Anda di halaman 1dari 14

STRATEGI DAN TEKNIK PEMBELAJARAN GEOGRAFI

Oleh :
Nama : Muh. Asrul Ihsan
NIM : 1715040006
Prodi : Pendidikan Geografi A
Angkatan : 2017

JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
TAHUN AJARAN 2019/2020
A. PENGERTIAN STRATEGI
1. Secara Umum
Pengertian strategi pembelajaran secara umum adalah suatu rencana dan cara mengajar
yang akan dilakukan guru dengan menetapkan langkah-langkah utama mengajar sesuai
dengan tujuan pengajaran yang akan dicapai dan telah digariskan.
Strategi pembelajaran juga bisa diartikan sebagai serangkaian rencana kegiatan yang
termasuk didalamnya penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau
kekuatan dalam suatu pembelajaran.
Pengertian Strategi Pembelajaran Menurut Para Ahli
Berikut merupakan pembahasan mengenai pengertian strategi pembelajaran menurut para
ahli selengkapnya.
a. Menurut Kemp (1995)
Pengertian strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus
dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan
efisien.
b. Menurut Kozma (2007)
Definisi strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai yang dipilih, yaitu yang dapat
memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik menuju tercapainya tujuan
pembelajaran tertentu.
c. Menurut Sanjaya, Wina (2007)
Strategi pembelajaran merupakan pola umum perbuatan guru-peserta didik di dalam
perwujudan kegiatan belajar-mengajar. Sehingga strategi menunjuk kepada karakteristik
abstrak rentetan perbuatan guru-peserta didik di dalam peristiwa belajar-mengajar.
d. Menurut Egger Kauchak dan Harder
Strategi pembelajaran menurut Kauchak dan Harder adalah jenis-jenis metode mengajar
yang khusus direncanakan untuk mencapai tujuan khusus.
e. Menurut Gerlach dan Ely (1990)
Strategi merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan metode pembelajaran
dalam lingkungan pembelajaran tertentu. Sedangkan strategi pembelajaran meliputi
sifat, lingkup, dan urutan kegiatan pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman
belajar kepada peserta didik.
f. Menurut Gropper (1998)
Strategi pembelajaran merupakan pemilihan atas berbagai jenis latihan tertentu yang
sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Mereka menegaskan bahwa
setiap tingkah laku yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik dalam kegiatan
belajarnya harus dapat dipraktekkan.
g. Menurut Gilistrap Martin
Arti strategi pembelajaran adalah pola ketrampilan dan perilaku guru yang dimaksudkan
untuk menolong siswa mencapai tujuan pengajaran.
h. Cropper (1998)
Pengertian strategi pembelajaran merupakan pemilihan atas berbagai jenis latihan
tertentu yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. la menegaskan
bahwa setiap tingkah laku yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik dalam
kegiatan belajarnya harus dapat dipraktikkan.
i. Menurut Dick dan Carey (1990)
Arti strategi Pembelajaran terdiri atas seluruh komponen materi pembelajaran dan
prosedur atau tahapan kegiatan belajar yang digunakan oleh guru dalam rangka
membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
Strategi pembelajaran bukan hanya sebatas pada prosedur atau tahapan kegiatan belajar
saja, melainkan termasuk juga pengaturan materi atau paket program pembelajaran yang
akan disampaikan kepada peserta didik.
j. Menurut Hamzah B. Uno (2008)
Pengertian strategi pembelajaran menurut Hamzah B. Uno merupakan hal yang perlu
diperhatikan guru dalam proses pembelajaran.
k. Menurut Suparman (1997)
Strategi pembelajaran merupakan perpaduan dari urutan kegiatan, cara
mengorganisasikan materi pelajaran peserta didik, peralatan dan bahan, dan waktu yang
digunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditentukan.
l. Menurut Hilda Taba
Arti strategi pembelajaran menurut Hilda Taba adalah pola atau urutan tongkah laku
guru untuk menampung semua variabel-variabel pembelajaran secara sadar dan
sistematis.
m. Menurut Raka Joni (1980)
Strategi pembelajaran adalah sebuah pola umum perbuatan guru siswa didalam
perwujudan kegiatan belajar-mengajar yang menunjuk kepada karakteristik abstrak
dari pada rentetan perbuatan guru-siswa tersebut.
n. Menurut J. R David (2008)
Dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Strategi pembelajaran
dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang
didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
o. Menurut Miarso (2004)
Strategi pembelajaran adalah suatu kondisi yang diciptakan oleh guru dengan sengaja
agar peserta difasilitasi dalam mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan.
p. Menurut Sadiman, dkk (1986)
Arti strategi pembelajaran adalah usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi
sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri peserta didik.
q. Menurut Alim Sumarno (2011)
Definisi strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang dipilih oleh
pembelajar atau instruktur dalam proses pembelajaran yang dapat memberikan
kemudahan fasilitas kepada pebelajar menuju kepada tercapainya tujuan pembelajaran
tertentu yang telah ditetapkan.
r. Menurut Syaiful Bahri dan Aswan Zain (1995)
Pengertian strategi pembelajaran adalah sebagai pola-pola umum kegiatan peserta didik
dalam mewujudkan kegiatan belajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.
s. Menurut A.J. Romiszowski (1981)
Strategi pembelajaran adalah suatu pandangan umum tentang rangkaian tindakan yang
diadaptasi dari perintah-perintah terpilih untuk metode pembelajaran.
B. Motivasi Belajar
Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan
kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah
pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai
(Sardiman, 1986: 75).
C.  Teknik Pembelajaran
teknik pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam
mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah
pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang
tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang
jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu
digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang
siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun
dalam koridor metode yang sama.
D. Media
1. Pengertian Media
Kata “media” berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata
“medium” yang secara harfiah berarti “perantara atau pengantar”. Dengan demikian,
media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan. Secara luas
media dapat diartikan dengan manusia, benda ataupun peristiwa yang  memungkinkan
anak didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan.
Dalam proses belajar mengajar kehadiran media mempunyai arti yang cukup penting.
Karena dalam kegiatan tersebut ketidak jelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu
dengan menghadirkan media sebagai perantara. Media dapat mewakili apa yang kurang
mampu guru ucapkan melalui kata-kata atau kalimat tertentu. Dengan demikian, anak didik
lebih mudah mencerna bahan daripada tanpa bantuan media. Akhirnya, dapat dipahami
bahwa media adalah alat Bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna
mencapai tujuan pengajaran.
2. Media Sebagai Alat Bantu
Media sebagai alat Bantu dalam proses belajar mengajar adalah suatu kenyataan yang
tidak dapat dipungkiri. Karena memang gurulah yang menghendakinya untuk membantu
tugas guru dalam menyampaikan pesan-pesan dari bahan pelajaran yang diberikan oleh
guru kepada anak didik. Guru sadar bahwa tanpa bantuan media, maka bahan pelajaran
sukar untuk dicerna dan dipahami oleh setiap anak didik, terutama bahan pelajaran yang
rumit atau kompleks.
Sebagai alat Bantu, media mempunyai fungsi melicinkan jalan menuju tercapainya
tujuan pengajaran. Hal ini dilandasi dengan keyakinan bahwa proses belajar mengajar
dengan bantuan media mempertinggi kegiatan belajar anak didik dalam tenggang waktu
yang cukup lama. Itu berarti kegiatan belajar anak didik dengan bantuan media akan
menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih baik daripada tanpa bantuan media.
Akhirnya, dapat dipahami bahwa media adalah alat Bantu dalam proses belajar
mengajar. Dan gurulah yang mempergunakannnya untuk membelajarkan anak didik demi
tercapainya tujuan pengajaran.
3. Media Sebagai Sumber Belajar
Belajar mengajar adalah suatu proses yang mengolah sejumlah nilai untuk dikonsumsi
oleh setiap anak didik. Nilai-nilai itu tidak datang dengan sendirinya, tetapi terambil dari
berbagai sumber. Sumber belajar yang sesungguhnya banyak sekali terdapat di mana-
mana; di sekolah, di halaman, di pusat kota, di pedesaan, dan sebagainya. Udin Saripuddin
dan Winataputra (199;65) mengelompokkan sumber-sumber belajar menjadi lima kategori,
yaitu manusia, buku/perpustakaan, media massa, alam lingkungan, dan media pendidikan.
Karena itu, sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat
di mana bahan pengajaran terdapat atau asal untuk belajar seseorang.
Media sebagai sumber belajar diakui sebagai alat Bantu auditif, visual, dan
audiovisual. Penggunaan ketiga jenis sumber belajar ini tidak sembarangan, tetapi harus
disesuaikan dengan perumusan tujuan instruksional, dan tentu saja dengan kompetensi
guru itu sendiri dan sebagainya. Untuk tercapainya tujuan pengajaran tidak mesti dilihat
dari kemahalan suatu media, yang sederhana juga bisa mencapainya, asalkan guru pandai
menggunakannya. Maka guru yang pandai menggunakan media adalah guru yang bisa
memanipulasi media sebagai sumber belajar dan sebagai penyalur informasi dari bahan
yang disampaikan kepada anak didik dalam proses belajar mengajar.
E. Macam-Macam Media
1. Dilihat Dari Jenisnya, Media Dibagi ke Dalam :
a. Media auditif
Media auditif adalah media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja, Seperti
radio, cassette recorder, piringan hitam. Media ini tidak cocok untuk orang tuli atau
mempunyai kelainan dalam pendengaran.
b. Media visual
Media visual adalah media yang hanya mengandalkan indra penglihatan. Media visual
ini ada yang menampilkan gambar diam seperti film strip (film rangkai), slides (film
bingkai) foto, gambar atau lukisan, cetakan. Ada pula media visual yang menampilkan
gambar atau symbol yang bergerak seperti film bisu, film kartun.
c. Media Audiovisual
Media audiovisual adalah media yang mempunyai unsure suara dan unsure gambar.
Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena meliputi kedua jenis
media yang pertama dan kedua
2. Dilihat dari Daya Liputnya, Media Dibagi Dalam :
a. Media dengan Gaya Liput Luas dan Serentak, contoh: radio dan televisi.
b. Media dengan Gaya Liput yang Terbatas oleh Ruang dan Tempat, contoh: film.
c. Media untuk Pengajaran Individual, contoh: modul berprogram melalui computer.
3. Dilihat dari Bahan Pembuatannya, Media Dibagi Dalam :
a. Media Sederhana yaitu media yang mudah diperoleh dan harganya murah, serta cara
pembuatannya mudah.
b. Media Kompleks yaitu media yang bahan dan lat pembuatannya sulit diperoleh serta
mahal harganya, sulit membuatnya dan penggunaannya memerlukan keterampilah yang
memadai.
4. Prinsip-Prinsip Pemilihan dan Penggunaan Media
Drs. Sudirman N. (1991) mengemukakan beberapa prinsip pemilihan media pengajaran
yang dibaginya ke dalam tiga kategori, sebagai berikut:
Tujuan Pemilihan
Memilih media yang akan digunakan harus berdasarkan maksud dan tujuan pemilihan yang
jelas. Pemilihan media untuk pembelajaran (siswa belajar), untuk informasi yang bersifat
umum, ataukah sekedar untuk hiburan saja mengisi waktu kosong. Lebih spesifik lagi,
untuk pengajaran kelompok atau pengajaran individual.
a. Karakteristik Media Pengajaran
Setiap media mempunyai karakteristik tertentu, baik dilihat dari segi keampuhannya,
cara pembuatannya, maupun cara penggunaannya. Memahami karakteristik berbagai
media pengajaran merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki guru dalam
kaitannya dengan keterampilan pemilihan media pengajaran.
b. Alternatif Pilihan
Memilih pada hakikatnya adalah proses membuat keputusan dari berbagai alternative
pilihan. Guru bisa menentukan pilihan media mana yang akan digunakan apabila
terdapat beberapa media yang dapat diperbandingkan. Sedangkan apabila media
pengajaran itu hanya satu, maka guru tidak bisa memilih, tetapi menggunakan apa
adanya.
Menurut Dr. Nana Sudjana (1991; 104) tentang prinsip-prinsip penggunaan media agar
mencapai hasil yang baik yaitu:
1) Menentukan jenis media dengan tepat,
2) Menetapkan atau memperhitungkan subjek dengan tepat,
3) Menyajikan media dengan tepat,
4) Menempatkan atau memperlihatkan media pada waktu, tempat dan situasi yang tepat.
F. Dasar Pertimbangan Pemilihan dan Penggunaan Media
1. Faktor-Faktor yang Perlu Diperhatikan Dalam Memilih Media Pengajaran
a. Objektivitas
Artinya guru tidak boleh memilih suatu media pengajaran atas dasar kesenangan
pribadi. Apabila secara objektif, berdasarkan hasil penelitian atau percobaan, suatu
media pengajaran menunjukkan keefektifan dan efesiensi yang tinggi, maka guru jangan
merasa bosan menggunakannya.
b. Program Pengajaran
Progam pengajaran yang akan disampaikan kepada anak didik harus sesuai dengan
kurikulum yang berlaku, baik isinya, strukturnya, maupun kedalamannya.
c. Sasaran Program
Sasaran program yang dimaksud adalah anak didik yang akan menerima informasi
pengajaran melalui media pengajaran.
d. Situasi dan Kondisi
Situasi dan kondisi yang dimaksud adalah:
1) Situasi dan kondisi sekolah atau tempat dan ruangan yang dipergunakan.
2) Situasi serta kondisi anak didik yang akan mengikuti pelajaran mengenai jumlahnya,
motivasi dan kegairahan
e. Kualitas Teknik
Dari segi teknik, media pengajaran yang akan digunakan perlu diperhatikan, apakah
sudah memenuhi syarat atau belum.
f. Kefektifan dan Efesiensi Penggunaan
g. Keefektifan berkenaan dengan hasil yang dicapai, sedangkan efesiensi berkenaan
dengan proses pencapaian hasil tersebut.
G. Pengembangan Pemanfaatan Media Sumber
Media pengajaran adalah suatu alat Bantu yang tidak bernyawa. Alat ini bersifat netral.
Peranannya akan terlihat jika guru pandai memanfaatkannya dalam belajar mengajar. Nana
Sudjana (1991) merumuskan fungsi media pengajaran menjadi enam kategori, sebagai
berikut:
1. Penggunaan media dalam proses belajar mengajar bukan merupakan fungsi tambahan,
tetapi mempunyai fungsi sendiri sebagai alat Bantu untuk mewujudkan situasi belajar
mengajar yang efektif.
2. Penggunaan media pengajaran merupakan bagian yang integral dari keseluruhan siatuasi
mengajar.
3. Media pengajaran dalam pengajaran, penggunaanya integral dengan tujuan dari isi
pelajaran.
4. Penggunaan media dalam pengajaran bukan semata-mata alat hiburan melainkan proses
belajar supaya lebih menarik perhatian siswa.
5. Penggunaan media dalam pengajaran lebih diutamakan untuk mempercepat proses belajar
mengajar.
6. Penggunaan media dalam pengajaran diutamakan untuk mempertinggi mutu belajar
mengajar.
H. Evaluasi dalam Proses Belajar Mengajar
Evaluasi itu adalah suatu kegiatan yang tidak mungkin tidak dilakukan oleh suatu sekolah
karena evaluasi itu merupakan salah satu komponen system pembelajaran pada khususnya dan
system pendidikan pada umumnya atau bisa dikatakan juga kegiatan yang tidak mungkin
dielakan dalam proses pembelajaran. Evaluasi baik evaluasi hasil pembelajaran maupun
pembelajaran merupakan bagian integral yang tidak bisa dipisahkan dari kegiatan atau proses
pendidikan. Didalam evaluasi itu ada tiga hubungan erat atau sering kita dengar istilah
Triangulasi yaitu antara kegiatan pembeajaran, tujuan pembelajaran dan kegiatan evaluasi.
Dalam kegiatan pendidikan, evaluasi itu sering digunakan karena dalam satu periode atau
kegiatan itu perlu mengetahui hasil atau prestasi yang sudah dicapai, baik oleh pihak guru
atau siswa atau bahkan orang tua siswa, ini bisa dirasakan dalam semua bentuk dan jenis
pendidikan, baik pendidikan formal, informal dan non formal
Dalam melakukan evaluasi tentunya kita memiliki dasar untuk melaksanakan hal tersebut
dimana disini ada tiga dasar dalam melakukan evaluasi yaitu, satu, dasar psikologis pada
dasar kita ini ingin mengetahui sejauh mana melangkah menuju tujuan yang kita capai.
Kedua, dasar diktatis pada dasar ini menunjukkkan bahwa hasil evaluasi sangat besar
manfaatnya untuk memenuhi kebutuhan didaktatis seperti untuk memotivasi belajar,
mendapatkan informasi atau data siswa yang kesulitan dalam belajar dan untuk mengetahui
cara belajar yang pas atau cocok. Ketiga, dasar administrative, maksudnya disini evaluasi itu
sangat dibutuhkan karena tanpa informasi yang diperoleh dari evaluasi guru tidak mungkin
bisa mengisi raport, menentukan Indeks Prestasi, memberikan ijazah dll.
Evaluasi juga memiliki fungsi dalam proses belajar mengajar yaitu, pertama tes formatif
dimana dilaksanakan di tengah program pembelajaran digunakan sebagai umpan balik atau
feed back baik siswa atau guru. Berdasarkan hasil tes, guru bisa menilai kemampuan siswanya
dan dijadikan bahan perbaikan melalui kegiatan pembelajaran selanjutnya, sedangkan siswa
bisa mengetahui materi pelajaran yang belum dikuasai untuk bahan perbaikan . Kedua tes
diagnostic bertujuan mendiagnosa kesulitan belajar siswa untuk melakukan perbaikan.
Dengan demikian harus lebih dahulu disajikan tes formatif untuk mengetahui ada atau
tidaknya bagian yang belum dikuasai oleh siswa. Ketiga, tes sumatif, tes ini dilakukan setelah
satuan program pembelajaran dilakukan atau setelah materi pelajaran selesai dalam kurun
waktu satu semester. Tujuan utama tes ini untuk menentukan nilai yang menggambarkan
keberhasilan siswa setelah menempuh proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu,
sehingga bisa ditentukan kedudukan siswa di kelas, mengikuti program pembelajaran sebagai
bahan informasi kepada pihak yang bersangkutan. Keempat, tes penempatan, siswa bisa di
tempatkan di kelompok yang sesuai dengan tingkatan pengetahuan yang dimiliki maka
digunakan suatu tes. Sekelompok siswa yang mempunya hasil penilaian yang sama, akan
berada dalam kelompok yang sama dalam belajar. Dalam memberikan evaluasi pada proses
belajar mengajar harus kita berdasarkan pada prinsip pelaksanaan, dimana prinsip itu yaitu
prinsip kontinyu maksudnya kegiatan evaluasi itu dilakukan secara terus menerus bukan
hanya satu kali saja, guru harus selalu memberikan evaluasi kepada siswanya sehingga bisa
mengambil suatu kesimpulan yang tepat dan cepat. Prinsip menyeluruh, evaluasi dilakukan
secara menyeluruhmencakup keseluruhan aspek tingkah laku siswa seperti aspek kognitif,
apektif dan psikomotor yang ada pada masing-masing siswa. Prinsip objektif, evaluasi
dilakukan dengan sebaik-baiknya berdasarkan data dan fakta tanpa ada pengaruh oleh unsure
subjektif dari guru atau orang yang melakukan evaluasi. Selain prinsip kegiatan evaluasi juga
harus memiliki acuan dalam melakukan evauasi itu, dimana acuannya itu penilain acuan
patokan dan penilain acuan norma
Didalam evaluasi hasil pembelajaran juga ada tekniknya yaitu ada teknik tes yang bisa
berupa pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab atau perintah-perintah yang harus
dijalankan oleh siswa, kemudian jawaban siswa dibandingkan dengan standar yang sudah
ditetapkan, ada juga teknik non tes yang biasanya berupa wawancara, kuisoner, ceklist dll.
Didalam melakukan tes juga banyak mode atau ragam yang di gunakan oleh guru. Guru
biasanya juga menggunakan tes tulis dan tes lisan. Tes tulis yang meliputi tes dalam
bentuk uraian, tes uaraian ini meliputi semua tes yang pertanyaannya membutuhkan jawaban
yang berupa uraian yang terdiri dari model uraian bebas dan bentuk uraian terbatas atau tes
berstruktur, tes dalam bentuk objektif, yakni semua bentuk tes yang mengharuskan siswa
memilih diantara kemungkinan jawaban yang sudah disediakan, memberikan jawban singkat
atau mengisi jawaban pada kolom titik yang disiapkan. Bentuknya seperti benar atau salah,
pilihan ganda, menjodohkan. Tes lisan merupakan instrument penilaian yang kegiatannya
dikerjakan dengan mengadakan Tanya jawab secara langsung untuk mengetahui kemampuan
siswa untuk memecahkan suatau masalah atau soal, mempertanggung jawabkan argument,
penguasaan bahasa dan penguasaan materi pelajaran. Tes lisan ini dapat berupa jawaban atas
pertanyaan maupun tanggapan yang diajukan oleh guru. Dari segi persiapan dan cara
bertanya, tes lisan ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu tes lisan bebas tanpa memakai
pedoman yang dipersiapkan secara tertulis dan tes lisan pedoman tentang apa yang ditanyakan
kepada siswa. Jadi evaluasi itu penting bagi pembelajaran. Kita lihat bagi siswa hasil evaluasi
itu memberi informasi tentang sejauh mana siswa itu sudah menguasai bahan pelajaran yang
disampaikan guru. Bagi guru hasil evaluasi memberikan petunjuk atau titik terang bagi guru
mengenai kondisi siswanya, mengenai materi pelajaran yang disampaikannya dan gaya atau
metode mengajarnya. Bagi sekolah keberhasilan kegiatan belajar mengajar ditentukan pula
oleh kondisi belajar yang diciptakan oleh sekolah. Efektifitas kegiatan belajar megajar yang
diprasyaratkan yaitu kondisi belajar yang diciptakan sekolah itu di dapat dari evaluasi, dimana
hasil evaluasi yang diperoleh itu bisa dipakai sekolah untuk mengintrospeksi diri dan untuk
melihat sejauh mana kondisi belajar sehingga dapat tercipta pembelajaran yang baik dan
tujuan yang diinginkan. Selain itu juga evaluasi penting bagi orang tua siswa, orang tua siswa
pasti mau melihat atau menegtahui sejauh mana tingkat kemajuan yang dicapai oleh anaknya
di sekolah dan setelah melihat hasil evaluasi itu tidak menutup kemungkinan orang tua siswa
akan meningkatkan kemampuan atau hasil evaluasi tersebut entah dengan menambah fasilitas
anaknya atau menambah perhatiannya ke anaknya atau dengan hal lain yang menunjang
peningkatan mutu atau prestasi anak atau siswa tersebut.
I. Pengembangan variasi mengajar dan teknik mendapatkan umpan balik
1. Pengertian Variasi Mengajar
Pengertian “variasi” menurut kamus istilah populer adalah “selingan, selang-seling,
atau pergantian”. Sedangkan menggunakan variasi diartikan sebagai perbuatan guru dalam 
konteks proses belajar mengajar yang bertujuan mengatasi kebosanan siswa, sehingga
dalam  proses belajar mengajar, siswa senantiasa menunjukkan ketekunan, keantusiasan,
serta berperan serta secara aktif. Variasi dapat berwujud perubahan-perubahan atau
perbedaan-perbedaan yang sengaja diciptakan atau dibuat untuk memberikan kesan yang
unik.
Dalam  proses belajar mengajar ada variasi apabila guru dapat menunjukkan adanya
perubahan dalam  gaya mengajar, media yang berganti-ganti, dan ada perubahan dalam 
pola interaksi antara guru-siswa dan siswa-siswa. Variasi lebih bersifat proses daripada
produk.
Soetomo (1993) mengemukakan bahwa mengadakan variasi dalam proses
pembelajaran dapat diartikan sebagai perubahan cara/gaya penyampaian yang satu kepada
cara/gaya penyampaian yang lain dengan tujuan menghilangkan kebosanan/kejenuhan
siswa saat belajar sehingga menjadi aktif berpartisipasi dalam belajarnya.
Hal senada dikemukakan oleh Hamid Darmadi (2010): variasi dalam kegiatan
pembelajaran merujuk pada tindakan dan perbuatan guru yang disengaja ataupun secara
spontan dengan maksud meningkatkan perhatian siswa selama pelajaran berlangsung
Dari pendapat tersebut dapat saya disimpulkan bahwa keterampilan mengadakan variasi
adalah penyampaian materi ajar dengan berbagai cara/gaya yang dilakukan guru yang bertujuan
untuk menghilangkan kebosanan/kejenuhan siswa sehingga siswa menjadi aktif dan berpartisipasi
dalam belajarnya.
2. Tujuan Variasi Mengajar
Penggunaan variasi mengajar adalah untuk menarik perhatian para anak didik agar lebih
berkonsentrasi kepada pelajaran yang diberikan oleh guru. Tujuan tersebut dapat adaah:
a. Meningkatkan dan Memelihara Perhatian Siswa terhadap Relevandi Proses Belajar
Mengajar.
Perhatian siswa dalam pelajaran yang diberikan oleh guru selama proses pembelajaran
amat penting karena mempengaruhi keberhasilan tujuan belajar mengajar yang
ditunjukan oleh penguasaan materi pelajaran pada setiap siswa. Indikator penguasaan
siswa terhadap materi pelajaran adalah terjadinya perubahan didalam diri siswa.
b. Memberikan kesempatan Kemungkinan Berfungsinya Motivasi
Siswa tidak akan belajar dengan baik dan tekun jika tidak ada dorongan kuat yang
menggerakan siswa tersebut , dorongan tersebut disebut Motivasi. Oleh sebab itu
motivasi memegang peranan penting dalam belajar. Motivasi setiap siswa berbeda
terhadap suatu bahan pelajaran , oleh karena itu seorang guru selalu ingin memberikan
motivasi terhadap siswa yang kurang memberikan perhatian terhadap materi pelajaran
yang diberikan.
c. Membentuk sikap positif terhadap guru  dan sekolah
 Tanggap siswa kepada gurunya bermacam-macam, masalah akan muncul apabila ada
siswa tertentu  yang kurang senang terhadap gurunya , yang mengakibatkan bidang
pelajaran yang dipegang oleh guru tersebut menjadi tidak disenangi.
d. Memberikan Kemungkian Pilihan dan Fasilitas Belajar Individual
Seorang guru dituntut untuk mempunyai berbagai ketrampilan yang mendukung dalam
proses beajar mengajar. Penguasaan metode pelajaran yang dituntut kepada guru tidak
hanya satu atau dua metode , tetapi lebih banyak lagi.
e. Mendorong Anak Didik untuk Belajar
Seorang guru harus menyediakan lingkungan belajar, kewajiban siswa adalah belajaar,
kedua kegiatan tersebut menyatu dalam sebuah interaksi pengajaran yang disebut
interaksi edukatif. Lingkungan pengajaran yang kondusif adalah lingkungan yang
mampu mendorong anak didik untuk selalu  belajar hingga  berakhirnya kegiatan belajar
mengajar.
Belajar memerlukan motivasi sebagai pendorong bagi anak didik adalah motivasi
intrinsik yang lahir dari kesadaran akan pentingnya ilmu pengetahuan.Anak didik yang
kurang senang menerima pelajaran tidak harus terjadi , karena hal itu sangat
menghambat proses belajar mengajar, oleh sebab iu guru harus menciptakan lingkungan
belajar yang mampu mendorong anak didik untuk senang dan bergairah belajar. Untuk
hal ini , cara akurat yang seharusnya dilakukan guru adalah mengembangkan variasi
belajar, baik dalam gaya mengajar,dalam penggunaan media dan bahan pelajaran.

Anda mungkin juga menyukai