& PELAKSANAANNYA
dan bernegara:
3. pemajuan dan perlidungan hak-hak sipil dan politik seluruh warga tanpa kecuali;
dan
pengawas yang independen dan otonom. Lembaga ini dibentuk untuk memperkuat
pilar demokrasi, meminimalkan terjadinya kecurangan dalam Pemilu, sekaligus
menegaskan komitmen Pemilu sebagai inti tesis dari pembentukan pemerintahan
yang berkarakter.
RULE OF LAW & RULE OF ETHICS
Jika ide demokrasi hanya dikonstruksikan harus diimbangi oleh sistem rule of law,
sistem demokrasi yang dipraktikkan hanya akan bersifat prosedural dan formal.
Karena itu kita memerlukan sistem etika (rule of ethics) bersamaan dengan terus
ditata dan ditegakkannya sistem hukum (rule of law) untuk memastikan bahwa
sistem demokrasi yang kita bangun tidak hanya bersifat prosedural-formal, tetapi
juga bersifat substansial.
Untuk itu, perlu membangun demokrasi yang sehat dengan ditopang oleh the rule of
Landasan filosofi dan normatif yang menjadi prinsip utama electoral management body
(penyelenggara pemilu):
1. Independen: menjadi keharusan bagi penyelenggara untuk bersikap dan bertindak
independen dalam menyelenggarakan pemilu. Independen juga ditunjukan dari kemampuan
penyelenggara untuk bebas dari kepentingan dan tekanan politik mana pun.
2. Imparsialitas: penyelenggara pemilu juga harus menunjukkan sikap dan tindakan yang tidak
mengindikasikan keberpihakan kepada peserta pemilu baik partai atau kandidat.
3. Integritas: penyelenggara pemilu juga dituntut untuk memiliki kepribadian dan komitmen
yang kuat untuk melaksanakan tugas dan kewenangannya guna mengendalikan semua proses
pemilu sesuai aturan dan norma-norma hukum yang berlaku.
Lanjutan
Salah satu instrumen menegakkan keadilan pemilu yakni, melalui penegakan hukum pemilu
dengan desain kerangka hukum yang mengatur mekanisme dan penyelesaian yang efektif.
Untuk itu, kerangka hukum yang ada mesti menjamin pemilih, kandidat, dan partai untuk
mengadukan setiap pelanggaran kepada lembaga penyelenggara atau pengadilan dengan segera
memperoleh penanganan dan penyelesaian.
Instrumen untuk menegakkan keadilan pemilu ada dalam prinsip-prinsip penyelesaian sengketa
pemilu, yakni bahwa untuk mewujudkan paradigma keadilan pemilu mekanisme penyelesaian
sengketa pemilu harus mampu menjamin agar hak pilih warga negara terjamin.
Hak pilih warga negara dapat dikembalikan kepada kehendak semula.
PEMILU DALAM UUD 1945 (Pasal 22E)
(1) Pemilihan umum dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil setiap
lima tahun sekali.
(2) Pemilihan umum diselenggarakan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
(3) Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan anggota
Dewan Perwakilan Rakyat daerah adalah partai politik.
(4) Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Daerah adalah
perseorangan.
(5) Pemilihan umum diselenggarakan oleh suatu komisi pemilihan umum yang bersifat nasional,
tetap, dan mandiri.
(6) Ketentuan lebih lanjut tentang pemilihan umum diatur dengan undang-undang.
Pemilihan Presiden & Pemilukada
diartikan dipilih secara langsung oleh rakyat, tetapi dipilih secara tidak langsung pun dapat
diartikan demokratis, sepanjang prosesnya demokratis.
TUJUAN PEMILU SERENTAK 2019
1. Energi politik terfokus pada kampanye pemilihan presiden dan wakil presiden
2. Kampanye calon legislatif meredup
3. Kebijakan Koalisi Parpol terhadap Capres dan cawapres menimbulkan dilema parpol dan
caleg di daerah.
4. Masyarakat tidak punya alternatif calon presiden dan wakil presiden karena dikunci oleh
parpol melalui UU Pemilu 2017.
5. Kesiapan dan integritas penyelenggara Pemilu Serentak
6. Independensi lembaga peradilan/Mahkamah Konstitusi
7. Adanya jaminan keadilan Pemilu bagi masyarakat.
PROBLEMATIKA PRESIDENSIALISME
& MULTIPARTAI
3) Tidak adanya koalisi permanen yang dapat mendukung pemerintahan selama masa lima
tahun presiden terpilih;
4) Adanya dugaan personalitas presiden terpilih yang menyebabkan lemahnya sistem
presidensial;
5) Adanya dugaan koalisi partai politik hanya untuk mendapatkan kekuasaan, bukan karena
kesamaan visi dan misi;
6) Kursi kabinet menjadi alat politik partai politik.