Anda di halaman 1dari 17

PETUNJUK UMUM PEMBELAJARAN

Program pembelajaran disusun dalam bentuk 1 modul. Modul ini terdiri dari
2 bagian yaitu Petunjuk Umum dan Kegiatan Belajar. Kegiatan belajar terdiri dari :
kegiatan belajar 1-4, topik, tujuan umum pembelajaran, tujuan khusus pembelajaran,
uraian dan contoh, latihan, rangkuman, tes formatif, unpan balik dan tindak lanjut,
referensi dan kunci jawaban. Setiap kegiatan belajar di tulis kompetensi dan sub
kompetensi, diuraukan petunjuk belajar, kegiatan dan latihan yang akan dilakukan,
dan dilengkapi dengan rangkuman . Setelah semua kegiatan dilakukan dan
rangkuman telah dibaca, maka mahasiswa dapat mengerjakan tes formatif yang
telah disediakan. Mahasiswa harus mengikuti urutan kegiatan yang harus dilakukan.
Setelah tes formatif selesai dikerjakan mahasiswa, pekerjaan diperiksa sendiri
dengan menggunakan kunci jawaban. Jika memenuhi syarat maka mahasiswa
dapat pindah ke kegiatan belajar lain, jika tidak maka mahasiswa mengulangi lagi
bagian-bagian yang belum dikuasai.

48

KEGIATAN BELAJAR
A. Kegiatan Belajar 5
PROSES PEMBENTUKAN TANAH
1. Tujuan Umum Pembelajaran
Mahasiswa diharapkan dapat memahami dengan benar proses pembentukan
tanah.
2. Tujuan Khusus Pembelajaran
1. Mahasiswa dapat mendefenisikan profil tanah menurut USDA.
2. Mahasiswa dapat menggunakan simbol-simbol horizon tanah berdasarkan sistim
ABC.
3. Mahasiswa dapat menjelaskan pembentukan profil tanah menurut Jenny (1980)
4. Mahasiswa dapat menjelaskan tanah sebagai sistim terbuka menurut Buol dkk
(1973)

49

BAB V
PROSES PEMBENTUKAN TANAH
Proses pembentukan tanah diawali oleh proses pelapukan batuan induk
menjadi bahan induk. Dengan bekerjanya faktor-faktor pembentuk tanah terutama
iklim dan organisme maka terjadi perubahan ukuran bahan induk menjadi lebih kecil,
serta terjadi perubahan mineral primer menjadi mineral sekunder akibat pelapukan
kimia. Mineral-mineral yang berasal dari pelapukan bercampur dengan bahan
organik yang berasal dari tumbuhan maupun hewan yang telah mati dan mengalami
dekomposisi dan selanjutnya menjadi humus. Humus-humus yang berukuran koloid
dengan mengandung muatan negatif terutama asam-asam organik sehingga mampu
menjadi pengikat antara mineral membantuk agregat tanah. Masukan atau input dari
air hujan akan menyebabkan terjadinya reaksi kimia (hidrolisis) antara air dan bahan
penyusun tanah. Disisi lain dengan adanya air hujan yang mengalami infiltrasi maka
terjadi ikatan antara fraksi tanah dan air. Apabila kemampuan tanah mengikat air
sudah tidak ada lagi maka air yang ada dalam pori tanah akan mengalir ke bawah
oleh pengaruh gaya gravitasi. Air yang mengalir membawa unsur-unsur yang terlarut
dalam air. Unsur-unsur yang terbawa sebagian mengalami alih tempat, juga ada
yang keluar dari sistim tanah masuk kedalam sungai dan terus ke laut, terutama
unsur-unsur basa yang disebut dengan pencucian (leaching). Dengan adanya
proses pelapukan, yang diikuti pancampuran bahan organik, pencucian,
pembentukan agregat (struktur), alih tempat dan alih rupa bahan tanah maka
terbentuklah horison tanah. Harison tanah adalah lapisan-lapisan tanah yang

50

terbentuk sejajar dengan permukaan bumi sebagai hasil dari proses pembentukan
tanah.
Apabila kita menggali lapisan-lapisan horison tanah mulai dari permukaan
sampai dengan batuan induk maka akan terlihat suatu penampang vertikal yang
terdiri dari susunan-susunan horison tanah yanag disebut dengan profil tanah. Pada
tanah-tanah yang perkembangan horisonnya sempurna maka akan nampak mulai
dari atas ke bawah adalah horison O, A, B, dan C. Sedangakn khusus horison A dan
B disebut solum tanah. Adapun penjelasan dan pembagian dari masing-masing
horison adalah sebagai berikut:
1. Horison O
Horison ini ditemukan terutama pada daerah hutan yang belum terganggu
tanahnya. Horison O dapat dibagi atas :
a. O1 horison yang bentuk asli sisa-sisa tanaman masih jelas kelihatan.
b. O2 horison yang bentuk asli sisa tanaman sudah tidak bisa kelihatan.
2. Horison A
Horison A merupakan horison dipermukaan tanah yang terdiri dari
campuran bahan organik dan bahan mineral. Merupakan harison yang proses
eluviasi terjadi yaitu proses pencucian unsur-unsur dan bahan-bahan halus seperti
lempung. Horison ini dibagi atas tiga bagian yaitu:
a. A1: bahan mineral campur dengan humus, berwarna gelap

51

b. A2: horison dimana terdapat pencucian (eluviasi) maksimum terhadap lempung,


Fe dan bahan organik.
c. A3: horison peralihan ke B, lebih menyerupai A.
3. Horison B
Horison iluviasi (penimbunan) dari bahan-bahan yang tercuci di atasnya
(lempung, Fe, Al, bahan organik)
a. B1 horison perlaihan dari A ke B, tetapi lebih menyerupai B.
b. B2 horison penimbunan (iluviasi) maksimum liat, Fe dan Al oksida, kadangkadang bahan organik.
c. B3 horison peralihan ke C, tetapi lebih menyerupai B.
4. Horison C
Horison C merupakan horison yang masih sedikit mengalami pelapukan,
horison C biasa juga disebut dengan horison isovolumetrik. Yaitu harison dimana
volume batuan belum mengalami perubahan tetapi berat jenis batuan telah
mengalami perubahan akibat adanya unsur-unsur penyusun batuan yang keluar dari
batuan induk.
Dalam pembentukan tanah terjadi berbagai proses pembentukan tanah.
Proses pembentukan tanah menyangkut beberapa hal yaitu:
1. Penambahan bahan-bahan dari tempat lain ke tanah misalnya:
a. Penambahan air hujan
b. Penambahan O2 dan CO2 dari atmosfer

52

c. Penambahan N, Cl, S dari atmosfer dan curah hujan


d. Penambahan bahan organik dari sisa-sisa tanaman dan hewan.
e. Bahan endapan (baik bahan dari proses aluvial maupun volkanik)
2. Kehilangan bahan-bahan yang ada dalam tanah, misalnya
a. Kehilangan air melalui penguapan (evapotranspirasi)
b. Kehilangan N melalui proses denitrifikasi
c. Kehilangan C (bahan organik) sebagai CO 2, karena dekomposisi bahan
organik.
d. Kehilangan tanah karena erosi
e. Kehilangan energi karena radiasi.
3. Perubahan bentuk (transformation) misalnya:
a. Perubahan bahan organik kasar menjadi bahan organik halus.
b. Penghancuran pasir menjadi debu, kemudian menjadi liat.
c. Pembentukan struktur tanah
d. Pelapukan mineral dan pembentukan mineral liat
e. Pembentukan konkresi.
4. Pemindahan dalam solum, misalnya:
a. Pemindahan liat, bahan organik, Fe, Al dari lapisan atas ke lapisan bawah.
b. Pemindahan unsur hara dari lapisan bawah ke lapisan atas melalui siklus
kegiatan vegetasi.
c. Pemindahan tanah dari lapisan bawah ke atas melalui kegiatan heawan
seperti tikus, rayap, cacing dsb.
d. Pemindahan garam-garam dari lapisan bawah ke atas melalui air kapiler.

53

Tabel. 5.1. Beberapa contoh Proses Pembentukan Tanah


No
1
2.
3
4

Proses
a. Eluviasi

Penjelasan
(4)* Pemindahan bahan-bahan tanah dari satu horison ke
horison lain.
b. Iluviasi
(4) Penimbunan bahan-bahan tanah dalam suatu horison
a. Leaching
(2) Pencucian basa-basa (unsur hara) dari tanah
b. Enrichment
(1) Penambahan basa-basa (unsur hara) dari tempat lain.
a. Dekalsifikasi (4) Pemindahan CaCO3 dari tanah atau suatu horison
b. Kalsifikasi
tanah.
(4) Penimbunan CaCO3 dalam suatu horison tanah
a. Desalinisasi
(4) Pemindahan garam-garam mudah alrut dari tanah
atau suatu horison tanah.
b. Salinisasi
(4) Pemindahan garam-garam mudah larut dalam suatu
horison tanah
a. Dealkalinisasi (4) Pencucian ion-ion Na dalam suatu horison tanah.
(solodisasi)
b.
Alkalinisasi (4) Akumulasi ion-ion Na dalam suatu horison tanah
(solonisasi)
a. Lessivage
(4) Pencucian (pemindahan) liat dari suatu horison ke
horison lain dalam bentuk suspensi (secara mekanik).
Dapat terbentuk tanah ultisol (podsolik) atau alfisol.
b. Pedoturbasi
(4) Pencampuran secara pisik atau biologik beberapa
horison tanah sehingga horison-horison tanah yang telah
terbentuk menjadi hilang, terjadi pada tanah-tanah vertisol
(grumosol)
a.Podzolisasi
(3,4) Pemindahan Al an Fe dan atau bahan organik dari
(Silikasi)
suatu horison ke horison lain secara kimia. Si tidak ikut
tercuci sehingga pada horison yang tercuci meningkat
konsentrasinya. Dapat terbentuk tanah spodosol (podzol)
b. Desilikasi
(3,4) Pemindahan silika secara kimia keluar dari solum
(feralisasi,
tanah sehingga konsentrasi Fe dan Al meningkat secara
laterisasi,
relatif. Terjadi di daerah tropika dimana curah hujan dan
latolisasi
suhu tinggi sehingga Si mudah larut. Dapat terbentuk
tanah oxisol (laterit, latosol)
a. Melanisasi

(1,4) Pembentukan warna hitam (gelap) pada tanah


karena pencampuran bahan organik dengan bahan
54

10

mineral. Dapat terbentuk tanah Mollisol.


b. Leusinasi
(4) Pembentukan horison pucat karena pencucian bahan
organik.
a. Braunifikasi, (3,4) Pelepasan besi dari mineral primer dan disperdi
rubifikasi,
partikel-partikel besi oksida yang makin meningkat.
Feruginasi
Berdasar besarnya oksida dan hidrasi dari besi oksida
tersebutmaka dapat menjadi coklat(braunifikasi), coklat
kemerahan (rubifikasi) dan merah (feruginasi).
b. Gleisasi
(3,4) Reduksi besi karena keadaan anaerobik (tergenang
air) sehingga terbentuk warna kebiruan atau kelabu
kehijauan.
a. Littering
(1) Akumulasi bahan organik setebal kurang dari 30 cm
dipermukaan tanah mineral.
b. Humifikasi
(3) Perubahan bahan organik kasar menjadi humus

Keterangan *
(1) Penambahan bahan ke tanah
(2) kehilangan bahan dari tanah
(3) Perubahan bentuk (transformasi)
(4) Pemindahan dalam tanah (translokation)

Simbol Baru Horison


Penamaan horison tanah mengalami perubahan yang dilakukan oleh Soil
Survey Staff (1987). Adapun perubahan tersebut adalah sebagai berikut:
Nama

Nama

Penjelasan

Lama
O

Baru
O

Hoison organik yang selalu jenuh air atau tidak pernah


jenuh air. Kandungan bahan organik > 20% (pasir) atau

O1

Oi, Oe

30 % (lempung)
Tingkat dekomposisi bahan organik kasar (fibrik= i) atau
sedang (hemin= e)
55

O2

Oa, Oe

Tingkat dekomposisi bahan organik halus (saprik = a)

atau sedang (hemik = e)


Horison mineral di permukaan, campuran bahan mineral

A2
A3

E
AB

dan bahan organik.


Horiosn eluviasi maksimum
Perlaihan A1(A) ke B lebih menyerupai A1(A)

B1

EB
BA

Perlaihan dari A2 (E) ke B, lebih menyerupai A2 (E)


Peralihan dari A1(A) ke B, lebih menyerupai B

B2

BE
B

Peralihan dari A2 (E) ke B, lebih menyerupai B


a. horison iluviasi (penimbunan) liat, Fe, Al atau humus

A1

b. konsentrasi (penimbunan) relatif dari seskuioksida


(Fe, Al) karena Si tercuci
c. terdapat perubahan (alterasi) dari bahan induk
misalnya (terbentuk mineral liat, oksida-oksida
dibebaskan sehingga warnah menjadi lebih merah,
terbentuk struktur tanah granuler, gumpal (blocky),
B3

BC

prismatik dan lain-lain.


Perlihan dari B ke C lebih menyerupai B

C
R (D)

CB
C
R

Peralihan dari B ke C lebih menyerupai C


Bahan induk (regolit), lunak
Batuan induk, keras

Horison Peralihan
Horison peralihan diberi simbol dengan dua huruf besar dari masing-masing
horison utama yang beralih sifat.

56

1. Horison AB (nama lama A3): yaitu horison peralihan dari A ke B, tetapi lebih
menyerupai A
2. Horison EB (nama lama A3): horison peralihan dari E ke B tetapi lebih
menyerupai E.
3. Horison BA (nama lama B1): horison peralihan dari E ke B, tetapi lebih
menyerupai B.
4. Horison BC (nama lama B3): horison peralihan dari B ke C, tetapi lebih
menyerupai B
Penjelasan diatas menunjukkan bahwa horison utama yang dominan
selalu ditulis lebih dahulu. Selain itu perlu dijelaskan bahwa simbol horison peralihan
tetap digunakan meskipun salah satu horison utamanya sudah tidak ada. Misalnya
simbol horison AB tetap digunakan meskipun horison A telah hilang tererosi.
Demikian pula simbol horison BC tetap digunakan meskipun horison C telah hilang
berubah menuju ke horison B.
Kadang-kadang ditemukan horison peralihan yang terdiri dari dua horison
utama misalnya akibat salah satu horison menyusup ke dalam horison yang lain.
Untuk horison seperti ini simbol khusus perlu diberikan dengan garis miring di antara
dua simbol horison yang bersangkutan.
1. Horison E/B: horison peralihan terdiri dari horison E dan horison B , volume
horison E lebih banyak daripada horison B.
2. Horison B/E: horison peralihan terdiri dari horison B dan horison E, volume
horison B lebih banyak daripada horison E.
3. Horison B/C: horison peralihan terdiri dari horison B dan horison C volume
horison B lebih banyak dari pada horison C.

57

Simbol Tambahan
Simbol tambahan untuk menunjukkan sifat-sifat khusus harison utama atau
lapisan, adalah berupa huruf kecil yang dituliskan di belakang simbol horison atau
lapisan yang bersangkutan.
1. a : bahan organik dengan pelapukan lanjut (saprik). Simbol tambahan untuk
horison atau lapisan O
2. b : horison genetik yang tertimbun. Hanya untuk horison mineral. Tidak
digunakan untuk tanah organik maupun membedakan lapisan organik dengan
mineral.
3. c : konkresi atau nodul dengan bahan utama besi, mangan, aluminium atau
titanium. Tidak digunakan untuk konkresi atau nodul dolomit, kalsit, atau garam
lain yang lebih mudah larut.
4. d : lapisan yang memadat (kerapatan lindak tinggi) sehingga tidak dapat
ditembus akar tanaman, misalnya lapisan tapak bajak.
5. e : bahan organik dengan tingkat pelapukan sedang (hemik). Hanya untuk
horison atau lapisan organik.
6. f : tanah yang membeku. Horison yang mengandung es permanen, bukan hanya
pada waktu dingin.
7. g : gleisasi kuat. Gleisasi kuat ditunjukkan oleh warna tanah dengan kroma
rendah dan banyak yang berkarat. Tidak untuk bahan induk yang memang
kromanya rendah seperti shale/serpih ataupun horison E, kecuali kalau proses
gleisasi benar terjadi. Simbol g digunakan untuk horison B hanya jika gleisasi.
8. h : akumulasi iluvial bahan organik. Untuk horison B dengan iluviasi kompleks
organik-seskuioksida, terutama Al tetapi jumlahnya sedikit. Bila seskuioksida

58

cukup banyak tetapi tetapi warna tanahnya gelap gelap (bahan organik tinggi)
dengan value dan kroma 3 atau kurang maka diberi simbol Bhs.
9. i : bahan organik kasar (fibrik). Digunakan untuk horison O.
10. k : akumulasi karbonat, biasanya kalsium karbonat.
11. m : pemadasan yang kontinyu, dan lebih dari 90 persen memadas. Tidak dapat
ditembus akar kecuali melalui bidang-bidang patahan. Bila digabungkan dengan
bahan perekatnya maka dituliskan sebagai berikut
- km : padas dengan bahan perekat karbonat
- qm : padas dengan perekat silika
- sm : padas dengan perekat besi
- ym : padas dengan perekat gipsum
- kqm : padas dengan perekat kapur dan silika
- zm : padas dengan perekat garam yang lebih mudah larut dari pada gipsum.
12. n : akumulasi natrium dapat ditukar
13. o : akumulasi resiual seskuioksida. Simbol ini berbeda dengan simbol s yang
menunjukkan akumulasi seskuioksida (kompleks dengan humus) karena proses
iluviasi, sedangkan simbol o merupakan akumulasi residual seskuioksida akibat
pencucian silika.
14. p : pengolahan tanah, untuk tanah-tanah yang diolah baik tanah organik (Op)
maupun tanah mineral (Ap). Horison E, B atau C yang muncul di permukaan
kemudian diolah, semuanya di beri simbol Ap.
15. q : akumulasi silika sekunder. Bila memadas dan kontinyu, simbolnya adalah qm.
16. r : batuan melapuk atau lunak. Simbol tambahan untuk horison C, misalnya
batuan beku yang melapuk, batu pasir, batu serpih. Akar tanaman tidak dapat
menembus, kecuali lewat bidang patahan. Dapat digali dengan cangkul.

59

17. s : akumulasi iluvial seskuioksida dan bahan organik. Digunakan untuk horison B,
misalnya dengan akumulasi iluvial kompleks seskuioksida bahan organik, dan
mempunyai warna dengan value dan kroma lebih dari 3. Bila baik bahan organik
maupun seskuioksida jumlahnya cukup banyak dan value serta kroma 3 atau
kurang maka simbolnya hs.
18. ss: terdapat bidang kilir. Ditemukan pada tanah yang mempunyai sifat
mengembang (kalau basah) dan mengkerut (kering).
19. t: akumulasi liat silikat, baik akibat iluviasi atau pembentukan dan pemindahan
dalam horison yang bersangkutan (in situ) atau kedua-duanya. Lempung dapat
ditemukan dalam bentuk selaput lempung dipermukaan butir struktur tanah,
dalam pori-pori lamela, atau sebagai penghubung butir-butir mineral tanah.
20. v : plintit. Digunakan untuk horison yang banyak mengandung bahan berwarna
merah, kaya besi, miskin humus, teguh atau sangat teguh bila lembab dan
mengeras tidak balik bila terbuka di udara dan mengalami basah dan kering
berulang-ulang.
21. w : ada perkembangan warna atau struktur. Digunakan untuk horison B yang
baru ada perkembangan warna atau struktur, atau kedua-duanya, dengan sedikit
atau tanpa akumulasi iluvial bahan tanah tertentu. Tidak digunakan untuk horison
peralihan.
22. x : fragipan. Menunjukkan adanya lapisan padas (kerapatan lindak tinggi), teguh
tetapi rapuh.
23. y : akumulasi gipsum (CaSO4)
24. z : akumulasi garam yang lebih mudah larut daripada gipsum
Aturan Penggunaan Simbol Tambahan

60

Horison atau lapisan utama dapat mempunyai satu atau lebih simbol
tambahan dengan aturan sebagai berikut:
1. Simbol tambahan ditulis langsung dibelakang simbol horison atau lapisan
utama..
2. Umunya tidak lebih dari tiga simbol tambahan.
3. Horison permukaan yang diolah hanya diberi simbol tambahan p kecuali ada
akumulasi kalsium karbonat (kp), kalsium sulfat (py) atau garam mudah larut.
4. Bila diperlukan lebih dari satu simbol tambahan, maka hruf-huruf berikut harus
ditulis paling dulu: a, d, e h, I, r, s, t dan w. Kombinasi huruf-huruf tersebut hanya
dapat dilakukan untuk Bhs atau ct.
5. Bila diperlukan lebih dari satu simbol tambahan dan bukan merupakan horison
tertimbun, maka huruf-huruf berikut harus ditulis paling akhir c, f, g, m, v dan x.
6. Untuk horison tertimbun huruf b harus ditulis paling akhir. Huruf b hanya
digunakan untuk tanah mineral yang tertimbun.
7. Horison B yang mempunyai akumulasi liat tinggi (t) dan juga menunjukkan
perkembangan warna atau struktur atau kedua-duanya (w) di beri simbol Bt ( t
diutamakan terhadap w, s dan h). Untuk horison B yang mempunyai sifat g, k, n,
q, y, z atau o dan juga mempunyai akumulasi liat (t) maka huruf t harus di tulis
lebih dahulu, misalnya Bto, Btg, Btn, dsb.
8. Simbol h, s, dan w tidak dapat digunakan bersama-sama dengan simbol g, k, n,
q, y, z atau o kecuali hanya untuk tujuan penjelasan.
9. Kecuali yang disebutkan diatas, maka simbol horiosn tambahan dituliskan
menurut abjad.

61

Pembagian Vertikal
Horison yang telah diuraikan di atas, kadang-kadang perlu di bagi lebih
lanjut karena adanya perbedaan beberapa sifat morfologi misalnya struktur tanah,
warnah, tekstur dll. Untuk horison C, misalnya dapat dibagi menjadi C1-C2-C3 dan
seterusnya atau kalau bagian bawah mengalami gleisasi maka pembagiannya
menjadi C1-C2-Cg1-Cg2, atau C- Cg1-Cg2-R. Penomoran selalu dimulai dengan
angka 1 untuk horison apapun. Contoh lain misalnya Bt, dapat dibagi menjadi Bt1Bt2-Btk1-Btk2 bukan Bt1-Bt2-Btk3-Btk4, karena Bt dan Bk adalah horison yang
berbeda meskipun sama-sama horison iluviasi lempung.
Diskontinuitas
Diskontinuitas menunjukkan adanya horison berasal dari bahan induk yang
berbeda di dalam satu profil tanah. Perbedaan tersebut ditunjukkan oleh perbedaan
susunan besar butir atau susunan mineralogi yang nyata atau perbedaan umur,
kecuali kalau perbedaan umur tersebut telah diberi simbol b. Lapisan-lapisan pada
bahan aluvial tidak termasuk bahan diskontinuitas, kecuali bila terdapat perbedaan
besar butir yang nyata,
Simbol diskontinuitas hanya digunakan pada tanah mineral dan ditunjukkan
dengan angka arab di depan simbol horison, pada bahan induk yang kedua dan
seterusnya, misalnya: Ap-E-Bt1-2Bt2-2Bt3-3Bt4-3BC. Contoh diatas menunjukkan
bahwa horison Ap, E dan Bt1 berasal dari bahan induk pertama (angka 1 tidak perlu
ditulis di depan simbol horison), Bt2 dan Bt3 berasal dari bahan induk kedua, Bt4
dan Bc berasal dari bahan induk ketiga.

62

Soal-Soal
1. Jelaskan proses pembentukan tanah ?
2. Mengapa proses pembentukan tanah sangat dipengaruhi oleh factor
pembentuk tanah?
3. Jelaskan cirri-ciri horizon O, A, B, C dan R?

Daftar Pustaka
A. Darmawijaya, Isa. 1992. Klasifikasi Tanah : Dasar Teori Bagi Peneliti Tanah dan
Pelaksana Pertanian di Indonesia. Yogyakarta, Gadjah Mada University Press.
B. Harjowigeno, Sarwono. 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis, Akademika
Pressindo.
C. Harjowigeno, Sarwono. 1995. Ilmu Tanah. Jakarta, Akademika Pressindo.
63

D. Jenny, H. 1980. The Soil Resource. New York, Springer-Verlag.


E. Paton, T. R. 1978. The Formation of Soil Material. London, George Allen &
Unwin.

64

Anda mungkin juga menyukai