MH
(Dosen Fakultas Hukum Universitas Indonesia)
• Sentra Gakkumdu
PEMILIHAN GUBERNUR,
PEMILU BUPATI, WALIKOTA
• UU NO 7 TAHUN 2017 tentang
Pemilihan Umum UU No 1 Tahun 2015 tentang
Penetapan Perpu No 1 Tahun
• Merupakan penggabungan 2014 tentang Pemilihan
materi dari 3 UU di bidang
Pemilu, yaitu: Gubernur, Bupati, dan
Walikota menjadi Undang-
• 1. UU Pemilihan Presiden (UU Undang sebagaimana diubah
No 42 Tahun 2008)
dengan UU No. 8 Tahun 2015
• 2. UU Pemilihan DPR,DPD dan dan UU No 10 Tahun 2016
DPRD (UU No. 8 Tahun 2012)
• 3. UU Penyelenggara Pemilu
(UU No 15 Tahun 2011)
Misalnya
dengan sengaja
dengan sengaja
pada saat pemungutan suara
pada hari pemungutan suara
menjanjikan atau memberikan uang
menjanjikan atau memberikan atau materi lainnya Kepada Pemilih
uang atau materi lainnya supaya tidak menggunakan hak
kepada Pemilih pilihnya atau memilih Peserta Pemilu
tertentu atau menggunakan hak
untuk tidak menggunakan hak pilihnya dengan cara tertentu
pilihnya atau memilih Peserta sehingga surat suaranya tidak sah
Pemilu tertentu
HAMPIR MIRIP, TAPI ADA BEBERAPA PERBEDAAN dalam hal“POLITIK
UANG” antara UU PEMILU dan UU Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur,
Bupati dan Wakil Bupati, Walikota dan Wakil Walikota
“POLITIK UANG” di UU Pemilu dipisahkan dalam 3 hal yakni:
- “ supaya tidak menggunakan hak pilihnya” jadi pemberian uang atau materi
lainnya agar orang menjadi GOLPUT juga dipidana sesuai ketentuan ini
- “menggunakan hak pilihnya dengan cara tertentu sehingga surat suaranya menjadi
tidak sah “ jadi pemberian uang atau materi lainnya agar orang menjadi GOLPUT
juga dipidana sesuai ketentuan ini
- “memilih peserta pemilu tertentu” janji atau pemberian uang atau materi itu untuk
memengaruhi agar pemilih memilih calon tertentu (Partai Politik tertentu, pasangan
calon Presiden dan Wakil Presiden tertentu, calon DPR, DPD atau DPRD tertentu)
Unsur PADA HARI PEMUNGUTAN SUARA berarti pada hari
dilaksanakannya pemungutan suara, tidak dibatasi pada saat
pemungutan suara di TPS, tetapi pada hari H pemungutan suara,
tetapi logika nya, sebelum pemungutan suara
Unsur PADA SAAT PEMUNGUTAN SUARA saat pemungutan suara
lebih sempit yakni saat dilakukannya proses pemungutan suara
pertemuan terbatas;
pertemuan tatap muka;
penyebaran Bahan Kampanye Pemilu kepada umum;
pemasangan Alat Peraga Kampanye di tempat umum;
Media Sosial;
iklan media cetak, media elektronik, dan media dalam jaringan;
rapat umum;
debat Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden untuk Pemilu
Presiden dan Wakil Presiden; dan
kegiatan lain yang tidak melanggar larangan Kampanye Pemilu dan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(1) Peserta Pemilu dapat melakukan Kampanye melalui kegiatan lain sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) huruf i.
(2) Kegiatan lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan dalam
bentuk:
a. kegiatan kebudayaan, meliputi pentas seni, panen raya, dan/atau konser musik;
b. kegiatan olah raga, meliputi gerak jalan santai, dan/atau sepeda santai;
c. perlombaan;
d. mobil milik pribadi atau milik pengurus Partai Politik yang berlogo Partai Politik
Peserta Pemilu; dan/atau
e. kegiatan sosial meliputi bazar, donor darah, dan/atau hari ulang tahun.
(3) Pelaksana Kampanye kegiatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dilarang memberikan hadiah dengan metode pengundian (door
prize).
(1) Perlombaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 ayat (2)
huruf c mencakup seluruh jenis perlombaan.
(2) Perlombaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dilaksanakan paling banyak 3 (tiga) kali selama Masa Kampanye.
(3) Pelaksana Pemilu dapat memberikan hadiah pada kegiatan
perlombaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam bentuk
barang.
(4) Nilai barang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) secara
akumulatif paling tinggi seharga Rp1.000.000,00 (satu juta
rupiah).
selebaran (flyer); penutup kepala;
brosur (leaflet);
alat minum/makan;
pamflet;
kalender;
poster;
kartu nama;
stiker;
pin; dan/atau
pakaian;
alat tulis.
PERBANDINGANNYA DENGAN
POLITIK UANG PADA
UU PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, WALIKOTA
Pasal 187A
(1) Setiap orang yang dengan sengaja melakukan perbuatan
melawan hukum menjanjikan atau memberikan uang atau materi
lainnya sebagai imbalan kepada warga negara Indonesia baik
secara langsung ataupun tidak langsung untuk mempengaruhi
Pemilih agar tidak menggunakan hak pilih, menggunakan hak
pilih dengan cara tertentu sehingga suara menjadi tidak sah,
memilih calon tertentu, atau tidak memilih calon tertentu
sebagaimana dimaksud pada Pasal 73 ayat (4) dipidana dengan
pidana penjara paling singkat 36 (tiga puluh enam) bulan dan
paling lama 72 (tujuh puluh dua) bulan dan denda paling sedikit
Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).
(2) Pidana yang sama diterapkan kepada pemilih yang dengan
sengaja melakukan perbuatan melawan hukum menerima
pemberian atau janji sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Setiap orang Pasal 73 ayat (4)
dengan sengaja
(4) Selain Calon atau Pasangan Calon,
melakukan perbuatan melawan anggota Partai Politik, tim kampanye, dan
hukum relawan, atau pihak lain juga dilarang
dengan sengaja melakukan perbuatan
menjanjikan atau memberikan uang melawan hukum menjanjikan atau
atau materi lainnya sebagai imbalan memberikan uang atau materi lainnya
sebagai imbalan kepada warga negara
kepada warga negara Indonesia Indonesia baik secara langsung ataupun
tidak langsung untuk:
baik secara langsung ataupun tidak
langsung a. mempengaruhi Pemilih untuk tidak
menggunakan hak pilih;
untuk mempengaruhi Pemilih agar
tidak menggunakan hak pilih, b. menggunakan hak pilih dengan cara
menggunakan hak pilih dengan cara tertentu sehingga mengakibatkan suara
tertentu sehingga suara menjadi tidak sah; dan
tidak sah, memilih calon tertentu,
atau tidak memilih calon tertentu c. mempengaruhi untuk memilih calon
sebagaimana dimaksud pada Pasal tertentu atau tidak memilih calon
73 ayat (4) tertentu.
(2) Pidana yang sama Pemilih
diterapkan kepada
Dengan sengaja
pemilih yang dengan
sengaja melakukan Melakukan perbuatan
perbuatan melawan melawan hukum
hukum menerima
pemberian atau janji Menerima Pemberian
sebagaimana dimaksud atau janji sebagaimana
pada ayat (1). dimaksud pada ayat (1)
Tidak ada delik “politik uang” dalam UU , ini adalah istilah sosiologis, bukan
istilah yuridis
Dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati,
Walikota dan Wakil Walikota pemberi dan penerima menjadi subyek tindak
pidana
Unsur SETIAP ORANG artinya siapa saja, pribadi kodrati, bagaimana jika
korporasi (?), dalam pemilu unsur setiap orang tidak dibatasi hanya pada
calon, pengurus partai politik, pelaksana kampanye. Tapi ada konsekuensi
lebih berat jika dilakukan oleh Calon karena bisa dibatalkan pencalonannya
jika terbukti (Lihat Pasal 73)
Dalam praktik Calon/ Pasangan Calon mungkin tidak melakukan sendiri tetapi
menggerakkan orang lain Maka, persoalan PENYERTAAN Delik jadi sangat
penting, agar tidak hanya pelaksana fisik/ materiil yang dituntut
Unsur DENGAN SENGAJA (Opzet/dolus), dalam teori willen (dikehendaki)
and wetten (diketahui)
Unsur MELAKUKAN PERBUATAN MELAWAN HUKUM
melawan hukum merujuk pada perbuatan yang dilakukan
itu melawan hukum (dalam kepustakaan bisa berarti
melawan hak orang lain, melawan perundang-undangan,
tidak ada hak untuk itu)
Unsur MENJANJIKAN ATAU MEMBERIKAN UANG ATAU
MATERI LAINNYA SEBAGAI IMBALAN menjanjikan bisa
dilakukan melalui perkataan atau tulisan, janji untuk
diberikan uang atau materi, artinya ada tenggang waktu
antara perkataan/ tulisan itu dengan pemberian
uang/materi. Tidak ditentukan berapa lama tenggang
waktunya.
Yang jadi soal: bagaimana kalau janji itu berupa program,
misalnya jika warga kampung X memilih calon Y, maka
jika terpilih maka kampung X akan diberikan asuransi
kesehatan gratis. Apakah pembayaran premi asuransi
dapat disamakan dengan “uang” atau “materi” lain?
Unsur MEMBERIKAN berarti langsung diberi pada saat itu juga, atau pada saat
kampanye berlangsung
Unsur UANG cukup jelas, tapi pertanyaanya, berapa batasan besarnya UANG
itu ? Apakah ada batasan? Atau tidak ada batasan? Bagaimana jika pemberian
uang itu dibungkus dengan QUIS atau Permainan? Bagaimana jika diberikan
UANG untuk transport dan makan peserta kampanye? Apakah termasuk yang
dilarang?
Unsur MATERI LAINNYA ini sangat luas, harus ada pembatasan, sebab jika
tidak maka semua hal yang diperlukan dalam kampanye bisa dianggap
MATERI LAINNYA untuk “politik uang”. Apakah pemberian kaus, topi dan
atribut kampanye lainnya, cinderamata kampanye juga termasuk MATERI
LAINNYA yang juga dilarang dalam Pasal ini?
Unsur MENERIMA PEMBERIAN ATAU JANJI subyek delik ini adalah pihak
penerima uang atau materi lainnya, di dalam kampanye. Tidak disebutkan
dalam pasal ini, apakah inisiatif datang dari pemberi atau penerima. Dua dua
nya tetap dapat dipidana
Unsur KEPADA WARGA NEGARA INDONESIA artinya yang diberi uang atau
materi lainnya terbatas hanya warga negara Indonesia, jadi menjanjikan atau
memberikan uang atau materi lainnya dalam ketetuan ini tidak termasuk jika
diberikan kepada warga negara asing.
Unsur BAIK SECARA LANGSUNG ATAUPUN TIDAK LANGSUNG
- dalam praktik janji atau pemberian uang atau materi itu juga bisa dilakukan
melalui perantara, artinya bukan calon atau pasangan calon sendiri yang
melakukan atau bukan anggota Partai Politik, tim kampanye, dan relawan, tetapi
melalui perantara orang lain.
- Jadi di sini, pelaku fisik maupun yang menggerakkan dapat dipidana. Tapi jika
pelaku fisik tidak tahu apa yang diberikan dan untuk apa diberikan, dia dapat
dipandang sebagai alat belaka (manus ministra) dan tidak dipidana.
- JADI PENTING MEMERHATIKAN KETENTUAN PENYERTAAN (menyuruh/ doen
plegen, uitloking/ menggerakkan/membujuk, medeplichtigheid/membantu)
Unsur UNTUK MEMPENGARUHI PEMILIH AGAR TIDAK MENGGUNAKAN HAK PILIH,
MENGGUNAKAN HAK PILIH DENGAN CARA TERTENTU SEHINGGA SUARA MENJADI
TIDAK SAH, MEMILIH CALON TERTENTU, ATAU TIDAK MEMILIH CALON TERTENTU
- jadi janji atau pemberian uang atau materi lainnya tadi adalah “untuk mempengaruhi
pemilih” (tidak harus dibuktikan bahwa yang dijanjikan uang atau materi itu harus
benar-benar memilih dalam Pemilu);
- “agar tidak menggunakan hak pilih, atau menggunakan hak pilih tertentu sehingga
suara menjadi tidak sah “ jadi pemberian uang atau materi lainnya agar orang
menjadi GOLPUT juga dipidana sesuai ketentuan ini
- “memilih calon tertentu” janji atau pemberian uang atau materi itu untuk
memengaruhi agar pemilih memilih calon tertentu (calon gubernur dan wakil
gubernur, calon bupati dan wakil bupati, atau calon walikota dan wakil walikota
tertentu)
- “tidak memilih calon tertentu” janji atau pemberian uang atau materi itu untuk
memengaruhi agar pemilih TIDAK memilih calon tertentu (calon gubernur dan wakil
gubernur, calon bupati dan wakil bupati, atau calon walikota dan wakil walikota
tertentu)
Pasal 73
(1) Calon dan/atau tim Kampanye dilarang menjanjikan dan/atau memberikan uang atau materi
lainnya untuk mempengaruhi penyelenggara Pemilihan dan/atau Pemilih.
(2) Calon yang TERBUKTI MELAKUKAN PELANGGARAN sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berdasarkan putusan Bawaslu Provinsi dapat dikenai SANKSI ADMINISTRASI PEMBATALAN
SEBAGAI PASANGAN CALON oleh KPU Provinsi atau KPU Kabupaten/Kota.
(3) Tim Kampanye yang terbukti melakukan pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berdasarkan PUTUSAN PENGADILAN YANG TELAH MEMPUNYAI KEKUATAN HUKUM TETAP
dikenai sanksi pidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Selain Calon atau Pasangan Calon, anggota Partai Politik, tim kampanye, dan relawan, atau
pihak lain juga dilarang dengan sengaja melakukan perbuatan melawan hukum menjanjikan atau
memberikan uang atau materi lainnya sebagai imbalan kepada warga negara Indonesia baik secara
langsung ataupun tidak langsung untuk:
b. menggunakan hak pilih dengan cara tertentu sehingga mengakibatkan suara tidak sah; dan
c. mempengaruhi untuk memilih calon tertentu atau tidak memilih calon tertentu.
BEBERAPA CATATAN TENTANG “MAHAR POLITIK” CANDIDACY
BUYING
DALAM UU NO 7 TAHUN 2017 dan
UU PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, WALIKOTA
(1) Partai Politik atau gabungan Partai Politik dilarang menerima imbalan dalam
bentuk apapun pada proses pencalonan Gubernur, Bupati, dan Walikota.
(2) Dalam hal Partai Politik atau gabungan Partai Politik terbukti menerima imbalan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Partai Politik atau gabungan Partai Politik yang
bersangkutan dilarang mengajukan calon pada periode berikutnya di daerah yang
sama.
(3) Partai Politik atau gabungan Partai Politik yang menerima imbalan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) harus dibuktikan dengan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap.
(4) Setiap orang atau lembaga dilarang memberi imbalan kepada Partai Politik atau
gabungan Partai Politik dalam bentuk apapun dalam proses pencalonan Gubernur,
Bupati, dan Walikota.
(5) Dalam hal putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap
menyatakan setiap orang atau lembaga terbukti memberi imbalan pada proses
pencalonan Gubernur, Bupati, atau Walikota maka penetapan sebagai calon, calon
terpilih, atau sebagai Gubernur, Bupati, atau Walikota dibatalkan.
UNSUR-UNSUR
Anggota Partai Politik atau anggota Anggota partai politik atau
gabungan Partai Politik yang dengan anggota gabungan partai politik
sengaja melakukan perbuatan melawan
hukum menerima imbalan dalam bentuk Dengan sengaja
apapun pada proses pencalonan
Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati Melakukan perbuatan
dan Wakil Bupati, serta Walikota dan
Melawan hukum
Wakil Walikota sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 47 ayat (1) dipidana dengan Menerima imbalan dalam bentuk
pidana penjara paling singkat 36 (tiga apapun
puluh enam) bulan dan paling lama 72
(tujuh puluh dua) bulan dan denda Pada proses pencalonan
paling sedikit Rp300.000.000,00 (tiga Gubernur dan Wakil Gubernur,
ratus juta rupiah) dan paling banyak Bupati dan Wakil Bupati, serta
Rp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah). Walikota dan Wakil Walikota
UNSUR-UNSUR
Setiap orang atau lembaga yang terbukti Setiap orang atau lembaga
dengan sengaja melakukan perbuatan
melawan hukum memberi imbalan pada yang terbukti dengan
proses pencalonan Gubernur dan Wakil sengaja
Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta
Walikota dan Wakil Walikota maka melakukan perbuatan
penetapan sebagai calon, pasangan calon
terpilih, atau sebagai Gubernur, Wakil melawan hukum
Gubernur, Bupati, Wakil Bupati, Walikota
atau Wakil Walikota sebagaimana dimaksud memberi imbalan
dalam Pasal 47 ayat (5), dipidana dengan
pidana penjara paling singkat 24 (dua puluh pada proses pencalonan
empat) bulan dan pidana penjara paling Gubernur dan Wakil
lama 60 (enam puluh) bulan dan denda
paling sedikit Rp300.000.000,00 (tiga ratus
Gubernur, Bupati dan Wakil
juta rupiah) dan paling banyak Bupati, serta Walikota dan
Rp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah). Wakil Walikota
Pasal 228
(1) Partai Politik dilarang menerima imbalan dalam bentuk apapun
pada proses pencalonan Presiden dan Wakil Presiden.
(2) Dalam hal Partai Politik terbukti menerima imbalan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Partai Politik yang bersangkutan dilarang
mengajukan calon pada periode berikutnya.
(3) Partai Politik yang menerima imbalan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) harus dibuktikan dengan putusan pengadilan yang
telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
(4) Setiap orang atau lembaga dilarang memberikan imbalan
kepada Partai Politik dalam bentuk apapun dalam proses
pencalonan Presiden dan Wakil Presiden.
UU No 1 Tahun 2015 Jo UU No 8 Tahun 2015 UU No 7 Tahun 2017
jo UU No 10 Tahun 2016
Ada norma larangan memberi dan
Ada norma larangan memberi dan
menerima “mahar politik”/ candidacy
menerima “mahar politik”/ candidacy buying
buying
Tidak ada ketentuan pidana atas “mahar
Ada ketentuan pidana atas “mahar politik”/
politik”/ candidacy buying
candidacy buying
Ada sanksi administratif:
Ada sanksi administratif:
1) Partai Politik yang bersangkutan dilarang
1) Partai Politik atau gabungan Partai Politik
mengajukan calon pada periode
yang bersangkutan dilarang mengajukan berikutnya;
calon pada periode berikutnya di daerah
yang sama. 2) tidak ada sanksi administratif bagi
pasangan calon yang menerima
2) penetapan sebagai calon, calon terpilih,
atau sebagai Gubernur, Bupati, atau Putusan Pengadilan berkekuatan tetap
Walikota dibatalkan. diikuti sanksi sanksi administratif
Putusan Pengadilan berkekuatan tetap Putusan BHT atas apa ? Perkara pidana nya?
diikuti sanksi sanksi administratif
TIDAK ADA KETENTUAN PIDANA nya
Putusan BHT atas apa ? Perkara pidana nya?
Jadi ??
Secara sistematis , Ya, perkara pidana BHT
diikuti sanksi administratif tsb
www.kpu.go.id
www.bawaslu.go.id
dkpp.go.id
www.mahkamahkonstitusi.go.id
www.mahkamahagung.go.id