Anda di halaman 1dari 13

TEKNIK MENGAJAR GURU MENGHASILKAN OUTPUT YANG

BERKUALITAS

Juliana (221002008)
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam

Pendahuluan
Pembelajaran pada dasarnya adalah proses penambahan informasi dan
kemampuan baru. Ketika kita berfikir informasi dan kemampuan apa yang harus
dimiliki siswa, maka pada saat itu juga kita semestinya berfikir strategi apa yang
harus dilakukan agar semua itu dapat tercapai secara efektif dan efesien. Ini sangat
penting untuk dipahami, sebab apa yang harus dicapai akan menentukan
bagaimana cara mencapainya.1 Oleh karena itu, sebelum menentukan strategi
pembelajaran yang dapat digunakan, ada beberapa pertimbangan yang harus
diperhatikan yang kemudian menjadi dasar pertimbangan dalam memilih strategi
tersebut.
Dasar pertimbangan memilih strategi dalam pembelajaran merupakan
bagian penting dari strategi pembelajaran, sebab berfungsi sebagai landasan dalam
menyajikan, menguraikan, memberikan contoh, dan memberi latihan kepada

peserta didik untuk mencapai tujuan tertentu.2 Terutama dalam pembelajaran


agama Islam (Aqidah akhlak) tentu diperlukan teknik mengajar yang tepat guna
mencapai nilai-nilai yang dikendaki tersampaikan pada siswa. Hal ini sesuai
dengan dua orientasi dalam kurikulum Islam yaitu orientasi pelestarian nilai dan
orientasi pada peserta didik. Orientasi pada peserta didik itu sendiri diarahkan
pada tiga dimensi yaitu, dimensi kepribadian, produktivitas, kreativitas dan
orientasi masa depan perkembangan ilmu pengetahuan dan IPTEK. 3 Hampir
semua mata pelajaran dalam lingkup agama Islam adalah terkait dengan nilai yang
1
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Edisi Revisi,
(Jakarta: Kencana, 2016), hal. 129.
2
Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, Edisi Revisi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2017), hal.
107.
3
Muhammad Roihan Alhaddad, Hakikat Kurikulum Pendidikan Islam, RAUDHAH Proud To Be
Professionals Jurnal Tarbiyah Islamiyah, Vol. 3, No. 1 (2018), hal. 63-64.

1
berdampak langsung terhadap kehidupan siswa, oleh karenanya perlu adanya
teknik mengajar yang menarik dan dapat memberikan dampak langsung terhadap
perilaku peserta didik.
Namun persoalan pokok dalam konteks ini ialah bagaimana memilih dan
menentukan strategi pembelajaran atau strategi belajar mengajar yang relevan.
Strategi pembelajaran yang digunakan harus menimbulkan aktivitas belajar yang
baik, aktif, kreatif, efektif dan efesien, sehingga tujuan pembelajaran dapat
tercapai secara maksimal. Selain itu metode dan teknik mengajar juga diperlukan
dalam kegiatan belajar mengajar.
Dalam proses tersebut perlu adanya perhitungan tentang kondisi dan situasi
dimana proses tersebut berlangsung dalam jangka panjang. Dengan perhitungan
tersebut, maka proses pendidikan akan lebih terarah kepada tujuan yang hendak
dicapai, karena segala sesuatunya telah direncanakan secara matang.
Belakangan proses pembelajaran agama (Aqidah akhlak) di sekolah
cenderung berjalan monoton, kurang tepat dalam memilih atau mengoperasikan
strategi pembelajaran dan kurang variatif, sebahagian diantaranya melanksanakan
proses pembelajaran sebatas selesai sebuah kewajiban, hal ini dibuktikan
minimnya teknik yang diterapkan guru ketika belajar sehingga berlajar berjalan
seadanya. Sangat sedikit guru yang memiliki teknik mengajar yang menarik dan
menyenangkan. Padahal saat ini kita sudah memasuki era society 5.0 perubahan
dari era revolusi industri 4.0 sebelumnya,4 dimana teknologi menjadi andalan dan
menyentuh semua lini kehidupan manusia termasuk sektor pendidikan. Besarnya
peran teknologi dalam kehidupan manusia memberikan ruang interaksi-sosial
semakin berkurang sehingga siswa semakin sempit melihat dan meneladani
perilaku baik yang ada dilingkungan sekitar. Dengan demikian, persoalan
perilakupun menjadi perbincangan dimana-mana dikarenakan siswa (remaja) telah
disibukkan dengan teknologi yang berdampak pada moralnya. Memasuki era
society 5.0 pendidikan Islam menghadapi berbagai tantangan, mudahnya
mengakses fitur, baik game maupun tontonan yang kurang mendidik menjadi

4
Pristian Hadi Putra, Tantangan Pendidikan Islam dalam Menghadapi Society 5.0, Jurnal
Islamika: Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman, Vol. 19, No. 02, (2019), hal. 106.

2
siswa tidak terkendali dari sisi moral dan mudahnya menemukan berbagai
perilaku menyimpang yang dilakukan siswa. Untuk itu pendidikan agama Islam
melalui mata pelajaran Aqidah akhlak harus konsen melakukan pembinaan agar
siswa memahami nilai baik-buruk dan teladan dalam berperilaku dikeseharian
mereka dengan pendekatan-pendekatan yang menarik.
Untuk mencapai perubahan perilaku tersebut tentu proses pelaksanaan
pembelajaran tidak bisa dilakukan hanya sebatas selesainya tanggung jawab oleh
seorang guru. Dalam konteks ini guru harus memahami cara penyampaian yang
menarik melalui teknik tertentu agar membekas dan mampu diterapkan dalam
kehidupannya, baik melalui keteladanan atau praktik langsung pada kehidupan
mereka dengan melakukan pengawasan dalam lingkup sekolah maupun diluarnya.
Salah satu strategi yang dapat dijadikan alternatif dalam pembelajaran Akidah
akhlak adalah direct instruction. Direct Instruction ini merupakan strategi
pembelajaran yang lebih bersifat teacher-centere, dan cocok dengan capaian
pembelajaran Aqidah akhlak dan sejalan dengan tujuan pendidikan sebagaimana
dirumuskan dalam kurikulum Islam.

Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan peneliti untuk mendapatkan data di
lapangan tentang tehnik mengajar guru dalam melahirkan output yang berkualitas
menggunakan field research (penelitian lapangan),5 menggunakan pendekatan
kualitatif.6 Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara,
observasi dan dokumentasi. Lokasi penelitian dilakukan di MTsN Darul Ulum
YPUI Banda Aceh kelas 3 A (kelas tinggi/kelas eksperimen), populasi dalam
penelitian ini yaitu 31 siswa (satu kelas), peneliti fokus pada mata pelajaran
Aqidah akhlak mengingat waktu yang terbatas sehingga perlu dibatasi objeknya
agar tidak meluas.

5
Abdurrahmat Fathoni, Metode Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi (Jakarta: Rineka Cipta,
2006), hal. 96.
6
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Cet. Ke XXXIZ, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2015), hal. 4.

3
Pembahasan
Metode, Strategi dan Teknik guru dalam mengajar
Metode mengajar
Sebelum diuraikan lebih lanjut mengenai metode mengajar, terlebih dahulu
dijelaskan beberapa pandangan para ahli tentang metode dan mengajar. Menurut
M. Arifin dalam bukunya Al-Rasyiddin dan Samsul Nizar mengemukakan bahwa
metode berasal dari bahasa Greek yang terdiri dari dua kosa kata, yaitu meta yang
berarti melalui dan hodos yang berarti jalan.7 Dalam filsafat ilmu pengetahuan
metode diartikan sebagai cara memikirkan dan memeriksa suatu hal menurut
rencana tertentu. Sedangkan dalam dunia pengajaran, metode adalah rencana
penyajian bahan yang menyeluruh dengan urutan yang sistematis berdasarkan
tujuan tertentu.8
Adapun pengertian lain tentang metode mengajar adalah suatu pengetahuan
tentang cara mengajar yang dipergunakan olah seorang guru atau instruktur.
Pengertian lain adalah teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau
menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di kelas baik secara individu maupun
kelompok.9 Selanjutnya Djamarah menyatakan bahwa metode dapat diartikan
sebagai alat untuk mencapai tujuan. Dengan memanfaatkan metode secara akurat,
guru akan mampu mencapai tujuan pengajaran. Metode dapat pula diartikan
sebagai pelicin dalam mencapai tujuan.
Strategi mengajar
Strategi mengajar adalah tindakan guru dalam melaksanakan rencana
mengajar, artinya usaha guru dalam menggunakan beberapa variable pengajaran
(tujuan, bahan, metode, dan alat serta evaluasi) agar dapat mempengaruhi para
siswa untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan.10
Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan
untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan.
7
Al-Rasyiddin dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2015), hal.
65.
8
M. Subana dan Sunarti, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), hal. 20.
9
Abu Ahmadi, & Joko Tri Prasetyo, Strategi Belajar Mengajar, Edisi Revisi, (Bandung: Pustaka
Setia, 2015), hal. 52.
10
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2014) hal.
147.

4
Sehubungkan dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola
umum kegiatan guru anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar
untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.11 Dengan demikian strategi
mengajar merupakan tindakan nyata dari guru atau praktek guru melaksanakan
pengajaran memalalui cara tertentu, yang dinilai lebih efektif dan efesien dengan
kata lain strategi mengajar adalah taktik belajar di dalam kelas.
Tehnik guru dalam mengajar
Teknik adalah cara sistematis mengerjakan sesuatu. Teknik merupakan suatu
kiat, siasat, atau penemuan yang digunakan untuk menyelesaikan serta
menyempurnakan suatu tujuan langsung.12 Dalam proses belajar mengajar, teknik
dapat diartikan cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu
metode secara spesifik. Teknik harus konsisten dengan metode.13
Menurut Gerlach dan Ely yang dikutip oleh Hamzah B Uno bahwa teknik
adalah jalan, alat, atau media yang digunakan oleh guru untuk mengarahkan
kegiatan peserta didik kearah tujuan yang ingin dicapai. 14 Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, teknik diartikan sebagai metode atau system mengerjakan
sesuatu, cara membuat atau melakukan sesuatu yang berhubungan dengan seni.15
Slameto menjelaskan teknik pembelajaran adalah suatu rencana tentang cara-cara
pendayagunaan dan penggunaan potensi dan sarana yang ada untuk meningkatkan
efektivitas dan efisiensi (pengajaran). Dengan kata lain, teknik pembelajaran
merupakan suatu rencana bagaimana melaksanakan tugas belajar mengajar yang
telah diidentifikasikan (hasil analisis) sehingga tugas tersebut dapat memberikan
hasil belajar yang optimal.16

11
Syaiful Bahri Djamarah, Dkk, Strategi Belajar,… hal. 6-8.
12
Iskandarwassid, Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2011), hal. 66.
13
Isriani Hardini, Dewi Puspitasari, Strategi Pembelajaran Terpadu (Teori, Konsep &
Implementasi), (Yogyakarta, Familia Press. 2012), hal. 40.
14
Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran (Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan
Efektif, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), hal. 2.
15
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Revisi, (Jakarta: Balai Pustaka, 2017), hal.
1158.
16
Slameto, Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester (SKS), (Jakarta: Bumi Aksara,
t.t), hal. 90.

5
Jadi, dapat disimpulkan bahwa teknik dalam dunia pendidikan merupakan
cara yang dilakukan oleh pendidik untuk menunjang penggunaan strategi dan
metode untuk mencapai tujuan dalam proses belajar mengajar. Penentuan strategi
berkaitan erat dengan teknik pengajaran yang dilakukan. Strategi yang baik tanpa
teknik yang memadai bisa berakibat fatal, begitu pula dengan metode.
Kemampuan guru sangat menentukan dalam memilih teknik belajar mengajar
yang digunakan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.

Teknik mengajar guru Aqidah Akhlak di MTsN Darul Ulum Banda Aceh
Hasil kajian yang dilakukan di MTsN Darul Ulum YPUI Banda Aceh pada
mata pelajaran Aqidah Akhlak kelas 3 A (kelas tinggi) menunjukkan bahwa,
teknik pembelajaran Aqidah akhlak yang diterapkan guru menggunakan model
pembelajaran Direct instruction.17 Direct instruction ini merupakan model
pembelajaran yang lebih bersifat teacher-centered dan cocok digunakan dalam
pelajaran Aqidah akhlak sehingga mampu melahirkan berbagai perilaku baik
dalam keseharian siswa baik di lingkup sekolah maupun di luar sekolah.
Model direct instruction merupakan suatu model pendekatan mengajar yang
dapat membantu siswa di dalam mempelajari dan menguasai ketrampilan dasar
dan ketrampilan kompleks serta pengetahuan deklaratif yang dapat dirumuskan
dengan jelas dan diajarkan setahap demi setahap. Dalam model direct instruction
dibutuhkan keaktifan, kelihaian, ketrampilan dan kreatifitas guru tanpa
menghilangkan peran siswa sebagai subyek didik.18 Dalam model ini peran guru
lebih menonjol daripada peran siswa dikarenakan desain model pembelajaran ini
lebih bersifat teacher-centered.19
Adapun proses pelaksanaan pembelajaran menggunakan model direct
instruction dilakukan guru Aqidah akhlak melalui tahapan awal sebagai berikut:

17
Zahriani. Kontekstualisasi Direct Instruction dalam Pembelajaran Sains. Lantanida Journal, Vol.
1, No. 1, (2014), hal. 95.
18
Marlina. Pengaruh Penerapan Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction) terhadap Hasil
Belajar Siswa Kelas X MAN Peudada Pada Materi Kebutuhan Manusia. JSEE: Jurnal Sains
Ekonomi dan Edukasi, Vol. 3, No. I, (2015), hal. 2.
19
Faiqatul Hikmah, Strategi Direct Instruction dalam Pembelajaran Akidah Akhlak Pada Jenjang
Pendidikan Madrasah Tsanawiyah), Jumpa: Jurnal Manajemen Pendidikan, Vol. 1, No. 2, (2020),
hal. 6.

6
1. Merumuskan tujuan pembelajaran dari tema yang dipilih untuk
melaksanakan pembelajaran.
2. Memilih isi, guru menentukan tema yaitu “hubungan manusia dengan
sesama manusia.”
3. Melaksanakan analisis tugas yang akan diminta pada siswa setelah
mendengar dan menonton tampilan yang disiapkan.
4. Menyiapkan proses/alur kegiatan pembelajaran menggunakan model direct
instruction dan kesesuaian waktu yang dimiliki.
5. Menyiapkan dan mengkondisikan kelas agar pelaksanaan pembelajaran
berjalan dengan baik.
Tahapan awal sebagaimana disebutkan di atas dilakukan guru Aqidah akhlak
yang menerapkan model pembelajaran direct instruction. Hal ini tentu suatu
keharusan karena sesuai dengan ciri dari model direct instruction itu sendiri yaitu
(1) adanya tujuan dan prosedur penilaian, (b) sintaks atau pola keseluruhan
kegiatan, dan (c) sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang siap.20
Belajar menggunakan model direct instruction disebutkan juga
permodelan tingkah laku. Dalam konteks ini guru menjelaskan berbagai bentuk
perilaku kepada siswa yang diamati baik dari lingkungan sekolah atau lingkungan
yang lebih luas, dalam konteks ini guru juga menampilkan vidio-vidio pendek
yang menampilkan berbagai bentuk perilaku dan konsekuensinya untuk diamati
bersama baik yang agresi maupun kerjasama.
Tahapan ini penting, menurutnya proses pembelajaran terkait tingkah laku
tidak cukup hanya penjelasan saja, perlu juga menampilkan/menjelaskan dampak
yang ditimbulkan. Guru menggambarkan dampak dari suatu perilaku pada siswa,
bahwa setiap perilaku baik maupun buruk ada balasannya baik di dunia maupun di
akhirat. Kondisi ini sebagaimana disampaikan B.F Skinner pada bagian “operant
conditioning” dan ide-idenya bahwa manusia belajar dan bertindak dengan cara
yang spesifik sebagai suatu hasil dari penguatan suatu perilaku tertentu. Penguatan
mempunyai arti khusus dalam teori tingkah laku. Penguatan diartikan sebagai
pemanfaatan konsekuensi-konsekuensi untuk menguatkan tingkah laku tertentu

20
Faiqatul Hikmah, Strategi Direct Instruction,... hal. 6.

7
apakah dengan menyediakan penghargaan yang bersifat positif ataupun secara
negatif dengan mengambil stimulus-stimulus tertentu.21
Strategi model direct instruction yang dilakukan guru Aqidah akhlak adalah
sebagai berikut:
1. Perhatian.
Pada tahap ini guru menarik perhatian siswa melalui tampilan beberapa
vidio pendek dalam kelas yang menampilkan berbagai peristiwa atas
perilaku buruk atau kemenangan terhadap seseorang yang berperilaku baik.
Siswa pada situasi ini fokus pada berbagai peristiwa dan merekamnya baik
dari perilaku baik maupun buruk.
2. Retensi
Tahap ini, guru meminta siswa menyampaikan apa yang siswa dapatkan dari
penyampaian dan tampilan vidio tersebut, lalu minta siswa jadi model untuk
mereka ulang berbagai bentuk perilaku baik yang seharusnya dilakukan atas
kejadian yang ditampilkan.
3. Produksi
Tahapan terakhir ini guru menjadikan siswa model untuk menampilkan
perilaku baik yang diinginkan dari vidio sebelumnya. Selanjutnya, guru
mengajak siswa menganalisa berbagai perilaku baik dan buruk di
lingkungan sekolah dan lingkungan lainnya untuk disampaikan sisi baik dan
buruknya.

Guru Aqidah akhlak menyampaikan presentasi dan demontrasi materi


“hubungan manusia dengan sesama manusia,” yang sudah disiapkan sesuai
dengan kurikulum yang sudah ditentukan. Selanjutnya, agar presentasi terstruktur
dan jelas, guru menerapkan model deduktif untuk menyampaikan materi. Tahap
ini sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa guru menampilkan vidio secara
umum, kemudian dilanjutkan dengan contoh yang terperinci dari setiap perilaku
yang ditampilkan.

21
Faiqatul Hikmah, Strategi Direct Instruction dalam Pembelajaran Akidah Akhlak Pada Jenjang
Pendidikan Madrasah Tsanawiyah), Jumpa: Jurnal Manajemen Pendidikan, Vol. 1, No. 2, (2020),
hal. 7.

8
Penggunaan model dalam pembelajaran sering muncul persoalan adalah
waktu yang terbatas. Untuk itu, guru Aqidah akhlak di MTsN Darul Ulum Banda
Aceh melaksanakan demonstrasi materi Aqidah akhlak dan pemberian
kesempatan mendemostrasikan pada siswa dengan cara mensiasati dengan cara:
1. Setiap bentuk perilaku yang diamati dipanggil kedepan kelas 5-10 siswa
untuk mendemonstrasikannya secara singkat, seterusnya mengikuti skema
yang sama sehingga semua siswa memperoleh kesempatan demontrasi.
2. Selanjutnya, guru bekerjasama dengan wali kelas untuk mencatat perilaku
siswa bimbingannya pada minggu pertama setelah pertemuan itu dilakukan
sebagai bahan evaluasi sehingga pada pertemuan berikutnya dievaluasi.
Selain itu guru juga menyampaikan ada reward dan punishment atas
berbagai bentuk perilaku mereka dilingkungan sekolah.

Penggunaan strategi direct instruction ini sangat diperlukan dalam


pembelajaran Akidah akhlak di MTsN Darul Ulum Banda Aceh terlebih ketika
guru ingin menjelaskan bagaimana cara berjalan, berpakaian, makan, minum,
adab pada guru, adab pada orang tua yang baik dan benar. Karena sifat dan model
pengajaran langsung ini teacher-centereded, maka tidak menutup kemungkinan
terdapat perilaku siswa yang menyimpang.
Untuk itu, terdapat beberapa hasil temuan dan pengarahan yang dilakukan
guru Aqidah akhlak melalui model direct instruction pada siswa kelas 3 A di
MTsN Darul Ulum Banda Aceh ketika mendapati hal yang keliru dilakukan oleh
siswa, yaitu sebagai berikut:
1. Memberikan siswa tersebut nasehat sehingga segera menghentikan
perilakunya yang menyimpang. Menjalin komunikasi yang baik sehingga
dia betul-betul merubah perilakunya. Melakukan kontak mata dengan siswa
itu sebagai tanda perhatian guru kepada siswanya. Contoh (perilaku negatif).
Dalam konteks ini guru memberikan contoh perilaku baik yang dilakukan
Rasulullah dan menjadikan Rasulullah sebagai contoh untuk selalu
berperilaku baik pada sesama, hal ini tentu sesuai dengan firman Allah
dalam surat Al-Ahzab ayat 21:

9
‫لََق ْد َك ا َن لَ ُك ْم يِف ْ َر ُس ْوِل اللّٰ ِه اُ ْس َوةٌ َح َس نَةٌ لِّ َم ْن َك ا َن َي ْر ُج وا اللّٰ هَ َوالَْي ْوَم ااْل ٰ ِخ َر َوذَ َك َر‬
ۗ‫اللّٰهَ َكثِْيًرا‬
Artinya : Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)
Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut
Allah.

2. Menjelaskan dan mengingatkan siswa itu tentang aturan atau prosedur yang
benar. Menugasi siswa untuk mengidentifikasi prosedur yang benar.
Memberi umpan balik jika dia belum memahami. Contoh (adab berpakaian)
3. Menerapkan konsekuensi atau hukuman apabila ada yang melanggar.
Contoh (tata tertib sekolah). Reward dan punishment bagian dari
pendidikan, sebagaimana firman Allah dalam Q.S al-Zalzalah ayat 7-8:

َ ‫ال َذ َّرٍة َخْيًرا يََّرهۚ َوَم ْن يَّ ْع َم ْل ِم ْث َق‬


‫ال َذ َّرٍة َشًّرا يََّره‬ َ ‫فَ َم ْن يَّ ْع َم ْل ِم ْث َق‬
Artinya: Siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah, dia akan melihat
(balasan)-nya. Siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah,
dia akan melihat (balasan)-nya.
4. Mengubah aktifitas kelas, seringkali perilaku yang menyimpang terjadi
karena siswa terlampau lama dan bosan melakukan kegiatan tertentu.
Memberikan tugas tambahan yang bervariasi, diskusi, mengubah kegiatan
yang ada merupakan sarana yang tepat untuk membuat siswa kembali aktif
dalam proses belajar mengajar. Contoh (menampilkan vidio/slid terkait
materi yang dibahas).

Tahapan yang dilakukan oleh guru Aqidah akhlak di atas tentu sejalan
dengan konsep pendidikan karakter sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an
surat At-Tin ayat 4-6:

‫لََق ْد َخلَ ْقنَ ا ااْلِ نْ َس ا َن يِف ْ ٓ اَ ْح َس ِن َت ْق ِومْيٍ ۖ مُثَّ َرَد ْدنٰ هُ اَ ْس َف َل س ٰ ِفلِنْي َ ۙ اِاَّل الَّ ِذيْ َن اٰ َمُن ْوا َو َع ِملُ وا‬
ِ ٰ‫الصلِح‬
.ۗ‫ت َفلَ ُه ْم اَ ْجٌر َغْي ُر مَمُْن ْو ٍن‬ ّٰ
Artinya: Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang
sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan Dia ke tempat yang
serendah-rendahnya (neraka), Kecuali orang-orang yang beriman dan

10
mengerjakan amal saleh; Maka bagi mereka pahala yang tiada putus-
putusnya.22
Pada dasarnya semua siswa itu baik terkadang lingkunganlah yang
menjadikan siswa tersebut terpengaruh pada perilaku negatif, untuk itu tugas guru
sebagai pendidik membantu siswa menemukan kebaikan yang telah tertanam pada
masing-masing mereka dengan praktik belajar yang tepat dan melibatkan siswa
dalam prosesnya.
Sampai di sini dapat dipahami bahwa, tehnik mengajar itu sangat penting
guna mencapai output yang berkualitas pada siswa. Tehnik mengajar tersebut
diaplikasikan melalui model-model pembelajaran yang menarik, salah satunya
adalah model direct instruction yang dinilai cocok dengan tujuan pembelajaran
Aqidah akhlak tingkat MTs sebagaimana dilakukan oleh guru Aqidah akhlak di
MTsN Darul Ulum Banda Aceh. Namun demikian, untuk mencapai output yang
berkualitas dari model direct instruction tentu guru perlu menguasi strategi dan
pendekatan yang tepat agar efektif dan efesien.
Hal ini penting untuk mendapatkan hasil yang diinginkan sebagaimana
dilakukan guru Aqidah akhlak di kelas 3 A di MTsN Darul Ulum Banda Aceh
dimana terdapat perubahan yang luar biasa pada perilaku siswa di kelas yang
diampu dari sebelumnya. Perubahan tersebut tentu sangat berguna bagi siswa
dimana kebanyakan remaja tingkat MTs selama ini memiliki perilaku yang sangat
kurang akibat pengaruh lingkungan maupun banyaknya tontonan yang kurang
mendidik.

Kesimpulan
Hasil kajian lapangan yang dilakukan di kelas 3 A di MTsN Darul Ulum
Banda Aceh mendaptakan bahwa, guna mencapai output yang berkulitas guru
Aqidah akhlak melaksanakan tehnik mengajar dengan cara yang menarik
menggunakan model direct instruction. Model ini sangat cocok dilakukan pada
mata pelajaran Aqidah akhlak dimana hampir semua materinya memerlukan
demonstrasi atau memberikan contoh secara langsung, salah satunya terkait
dengan perilaku. Sebagaimana sifatnya perilaku tidak hanya cukup dengan
22
Depag RI, Al-Quran Surat At-Tin Ayat 4-6.

11
menjelaskan baik dan benar saja, melainkan perlu menunjukkan secara langsung
dna melibatkan siswa untuk mendemonstrasikan yang benar sehingga menjadi
pelajaran yang membekas bagi dirinyan dan yang lain.
Tehnik mengajar seperti ini sangat dibutuhkan bagi siswa (remaja) untuk
kondisi saat ini yang banyak ditemukan siswa berperikaku kurang baik tidak
sesuai anjuran Islam. Selain diakibatkan dari proses pembelajaran agama yang
kurang variatif selama ini, juga karena perkembangan zaman yang mempengaruhi
siswa dengan tontonan yang kurang mendidik. Untuk itu model pembelajaran
seperti sangat diperlukan, selain menarik juga membekas ilmu yang diperoleh
sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidupan mereka.

Reference
Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, Edisi Revisi, Bandung: Remaja Rosdakarya,
2017.
Abdurrahmat Fathoni, Metode Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi, Jakarta:
Rineka Cipta, 2006.
Abu Ahmadi, & Joko Tri Prasetyo, Strategi Belajar Mengajar, Edisi Revisi,
Bandung: Pustaka Setia, 2015.
Al-Rasyiddin dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Press,
2015.
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Revisi, Jakarta: Balai Pustaka,
2017.
Faiqatul Hikmah, Strategi Direct Instruction dalam Pembelajaran Akidah Akhlak
Pada Jenjang Pendidikan Madrasah Tsanawiyah), Jumpa: Jurnal
Manajemen Pendidikan, Vol. 1, No. 2, 2020.
Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran (Menciptakan Proses Belajar Mengajar
yang Kreatif dan Efektif, Jakarta: Bumi Aksara, 2014.
Iskandarwassid, Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, Bandung:
Remaja Rosda Karya, 2011.
Isriani Hardini, Dewi Puspitasari, Strategi Pembelajaran Terpadu (Teori, Konsep
& Implementasi), Yogyakarta, Familia Press. 2012.
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Cet. Ke XXXIV, Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2015.
M. Subana dan Sunarti, Strategi Belajar Mengajar, Bandung: Pustaka Setia, 2011.
Marlina. Pengaruh Penerapan Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)
terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X MAN Peudada Pada Materi

12
Kebutuhan Manusia. JSEE: Jurnal Sains Ekonomi dan Edukasi, Vol. 3, No.
I, 2015.
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algesindo.
2014.
Pristian Hadi Putra, Tantangan Pendidikan Islam dalam Menghadapi Society 5.0,
Jurnal Islamika: Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman, Vol. 19, No. 02, Desember
2019.
Slameto, Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester (SKS), Jakarta:
Bumi Aksara, t.t.
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
Edisi Revisi, Jakarta: Kencana, 2016.
Zahriani. Kontekstualisasi Direct Instruction dalam Pembelajaran Sains.
Lantanida Journal, Vol. 1, No. 1, 2014.

13

Anda mungkin juga menyukai