanya mampu membaca
headline pada surat kabar.
b. Anak tunanetra total (totally blind) Anak dikatakan buta apabila
sama sekali tidak mampu menerima rangsang cahaya dari luar.82

3. Penyebab Anak Tunanetra

Farid Ahmad dalam bukunya menjelaskan bahwa penyebab

anak tunanetra ada dua faktor yaitu:

a. Faktor endogen Penyebabnya keturunan, gangguan kehamilan,


perkawinan antar keluarga dekat maupun perkawinan antar
tunanetra.
b. Faktor eksogen Penyebabnya bisa dari virus rubella yang
mengakibatkan mengalami campak pada tingkat akut yang ditandai
dengan kondisi panas yang meninggi akibat virus tersebut. dua
faktor yang dapat bisa dari faktor pasca.83

Menurut Camalia dalam Iman Rohani seseorang bisa dikatakan

mengalami tunanetra apabila ketajaman penglihatannya (visusnya)

kurang dari 6/21, hanya dapat membaca huruf dari jarak 6 meter yang

mampu dibaca oleh orang normal dari jarak 21 meter .84

82
Itroty, "Interior Ruang Kelas pada Taman Kanak-Kanak Luar Biasa Tunanetra di
Malang Berdasarkan Pedoman Mobilitas dan Orientasi", (Skripsi, Program Sarjana,
Universitas Brawijaya, Malang, 2014), 2-3.
83
Farid Ahmad, Muh. Baehaqi dan Hamidullah Ibda, Problematika Anak SD/MI
dan Solusinya (Kumpulan Artikel Ilmiah Mahasiswa Prodi PGMI STAINU Temanggung
2018-2019), (Jawa Tengah: Forum Muda Cendekia, 2019), 159.
84
Imam Rohani, Tobroni, Ishomuddin, Khozin,. Pendidikan Agama Islam untuk
Difable (Yogyakarta: Gestalt Media, 2020), 92.
42

Artikel yang ditulis oleh Khairun Nisa, Sambura Mambela dan


Lutfi Isni Badiah menyatakan bahwa orang anak dikatakan mengalami
kebutaan apabila mereka hanya memiliki sedikit persepsi tentang
rangsangan cahaya yang diterima atau mungkin tidak mampu
mengidentifikasi apapun dengan kemampuan penglihatannya.
Seorang anak dikatakan mengalami buta fungsional apabila mereka
memiliki sisa penglihatan untuk mengidentifikasi cahaya di sekitar.
Anak-anak pada kategori ini masih mampu mengidentifikasi
stimulus cahaya. Sedangkan anak dikatakan low vision apabila
mereka masih memiliki sisa penglihatan untuk berorientasi
dengan lingkungan sekitar, dengan kata lain dapat digunakan untuk
membaca meskipun membutuhkan bantuan kaca pembesar. Pada
kategori ini, anak yang mengalami low vision masih mampu
mengidentifikasi wajah seseorang dengan kemampuan penglihatannya
meskipun pada jarak yang sangat dekat.85

Anak tunanetra mengalami permasalahan pada fungsi

penglihatannya, sehingga mereka mengalami permasalahan dalam

berorientasi dengan lingkungan melalui indera penglihatannya.86

Penyebab lain yang menyebabkan anak mengalami gangguan

penglihatan yaitu kerusakan mata yang disebabkan terjadinya

kecelakaan, seperti masuknya benda keras atau tajam, cairan kimia

yang berbahaya, kecelakaan dari kendaraan, dan lain-lain.

Anak-anak pada kategori ini memanfaatkan indera pendengaran

dan perabanya sebagai alat utama untuk mendapatkan informasi

tentang keadaan di sekitar.87 Berkenaan dengan hal ini anak tunanetra

85
Khairun Nisa, Sambura Mambela dan Lutfi Isni Badiah, "Karakteristik dan
Kebutuhan Anak Berkebutuhan Khusus", Adimas Adi Buana, Vol. 02. NO. 1, Juli 2018. 35.
86
Khairun Nisa, Sambura Mambela dan Lutfi Isni Badiah, "Karakteristik dan
Kebutuhan Anak Berkebutuhan Khusus", Adimas Adi Buana, Vol. 02. NO. 1, Juli 2018. 35.
87
Khairun Nisa, Sambura Mambela dan Lutfi Isni Badiah, "Karakteristik dan
Kebutuhan Anak Berkebutuhan Khusus", Adimas Adi Buana, Vol. 02. NO. 1, Juli 2018. 35.
43

sangat mengandalkan fungsi pendengaran dan peraba mereka.

4. Karakteristik Anak Tunanetra

Karakteristik murid didefinisikan sebagai aspek-aspek atau

kualitas perseorangan murid, pada umumnya meliputi antara lain;

kemampuan akademik, usia serta tingkat kedewasaan, motivasi

terhadap mata pelajaran, pengalaman, keterampilan, psikomotorik,

kemampuan bekerjasama, keterampilan sosial.88

Untuk dapat merasakan perbedaan dari setiap objek yang


dipegangnya, tunanetra selalu merasakan dengan jari-jemarinya tekstur
dari objek, ukurannya, bentuknya, apakah objek-benda tersebut
mempunyai suara adalah perilaku tunanetra untuk menguasai dunia
persepsi dengan menggunakan indera sensorik. Untuk menguasai dunia
persepsi bagi tunanetra sangat sulit dan membutuhkan waktu yang
cukup lama.89

Imam Setiawan menjelaskan empat karakteristik Anak


Tunanetra yaitu: a. Segi fisik, anak tunanetra nampak sekali adanya
kelainan pada organ penglihatan/mata, b. Segi motorik hilangnya
indera penglihatan anak tunanetra harus belajar bagaimana berjalan
dengan aman dan efisien dalam suatu lingkungan dengan berbagai
keterampilan tunanetra kurang mampu orientasi dan mobilitas. c.
Perilaku kondisi tunanetra secara langsung menimbulkan masalah atau
penyimpangan perilaku pada diri anak, meskipun demikian hal tersebut
berpengaruh pada perilakunya. Anak perilaku stereotip, sehingga
menunjukan perilaku yang tidak semestinya. Manifestasi perilaku
tersebut dapat berupa sering menekan matanya, membuat suara dengan
jarinya, menggoyangkan kepala dan badan berputar-putar. d. Keadaan
berpengaruh pada perkembangan keterampilan akademis, khususnya
bidang mambaca ketunanetraan dan menulis.90

88
Mohamad Syarif Sumantri. Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2015), 204.
89
Abdulhak, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan (PT Imperial Bhakti Utama, 2007), 51.
90
Imam Setiawan, A to Z Anak Berkebutuhan Khusus (Jawa Barat: CV Jejak,
2020), 35.
44

Menururt Sugiyar dalam Mohamad ada karakteristik khusus

yang disebut dengan nonkonvensional yang meliputi kelompok

minoritas (suku), cacat, serta tingkat kedewasaan. Hal ini berpengaruh

pada penggunaan bahasa, penghargaan/pengakuan, perlakuan khusus,

serta metode/strategi pada proses pengajaran.91

Beberapa ahli seperti Djaja Rahardja dan Sujarwanto

mendefisikan ketunanetraan menjadi 3 kategori yaitu buta buta, buta

fungsional dan low vision.92 Banyak karakteristik murid yang dapat

diisentifikasi pada diri murid yang dapat membawa pengaruh pada

pelaksanaan serta hasil pengajaran secara keseluruhan.93 Penulis

menyimpulkan bahwa pada dasarnya kita dapat melihat karakteristik

anak tunanetra secara langsung seperti sebelum melakukan sesuatu

akan meraba terlebih dahulu, ketika melihat sesuatu dengan tingkat

pencahayaan yang tinggi seringkali mengerutkan mata sebagai sebuah

respon yang terjadi pada mata.

Dengan mendefinisikan ketunanetraan sesuai dengan tingkatan

fungsi penglihatan, maka tidak akan mengartikan secara mendasar

91
Mohamad Syarif Sumantri. Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2015), 204.
92
Khairun Nisa, Sambura Mambela dan Lutfi Isni Badiah, "Karakteristik dan
Kebutuhan Anak Berkebutuhan Khusus", Adimas Adi Buana, Vol. 02. NO. 1, Juli 2018. 34.
93
Mohamad Syarif Sumantri. Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2015), 204.
45

bahwa anak tunanetra adalah anak yang mengalami kebutaan.94

E. Pembelajaran Bagi Tunanetra

Secara umum anak tunanetra harus belajar dengan menggunakan

tulisan braile, yaitu dengan memanfaatkan indera perabanya untuk

mengidentifikasi tulisan braile.95 Dalam proses pembelajaran anak

tunanetra memerlukan pembelajaran yang khusus agar dalam materi yang

disampaikan bisa ditangkap oleh anak tunanetra. Terdapat beberapa

prinsip yang harus diperhatikan dalam kegiatan pembelajaran anak

tunanetra yaitu:

1. Prinsip individual

Dimensi perbedaan menjadi lebih luas dan kompleks dalam


pendidikan tunanetra. Selain adanya perbedaan-perbedaan umum
seperti usia, kemampuan mental, fisik, kesehatan, sosial dan budaya,
anak tunanetra menunjukan sejumlah perbedaan khusus yang terkait
tingkat kebutaan, masa terjadinya kecacatan dan sebagainya. Prinsip
layanan individu ini lebih jauh mengisyaratkan perlunya guru
merancang strategi pembelajaran yang sesuai dengan keadaan siswa.96

Dengan menggunakan prinsip individual ini guru bisa lebih

menjangkau setiap individu peserta didik, karena dalam pembelajaran

guru dapat mengetahui setiap karakteristik pribadi peserta didik.

94
Khairun Nisa, Sambura Mambela dan Lutfi Isni Badiah, "Karakteristik dan
Kebutuhan Anak Berkebutuhan Khusus", Adimas Adi Buana, Vol. 02. NO. 1, Juli 2018. 34.
95
Khairun Nisa, Sambura Mambela dan Lutfi Isni Badiah, "Karakteristik dan
Kebutuhan Anak Berkebutuhan Khusus", Adimas Adi Buana, Vol. 02. NO. 1, Juli 2018. 35.
96
Bambang Putranto, Tips Menangani Siswa yang Membutuhkan Perhatian Khusus
(Yogyakarta: Diva Press, 2015), 101.
46

2. Prinsip kekonkretan/ pengalaman pengindraan

Konkrit berarti proses belajar yang beranjak dari hal-hal yang

konkrit, yakni yang dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba, serta diotak

atik, dengan titik penekanan pada pemanfaatan lingkungan sebagai

sumber belajar.97

Anak tunanetra merupakan anak yang memiliki gangguan


penglihatan sehingga dalam belajar membutuhkan segala sesuatu yang
nyata. Anak tunanetra belajar terutama melalui pendengaran dan
perabaan. Bagi mereka untuk megerti dunia sekelilingnya harus
bekerja dengan benda-benda konkret yang dapat diraba dan
dimanipulasikan. Melalui observasi perabaan benda-benda rill, dalam
tempatnya yang alamiah, mereka dapat memahami bentuk, ukuran,
berat, kekerasan, sifat-sifat permukaan, kelenturan, suhu, dan
sebagainya. Dengan menyadari kondisi seperti ini, maka dalam proses
belajar mengajar guru dituntut semaksimal mungkin dapat
menggunkan benda-benda konkret sebagai alat bantu atau media dan
sumber belajar dalam upaya pencapaian tujuan pembelajaran.98

Guru perlu menggunakan media pembelajaran yang mirip

dengan bentuk nyata (tiruan, replika), sehingga anak tunanetra dapat

memanfaatkan indera perabanya untuk membantu mendapatkan

informasi dalam kegiatan.99

3. Prinsip totalitas

Untuk mendapatkan gambaran mengenai burung, siswa tunanetra


harus melibatkan perabaan guna mengenali ukuran bentuk, sifat
permukaan, serta kehangatan. Ia juga harus memanfaatkan
pendengarannya untuk mengenali suara burung yang tengah berkicau.
97
Mohamad Syarif Sumantri. Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2015), 135.
98
Irdamurni, Pendidikan Inklusif (Jakarta: Kencana, 2020), 71.
99
Khairun Nisa, Sambura Mambela dan Lutfi Isni Badiah, "Karakteristik dan
Kebutuhan Anak Berkebutuhan Khusus", Adimas Adi Buana, Vol. 02. NO. 1, Juli 2018. 35.
47

Bahkan ia pun harus menggunakan indra penciumannya untuk


mengenali bau khas burung. Dengan memanfaatkan beberapa indra
sekaligus pengalaman anak mengenai burung akan menjadi lebih luas
dan menyeluruh.100

4. Prinsip aktivitas mandiri

Setiap peserta didik pada hakikatnya belajar atau melakukan


aktivitas. Bekerja adalah tututan pernyataan diri anak. Karena itu
mereka perlu diberikan kesempatan untuk melakukan kegiatan nyata
yang melibatkan fisik dan pikirannya dalam aktivitas belajar mengajar.
Dengan banyak mengalami, mencari dan atau menemukan sendiri,
biasanya tak akan mudah dilupakan. Implikasi dari prinsip ini adalah,
bahwa dalam kegiatan pembelajaran, guru harus banyak memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan praktik, atau
percobaan, atau menemukan sesuatu melalui pengamatan, penelitian
dan sebagainya.101

Dalam hal ini dengan aktif menyampaikan suatu gagasan


misalkan, melalui diskusi, anak lebih mengerti konsep atau materi yang
dipelajari. Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Katz serta
Chard dalam Mohamad bahwa anak perlu keterlibatan fisik agar dapat
mencegah mereka dari kelelahan serta kebosanan. Murid yang lebih
banyak duduk diam akan menghambat perkembangan motorik,
akademik, serta kreativitasnya.102

Dapat disimpulkan bahwa dengan prinsip aktivitas mandiri ini

anak tunanetra mempunyai kebebasan dalam belajar secara mandiri.

Dengan prinsip ini anak tunanetra akan menemukan banyak

pengalaman dan pengetahuan baru yang mereka dapatkan dalam proses

belajar.

100
Bambang Putranto, Tips Menangani Siswa yang Membutuhkan Perhatian
Khusus (Yogyakarta: Diva Press, 2015), 102.
101
Irdamurni, Pendidikan Inklusif (Jakarta: Kencana, 2020), 69.
102
Mohamad Syarif Sumantri. Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2015), 129.
48

5. Prinsip motivasi

Guru harus terpanggil untuk membimbing, melayani,

mengarahkan, menolong, memotivasi, dan memberdayakan sesama

khususnya pada peserta didiknya sebagai sebuah keterpanggilan

kemanusiaan.103

Peserta didik yang telah memiliki motivasi yang kuat untuk


belajar, harus terus dibina dan dikembangkan, misalnya dengan cara
menggairahkan perasaan ingin tahu keinginan untuk mencoba, ingin
maju dan sebagainya. Sebaliknya bagi peserta didik yang kurang
memiliki motivasi dari dalam untuk belajar, guru perlu berusaha untuk
membangkitkan motivasi tersebut dengan sebaik baiknya. Misalnya
dengan pemberian hadiah, pujian dan penghargaan yang sesuai untuk
prestasi tertentu, atau pemberian sanksi yang jelas untuk suatu
pelanggaran, keteledoran, dan kemalasan.104

Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif,

menyenanngkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk

berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi

prakarsa, kegiatan kemandirian yang sesuai dengan bakat, minat dan

perkembngan fisik serta psikologis peserta didik105.

Berkaitan dengan hal ini, pengajaran perlu dikondisikan


sedemikian rupa sehingga murid belajar dengan asyik atau
menyenangkan. Waktu yang diluangkan oleh murid di bangku
pelajaran juga terbilang panjang. Pada kurun waktu tersebut
diharapkan murid tidak merasa terpenjara atau sekolah sebagai

103
M. Hasyim, “Penerapan Fungsi Guru dalam Proses Pembelajaran”, Auladuna,
Vol. 1 No. 2. (Desember 2014), 268.
104
Irdamurni, Pendidikan Inklusif, 67.
105
St Marwiyah, et.al. Perencanaan Pembelajaran Kontemporer Berbasis
Penerapan Kurikulum 2013 (Yogyakarta: Deepublish, 2018), 89.
49

penjara yang penuh siksaan-siksaan psikologis. Karena dampaknya


tentu tidak baik bagi perkembangan anak.106
Kegiatan mendidik bertujuan untuk mengubah tingkah laku

murid menjadi lebih baik.107 Ketika di kelas guru juga harus

memberikan respons yang sifatnya mendukung terhadap siswa yang

berkemampuan rendah.108 Memberi motivasi dan dukungan merupakan

salah satu cara guru untuk mengembalikan gairah atau semangat

belajar bagi peserta didik. Banyak cara yang bisa dilakukan agar bisa

menumbuhkan semangat belajar anak salah satunya adalah dengan

pemberian reward bagi peserta didik yang berprestasi.

Memberikan motivasi juga merupakan bagian dari fungsi guru

yaitu Memimpin, meliputi merencanakan, melaksanakan,

mengorganisasi, mengkoordinasi kegiatan, mengontrol, mendukung

dan menilai sejauh mana rencana telah terlaksana.109

106
Mohamad Syarif Sumantri. Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2015), 149.
107
Dewi Safitri, Menjadi Guru Profesional (Riau: PT Indragiri Dot Com, 2019),
108
M. Hasyim, “Penerapan Fungsi Guru dalam Proses Pembelajaran”, Auladuna,
Vol. 1 No. 2. (Desember 2014), 269.
109
Dewi Safitri, Menjadi Guru Profesional, 25.

Anda mungkin juga menyukai