Anda di halaman 1dari 53

JAWABAN DAN ULASAN SOAL

TES TULIS PENDAFTARAN BAWASLU KABUPATEN/KOTA TAHUN 2018


(LATIHAN SOAL BAGI KALANGAN SENDIRI DAN TERBATAS)
JAWABAN DAN ULASAN SOAL
TES TULIS PENDAFTARAN BAWASLU KABUPATEN/KOTA TAHUN 2018
(LATIHAN SOAL BAGI KALANGAN SENDIRI DAN TERBATAS)
Waktu Pengerjaan : 100 Menit Jumlah Soal : 110 Soal

1. Batasan pencalonan Presiden dan Wakil Presiden sebanyak dua kali masa jabatan,
diatur dalam UUD 1945 pada amandemen yang keberapa?
a. Amandemen keempat
b. Amandemen ketiga
c. Amandemen kedua
d. Amandemen pertama
e. Amandemen ketiga pasal 7A
• Pembatasan masa jabatan presiden dan wakil presiden diatur dalam
amandemen pertama, yaitu pasal 7: “Presiden dan Wakil Presiden memegang
jabatan selama lima tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan
yang sama, hanya untuk satu kali masa jabatan.”
Dalam UU No. 7 Tahun 2017 pasal 169, salah satu persyaratan menjadi calon
presiden dan wakil presiden adalah “belum pernah menjabat sebagai presid.en
atau wakil presiden, selama 2 (dua) kali masa jabatan dalam jabatan yang
sama”. Yang dimaksud dengan belum pernah menjabat 2 (dua) kali masa
jabatan dalam jabatan yang sama adalah yang bersangkutan belum pernah
menjabat dalam jabatan yang sama selama dua kali masa jabatan, baik berturut-
turut maupun tidak berturut-turut, walaupun masa jabatan tersebut kurang dari
5 [ima) tahun.

2. Pejabat Negara yang dicalonkan oleh Partai Politi Peserta Pemilu atau gabungan Partai
Politik sebagai calon presiden dan wakil presiden harus mengundurkan diri dari
jabatannya, kecuali:
a. Presiden dan Wakil Presiden
b. Pimpinan dan anggota MPR
c. Pimpinan dan anggota DPR
d. Pimpinan dan anggota DPD
e. Semua jawaban benar
• Baca UU No. 7 tahun 2017 pasal 170 ayat (1)

2
3. Dalam pembukaan (preambule) UUD 1945, pernyataan "negara republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat" terdapat pada alinea keberapa?
a. Alinea pertama
b. Alinea kedua
c. Alinea ketiga
d. Alinea keempat
e. Alinea kelima
4. Pancasila sebagai dasar negara tertuang secara tegas di dalam UUD 1945, yaitu pada:
a. Pembukaan UUD 1945 alinea kedua
b. Pembukaan UUD 1945 alinea ketiga
c. Pembukaan UUD 1945 alinea keempat
d. UUD 1945 pasal 1
e. UUD 1945 pasal 2
• Teks lengkap UUD 1945 alinea keempat adalah “Kemudian daripada itu untuk
membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam
suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu
susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan
berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan
beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan
mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”

5. Menurut konstitusi, siapa yang punya kewenangan melantik dan dapat


memberhentikan presiden dan/ wakil presiden?
a. Hak angket dan interpelasi DPR RI
b. Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi
c. Pemilu secara langsung yang dilaksanakan setiap 5 (lima) tahun sekali
d. DPR RI, Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi
e. Majelis Permusyawaratan Rakyat
• UUD 1945 pasal 3:

3
1) Majelis Permusyawaratan Rakyat berwenang mengubah dan menetapkan
Undang-Undang Dasar.
2) Majelis Permusyawaratan Rakyat melantik Presiden dan/atau Wakil
Presiden.
3) Majelis Permusyawaratan Rakyat hanya dapat memberhentikan Presiden
dan/atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya menurut Undang-Undang
Dasar.

6. Berapa jumlah seluruh anggota DPD berdasarkan UUD 1945?


a. 4 (empat) orang setiap provinsi
b. Tidak melebihi 50% jumlah anggota DPR RI
c. Tidak melebihi 30% jumlah anggota DPR RI
d. Tidak lebih dari sepertiga (1/3) jumlah anggota DPR RI
e. Tidak lebih dari seperempat (1/4) jumlah anggota DPR RI
• UUD 1945 pasal 22C ayat (2) “Anggota Dewan Perwakilan Daerah dari setiap
provinsi jumlahnya sama dan jumlah seluruh anggota Dewan Perwakilan Daerah
itu tidak lebih dari 1/3 (sepertiga) jumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat.”
• Dalam UU No. 7 tahun 2017, jumlah kursi anggota DPD untuk setiap provinsi
ditetapkan sebanyak 4 (empat) orang. Lihat pasal 196.

7. Landasan hukum UU No. 7 tahun 2017 adalah:


a. Pasal 1 ayat (1), pasal 4 ayat (1), pasal 6, pasal 6A, pasal 17 ayat (1), Pasal 18 ayat
(1), pasal 21, pasal 22C ayat (1), dan Pasal 22E Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945
b. Pasal 1 ayat (2), pasal 5 ayat (1), pasal 6, pasal 6A, pasal 18 ayat (3), Pasal 19 ayat
(1), pasal 20, pasal 22C ayat (1), dan Pasal 22E Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945
c. Pasal 1 ayat (2), pasal 2 ayat (2), pasal 6, pasal 6A, pasal 12 ayat (2), Pasal 18 ayat
(2), pasal 20, pasal 22C ayat (2), dan Pasal 22E Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945
d. Pasal 1 ayat (3), pasal 3 ayat (1), pasal 6, pasal 6A, pasal 8 ayat (3), Pasal 9 ayat (1),
pasal 20, pasal 22C ayat (1), dan Pasal 22E Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945

4
e. Pasal 1 ayat (2), pasal 5 ayat (1), pasal 6, pasal 6A, pasal 7 ayat (3), Pasal 9 ayat (1),
pasal 23, pasal 23C ayat (1), dan Pasal 23E Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945
• Landasan hukum UU No. 7 tahun 2017 tentang Pemilihan Umum adalah UUD
1945, yaitu:
Pasal 1 ayat (2) “Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan
menurut Undang-Undang Dasar”

Pasal 5 ayat (1) “Presiden berhak mengajukan rancangan undang-undang


kepada Dewan Perwakilan Rakyat”
Pasal 6 ayat (1) Calon Presiden dan calon Wakil Presiden harus seorang
warga negara Indonesia sejak kelahirannya dan tidak
pernah menerima kewarganegaraan lain karena
kehendaknya sendiri, tidak pernah mengkhianati negara,
serta mampu secara rohani dan jasmani untuk
melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai Presiden dan
Wakil Presiden.
(2) Syarat-syarat untuk menjadi Presiden dan Wakil Presiden
diatur lebih lanjut dengan undang-undang.
Pasal 6A ayat (1) Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan
secara langsung oleh rakyat.
(2) Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden diusulkan
oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta
pemilihan umum sebelum pelaksanaan pemilihan umum.
(3) Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden yang
mendapatkan suara lebih dari lima puluh persen dari
jumlah suara dalam pemilihan umum dengan sedikitnya
dua puluh persen suara di setiap provinsi yang tersebar di
lebih dari setengah jumlah provinsi di Indonesia, dilantik
menjadi Presiden dan Wakil Presiden.
(4) Dalam hal tidak ada pasangan calon Presiden dan Wakil
Presiden terpilih, dua pasangan calon yang memperoleh
suara terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan
umum dipilih oleh rakyat secara langsung dan pasangan
yang memperoleh suara rakyat terbanyak dilantik sebagai
Presiden dan Wakil Presiden.
(5) Tata cara pelaksanaan pemilihan Presiden dan Wakil
Presiden lebih lanjut diatur dalam undang-undang.

5
Pasal 18 ayat (3) “Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan
kota memiliki Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang
anggota-anggotanya dipilih melalui pemilihan umum.”

Pasal 19 ayat (1) “Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dipilih melalui


pemilihan umum.”
Pasal 20 ayat (1) Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan
membentuk undang-undang.
(2) Setiap rancangan undang-undang dibahas oleh Dewan
Perwakilan Rakyat dan Presiden untuk mendapat
persetujuan bersama.
(3) Jika rancangan undang-undang itu tidak mendapat
persetujuan bersama, rancangan undang-undang itu tidak
boleh diajukan lagi dalam persidangan Dewan Perwakilan
Rakyat masa itu.
(4) Presiden mengesahkan rancangan undang-undang yang
telah disetujui bersama untuk menjadi undang-undang.
(5) Dalam hal rancangan undang-undang yang telah disetujui
bersama tersebut tidak disahkan oleh Presiden dalam
waktu tiga puluh hari semenjak rancangan undang-undang
tersebut disetujui, rancangan undangundang tersebut sah
menjadi undang-undang dan wajib diundangkan.
Pasal 22C ayat (1) “Anggota Dewan Perwakilan Daerah dipilih dari setiap
provinsi melalui pemilihan umum.”
Pasal 22E ayat (1) Pemilihan umum dilaksanakan secara langsung, umum,
bebas, rahasia, jujur, dan adil setiap lima tahun sekali.
(2) Pemilihan umum diselenggarakan untuk memilih anggota
Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah,
Presiden dan Wakil Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah.
(3) Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan
Perwakilan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah adalah partai politik.
(4) Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan
Perwakilan Daerah adalah perseorangan.
(5) Pemilihan umum diselenggarakan oleh suatu komisi
pemilihan umum yang bersifat nasional, tetap, dan
mandiri.
(6) Ketentuan lebih lanjut tentang pemilihan umum diatur
dengan undang-undang.

6
8. Kewenangan Mahkamah Konstitusi tertuang dalam UUD 1945 pasal:
a. Pasal 24 ayat (1)
b. Pasal 24A ayat (1)
c. Pasal 24B ayat (1)
d. Pasal 24C ayat (1)
e. Pasal 25 ayat (1)
• Pasal 24C ayat (1) UUD 1945 yaitu “Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili
pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji
undang-undang terhadap UndangUndang Dasar, memutus sengketa
kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh
UndangUndang Dasar, memutus pembubaran partai politik, dan memutus
perselisihan tentang hasil pemilihan umum.”

9. Jika presiden dan wakil presiden mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat
melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya secara bersamaan, maka pelaksana
tugas kepresidenan adalah:
a. Ketua Mahkamah Agung, Ketua Mahkamah Konstitusi, dan Ketua DPR secara
bersama-sama
b. Ketua Mahkamah Agung, Ketua Mahkamah Konstitusi, dan Ketua DPR dan Ketua
MPR secara bersama-sama
c. Menteri Luar Negeri, Menteri Dalam Negeri, dan Menteri Keuangan, secara
bersama-sama
d. Menteri Luar Negeri, Menteri Dalam Negeri, dan Menteri Pertahanan secara
bergantian
e. Menteri Dalam Negeri, Menteri Keuangan, dan Menteri Koordinator Politik, Hukum,
dan Keamanan (Menko Polhukam) secara bersama-sama
• Baca UUD 1945 pasal 8 ayat (3), “Jika Presiden dan Wakil Presiden mangkat,
berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa
jabatannya secara bersamaan, pelaksana tugas kepresidenan adalah Menteri
Luar Negeri, Menteri Dalam Negeri, dan Menteri Pertahanan secara bersama-
sama. Selambat-jambatnya tiga puluh hari setelah itu, Majelis Permusyawaratan
Rakyat menyelenggarakan sidang untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden
dari dua pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden yang diusulkan oleh Partai
politik atau gabungan partai politik yang pasangan calon Presiden dan Wakil

7
Presidennya meraih suara terbanyak pertama dan ke dalam pemilihan umum
sebelumnya, sampai habis masa jabatannya.”

10. Bagaimana teks UUD 1945 pasal 18 ayat (4)?


a. Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah
provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan
kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang.
b. Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan.
c. Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota memiliki Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah yang anggota-anggotanya dipilih melalui pemilihan
umum.
d. Pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluasluasnya, kecuali urusan
pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan Pemerintah
Pusat
e. Gubernur, Bupati, dan Walikota masing-masing sebagai kepala pemerintah
daerah provinsi, kabupaten, dan kota dipilih secara demokratis.

11. Berdasarkan UUD 1945, proses penyusunan Rancangan Undang-Undang (RUU) adalah
sebagai berikut, kecuali:
a. Presiden berhak mengajukan rancangan undang-undang kepada Dewan Perwakilan
Rakyat.
b. Setiap rancangan undang-undang dibahas oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan
Presiden untuk mendapat persetujuan bersama.
c. Jika rancangan undang-undang itu tidak mendapat persetujuan bersama, rancangan
undang-undang itu tidak boleh diajukan lagi dalam persidangan Dewan Perwakilan
Rakyat masa itu.
d. Presiden mengesahkan rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama
untuk menjadi undang-undang.
e. Dalam hal rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama tersebut tidak
disahkan oleh Presiden dalam waktu tiga puluh hari semenjak rancangan undang-

8
undang tersebut disetujui, rancangan undang-undang tersebut tidak sah menjadi
undang-undang.
• Baca UUD 1945 pasal 5 ayat (1); pasal 20 ayat (2), ayat (3), ayat (4) dan ayat (5).

12. Dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa, Presiden berhak menetapkan peraturan
pemerintah sebagai pengganti undang-undang (PERPPU), seperti:
a. PERPPU No. 1 Tahun 2013 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota
b. PERPPU No. 4 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota
c. PERPPU No. 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota
d. PERPPU No. 2 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota
e. PERPPU No. 1 Tahun 2015 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota
13. Dalam perubahan Undang-Undang Dasar, hal apa yang tidak boleh dilakukan
perubahan?
a. Dasar Negara dan sistem kenegaraan
b. Sistem kewarganegaraan
c. Sistem Negara dan pemerintahan
d. Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia
e. Semua benar
• Baca UUD 1945 pasal 37 ayat (5)
14. Amandemen UUD 1945 yang keempat ditetapkan dan disahkan dalam sidang umum
MPR, pada:
a. 10 Agustus 2001
b. 10 September 2001
c. 10 Agustus 2002
d. 18 Agustus 2002
e. 19 Oktober 2002
• Amandemen adalah proses perubahan terhadap ketentuan dalam sebuah
peraturan, baik berupa penambahan maupun pengurangan/penghilangan
ketentuan tertentu. Amandemen UUD 1945 dilakukan sebanyak 4 kali. Keempat
tahap amandemen tersebut adalah sebagai berikut:
1) Amandemen pertama dalam sidang umum MPR pada 19 Oktober 1999, yang
menyangkut persoalan pokok antara lain: perubahan tentang masa jabatan
presiden dan hak prerogative presiden

9
2) Amandemen kedua dalam sidang tahunan MPR pada 18 Agustus 2000, yang
menyangkut persoalan pokok antara lain: tentang pemerintahan daerah,
yang kemudian menjadi amanat dan dasar pelaksanaan otonomi daerah.
3) Amandemen ketiga dalam sidang tahunan MPR pada 10 November 2001,
yang menyangkut persoalan pokok antara lain: kedaulatan rakyat, pemilihan
presidan dan wakil presiden secara langsung, pemilihan umum, mahkamah
konstitusi.
4) Amandemen keempat dalam sidang tahunan MPR pada 10 Agustus 2002,
yang menyangkut: komposisi keanggotaan MPR, pemilu presiden dan wakil
presiden, dan tentang presiden dan wakil presiden yang tidak dapat
menjalankan kewajiban dalam masa jabatan secara bersamaan.

Amandemen ke-3 dan ke-4 kemudian menjadi amanat dan dasar pelaksanaan
Pemilihan presiden dan wakil presiden secara langsung pada pemilu tahun
2004.

15. Apa kepanjangan dari BPUPKI?


a. Badan Perencanaan Untuk Persiapan Kemerdekaan Indonesia (Dokuritsu Junbii
Chosakai)
b. Badan Persiapan Untuk Proklamasi Kemerdekaan Indonesia (Dokuritsu Junbii
Chosakai)
c. Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (Dokuritsu
Junbii Chosakai)
d. Badan Penyelenggara Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (Dokuritsu
Junbii Chosakai)
e. Badan Penyelesaian Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Idonesia (Dokuritsu
Junbii Chosakai)

16. Kapan dan siapa yang menetapkan UUD 1945?


a. Pada tanggal 16 Agustus 1945, oleh BPUPKI
b. Pada tanggal 17 Agustus 1945, oleh BPUPKI
c. Pada tanggal 18 Agustus 1945, oleh BPUPKI
d. Pada tanggal 18 Agustus 1945, oleh PPKI
e. Pada tanggal 19 Agustus 1945, oleh PPKI
• Setelah menyelesaikan tugasnya dengan baik, yaitu menyusun rancangan
Undang-Undang Dasar bagi negara Indonesia Merdeka, BPUPKI dibubarkan

10
pada Pada tanggal 7 Agustus 1945 yang kemudian diganti dengan “Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia” (PPKI) atau dalam bahasa Jepang: Dokuritsu
Junbi Inkai. Secara resmi UUD 1945 ditetapkan oleh PPKI pada tanggal 18
Agustus 1945, yaitu sehari setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia.

17. UU No. 7 tahun 2017 sebagai landasan hukum bagi pemilihan umum secara serentak,
adalah merupakan penggabungan dan penyederhanaan dari:
a. Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008; Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2015;
dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012.
b. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2008; Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011; dan
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2012.
c. Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008; Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011;
dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012.
d. Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008; Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2010;
dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011.
e. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008; Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011;
dan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012.
• Pertimbangan dan tujuan pembentukan UU No. 7 tahun 2017 adalah
penggabungan dan penyerderhanaan tiga (3) Undang-Undang, Yaitu: Undang-
Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil
Presiden, Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara
Pemilihan Umum, dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan
Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

18. Yang tidak termasuk dalam definisi Pemilu adalah:


a. Pemilihan umum untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden
b. Pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat
c. Pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Daerah
d. Pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
e. Pemilihan untuk memilih Gubernur, Bupati dan Walikota
• Berdasarkan UUD 1945 pasal 22E ayat (2), pemilihan kepala daerah (Gubernur,
Bupati, Walikota) tidak masuk dalam definisi tujuan pelaksanaan pemilihan
umum. Harus di ingat bahwa istilah “Pemilu” digunakan untuk memilih
Presiden, DPR, DPD, dan DPRD, sedang istilah “Pemilihan” digunakan untuk

11
memilih kepala daerah. (Lihat perbedaannya dalam UU No. 10 Tahun 2016 dan
UU No. 7 tahun 2017)

19. Apa definisi penyelenggara Pemilu menurut UU no. 7 tahun 2017?


a. Penyelenggara Pemilu adalah lembaga yang menyelenggarakan Pemilu yang terdiri
atas Komisi Pemilihan Umum dan Badan Pengawas Pemilu untuk
menyelenggarakan Pemilu dalam memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat,
anggota Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden, dan untuk
memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah secara langsung oleh rakyat.
b. Penyelenggara Pemilu adalah lembaga yang menyelenggarakan Pemilu secara Luber
dan Jurdil yang terdiri atas Komisi Pemilihan Umum, Badan Pengawas Pemilu, dan
Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu yang menjalankan fungsinya secara
terpisah dan berbeda dalam Penyelenggaraan Pemilu untuk memilih anggota
Dewan Perwakilan Rakyat, anggota Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil
Presiden, dan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah secara
langsung oleh rakyat.
c. Penyelenggara Pemilu adalah lembaga yang menyelenggarakan Pemilu secara Luber
dan Jurdil yang terdiri atas Komisi Pemilihan Umum, Badan Pengawas Pemilu,
Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu, dan Partai Politik sebagai satu kesatuan
fungsi Penyelenggaraan Pemilu untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat,
Presiden dan Wakil Presiden, dan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah secara langsung oleh rakyat
d. Penyelenggara Pemilu adalah lembaga yang menyelenggarakan Pemilu yang
terdiri atas Komisi Pemilihan Umum, Badan Pengawas Pemilu, dan Dewan
Kehormatan Penyelenggara Pemilu sebagai satu kesatuan fungsi Penyelenggaraan
Pemilu untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, anggota Dewan
Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden, dan untuk memilih anggota
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah secara langsung oleh rakyat.
e. Semuanya benar

20. KPU menjalankan tugasnya secara:


a. Berkelanjutan

12
b. Terus menerus
c. Berkesinambungan
d. Berkepastian
e. Terencana
• Baca Pasal 7 ayat 2 UU No. 7 tahun 2017

21. Dalam menjalankan tugasnya, ketua KPU provinsi bertanggung jawab kepada:
a. KPU RI
b. Ketua KPU RI
c. KPU RI dan DPRD Provinsi
d. KPU RI, Gubernur dan DPRD Provinsi
e. Rapat pleno
• Baca UU No. 7 tahun 2017 Pasal 11 ayat 3. (Bandingkan perbedaan pengertian
pertanggungjawaban KPU Provinsi secara kelembagaan kepada KPU RI, baca
pasal 49 ayat 1)

22. KPU Kabupaten/kota wajib menyampaikan data hasil pemilu dari tiap-tiap TPS kepada
peserta pemilu paling lama:
a. 3 hari setelah rekapitulasi di Kabupaten/Kota
b. 5 hari setelah rekapitulasi di Kabupaten/Kota
c. 6 hari setelah rekapitulasi di Kabupaten/Kota
d. 7 hari setelah rekapitulasi di Kabupaten/Kota
e. 9 hari setelah rekapitulasi di Kabupaten/Kota
• Baca UU No. 7 tahun 2017 Pasal 20 point k.

23. Apa singkatan KPPS?


a. Kelompok Panitia Pemungutan Suara
b. Kelompok Pelaksana Pemungutan Suara
c. Kelompok Penyelenggara Penghitungan Suara
d. Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara
e. Kelompok Pemungutan dan Penghitungan Suara
• Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara yang selanjutnya disingkat KPPS
adalah kelompok yang dibentuk oleh PPS untuk melaksanakan pemungutan
suara di tempat pemungutan suara (TPS).

13
24. Pemilih yang berhak mengikuti pemungutan suara di TPS meliputi:
a. Pemilik kartu tanda penduduk elektronik yang terdaftar pada daftar pemilih tetap di
TPS bersangkutan
b. Pemilik kartu tanda penduduk elektronik yang terdaftar pada daftar pemilih
tambahan
c. Pemilik kartu tanda penduduk elektronik yang tidak terdaftar pada daftar pemilih
tetap dan daftar pemilih tambahan
d. Penduduk yang telah memiliki hak pilih
e. Semua jawaban benar
• Baca UU No. 7 tahun 2017 Pasal 348 ayat (1)

25. Apabila terdapat kekeliruan dalam memberikan suara, Pemilih dapat meminta surat
suara pengganti kepada KPPS paling banyak:
a. 1 (satu) surat suara pengganti
b. 1 (satu) surat pemilu ulang
c. 2 (dua) surat suara pengganti
d. 2 (dua) surat suara pengganti selama surat suara cadangan mencukupi
e. 2 (dua) surat suara pengganti selama surat suara mencukupi
• Baca UU No. 7 tahun 2017 Pasal 355 ayat (3)

26. Pernyataan yang salah tentang kampanye di bawah ini adalah:


a. Kampanye Pemilu adalah kegiatan Peserta Pemilu atau pihak lain yang ditunjuk oleh
Peserta Pemilu untuk meyakinkan pemilih dengan menawarkan visi, misi, program
dan/atau citra diri Peserta Pemilu
b. Kampanye Pemilu merupakan bagian dari pendidikan politik masyarakat dan
dilaksanakan secara bertanggung jawab
c. Kampanye Pemilu dilaksanakan secara serentak antara kampanye Pemilu Presiden
dan Wakil Presiden dengan kampanye Pemilu anggota DPR, DPD, dan DPRD.
d. Kampanye Pemilu dilaksanakan oleh pelaksana kampanye
e. Pelaksana kampanye bisa mengikutsertakan masyarakat umum dan semua umur

14
• Dalam pelaksanaan kampanye dilarang untuk mengikutsertakan anak di bawah
umur yang tidak mempunyai hak memilih. Baca UU No. 7 tahun 2017 pasal 267,
dan pasal 280 ayat (2) point k.

27. Masa tenang pemilu adalah:


a. Minggu tenang yang dilarang untuk melakukan aktifitas kampanye selama 7 hari
sebelum hari pemungutan suara
b. Masa tenang adalah waktu untuk melakukan penertiban atribut kampanye, yaitu 3
hari sebelum masa tenang
c. Masa tenang adalah masa yang tidak dapat digunakan untuk melakukan aktifitas
kampanye Pemilu
d. Masa tenang adalah masa untuk melakukan jajak pendapat dan survey dan tidak
boleh melakukan aktifitas kampanye rapat umum
e. Masa tenang adalah waktu yang dilarang untuk melakukan semua aktifitas
penyelenggaraan pemilu, baik yang dilakukan oleh peserta ataupun penyelenggara
pemilu
• Baca UU No. 7 tahun 2017 Pasal 1 point/nomor 36

28. Alat peraga Kampanye Pemilu harus sudah dibersihkan oleh peserta Pemilu paling
lambat:
a. 3 (tiga) hari sebelum masa tenang
b. 1 (satu) hari sebelum masa tenang
c. 1 (satu) hari sebelum hari pemungutan suara
d. 2 (dua) hari sebelum hari pemungutan suara
e. 3 (tiga) hari sebelum hari pemungutan suara
• Baca UU No. 7 tahun 2017 Pasal 298 ayat (4)

29. Gakkumdu adalah akronim dari:


a. Penegakan Hukum Pemilu Terpadu
b. Penegakan Hukum Pidana Pemilu
c. Sentra Penegakan Hukum Pidana Pemilu Terpadu
d. Penegakan Hukum Terpadu
e. Sentra Penegakan Hukum Terpadu

15
• Sentra Penegakan Hukum Terpadu (Gakkumdu) adalah pusat aktivitas
penegakan hukum tindak pidana Pemilu yang terdiri atas unsur Bawaslu,
Bawaslu Provinsi, dan/atau Bawaslu Kabupaten/Kota, Kepolisian Negara
Republik Indonesia, Kepolisian Daerah, dan/atau Kepolisian Resor, dan
Kejaksaan Agung Republik Indonesia, Kejaksaan Tinggi, dan/atau Kejaksaan
Negeri.

30. Tugas Gakkumdu antara lain, kecuali:


a. Menindaklanjuti temuan dan laporan tentang tindak pidana pemilu dari Bawaslu,
Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu Kabupaten/Kota
b. Penanganan tindak pidana pemilu dilaksanakan dalam satu atap secara terpadu
oleh Gakkumdu
c. Untuk menyamakan pemahaman dan pola penanganan terhadap tindak pidana
Pemilu, pelanggaran administrasi pemilu, dan sengketa proses pemilu
d. Penanganan tindak pidana pemilu oleh Gakkumdu dilasanakan berdasarkan asas
meliputi: keadilan, kepastian, kemanfaatan, persamaan dimuka hukum, praduga
tidak bersalah, dan legalitas
e. Penanganan tindak pidana pemilu oleh Gakkumdu dilaksanakan berdasarkan prinsip
meliputi: kebenaran, cepat, sederhana, biaya murah, dan tidak memihak.
• Fokus tugas Gakkumdu adalah penanganan terhadap tindak pidana pemilu saja,
sedangkan penganganan terhadap pelanggaran administrasi pemilu dan
sengketa proses pemilu menjadi tugas wewenang Bawaslu.

31. Pengaturan penyelenggaraan pemilu bertujuan untuk:


a. Memperkuat sistem politik yang partisipatif
b. Mewujudkan Pemilu yang adil dan berintegritas
c. Menjamin hak konstitusional warga Negara dalam penyelenggaraan Pemilu
d. Memberikan kepastian hukum dalam sengketa pengaturan Pemilu
e. Mewujudkan Pemilu yang artikulatif dan dedikatif
• Baca dan hafalkan UU No.7 2017 pasal 4

32. UU No. 7 tahun 2017 terdiri dari, ataralain:


a. Terdiri dari 575 pasal
b. Terdiri dari 5 buku
c. Terdiri dari 4 buku

16
d. Tiga (3) lampiran
e. Halaman Penjelasan atas Undang-Undang
• UU No. 7 tahun 2017 terdiri dari: 573 pasal, 6 buku, 4 lampiran, dan halaman
penjelasan Undang-Undang.

33. Dalam hal Bawaslu membentuk Peraturan Bawaslu, Bawaslu wajib:


a. Berkonsultasi dengan KPU dan DPR
b. Berkonsultasi dengan KPU, DKPP, DPR, dan Pemerintah dalam rapat konsultasi
bersama
c. Berkonsultasi dengan DPR dan Pemerintah melalui rapat dengar pendapat yang
mana rekomendasinya bersifat mengikat
d. Berkonsultasi dengan DPR dan Pemerintah melalui rapat dengar pendapat
e. Jawaban a dan d benar
• Harus diingat bahwa semua penyelenggara pemilu (KPU, Bawaslu, dan DKPP)
sebelum menetapkan peraturan-peraturan yang menjadi kewenangannya, wajib
terlebih dahulu berkonsultasi dengan DPR dan Pemerintah melalui rapat dengar
pendapat. Dalam penjelasan Undang-Undang, yang dimaksud dengan
"berkonsultasi" adalah melakukan rapat pembahasan yang bertujuan
memastikan Peraturan KPU, Bawaslu dan DKPP sesuai dengan makna yang
terkandung dalam Undang-Undang (Baca UU No. 7 tahun 2017 pasal 74 ayat (4),
pasal 145 ayat (4), dan pasal 161 ayat (2).

34. Berapa jumlah Tim pemeriksa daerah di setiap Provinsi yang dibentuk oleh DKPP?
a. 3 (tiga) orang
b. 4 (empat) orang
c. 5 (lima) orang
d. 3 (tiga) orang dari tokoh masyarakat, 2 (orang) ex officio dari Bawaslu dan KPU
Provinsi, dan 1 (satu) orang dari DKPP
e. 2 (dua) orang dari tokoh masyarakat, 2 (orang) ex officio dari Bawaslu dan KPU
Provinsi, dan 1 (satu) orang dari DKPP
• Baca UU No. 7 tahun 2017 pasal 164 ayat (2)

35. Judicial review terhadap UU no 7 tahun 2017 ditujukan kepada?


a. DPR RI dan Presiden
b. Mahkamah Agung

17
c. Mahkamah Konstitusi
d. Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi
e. Mahkamah Agung, Komisi Yudisial, dan Mahkamah Konstitusi
• UUD 1945 pasal 24C: Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat
pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji undang-
undang terhadap Undang-Undang Dasar, memutus sengketa kewenangan
lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar,
memutus pembubaran partai politik dan memutus perselisihan tentang hasil
pemilihan umum.

36. Apa yang dimaksud dengan “kesempatan yang sama” bagi penyandang disabilitas
dalam penyelenggaraan pemilu? Kecuali:
a. Sebagai pemilih
b. Sebagai calon anggota DPR, DPD, dan DPRD
c. Sebagai Presiden/Wakil Presiden
d. Keadaan yang dialami oleh penyandang disabilitas pada dasarnya adalah keadaan
yang tidak memenuhi persyaratan sehat jasmani dan rohani.
e. Keadaan yang memberikan peluang dan/atau menyediakan akses kepada
penyandang disabilitas untuk menyalurkan potensi dalam segala aspek
penyelenggaraan pemilu (negara dan masyarakat)
• Pasal 5 UU No. 7 tahun 2017, “Penyandang disabilitas yang memenuhi syarat
mempunyai kesempatan yang sama sebagai Pemilih, sebagai calon anggota
DPR, sebagai calon anggota DPD, sebagai calon Presiden/Wakil Presiden,
sebagai calon anggota DPRD, dan sebagai Penyelenggara Pemilu.”

37. Pernyataan di bawah ini benar, kecuali:


a. Rekapitulasi penghitungan suara dan penetapan hasil Pemilu dilakukan oleh KPU,
KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota dalam rapat pleno terbuka
b. Dalam hal tidak tercapai kuorum, khusus rapat pleno KPU, KPU Provinsi, dan KPU
Kabupaten/Kota untuk menetapkan hasil Pemilu ditunda paling lama 3 (tiga) jam
c. Dalam hal rapat pleno untuk menetapkan hasil pemilu telah ditunda dan tetap tidak
tercapai kuorum, rapat pleno dilanjutkan tanpa memperhatikan kuorum
d. Khusus rapat pleno KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota untuk menetapkan
hasil Pemilu tidak dilakukan pemungutan suara
e. Dalam hal penetapan hasil pemilu tidak ditandatangai oleh ketua dalam waktu 3
(tiga) hari dan tidak ada seorangpun anggota KPU, KPU Provinsi, dan KPU
Kabupaten/Kota yang menandatangani penetapan hasil Pemilu, maka hasil
Pemilu belum bisa dinyatakan sah
• Baca UU No. 7 tahun 2017 pasal 47

18
(1) Ketua wajib menandatangani penetapan hasil Pemilu yang diputuskan dalam
rapat pleno dalam waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja
(2) Dalam hal penetapan hasil Pemilu tidak ditandatangani ketua dalam waktu 3
(tiga) hari kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1), salah satu anggota
enandatangani penetapan hasil Pemilu
(3) Dalam hal tidak ada anggota KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota
yang menandatangani penetapan hasil Pemilu, dengan sendirinya hasil
Pemilu dinyatakan sah dan berlaku.

38. Mekanisme Rapat Pleno Bawaslu Kabupaten/Kota yang benar adalah, kecuali:
a. Diikuti oleh paling sedikti 3 (tiga) onggota untuk jumlah anggota Bawaslu
Kabupaten/Kota 5 (lima) orang
b. Undangan dan agenda rapat Pleno Bawaslu Kabupaten/Kota disampaikan secara
tertulis paling lama 1 (satu) hari sebelum Rapat Pleno dilaksanakan
c. Dalam keadaan yang memaksa, undangan Rapat Pleno Bawaslu Kabupaten/Kota
bisa disampaikan kurang dari 1 (satu) hari sebelum pelaksanaan Rapat Pleno
d. Apabila ketua berhalangan, Rapat Pleno dipimpin oleh anggota Bawaslu
Kabupaten/Kota yang dipilih secara aklamasi
e. Apabila ketua berhalangan, Rapat Pleno dipimpin oleh anggota Bawaslu
Kabupaten/Kota yang tertua usianya
• Beberapa mekanisme rapat pleno Bawaslu berbeda dengan rapat pleno KPU.
(baca Perbawaslu No. 5 tahun 2018 tentang Rapat Pleno)

39. Berapa jumlah maksimal peserta kampanye pertemuan terbatas pada pelaksanaan
kampanye tingkat Kabupaten/Kota?
a. Pertemuan yang diikuti paling banyak oleh 300 orang
b. Pertemuan yang diikuti paling banyak oleh 500 orang
c. Pertemuan yang diikuti paling banyak oleh 1000 orang
d. Pertemuan yang diikuti paling banyak oleh 2000 orang
e. Pertemuan yang diikuti paling banyak oleh 3000 orang
• Penjelasan pasal 275 UU No. 7 tahun 2017, “Yang dimaksud dengan "pertemuan
terbatas" adalah pertemuan yang diikuti paling banyak oleh 3000 (tiga ribu)
orang untuk tingkat pusat, 2000 (dua ribu) orang untuk tingkat provinsi, dan
1000 (seribu) orang untuk tingkat kabupaten /kota

40. Pelaksana, peserta, dan tim kampanye pemilu dilarang, kecuali:

19
a. Mengganggu ketertiban umum
b. Menghina seseorang, agama, suku, ras, golongan, calon, dan/atau peserta pemiluu
yang lain
c. Menghasut dan mengadu domba perseorangan ataupun masyarakat
d. Menggunakan fasilitas pemerintah, tempat ibadah, dan tempat pendidikan, jika
peserta pemilu hadir tanpa atribut kampanye pemilu atas undangan dari pihak
penanggung jawab fasilitas pemerintah, tempat ibadah, dan tempat pendidikan
e. Semua jawaban benar
• Lihat Penjelasan Pasal 280 ayat (1) huruf h UU No. 7 tahun 2017

41. Apa yang dimaksud dengan pelanggaran yang terjadi secara masif?
a. Pelanggaran yang direncanakan sangat matang dan terjadi menyeluruh
b. Dampak pelanggaran yang sangat luas pengaruhnya terhadap hasil pemilihan
bukan hanya sebagian
c. Pelanggaran yang dilakukan oleh aparat pemerintah secara kolektif dan bersama-
sama
d. Pelanggaran yang terjadi mulai sebelum tahapan pemilu sampai dengan
pemungutan dan penghitungan suara
e. Pelanggaran yang dilakukan secara aktif oleh peserta dan penyelenggara pemilu
• Penjelasan UU No. 7 tahun 2017 pasal 286 ayat (3):
Pelanggaran terstruktur adalah kecurangan yang dilakukan oleh aparat
struktural, baik aparat pemerintah maupun penyelenggara pemilihan secara
kolektif atau secara bersama-sama.
Pelanggaran sistematis adalah pelanggaran yang direncanakan secara matang,
tersusun, bahkan sangat rapi.
Pelanggaran massif adalah dampak pelanggaran yang sangat luas pengaruhnya
terhadap hasil pemilihan bukan hanya sebagian.

Yang bisa dikategorikan sebagai pelanggaran yang terjadi secara terstruktur,


sistematis, dan massif adalah “terbukti menjanjikan dan/atau memberikan uang
atau materi lainnya untuk mempengaruhi penyelenggara pemilu dan/atau
pemilih”. (Baca UU No. 7 tahun 2017 pasal 286)

42. Rumus penentuan jumlah anggota KPU Kabupaten/Kota dan Bawaslu kabupaten/kota
adalah:

20
a. Jumlah Penduduk ditambah hasil kali antara jumlah kecamatan dan jumlah
kelurahan
b. Jumlah Penduduk ditambah hasil kali antara luas wilayah dan jumlah daerah
kecamatan
c. Jumlah Penduduk ditambah hasil pertambahan antara luas wilayah dan jumlah
daerah kecamatan
d. Jumlah Penduduk ditambah hasil pembagian antara luas wilayah dan jumlah daerah
kecamatan
e. Jumlah Penduduk yang terdaftar dalam daftar pemilih ditambah hasil kali antara
luas wilayah dan jumlah daerah kecamatan
• Kabupaten/Kota dengan hasil penghitungan sama dengan atau lebih dari
500.000 (lima ratus ribu), jumlah anggota Bawaslu Kabupaten/Kota sebanyak 5
(lima) orang
Kabupaten/Kota dengan hasil penghitungan kurang dari 500.000 (lima ratus
jumlah anggota Bawaslu Kabupaten/Kota sebanyak 3 (tiga) orang.
(Baca penjelasan UU No. 7 Tahun 2017 pasal 10 dan pasal 92)

43. Yang berwenang menentukan jumlah TPS adalah:


a. KPU Kabupaten/Kota
b. PPK
c. PPS atas nama PPK
d. PPS
e. Pantarlih atas nama PPS
• PPS mempunyai wewenang untuk membentuk KPPS. Penjelasan atas
kewenangan PPS dalam membentuk KPPS adalah termasuk menentukan jumlah
dan lokasi TPS. (baca penjelasan pasal 57 UU No. 7 2017)

44. Di bawah ini adalah kewajiban dari KPPS, kecuali:


a. Menempelkan daftar pemilih tetap di TPS
b. Menindaklanjuti dengan segera temuan dan laporan yang disampaikan oleh saksi,
Pengawas TPS, Panwaslu Kelurahan/Desa, Peserta Pemilu, dan masyarakat pada
hari pemungutan suara
c. Menjaga dan mengamankan keutuhan kotak suara setelah penghitungan suara dan
setelah kotak suara disegel;

21
d. Mengumumkan hasil penghitungan suara di TPS, dengan cara menempelkannya
pada TPS dan/atau lingkungan TPS
e. Menyerahkan kotak suara tersegel yang berisi surat suara dan sertifikat hasil
penghitungan suara kepada PPK melalui PPS pada hari yang sama
• Mengumumkan hasil penghitungan suara di TPS adalah wewenang dari KPPS.
(Lihat UU No. 7 tahun 2017 pasal 61 dan 62)

45. Yang dimaksud dengan “sehat jasmani dan rohani” dalam salah satu persyaratan calon
anggota penyelenggara pemilu (KPU dan Bawaslu), calon anggota DPR, DPD, dan DPRD
adalah, kecuali:
a. Keadaan sehat yang dibuktikan dengan surat kesehatan atau surat keterangan sehat dari
dokter yang memenuhi syarat
b. Keadaan sehat yang dibuktikan dengan surat kesehatan atau surat keterangan sehat dari
Puskesmas yang memenuhi syarat
c. Keadaan sehat yang dibuktikan dengan surat kesehatan atau surat keterangan sehat dari
rumah sakit pemerintah yang memenuhi syarat
d. Cacat tubuh adalah termasuk kategori gangguan kesehatan
e. Jawaban a, b, dan c adalah benar
• Cacat tubuh tidak termasuk kategori gangguan kesehatan, sehingga penyandang
disabilitas yang memenuhi syarat mempunyai kesempatan yang sama sebagai
pemilih, sebagai calon DPR, sebagai Calon anggota DPD, sebagai calon
Presiden/Wakil Presiden, sebagai calon anggota DPRD, dan sebagai
Penyelenggara Pemilu

46. Dalam salah satu persyaratan bagi calon presiden dan wakil presiden, yang dimaksud
dengan "tidak pernah melakukan perbuatan tercela” adalah, kecuali:
a. Judi
b. Mabuk
c. Pecandu Narkotika
d. Zina
e. Berbohong dan tidak menepati janji politik
• Yang dimaksud dengan "tidak pernah melakukan perbuatan tercela" adalah
tidak pernah melakukan perbuatan yang bertentangan dengan norma agama,
norma susila, dan norma adat, seperti judi, mabuk, pecandu narkotika, dan zina.
(baca penjelasan UU No. 7 tahun 2017 pasal 169 huruf j)

22
47. Prinsip penyusunan dapil anggota DPR, DPRD provinsi, DPRD Kabupaten/Kota adalah,
kecuali:
a. Proporsionalitas
b. Integralitas wilayah
c. Kesamaan jumlah kursi
d. Kohesivitas
e. Kesinambungan
• Salah satu prinsip penyusunan dapil adalah “kesamaan nilai suara”. (Lihat UU
No. 7 tahun 2017 pasal 185 dan penjelasannya)

48. Berapa jumlah kursi DPRD Kabupaten/Kota yang jumlah penduduknya 2.500.000 (dua
juta lima ratus ribu) orang?
a. 45 (empat puluh lima) kursi
b. 50 (lima puluh) kursi
c. 55 (lima puluh lima) kursi
d. 60 (enam puluh) kursi
e. 65 (enam puluh lima) kursi
• Baca UU No. 7 Tahun 2017 pasal 188 – 192.
1) Jumlah kursi DPRD Kabupaten/Kota adalah paling sedikit 20 Kursi dan paling
banyak 55 Kursi, dengan ketentuan:
Jumlah penduduk Kabupaten/Kota Jumlah Kursi
Sampai dengan 100.000 20 kursi
Lebih dari 100.000 s.d 200.000 25 kursi
Lebih dari 200.000 s.d 300.000 30 kursi
Lebih dari 300.000 s.d 400.000 35 kursi
Lebih dari 400.000 s.d 500.000 40 kursi
Lebih dari 500.000 s.d 1.000.000 45 kursi
Lebih dari 1.000.000 s.d 3.000.000 50 kursi
Lebih dari 3.000.000 55 kursi

2) Jumlah kursi DPRD Provinsi adalah paling sedikit 35 Kursi dan paling banyak
120 Kursi, dengan ketentuan:
Jumlah Penduduk Provinsi Jumlah Alokasi Kursi
Sampai dengan 1.000.000 35 kursi
Lebih dari 1.000.000 s.d 3.000.000 45 kursi
Lebih dari 3.000.000 s.d 5.000.000 55 kursi
Lebih dari 5.000.000 s.d 7.000.000 65 kursi

23
Lebih dari 7.000.000 s.d 9.000.000 75 kursi
Lebih dari 9.000.000 s.d 11.000.000 85 kursi
Lebih dari 11.000.000 s.d 20.000.000 100 kursi
Lebih dari 20.000.000 120 kursi

49. Sebab anggota Bawaslu Kabupaten/Kota berhenti antar waktu, kecuali:


a. Meninggal dunia
b. Berhalangan tetap
c. Tidak diketahui keberadaannya
d. Tidak menghadiri rapat pleno yang menjadi tugas dan kewajibannya selama 3
(tiga) kali tanpa alasan yang jelas, baik berturut-turut ataupun tidak
e. Diberhentikan dengan tidak hormat
• Baca UU No. 7 tahun 2017 pasal 135 dan penjelasannya

50. Peserta Pemilu, pelaksana kampanye, dan tim kampanye yang menerima sumbangan
dari pihak asing, maka harus:
a. Melaporkannya kepada KPU dan menyerahkan sumbangan tersebut kepada kas
negara paling lambat 7 (tujuh) hari setelah masa Kampanye Pemilu berakhir
b. Melaporkannya kepada KPU dan menyerahkan sumbangan tersebut kepada kas
negara paling lambat 14 (empat belas) hari setelah masa Kampanye Pemilu
berakhir
c. Melaporkannya kepada KPU dan menyerahkan sumbangan tersebut kepada kas
negara paling lambat 21 (dua puluh satu) hari setelah masa Kampanye Pemilu
berakhir
d. Melaporkannya kepada KPU dan menyerahkan sumbangan tersebut kepada kas
negara paling lambat 28 (dua puluh delapan) hari setelah masa Kampanye Pemilu
berakhir
e. Melaporkannya kepada KPU dan menyerahkan sumbangan tersebut kepada kas
negara paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah masa Kampanye Pemilu berakhir
• Peserta pemilu dilarang menggunakan dana sumbangan yang berasal dari pihak
asing, yaitu sumbangan dari: warga negara asing, pemerintah asing, perusahaan
asing, perusahaan di Indonesia yang mayoritas sahamnya dimiliki asing, lembaga
swadaya masyarakat asing, organisasi kemasyarakatan asing, dan warga negara
asing. (baca UU No. 7 tahun 2017 pasal 339 ayat (1) dan (2)

24
51. Yang dimaksud dengan penyumbang yang tidak jelas identitasnya dalam sumbangan
dana kampanye adalah:
a. Penyumbang atasnama hamba Allah
b. Dari hasil tindak pidana pencucian uang
c. Dari hasil perjudian
d. Dari hasil perdagangan narkotika
e. Semua jawaban benar
• Peserta pemilu dilarang menerima sumbangan dana kampanye yang berasal
dari penyumbang yang tidak jelas identitasnya, yaitu penyumbang yang tidak
memberitahukan identitasnya atau penyumbang yang menggunakan identitas
orang lain. (Lihat UU No. 7 tahun 2017 pasal 339 ayat (1) point b dan
penjelasannya, lihat juga pasal 327 ayat (4))

52. Manakah penyataan tentang pengaturan sumbangan dana kampanye di bawah ini yang
tidak sesuai dengan Undang-undang?
a. Dana Kampanye Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota yang berasal dari
perseorangan tidak boleh melebihi Rp. 750.000.000 (tujuh ratus lima puluh juta
rupiah)
b. Dana Kampanye Pemilu calon anggota DPD yang berasal dari sumbangan pihak lain
perseorangan tidak melebihi Rp. 750.000.000 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah).
a. Dana Kampanye Pemilu Presiden dan Wakil Presiden yang berasal dari
perseorangan tidak boleh melebihi Rp. 2.500.000.000 (dua milyar lima ratus juta
rupiah)
b. Dana Kampanye Pemilu anggota DPR, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota
yang berasal dari sumbangan pihak lain perseorangan, tidak boleh melebihi Rp.
2.500.000.000 (dua milyar lima ratus juta rupiah)
c. Dana Kampanye Pemilu anggota DPR, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota
yang berasal dari sumbangan pihak lain kelompok, perusahaan, dan/atau badan
usaha, tidak boleh melebihi Rp. 25.000.000.000 (dua puluh lima milyar rupiah)
• Batas maksimal sumbangan dana kampanye baik untuk pemilu presiden dan
wakil presiden ataupun untuk pemilu anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD
Kab./Kota adalah sama. Untuk sumbangan yang berasal dari perseorangan,
sama-sama maksimal Rp. 2.500.000.000 (dua milyar lima ratus juta rupiah),

25
sedangkan yang berasal dari kelompok, perusahaan, dan /atau badan usaha non
pemerintah sama-sama maksimal Rp. 25.000.000.000 (dua lima milyar rupiah).
Baca UU No. 7 tahun 2017 pasal 327 dan 331.

Dana kampanye Pemilu calon anggota DPD yang berasal dari sumbangan pihak
lain perseorangan tidak melebihi Rp. 750.000.000 (tujuh ratus lima puluh juta
rupiah), dan yang berasal dari sumbangan pihak lain kelompok/perusahaan
dan/atau badan usaha non pemerintah tidak melebihi Rp. 1.500.0000.000 (satu
milyar lima ratus juta rupiah). Baca UU No. 7 Tahun 2017 pasal 333

Batas maksimal sumbangan dana kampanye untuk pemilihan kepala daerah


(Gubernur, Bupati, dan Walikota) adalah: yang berasal dari sumbangan
perseorangan paling banyak Rp. 75.000.000 (tujuh puluh lima juta rupiah),
sedangkan yang berasal dari badan hukum swasta paling banyak Rp.
750.000.000 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah). Baca UU No. 10 Tahun 2016
pasal 74 ayat (5).

53. Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota dan Wakil
Walikota hasil Pemilihan tahun 2020 menjabat sampai dengan:
a. Tahun 2023
b. Tahun 2024
c. Tahun 2025
d. Tahun 2026
e. Tahun 2027
• Pemungutan suara serentak nasional dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil
Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota dan Wakil Walikota di
seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dilaksanakan pada bulan
November 2024. Oleh karena itu, kepala daerah dari hasil pemilihan tahun 2020
hanya menjabat sampai dengan tahun 2024. Bagi daerah yang akhir masa
jabatan kepala daerahnya tahun 2022 dan 2023, akan diangkat pejabat kepala
daerah sampai dengan pemilihan serentak nasional tahun 2024. Baca UU No. 10
Tahun 2016 pasal 201.

54. Debat pasangan calon presiden dan wakil presiden dilaksanakan:


a. Sebanyak 3 (tiga) kali
b. Sebanyak 4 (empat Kali)

26
c. Sebanyak 5 (lima) kali untuk debat calon presiden dan 3 (tiga) kali untuk debat calon
wakil presiden
d. Sebanyak 5 (kali) yaitu dilaksanakan 3 (tiga) kali untuk calon presiden dan 2 (dua)
kali untuk calon wakil presiden
e. Sebanyak 5 (kali) yaitu dilaksanakan 5 (lima) kali untuk calon presiden dan 5 (lima)
kali untuk calon wakil presiden, sehingga masyarakat punya cukup kesempatan
untuk menilai masing-masing pasangan calon secara proporsional
• Baca penjelasan pasal 277 ayat (1) UU No. 7 tahun 2017.
Untuk debat calon pemilihan gubernur, bupati, dan walikota, pelaksanaan
debatnya dilaksanakan sebanyak 3 (tiga) kali. Baca UU No. 10 tahun 2016 pasal
68 ayat (1).

55. Apa yang tidak termasuk tindak pidana pemilu dalam pelaksanaan kampanye pemilu?
a. Bertindak tidak adil terhadap peserta pemilu
b. Mengubah jadwal yang menguntungkan salah satu peserta pemilu dan merugikan
perserta lain
c. Melepas atau menyobek alat peraga kampanye Pemilu pada saat masa tenang
d. Merusak tempat kampanye pemilu
e. Berbuat keonaran
• Lihat Penjelasan pasal 315 huruf b UU No. 7 tahun 2017

56. Setelah selesai proses pemungutan dan penghitungan suara, KPPS memasukkan surat
suara ke dalam amplop sesuai dengan klasifikasi sebagi berikut, kecuali:
a. Surat suara sah
b. Surat suara rusak
c. Surat suara terpakai
d. Surat suara tidak terpakai
e. Sisa surat suara cadangan
• Surat suar sah itu masuk ke dalam kategori surat suara terpakai. Baca
penejelasan pasal 390 ayat (5) UU No. 7 tahun 2017 “Yang dimaksud dengan
"surat suara" adalah surat suara terpakai, surat suara tidak terpakai, surat suara
rusak, dan sisa surat suara cadangan yang masing-masing dimasukkan ke dalam
amplop terpisah”

27
57. Yang dimaksud dengan jumlah suara sah secara nasional dalam syarat minimal
parlementary Threshold adalah?
a. Hasil penghitungan untuk suara DPR
b. Hasil penghitungan suara sah nasional Pemilu Presiden/Wakil Presiden
c. Hasil penghitungan suara sah nasional Pemilu anggota DPR, DPRD Provinsi, dan
DPRD Kabupaten/Kota
d. Hasil penghitungan suara sah nasional Pemilu Presiden/Wakil Presiden, DPR, DPRD
Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota
e. Hasil penghitungan jumlah suara sah dan tidak sah secara nasional untuk setiap
partai politik nasional
• Parlementary threshold adalah syarat bagi Partai Politik Peserta Pemilu untuk
memenuhi ambang batas perolehan suara paling sedikit 4% (empat persen) dari
jumlah suara sah secara nasional untuk diikutkan dalam penentuan perolehan
kursi anggota DPR.
Yang dihitung adalah suara sah nasional untuk pemilu DPR saja, karena seluruh
partai politik peserta pemilu diikutkan dalam penentuan perolehan kursi
anggota DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota (baca pasal 414 ayat (1) dan
(2), serta penjelasannya)
• Sedangkan syarat presidential threshold adalah: Dicalonkan oleh Partai politik
atau gabungan partai politik peserta Pemilu 2019 yang mendapatkan perolehan
kursi paling sedikit 20% (dua puluh persen) dari jumlah kursi di DPR atau
memperoleh 25% (dua puluh lima persen) dari suara sah secara nasional pada
pemilu anggota DPR sebelumnya.

58. Pengucapan sumpah dan janji anggota DPR, DPD, DPRD provinsi dan kabupaten/Kota
terpilih dilaksanakan sesuai dengan?
a. UU No. 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum
b. UU No. 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
c. UU No. 2 Tahun 2018 tentang Majelis Permusyawaran Rakyat, Dewan Perwakilan
Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
d. UU No. 12 Tahun 2018 tentang Majelis Permusyawaran Rakyat, Dewan Perwakilan
Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
e. Jawaban b dan c benar

28
• Baca penjelasan pasal 430 UU No. 7 tahun 2017

59. Apa yang dimaksud dengan pemilu susulan?


a. Pelaksanaan pemilu yang dimulai dari tahap penyelenggaraan pemilu yang terhenti
b. Pelaksanaan pemilu yang dilakukan karena terjadinya keterlambangan pengiriman
logistik pemilu
c. Pelaksanaan pemilu yang dilakukan untuk seluruh tahapan penyelenggaraan
d. Pelaksanaan pemilu yang dimulai dari tahap penyelenggaraan pemilu yang
dilakukan perubahan jadwal
e. Pelaksanaan pemilu yang dimulai dari tahapan pencalonan karena ada pasangan
calon yang mengundurkan diri pada masa kampanye
• Baca UU No. 7 tahun 2017 pasal 431 dan 432 serta penjelasannya
Pemilu Lanjutan adalah Pemilu untuk melanjutkan tahapan yang terhenti
dan/atau tahapan yang belum dilaksanakan
Pemilu Susulan adalah Pemilu untuk melaksanakan semua tahapan Pemilu yang
tidak dapat dilaksanakan
Pemungutan Suara Ulang adalah pelaksanaan pemungutan dan penghitungan
suara ulang di TPS karena terjadinya pelanggaran pemilu, seperti adanya pemilih
yang terbukti memilih lebih dari satu kali atau adanya pemilih yang tidak
terdaftar dalam daftar pemilih di TPS bersangkutan.

60. Pemungutan suara ulang di TPS dilaksanakan paling lama:


a. 5 (lima) hari setelah hari pemungutan suara berdasarkan keputusan KPU
Kabupaten/Kota
b. 6 (enam) hari setelah hari pemungutan suara berdasarkan keputusan KPU
Kabupaten/Kota
c. 7 (tujuh) hari setelah hari pemungutan suara berdasarkan keputusan KPU
Kabupaten/Kota
d. 9 (sembilan) hari setelah hari pemungutan suara berdasarkan keputusan KPU
Kabupaten/Kota
e. 10 (sepuluh) hari setelah hari pemungutan suara berdasarkan keputusan KPU
Kabupaten/Kota
• Baca UU No. 7 tahun 2017 pasal 373 ayat (3)
Pemungutan suara di TPS wajib diulang apabila dari hasil penelitian dan
pemeriksaan Pengawas TPS tebukti terdapat keadaan sebagai berikut:

29
1) Pembukaan kotak suara dan/atau berkas pemungutan dan penghitungan
suara tidak dilakukan menurut tata cara yang ditetapkan dalam ketentuan
peraturan perundang-undangan
2) Petugas KPPS meminnta pemilih memberikan tanda khusus,
menandatangani, atau menuliskan nama atau alamat pada surat suara yang
sudah digunakan
3) Petugas KPPS merusak lebih dari 1 (satu) surat suara yang sudah digunakan
oleh pemilih sehingga surat suara tersebut menjadi tidak sah
4) Pemilih yang tidak memiliki kartu tanda penduduk elektronik dan tidak
terdaftar di daftar pemilih tetap dan daftar pemilih tambahan
Baca pasal 372 ayat (2)

61. Bentuk partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pemilu yang diperbolehkan, kecuali:
a. Sosialisasi pemilu
b. Pendidikan politik bagi pemilih
c. Survei dan jajak pendapat tentang pemilu yang hasilnya dilarang diumumkan pada
masa tenang
d. Penghitungan cepat hasil pemilu yang dilakukan oleh lembaga yang sudah
mendaftarkan diri kepada KPU paling lambat 30 (tiga puluh hari) sebelum
pemungutan suara
e. Exit polling yang hasilnya hanya bisa diumumkan paling cepat 1 (satu) jam setelah
selesai pemungutan suara di wilayah Indonesia bagian barat
• Pengumuman prakiraan hasil penghitungan cepat pemilu (di dalamnya
termasuk exit polling) hanya boleh dilakukan paling cepat 2 (dua) jam setelah
selesai pemungutan suara di wilayah Indonesia bagian barat.
• Pengumuman hasil survey atau jajak pendapat tentang Pemilu, dilarang
dilakukan pada Masa Tengan (baca UU No. 7 tahun 2017 pasal 448, 449 dan
penjelasan pasal eksplor pasal 449 ayat (5)

62. Pernyataan yang paling tepat tentang syarat untuk bisa menggunakan hak pilih dalam
pemilu adalah:
a. Membawa formulir C6
b. Berumur 17 tahun atau lebih
c. Sudah kawin
d. Sudah pernah kawin
e. Harus terdaftar sebagai pemilih atau didaftar dalam daftar pemilih

30
• Warga Negara Indonesia yang pada hari pemungutan suara sudah genap
berumur 17 tahun atau lebih, sudah kawin, dan sudah pernah kawin adalah
mempunyai hak pilih. Untuk dapat menggunakan hak pilihnya, setiap warga
Negara yang sudah mempunyai hak pilih tersebut harus terdaftar dalam daftar
pemilih. Termasuk pemilih yang tidak terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap, bisa
menggunakan hak pilihnya jika menunjukkan KTP elektronik (di TPS sesuai
dengan alamat domisi di KTP tersebut) dan di daftar oleh KPPS.
(Baca UU No. 7 tahun 2017 pasal 199)

63. Hak saksi partai politik pada saat pemungutan dan penghitungan suara di TPS adalah
sebagai berikut, kecuali:
a. Menerima salinan Daftar Pemilih Tetap
b. Berada di dalam TPS, menghadiri dan menyaksikan seluruh kegiatan pemungutan
dan penghitungan suara yang dilakukan oleh KPPS
c. Menerima berita acar pemungutan dan penghitungan suara, serta sertifikat hasil
pemungutan suara
d. Menyampaikan laporan atas dugaan adanya pelanggaran, penyimpangan, dan/atau
kesalahan dalam pelaksanaan penghitungan suara, serta mengajukan keberatan
terhadap jalannya penghitungan suara yang tidak sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
e. Menerima surat mandat dari partai politik peserta pemilu dan menggunakan tanda
pengenal saksi
• Baca UU No. 7 tahun 2017 pasal 60 huruf b dan d, pasal 354 ayat (1) dan (2),
pasal 388 ayat (1) dan (2).
• Membawa dan menyerahkan surat mandat dari partai politik adalah kewajiban
saksi dan harus diberikan kepada KPPS. Selama berada di dalam TPS, saksi wajib
menggunakan tanda pengenal saksi yang telah disiapkan oleh KPU.

64. Tugas pengawas TPS adalah:


a. Mengawasi persiapan dan pelaksanaan pemungutan suara.
b. Mengawasi persiapan dan pelaksanaan penghitungan suara.
c. Mengawasi pergerakan hasil penghitungan suara dari TPS ke PPS.
d. Menyampaikan keberatan dalam hal ditemukannya dugaan pelanggaran, kesalahan
dan/atau penyimpangan administrasi pemungutan dan penghitungan suara.

31
e. Jawaban a, b, dan c benar
• Point d adalah wewenang pengawas TPS. Pengawas TPS juga “berwenang
menerima salinan berita acara dan sertifikat pemungutan dan penghitungan
suara”. (Baca UU No. 7 tahun 2017 pasal 114 dan 115)

65. Salah satu tugas KPPS adalah:


a. Mengumumkan daftar pemilih tetap di TPS.
b. Mengumumkan hasil penghitungan suara di TPS.
c. Menempelkan daftar pemilih tetap di TPS.
d. Jawaban a dan b benar.
e. Jawaban b dan c benar.
• Point b adalah wewenang KPPS, sedangkan point c adalah salah satu kewajiban
KPPS. (Bedakan antara tugas, kewenangan, dan kewajiban KPPS. Baca UU No. 7
tahun 2017 pasal 60, 61, dan 63)

66. Walaupun peran Bawaslu tidak disebutkan secara langsung dalam UUD 1945, namun
secara tersirat/tidak langsung peran Bawaslu terdapat pada?
a. Pembukaan UUD 1945 alinea keempat
b. Pasal 22E ayat (1)
c. Pasal 22E ayat (5)
d. Pasal 22E ayat (6)
e. Pasal 22E ayat (7)
• Pasal 22E ayat (6) “Ketentuan lebih lanjut tentang pemilihan umum diatur
dengan undang-undang”. Atas dasar itu kemudian kelembagaan Bawaslu di atur
dalam Undang-Undang.

67. Rencana strategis Bawaslu tahun 2015-2019 tertuang dalam?


a. Perbawaslu Nomer 15 Tahun 2014
b. Perbawaslu Nomer 16 Tahun 2014
c. Perbawaslu Nomer 15 Tahun 2015
d. Perbawaslu Nomer 16 Tahun 2015
e. Perbawaslu Nomer 18 Tahun 2015
68. Di bawah ini adalah kewajiban Bawaslu kabupaten/kota, kecuali:

32
a. menerima dan menindaklanjuti laporan yang berkaitan dengan dugaan
pelanggaran terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan yang
mengatur mengenai Pemilu;
b. Bersikap adil dalam menjalankan tugas dan wewenangnya;
c. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas pengawas
Pemilu pada tingkatan di bawahnya;
d. Menyampaikan laporan hasil pengawasan kepada Bawaslu Provinsi sesuai dengan
tahapan Pemilu secara periodik dan/atau berdasarkan kebutuhan;
e. mengembangkan pengawasan Pemilu partisipatif;
• Point a adalah kewenangan Bawaslu Kabupaten/Kota. Pelajari, bedakan, dan
hafalakan tugas-wewenang-kewajiban Bawaslu Kabupapaten/Kota. (baca UU
No. 7 Tahun 2017 pasal 101 – 104)

69. Pernyataan di bawah ini tidak benar, kecuali:


a. Anggota Panwaslu kelurahan berjumlah 3 orang
b. Pengawas TPS adalah petugas yang dibentuk oleh panwaslu Kelurahan
c. Pengawas TPS dibentuk 1 (satu bulan) sebelum pemungutan suara
d. Syarat usia pengawas TPS adalah paling rendah 25 (dua puluh lima) tahun, sama
dengan syarat usia anggota KPPS
e. Semua jawaban salah
• Dalam UU No. 7 tahun 2017:
Pasal 92 ayat (4), “Jumlah anggota Panwaslu Kelurahan/Desa di setiap
kelurahan/desa sebanyak 1 (satu) orang”.
Pasal 132 ayat (4), “Pengawas TPS diseleksi dan ditetapkan dengan keputusan
Panwaslu Kecamatan”.
Pasal 90 ayat (2), “Pengawas TPS dibentuk paling lambat 23 (dua puluh tiga) hari
sebelum hari pemungutan suara dan dibubarkan paling lambat 7 (tujuh) hari
setelah hari pemungutan suara”.
Pasal 117 ayat (1) huruf b, “Pada saat pendaftaran berusia paling rendah 40
(empat puluh) tahun untuk calon anggota Bawaslu, berusia paling rendah 35
(tiga puluh lima) tahun untuk calon anggota Bawaslu Provinsi, berusia paling
rendah 30 (tiga puluh) tahun untuk calon anggota Bawaslu Kabupaten/Kota, dan
berusia paling rendah 25 (dua puluh lima) tahun untuk calon anggota Panwaslu
Kecamatan, Panwaslu Kelurahan/Desa, dan Pengawas TPS”.

33
70. Kapan waktu pembentukan Panwaslu kecamatan dan kelurahan?
a. paling lambat 6 (enam) bulan sebelum Penyelenggaraan Pemilu dan dibubarkan
paling lambat 2 (dua) bulan setelah pemungutan suara;
b. paling lambat 2 (dua) bulan sebelum Penyelenggaraan Pemilu dan dibubarkan
paling lambat 2 (dua) bulan setelah pemungutan suara;
c. Paling lambat 1 (satu) bulan sebelum tahapan pertama Penyelenggaraan Pemilu
dimulai dan berakhir paling lambat 2 (dua) bulan setelah seluruh tahapan
Penyelenggaraan Pemilu selesai;
d. Paling lambat 2 (dua) bulan sebelum tahapan pertama Penyelenggaraan Pemilu
dimulai dan berakhir paling lambat 2 (dua) bulan setelah seluruh tahapan
Penyelenggaraan Pemilu selesai;
e. Paling lambat 2 (dua) bulan sebelum tahapan pertama Penyelenggaraan Pemilu
dimulai dan berakhir paling lambat 1 (satu) bulan setelah seluruh tahapan
Penyelenggaraan Pemilu selesai;
• Point “a” adalah waktu pembentukan PPK dan PPS. (Baca UU No. 7 tahun 2017
pasal 51, 54, dan 90)

71. Pernyataan di bawah ini benar, kecuali:


a. Pelantikan anggota Bawaslu dilakukan oleh presiden;
b. Pelantikan anggota Bawaslu Provinsi dilakukan oleh Bawaslu
c. Pelantikan anggota Bawaslu kabupaten/kota dilakukan oleh Bawaslu provinsi.
d. Pelantikan anggota Panwaslu Kecamatan dilakukan oleh Bawaslu Kabupaten/Kota
e. Jawaban a, b, dan d benar
• Baca UU No. 7 tahun 2017 pasal 132 ayat (1) dan pasal 133

72. Siapa saja yang menjadi objek pengawasan oleh Bawaslu?


a. Anggota KPU, KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota, PPK, PPS, KPPS, KPPSLN, Bawaslu,
Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan, Panwaslu
Kelurahan, Panwaslu LN, dan Pengawas TPS
b. Aparatur sipil Negara, Polri, TNI
c. Lembaga Pemantau yang mendapatkan akredistasi dari Bawaslu
d. Lembaga Survey yang sudah mendaftar ke KPU
e. Semua jawaban benar

34
• Objek pengawasan bawaslu itu berupa pengawasan terhadap pelaksanaan
tahapan/kegiatan dan pengawasan terhadap orang/subjek yang diatur dalam
undang-undang dan peraturan pemilu

73. Yang termasuk tugas Bawaslu Kabupaten/Kota dalam pencegahan pelanggaran pemilu
dan sengketa proses pemilu adalah, kecuali:
a. Mengidentifikasi dan memetakan potensi pelanggaran pemilu di wilayah
Kabupaten/Kota
b. Mongoordinasikan, menyupervisi, membimbing, memantau, dan mengevaluasi
Penyelenggaraan Pemilu di wilayah Kabupaten/Kota
c. Menginvestigasi informasi awal atas dugaan pelanggaran Pemilu di wilayah
Kabupaten/Kota
d. Melakukan koordinasi dengan instansi pemerintah dan pemerintah daerah terkait
e. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengawasan pemilu di wilayah
Kabupaten/Kota
• Bedakan antara tugas Pencegahan dan Penindakan Bawaslu dalam menjalankan
tugas pengawasan pemilu. Baca, bedakan dan hafalkan UU No. 7 tahun 2017
pasal 102.
Point c adalah salah satu tugas Bawaslu Kabupaten/Kota dalam penindakan
pelanggaran pemilu.

74. Salah satu bentuk pelanggaran pemilu adalah:


a. Tindak pidana pemilu
b. Sengketa proses pemilu
c. Perselisihan hasil pemilu
d. Temuan pelanggaran pemilu
e. Laporan pelanggaran pemilu
• Harus di ingat, bahwa salah satu tugas utama Bawaslu adalah melakukan
PENCEGAHAN dan PENINDAKAN terhadap “Pelanggaran Pemilu” dan “Sengketa
Proses Pemilu”. Pencegahan dan penindakan adalah bentuk tugasnya, sedangan
pelanggaran pemilu dan sengketa proses pemilu adalah objek dari tugas
pencegahan dan penindakan.
• Pelanggaran pemilu terbagi 3 (tiga): Pelanggaran administrasi pemilu;
Pelanggaran kode etik penyelenggara pemilu; dan Tindak pidana pemilu.
• Pelanggaran pemilu itu diketahui dari 2 (dua) sumber, yaitu berasal dari
TEMUAN pelanggaran pemilu dan LAPORAN pelanggaran pemilu.

35
• TEMUAN pelanggaran Pemilu merupakan hasil pengawasan aktif Bawaslu,
Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota, Panwaslu Kccamatan, Panwaslu
Kelurahan/Desa, Panwaslu LN, dan Pengawas TPS pada setiap tahapan
Penyelenggaraan Pemilu.
• LAPORAN pelanggaran Pemilu merupakan laporan langsung Warga Negara
Indonesia yang mempunyai hak pilih, Peserta Pemilu, dan pemantau Pemilu
kepada Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/ Kota, Panwaslu
Kecamatan, Panwaslu Kelurahan/Desa, Panwaslu LN, dan/atau Pengawas TPS
pada setiap tahapan Penyelenggaraan Pemilu.
• Sengketa proses pemilu dan perselisihan hasil pemilu bukan termasuk
Pelanggaran pemilu. Sengketa proses pemilu dan perselisihan hasil pemilu
adalah salah satu hak peserta pemilu untuk menggugat keputusan KPU.
(Baca berulang-ulang pasal 101 – 104, 454 – 487 UU No. 7 tahun 2017)

75. Putusan Bawaslu dalam penyelesaian sengketa proses pemilu tentang verifikasi Partai
Politik peserta pemilu, Penetapan Daftar Calon Tetap DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan
DPRD Kabupaten/Kota, serta Penetapan Pasangan Calon, adalah bersifat:
a. Final dan mengikat
b. Tidak final dan mengikat
c. Tidak bisa digugat
d. Final dan tidak mengikat
e. Administratif dan tidak bisa digugat
• Putusan Bawaslu dalam sengketa proses pemilu bersifat final dan mengikat,
kecuali tigal hal:
1) Verifikasi Partai Politik peserta pemilu
2) Penetapan daftar calon tetap (DCT) DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD
Kabupaten/Kota
3) Penetapan Pasangan calon presiden/wakil presiden.

Pengajuan gugatan atas sengketa proses pemilu terhadap 3 (tiga) hal di atas,
dilakukan ke Pengadilan Tata Usaha Negara (TUN). Pengadilan TUN memeriksa
dan memutus gugatan tersebut paling lama 21 (dua puluh satu) hari kerja sejak
gugutan dinyatakan lengkap. (Baca UU No. 7 tahun 2017 pasal 469 – 471)

76. Pelanggaran administrasi pemilu meliputi:


a. Pelanggaran tindak pidana yang berkaitan dengan administrasi pelaksanaan pemilu
dalam setiap tahapan penyelenggaraan pemilu

36
b. Pelanggaran terhadap tata cara, prosedur, atau mekanisme yang berkaitan
dengan administrasi pelaksanaan Pemilu dalam setiap tahapan Penyelenggaraan
Pemilu
c. Pelanggaran kode etik yang berkaitan dengan administrasi pelaksanaan pemilu
dalam setiap tahapan penyelenggaraan pemilu
d. Jawaban a dan b benar
e. Jawaban b dan c benar
• Baca UU No. 7 tahun 2017 pasal 460

77. Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota wajib memutus penyelesaian


pelanggaran administratif Pemilu paling lama:
a. 7 (tujuh) hari kalender setelah temuan dan laporan diterima dan diregistrasi
b. 7 (tujuh) hari kerja setelah temuan dan laporan diterima dan diregistrasi
c. 14 (empat belas) hari kerja setelah temuan dan laporan diterima dan diregistrasi
d. 14 (empat belas) hari kalender setelah temuan dan laporan diterima dan diregistrasi
e. 15 (lima belas) hari kerja setelah temuan dan laporan diterima dan diregistrasi
• Baca UU No. 7 tahun 2017 pasal 461 ayat (5)
• Berbeda dengan penyelesaian sengketa proses pemilu. Bawaslu, Bawaslu
Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota memeriksa dan memutus sengketa proses
Pemilu paling lama 12 (dua belas) hari sejak diterimanya permohonan. Baca UU
No. 7 tahun 2017 pasal 468 ayat 2.

78. KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota wajib menindaklanjuti putusan Bawaslu,

Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu Kabupaten/Kota paling lama:


a. 3 (tiga) hari kerja sejak tanggal putusan dibacakan
b. 3 (tiga) hari kalender sejak tanggal putusan dibacakan
c. 4 (empat) hari kalender sejak tanggal putusan dibacakan
d. 5 (lima) hari kalender sejak tanggal putusan dibacakan
e. 5 (lima) hari kerja sejak tanggal putusan dibacakan
• Baca UU No. 7 tahun 2017 pasal 462

79. Dalam hal terjadi pelanggaran administratif Pemilu yang terjadi secara terstruktur,

sistematis, dan masif, Bawaslu menerima, memeriksa, dan merekomendasikan


pelanggaran administratif Pemilu dalam waktu:
a. Paling lama 14 (empat belas) hari kalender

37
b. Paling lama 14 (empat belas) hari kerja

c. Paling lama 21 (dua pulu satu) hari kerja


d. Paling lama 21 (dua pulu satu) hari kalender

e. Paling lama 7 (tujuh) hari kalender

• Baca UU No. 7 tahun 2017 pasal 463 ayat (1)

80. Calon anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, DPRD kabupaten/kota, dan Pasangan Calon
yang dikenai sanksi administratif pembatalan dapat mengajukan upaya hukum ke
Mahkamah Agung. Terhitung sejak berkas perkara diterima, Mahkamah Agung
memutus upaya hukum tersebut dalam waktu:
a. Paling lama 14 (empat belas) hari kalender

b. Paling lama 14 (empat belas) hari kerja


c. Paling lama 21 (dua pulu satu) hari kerja
d. Paling lama 21 (dua pulu satu) hari kalender
e. Paling lama 7 (tujuh) hari kalender
• Baca UU No. 7 tahun 2017 pasal 463 ayat (5) dan (6)

81. Pernyataan yang tidak benar di bawah ini adalah:


a. Dalam hal peraturan KPU dan Bawaslu bertentangan dengan UU No. 7 tahun 2017,
maka pengujiannya dilakukan kepada Mahkamah Agung paling lambat 30 (tiga
puluh) hari kerja sejak peraturan KPU dan Bawaslu diundangkan.
b. Permohonan penyelesaian sengketa proses Pemilu disampaikan paling lama 3 (tiga)
hari kerja sejak tanggal penetapan keputusan KPU, keputusan KPU Provinsi,
dan/atau keputusan KPU Kabupaten/Kota yang menjadi sebab sengketa.
c. Dalam hal terjadi perselisihan penetapan perolehan suara hasil Pemilu anggota
DPR, DPD, dan DPRD secara nasional, Peserta Pemilu anggota DPR, DPD, dan DPRD
dapat mengajukan permohonan pembatalan penetapan hasil penghitungan
perolehan suara oleh KPU kepada Mahkamah Konstitusi paling lama 3 x 24 (tiga kali
dua puluh empat) jam sejak penetapan perolehan suara hasil Pemilu diumumkan.
Jika permohonan kurang lengkap, maka pemohon dapat memperbaiki dan
melengkapi permohonan paling lama 3 x 24 (tiga kali dua puluh empat) jam sejak
diterimanya permohonan oleh Mahkamah Konstitusi.

38
d. Permohonan banding atas putusan pengadilan negeri tentang tindak pidana pemilu,
diajukan paling lama 3 (tiga) hari setelah putusan dibacakan.
e. Pengajuan gugatan atas sengketa proses pemilu melalui pengadilan tata usaha
negara dilakukan paling lama 3 (lima) hari kerja setelah dibacakan putusan
Bawaslu.
• Point a, baca UU No. 7 tahun 2017 pasal 76 dan 146
Point b, baca UU No. 7 tahun 2017 pasal 467 ayat (4)
Point c, baca UU No. 7 tahun 2017 pasal 474
Point d, baca UU No. 7 tahun 2017 pasal 482
Point e, baca UU No. 7 tahun 2017 pasal 471 ayat (2) dan (3)

82. Penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan tindak pidana Pemilu tahun
2019 dilakukan berdasarkan pada Hukum Acara Pidana:
a. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981
b. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1981
c. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1981
d. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1982
e. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1982
• Baca UU No. 7 tahun 2017 pasal 447

83. Yang tidak termasuk dalam alat bukti adalah sebagai berikut, kecuali:
a. Keterangan saksi
b. Keterangan ahli
c. Keterangan terdakwa
d. Surat
e. Corpus delicti
• Dalam proses pembuktian di persidangan, dikenal istilah alat bukti dan barang
bukti.
• Berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) pasal 184 ayat
(1), disebutkan bahwa alat bukti yang sah adalah: keterangan saksi, keterangan
ahli, surat, petunjuk, dan keterangan terdakwa. Dalam sistem pembuktian
hukum acara pidana yang menganut stelsel negatief wettelijk, hanya alat-alat
bukti yang sah menurut undang-undang yang dapat dipergunakan untuk
pembuktian.

39
• Corpus delicti adalah bahasa latin dari Barang Bukti. Barang bukti adalah semua
barang yang dapat disita, dimana barang tersebut digunakan atau menjadi objek
dari tindak pidana.

84. Siapa yang menetapkan status terdakwa dalam pelanggaran tindak pidana pemilu?
a. Penyidik atau polisi
b. KPU
c. Bawaslu
d. Jaksa
e. Hakim
• Status tersangka : kewenangan polisi
Status terdakwa : kewenangan jaksa
Status terpidana : kewenangan hakim

85. Bhineka Tunggal Ika pertama kali disebut dalam kitab?


a. Sutasoma karangan Mpu Tantular
b. Sutasoma karangan Mpu Prapanca
c. Negarakertagama karangan Mpu Prapanca
d. Negarakertagama karangan Mpu Tantular
e. Negarakertagama karangan Mpu Gandring
• Kalimat Bhineka Tunggal Ika adalah kutipan dari kitab Sutasoma karangan Mpu
Tantular semasa kerajaan majapahit sekita abad ke-14.
• Sedangkan istilah Pancasila berasal dari kitab Negarakertagama karangan Mpu
Prapanca (1365). Tanggal 1 Juni ditetapkan menjadi Hari Lahirnya Pancasila. Hal
ini didasarkan oleh Pidato Presiden Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945 yang
kemudian dikenal dengan Lahirnya Pancasila.

86. Setiap orang yang mengumumkan hasil survei atau jajak pendapat tentang Pemilu
dalam Masa Tenang, maka:
a. Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan dan denda paling
banyak Rp. 6.000.000,00 (enam juta rupiah).
b. Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 8 (delapan) tahun dan denda paling
banyak Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).
c. Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling
banyak Rp. 12.000.000,00 (dua belas juta rupiah).

40
d. Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling
banyak Rp. 12.000.000,00 (dua belas juta rupiah).
e. Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling
banyak Rp. 18.000.000,00 (delapan belas juta rupiah).
• Baca UU No. 7 tahun 2017 pasal 509

87. Setiap Panwaslu Kelurahan/Desa yang tidak mengawasi penyerahan kotak suara
tersegel dari PPS kepada PPK dan tidak melaporkan kepada Panwaslu Kecamatan,
maka:
a. Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan dan denda paling
banyak Rp. 6.000.000,00 (enam juta rupiah).
b. Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 8 (delapan) tahun dan denda paling
banyak Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).
c. Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling
banyak Rp. 12.000.000,00 (dua belas juta rupiah).
d. Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling
banyak Rp. 12.000.000,00 (dua belas juta rupiah).
e. Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling
banyak Rp. 18.000.000,00 (delapan belas juta rupiah).
• Baca UU No. 7 tahun 2017 pasal 507

88. Setiap pejabat Negara yang dengan sengaja membuat keputusan dan/atau melakukan
tindakan yang menguntungkan atau merugikan salah satu peserta pemilu dalam masa
kampanye, maka:
a. Dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling
banyak Rp. 36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah).
b. Dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling banyak
Rp. 36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah).
c. Dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling
banyak Rp. 36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah).
d. Dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan denda paling
banyak Rp. 36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah).

41
e. Dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling
banyak Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah).
• Baca UU No. 7 tahun 2017 pasal 547
• Coba perhatikan dan pelajari, secara umum rumus pidana dan denda dalam
ketentuan pidana pemilu adalah “setiap pidana 1 (satu) bulan didenda 1 (satu
juta) dan berlaku kelipatan”, kecuali pasal pidana yang berhubungan dengan:
larangan dana kampanye, pencetakan surat suara, penarikan dan pengunduran
diri pasangan calon. Contoh: Mulai pidana 6 bulan – denda 6 juta s.d pidana 6
tahun – denda 72 juta.

89. Dalam hal Penyelenggara Pemilu melakukan tindak pidana Pemilu yang dipasalkan
kepada peserta pemilu dan setiap orang yang bukan penyelenggara pemilu, maka
pidananya:
a. Ditambah 1/2 (satu perdua) dari ketentuan pidana yang ditetapkan dalam Undang-
Undang No. 7 tahun 2017
b. Ditambah 1/3 (satu pertiga) dari ketentuan pidana yang ditetapkan dalam
Undang-Undang No. 7 tahun 2017
c. Ditambah 1/4 (satu perempat) dari ketentuan pidana yang ditetapkan dalam
Undang-Undang No. 7 tahun 2017
d. Ditambah 2 (dua) kali lipat dari ketentuan pidana yang ditetapkan dalam Undang-
Undang No. 7 tahun 2017
e. Ditambah pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun penjara dan denda paling
banyak 100.000.000 (seratus juta) dari ketentuan pidana yang ditetapkan dalam
Undang-Undang No. 7 tahun 2017
• Baca UU No. 7 tahun 2017 pasal 554

90. Temuan dan laporan pelanggaran pemilu yang telah dikaji dan terbukti kebenarannya
wajid ditindaklanjuti oleh Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu Kabupaten/Kota,
Panwaslu Kecamatan, Panwaslu Kelurahan/Desa, Panwaslu LN, dan Pengawas TPS
paling lama:
a. 7 (tujuh) hari sejak ditemukannya dugaan pelanggaran pemilu
b. 7 (tujuh) hari kerja sejak diketahui terjadinya dugaan pelanggaran pemilu
c. 7 (tujuh) hari setelah temuan dan laporan dierima dan diregistrasi

42
d. 7 (tujuh) hari setelah temuan dan laporan dierima dan diregistrasi, dan ditambah 7
(tujuh) hari lagi jika dibutuhkan keterangan tambahan
e. 14 (empat belas) hari kerja setelah temuan dan laporan diterima dan diregistrasi
• Pelajari dan hafalkan perbedaan batas waktu temuan dan laporan pelanggaran
dengan batas waktu tindak lanjut dari temuan dan laporan. Baca UU No. 7 tahun
2017 pasal 454 pasal 5, 6, 7, dan 8.)

91. Laporan dana kampanye Pasangan calon dan tim kampanye, partai politik peserta
pemilu, dan calon anggota DPD yang meliputi penerimaan dan pengeluaran dana
kampanye wajib disampaikan kepada:
a. Kepada kantor akuntan publik yang ditunjuk oleh KPU paling lama 14 (empat belas)
hari sesudah hari pemungutan suara.
b. kepada KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota paling lambat 14 (empat belas)
hari sebelum hari pertama jadwal pelaksanaan Kampanye Pemilu dalam bentuk
rapat umum.
c. Kepada KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota paling tambat 14 (empat
belas) hari sebelum hari pertama jadwal pelaksanaan Kampanye Pemilu dalam
bentuk rapat umum.
d. Kepada kantor akuntan publik yang ditunjuk oleh KPU paling lama 15 (empat belas)
hari sesudah hari pemungutan suara.
e. Kepada KPU paling lama 15 (lima belas) hari sesudah hari pemungutan suara.
• Harus diingat bahwa urutan dalam pelaporan dana kampanye adalah sebagai
berikut:
1) Pembuatan rekening khusus dana kampanye (RKDK), sebagai salah dokumen
persyaratan pada saat pendaftaran sebagai pasangan calon atau peserta
pemilu (Parpol dan DPD)
2) Dana kampanye pemilu dicatat dalam pembukuan penerimaan dan
pengeluaran khusus dana kampanye
3) Pembukuan dana kampanye Pemilu dimulai sejak 3 (tiga) hari sejak
ditetapkan sebagai peserta pemilu dan ditutup 7 (tujuh) hari sebelum
penyampaian laporan penerimaan dan pengeluaran dana Kampanye kepada
kantor akuntan publik yang ditunjuk KPU
4) Laporan Dana Awal Kampanye (LADK): 14 (empat belas) hari setelah
ditetapkan sebagai pasangan calon presiden dan wakil preseden, dan 14
(empat belas hari) sebelum hari pertama jadwal pelaksanaan Kampanye

43
Pemilu dalam bentuk rapat umum untuk partai politik peserta pemilu
legislatif dan calon anggota DPD.
5) Laporan Sumbangan Dana Kampanye (LSDK), adalah proses pencatatan
setiap sumbangan yang dilakukan oleh peserta pemilu dan harus dilaporkan
kepada KPU di tengan tahapan kampanye. (berdasarkan PKPU No. 5 tahun
2018, jadwal penyerahan LPSDK adalah tanggal 2 Januari 2019).
6) Laporan Penerimaan dan Pengeluaran Dana Kampanye (LPPDK),
disampaikan kepada kantor akuntan publik yang ditunjuk oleh KPU paling
lama 15 (lima belas) hari sesudah hari pemungutan suara. (berdasarkan
PKPU No. 5 tahun 2018, jadwal laporan LPPDK adalah tanggal 15 April 2019)

(baca dan pelajari UU No. 7 tahun 2017 pasal 328 ayat (4), 329 ayat (7), 332 ayat
(7), dan pasal 334 – 339)

92. Ketentuan tentang Penanganan Temuan dan Laporan Pelanggaran Pemilihan Umum di
atur lebih teknis dalam:
a. Perbawaslu No. 18 tahun 2017
b. Perbawaslu No. 4 tahun 2018
c. Perbawaslu No. 7 tahun 2018
d. Perbawaslu No. 8 tahun 2018
e. Perbawaslu No. 9 tahun 2018
• Perbawaslu No. 18 tahun 2017 : Tata Cara Penyelesaian Sengketa Pemilu
• Perbawaslu No. 4 tahun 2018 : Pemantauan Pemilihan Umum
• Perbawaslu No. 7 tahun 2018 : Penanganan Temuan dan Laporan Pelanggaran
Pemilihan Umum
• Perbawaslu No. 8 tahun 2018 : Penyelesaian Pelanggaran Administratif Pemilu
• Perbawaslu No. 9 tahun 2018 : Sentra Penegakan Hukum Terpadu

93. Berapa jumlah pemilih setiap TPS dalam pemilu 2019?


a. Paling banyak 800 (delapan ratus) orang
b. Paling banyak 700 (tujuh ratus) orang
c. Paling banyak 500 (lima ratus) orang
d. Minimal 400 (empat ratus) orang
e. Minimal 300 (tiga ratus) orang
• Berdasarkan UU No. 7 tahun 2017 pasal 350 ayat (1), jumlah maksimal pemilih
setiap TPS adalah 500 (lima ratus) orang
Sedangkan untuk Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota, jumlah pemilih
untuk setiap TPS paling banyak 800 (delapan ratus) orang.

44
94. Pengaturan tentang jumlah surat suara yang dicetak pada Pemilu 2019 adalah:
a. Jumlah surat suara yang dicetak sama dengan jumlah Pemilih tetap ditambah
dengan 2% (dua persen) dari jumlah daftar pemilih tetap sebagai cadangan. Pasal
344 ayat (2)
b. Jumlah surat suara yang dicetak sama dengan jumlah Pemilih tetap ditambah
dengan 2,5% (dua koma lima persen) dari jumlah Daftar Pemilih Tetap sebagai
cadangan. UU No. 8 tahun 2015 pasal 87 ayat (4)
c. Jumlah surat suara untuk pelaksanaan pemungutan suara ulang ditetapkan oleh
KPU untuk setiap daerah pemilihan sebanyak 1.000 (seribu) surat suara
pemungutan suara ulang yang diberi tanda khusus, masing-masing surat suara
untuk Pasangan Calon, anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD
kabupaten/kota. (pasal 344 ayat (4))
d. Jumlah surat suara untuk pelaksanaan pemungutan suara ulang ditetapkan oleh
KPU untuk setiap daerah pemilihan sebanyak 2.000 (dua ribu) surat suara
pemungutan suara ulang yang diberi tanda khusus, masing-masing surat suara
untuk Pasangan Calon, anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD
kabupaten/kota. Pasal 80 ayat 3 UU No. 1 tahun 2015
e. Jawaban a dan c benar
• Pencetakan jumlah surat suara dalam pemilihan kepala daerah (pilkada) dan
Pemilu ada perbedaan.
Untuk Pemilu: surat suara cadangan 2% (dua persen) dari jumlah DPT,
sedangkan surat suara untuk pemungutan suara ulang dicetak 1.000 (seribu)
setiap dapil untuk masing-masing surat suara Pasangan Calon, anggota DPR,
DPD, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota
Untuk Pilkada: surat suara cadangan 2,5% (dua koma lima persen) dari jumlah
DPT, sedangkan surat suara untuk pemungutan suara ulang dicetak sebanyak
2.000 (dua ribu)

95. Berapa persyaratan jumlah dukungan minimal bagi calon anggota Dewan Perwakilan
Daerah untuk provinsi dengan jumlah penduduk yang termuat dalam daftar pemilih
tetap sebanyak 12. 000.000 (dua belas juta)?
a. Mendapatkan dukungan paling sedikit 1.000 (seribu) pemilih
b. Mendapatkan dukungan paling sedikit 2.000 (dua ribu) pemilih

45
c. Mendapatkan dukungan paling sedikit 3.000 (tiga ribu) pemilih
d. Mendapatkan dukungan paling sedikit 4.000 (empat ribu) pemilih
e. Mendapatkan dukungan paling sedikit 5.000 (lima ribu) pemilih
• Persentase syarat dukungan Jumlah penduduk yang terdaftar dalam DPT untuk
calon anggota DPD adalah:
Jumlah penduduk provinsi dalam Jumlah dukungan 1.000 per
DPT dengan kelipatan 5.000.000 kelipatan 5.000.000
Sampai dengan 1.000.000 1.000
Lebih dari 1.000.000 s.d 5.000.000 2.000
Lebih dari 5.000.000 s.d 10.000.000 3.000
Lebih dari 10.000.000 s.d 15.000.000 4.000
Lebih dari 15.000.000 5.000
Jumlah dukungan tersebut harus tersebar di paling sedikit 50% (lima puluh
persen) dari jumlah kabupaten/kota di provinsi yang bersangkutan.
• Aturan-aturan tentang syarat yang berhubungan dengan jumlah yang
bertingkat, yang harus dicermati adalah pola kelipatan atau pertambahannya,
sehingga mudah di ingat dan dihafalkan. Contoh, syarat dukungan minimal calon
DPD di UU No.7 tahun 2017 menggunakan pola kelipatan 5 (lima) juta dengan
pertambahan 1.000 (seribu) per kelipatan.
Baca UU No. 7 tahun 2017 pasal 182 huruf p, dan pasal 183 ayat (1) dan (2)

96. Bagi Kabupaten/kota dengan jumlah penduduk yang termuat pada daftar pemilih tetap
lebih dari 900.000 (Sembilan ratus ribu) jiwa, berapakah syarat dukungan untuk calon
perseorangan dalam pemilihan Bupati dan Wakil Bupati atau Walikota dan Wakil
Walikota?
a. Paling sedikit 10% (sepuluh persen) dukungan
b. Paling sedikit 8,5% (delapan setengah persen) dukungan
c. Paling sedikit 7,5% (tujuh setengah persen) dukungan
d. Paling sedikit 6,5% (enam setengah persen) dukungan
e. Paling sedikit 5% (lima persen) dukunganq
• Yang harus digarisbawahi bahwa jumlah dukungan calon perseorangan adalah
penduduk yang termuat dalam daftar pemilih tetap pada pemilihan
umum/pemilihan sebelumnya.
Untuk syarat persentase jumlah dukungan, pahami polanya di UU No. 10 Tahun
2016. Persentase syarat jumlah dukungannya untuk calon perseorangan (baik
calon gubernur-wakil gubernur/bupati-wakil bupati/walikota-wakil walikota)

46
paling tinggi 10% dan paling rendah 6,5 persen. Semakin besar jumlah DPTnya
maka persentase jumlah dukungannya lebih kecil.
1) Persentase syarat dukungan calon perseorangan pemilihan Bupati/Walikota:
Jumlah penduduk Kab./Kota dalam DPT Persentase jumlah dukungan
Sampai dengan 250.000 10%
Lebih dari 250.000 s.d 500.000 8,5%
Lebih dari 500.000 s.d 1.000.000 7,5%
Lebih dari 1.000.000 6,5%

2) Persentase syarat dukungan calon perseorangan pemilihan Gubernur:


Jumlah penduduk Provinsi dalam DPT Persentase jumlah dukungan
Sampai dengan 2.000.000 10%
Lebih dari 2.000.000 s.d 6.000.000 8,5%
Lebih dari 6.000.000 s.d 12.000.000 7,5%
Lebih dari 12.000.000 6,5%

Jumlah dukungan tersebut harus tersebar di paling sedikit 50% (lima puluh
persen) dari jumlah kabupaten/kota di provinsi yang bersangkutan.
Baca UU No. 10 Tahun 2016 pasal 41.

Catatan: Pola syarat dukungan calon perseorangan sama dengan syarat


pengajuan perselisihan hasil pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota kepada
Mahkamah Konstitusi, yang berbeda hanya persentasenya saja:
3) Peserta pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur dapat mengajukan
permohonan pembatalan penetapan hasil penghitungan suara kepada
Mahkamah Konstitusi, dengan ketentuan:
Jumlah penduduk Provinsi Selisih perolehan suara
Sampai dengan 2.000.000 2%
Lebih dari 2.000.000 s.d 6.000.000 1,5%
Lebih dari 6.000.000 s.d 12.000.000 1%
Lebih dari 12.000.000 0,5%

4) Peserta Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati serta Walikota dan Wakil
Walikota dapat mengajukan permohonan pembatalan penetapan hasil
penghitungan perolehan suara ke Mahkamah Konstitususi, dengan
ketentuan:
Jumlah penduduk Kab./Kota Selisih perolehan suara
Sampai dengan 2.000.000 2%
Lebih dari 2.000.000 s.d 6.000.000 1,5%
Lebih dari 6.000.000 s.d 12.000.000 1%
Lebih dari 12.000.000 0,5%

47
Baca UU No. 10 Tahun 2016 pasal 158.

Untuk perselisihan hasil Pemilu (Pilpres dan Pileg) di Mahkamah Konstitusi,


pengajuan permohonan pembatalan penetapan hasil penghitungan suara
tidak mensyaratkan persentase jumlah selisih perolehan suara secara
spesifik. Ketentuan yang diatur dalam UU No. 7 Tahun 2017 pasal 473 ayat
(2) dan (3) adalah sebagai berikut:
(2) Perselisihan penetapan perolehan suara hasil Pemilu anggota DPR, DPD,
dan DPRD secara nasional meliputi perselisihan penetapan perolehan
suara yang dapat memengaruhi perolehan kursi Peserta Pemilu.
(3) Perselisihan penetapan perolehan suara hasil Pemilu Presiden dan Wakil
Presiden secara nasionat melip uti perselisihan penetapan perolehan
suara yang dapat memengaruhi penetapan hasil Pemilu Presiden dan
Wakil Presiden.

97. Sebelum terbentuknya peradilan khusus pemilu, berapa lama Mahkamah Konstitusi
memutuskan perkara perselisihan sengketa hasil Pemilihan Gubernur dan Wakil
Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota dan Wakil Walikota?
a. Paling lama 14 (empat belas) hari kerja sejak diterimanya permohonan.
b. Paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak diterimanya permohonan.
c. Paling lama 35 (tiga puluh lima) hari kerja sejak diterimanya permohonan.
d. Paling lama 40 (empat puluh) hari kerja sejak diterimanya permohonan.
e. Paling lama 45 (empat puluh lima) hari kerja sejak diterimanya permohonan.
• Baca UU No. 10 tahu 2016 pasal 157 ayat (8)
• Untuk pemilu presiden, Mahkamah Konstitusi memutus perselisihan penetapan
perolehan suara hasil Pemilu Presiden dan Wakil Presiden, paling lama 14
(empat belas) hari sejak diterimanya permohonan keberatan oleh Mahkamah
Konstitusi. Baca UU No. 7 tahun 2017 pasal 475 ayat (3).

98. Syarat penetapan calon terpilih dalam pemilihan pasangan calon tunggal (pemilihan
pilkada dengan satu pasangan calon) adalah harus mendapatkan suara lebih dari 50%
(lima puluh persen) dari suara sah. Jika pasangan calon tunggal tersebut tidak
mendapatkan suara lebih dari 50%, maka pasangan calon tunggal yang kalah tersebut:
a. Tidak boleh mencalonkan dan dicalonkan lagi dalam pemilihan berikutnya
b. Boleh mencalonkan lagi dalam pemilihan berikutnya

48
c. Boleh mencalonkan lagi di daerah pemilihan yang lain
d. Boleh mencalonkan lagi setelah 5 (lima) tahun yaitu satu periode pemilihan
e. Tidak boleh mencalonkan lagi dengan pasangan calon yang sama
• Baca UU No. 10 tahun 2017 pasal 54D

99. Dalam pemilihan kepala daerah dengan satu pasangan calon, siapakah yang
mempunyai legal standing (kedudukan hukum) dalam pengajuan permohonan
perselisihan hasil pemilihan kepada mahkamah konstitusi?
a. Pasangan calon
b. Lembaga Pemantau nasional atau lokal
c. Masyarakat yang mempunyai hak pilih
d. Relawan kotak kosong
e. Jawaban a dan b benar
• Sesuai dengan Peraturan Mahkamah Konstitusi (PMK) no. 2 tahun 2017, yang
memiliki legal standing untuk mengajukan gugatan sengketa pilkada
(perselisihan hasil pemilihan) dalam hal hanya ada satu pasangan calon:
pasangan calon jika yang menang adalah kotak kosong, dan lembaga pemantau
jika yang menang adalah pasangan calon.

100. Pembatasan tentang masa kampanye Pemilu dan bentuk kampanye yang tidak sesuai
dengan UU No. 7 tahun 2017 adalah:
a. Kampanye pemilu dalam bentuk pertemuan tatap muka, penyebaran bahan
kampanye pemilu, dan pemasangan alat peraga pemilu, dilaksanakan sejak 3 (tiga)
hari setelah ditetapkannya daftar calon tetap dan pasangan calon tetap.
b. Kampanye rapat umum dilaksanakan selama 21 (dua puluh satu) hari dan berakhir
sampai dengan dimulainya masa tenang.
c. Iklan media massa cetak, media massa elektronik, dan internet, dilaksanakan
selama 21 (dua puluh satu) hari dan berakhir sampai dengan dimulainya masa
tenang.
d. Batas maksimum pemasangan iklan Kampanye pemilu di televisi untuk setiap
peserta pemilu secara kumulatif sebanyak 10 (sepuluh) spot berdurasi paling lama
30 (tiga puluh) detik untuk setiap stasiun televisi setap hari selama masa Kampanye
pemilu.

49
e. Batas maksimum pemasangan iklan kampanye pemilu di radio untuk setiap
peserta pemilu secara kumulatif sebanyak 20 (sepuluh) spot berdurasi paling lama
60 (enam puluh) detik untuk setiap stasiun radio setiap hari selama masa
Kampanye Pemilu.
• Baca UU No. 7 tahun 2017 pasal 276 ayat (1) dan (2), pasal 293 ayat (1) dan (2)
Batas maksimum pemasangan iklan kampanye pemilu baik di televisi maupun di
radio sama-sama 10 (sepuluh) spot, yang berbeda hanya durasinya saja. Kalau
televisi berdurasi paling laa 30 (tiga puluh) detik setiap spot iklan, sedangkan
iklan di radio berdurasi 60 (enam puluh) detik setiap spot iklan.

101. Media massa cetak, media daring, media social, dan lembaga penyiaran wajib
menyiarkan iklan Kampanye Pemilu layanan untuk masyarakat nonpartisan paling
sedikit:
a. 1 (satu) kali dalam sehari dengan durasi 30 (tiga puluh) detik
b. 1 (satu) kali dalam sehari dengan durasi 45 (empat puluh lima) detik
c. 1 (satu) kali dalam sehari dengan durasi 60 (tiga puluh) detik
d. 2 (dua) kali dalam sehari dengan durasi 30 (tiga puluh) detik
e. 2 (dua) kali dalam sehari dengan durasi 60 (enam puluh) detik
• Baca UU No. 7 tahun 2017 pasal 294 ayat (4)

102. Siapa saja yang berwenang melakukan pengawasan atas pemberitaan, penyiaran, dan
iklan kampanye Pemilu yang dilakukan oleh lembaga penyiaran atau media massa
cetak?
a. Komisi Penyiaran Indonesia
b. Komisi Informasi Publik
c. Dewan Pers
d. Menteri Komunikasi dan Informatika
e. Jawaban a dan c benar
• Selain Bawaslu, Komisi Penyiaran Indonesia dan Dewan Pers melakukan
pengawasan atas pemberitaan, penyiaran, dan iklan kampanye Pemilu yang
dilakukan oleh lembaga penyiaran atau media massa cetak. Baca UU No. 7
tahun 2017 pasal 296

103. Bupati atau Walikota yang sudah menjabat selama dua kali masa jabatan, dilarang:
a. Mencalonkan diri sebagai anggota DPRD Kabupaten/Kota
50
b. Mencalonkan diri sebagai anggota DPD Provinsi
c. Mencalonkan diri sebagai Wakil Bupati atau Wakil Walikota
d. Mencalonkan diri sebagai Bupati atau Walikota di daerah pemilihan yang lain (di
Kabupaten/Kota yang lain)
e. Jawaban c dan d benar
• Baca UU No. 10 Tahun 2016 pasal 7 ayat (2) huruf o
Bupati atau Walikota yang telah menjabat selama dua kali masa jabatan,
dilarang mencalonkan diri lagi dalam jabatan yang sama, serta dilarang juga
mencalonkan diri sebagai wakil bupati/walikota. Larangan tersebut berlaku di
kabupaten/kota seluruh Indonesia.

104. Dasar hukum pelaksanaan pemilihan kepala daerah (pemilihan Gubernur, Bupati, dan
Walikota) adalah sebagai berikut, kecuali:
a. UUD 1945 Pasal 18 ayat (4) “Gubernur, Bupati, dan Walikota masing-masing sebagai
kepala pemerintahan daerah provinsi, kabupaten, dan kota dipilih secara
demokratis”.
b. PERPPU No. 1 Tahun 2014
c. UU No. 5 Tahun 2015
d. UU No. 8 Tahun 2015
e. UU No. 10 Tahun 2016
• Dasar hukum dan proses pembentukan UU tentang pemilihan Gubernur, Bupati,
Walikota, secara berurutan adalah sebagai berikut: UUD 1945 pasal 18 ayat (4),
PERPPU No. 1 tahun 2014, UU No. 1 Tahun 2015, UU No. 8 Tahun 2015, dan UU
No. 10 Tahun 2016
• UUD 1945 Pasal 18 ayat (4): “Gubernur, Bupati, dan Walikota masing-masing
sebagai kepala pemerintahan daerah provinsi, kabupaten, dan kota dipilih
secara demokratis”.
• Harus diingat, istilah “pemilihan” digunakan dalam UU pilkada sedangkan isitilah
“Pemilu” digunakan dalam UU Pemilihan Umum.

105. Kapan masa pendaftaran calon presiden dan wakil presiden pemilu tahun 2019?
a. Tanggal 4 – 17 Juli 2018 pendaftaran calon anggota DPR DPRD
b. Tanggal 4 – 10 Agustus 2018 pendaftaran calon Presiden dan Wakil Presiden
c. Tanggal 11 – 14 Agustus 2018 verifikasi kelengkapan dan kebenaran dokumen
persyaratan administrasi bakal pasangan calon

51
d. Tanggal 8 – 12 Agustus 2018 Penyusunan dan penetapan DCS anggota DPR dan
DPRD
e. Tanggal 20 September 2018
• Pelajari hafalkan beberapa tanggal tahapan penting pemilu 2019 di PKPU No. 5
tahun 2018 tentang Tahapan, Program, dan Jadwal penyelenggaraan Pemilu
2019
Tanggal 4 – 17 Juli 2018 (pendaftaran calon anggota DPR dan DPRD)
Tanggal 4 – 10 Agustus 2018 (pendaftaran calon Presiden dan Wakil Presiden)
Tanggal 11 – 14 Agustus 2018 (verifikasi kelengkapan dan kebenaran dokumen
persyaratan administrasi bakal pasangan calon)
Tanggal 8 – 12 Agustus 2018 (Penyusunan dan penetapan DCS anggota DPR dan
DPRD)
Tanggal 20 Septem 2018 (Penetapan pasangan Calon dan penetapan DCT
anggota DPR, DPD, dan DPRD)

106. Waktu untuk memberikan masukan dan tanggapan dari masyarakat terhadap daftar
calon sementara anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota adalah:
a. 5 (lima) hari terhitung sejak daftar calon sementera diumumkan
b. 7 (tujuh) hari terhitung sejak daftar calon sementera diumumkan
c. 10 (sepuluh) hari terhitung sejak daftar calon sementera diumumkan
d. 14 (empat belas) hari terhitung sejak daftar calon sementera diumumkan
e. 21 (dua puluh satu) hari terhitung sejak daftar calon sementera diumumkan
• Baca UU No. 7 tahun 2017 pasal 252 ayat (5)

107. Pernyataan di bawah ini benar, kecuali:


a. Penetapan pasangan calon diputuskan oleh KPU
b. Daftar calon tetap anggota DPR diputuskan oleh KPU
c. Daftar calon tetap anggota DPRD Provinsi diputuskan oleh KPU Provinsi
d. Daftar calon tetap anggota DPD Provinsi diputuskan oleh KPU Provinsi
e. Daftar calon tetap anggota DPRD Kabupaten/Kota diputuskan oleh KPU
Kabupaten/Kota
• Baca UU No. 7 tahun 2017 pasal 266 ayat (1)

52
108. Hasil perolehan suara Pemilu anggota DPR dari pemilih di luar negeri dimasukkan
sebagai perolehan suara untuk daerah pemilihan (Dapil):
a. Dapil sesuai dengan alamat domisili yang tertera di KTP elektronik
b. Dapil DPR sesuai dengan provinsi yang tertera di KTP Elektronik
c. Dapil DKI Jakarta
d. Dapil DPR sesuai dengan keinginan pemilih
e. Jawaban a, b, dan c benar
• Baca UU No. 7 tahun 2017 pasal 406

109. Hasil Pemilu secara nasional dan hasil perolehan suara Pasangan Calon, Perolehan
suara partai politik untuk calon anggota DPR, dan perolehan suara untuk calon anggota
DPD, ditetapkan oleh KPU:
a. Paling lama 20 (dua puluh) hari setelah hari pemungutan suara
b. Paling lama 25 (dua puluh lima) hari setelah hari pemungutan suara
c. Paling lama 35 (tiga puluh lima) hari setelah hari pemungutan suara
d. Paling lama 40 (empat puluh) hari setelah hari pemungutan suara
e. Paling lama 45 (empat puluh lima) hari setelah hari pemungutan suara
• Baca UU NO. 7 tahun 2017 pasal 413
• Penetapkan hasil perolehan suara partai politik untuk calon anggota DPRD
Provinsi oleh KPU Provinsi paling lambat 25 (dua puluh lima) hari setalah hari
pemungutan suara
• Penetapan hasil perolehan suara partai politik untuk calon anggota DPRD
Kabupaten/Kota oleh KPU Kabupaten/Kota paling lambat 20 (dua puluh) hari
setelah hari pemungutan suara

110. Kepala sekretariat Bawaslu Kabupaten/Kota bertanggungjawab kepada:


a. Secara administratif bertanggung jawab kepada Sekretaris Jenderal Bawaslu
b. Secara fungsional bertanggung jawab kepda Ketua Bawaslu Kabupaten/Kota
c. Secara koordinatif bertanggung jawab kepada Sekreteris Jenderal Kementerian
Dalam Negeri
d. Jawaban a dan b benar
e. Jawaban a, b, dan c benar
• Baca UU No. 7 tahun 2017 pasal 151 ayat (4)

53

Anda mungkin juga menyukai