Anda di halaman 1dari 19

IMPERIALISME BARAT TERHADAP DUNIA ISLAM

Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah


Sejarah Peradaban Islam

Dosen Pengampu:
Drs. H. Abdul Manan Zakaria, M.M.

Disusun oleh Kelompok 14 Kelas F:

1. Suci Lestari (22/D/932118918)


2. Dewi Fatichatul Khasanah (23/D/932119018)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI
TAHUN 2021
Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Kami panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, serta inayah-Nya kepada kami sehingga kami bisa
menyelesaikan makalah Sejarah Peradaban Islam tentang “Imperialisme Barat
terhadap Dunia Islam”.
Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan
dari berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari segala hal tersebut, kami sadar sepenuhnya masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karenanya kami dengan lapang dada menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini bisa memberikan manfaat
maupun inspirasi untuk pembaca.

Kediri, 14 Juni 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL ................................................................................................................ i
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................1

A. Latar Belakang ....................................................................................................1

B. Rumusan Masalah ...............................................................................................2

C. Tujuan Penulisan .................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................3

A. Kemajuan Dunia Barat dalam Ilmu Pengetahuan dan Teknologi .......................3

B. Kebangkitan Eropa ..............................................................................................4

C. Imperialisme Barat terhadap Dunia Islam ...........................................................8

D. Kemunduran Kerajaan Usmani dan Ekspansi Barat ke Negeri-Negeri Islam ..10

BAB III PENUTUP .............................................................................................15

A. Kesimpulan .......................................................................................................15

B. Saran ..................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setelah bangsa barat menemukan masa-masa kejayaannya dengan
ditemukannya berbagai kemajuan dalam sains dan teknologi, mereka ingin
melakukan ekspedisi ke berbagai negara di luar Eropa. Mereka ingin membuktikan
pendapat Galileo Galilei yang menyatakan bahwa bumi ini bulat, yang berarti jika
terus menyusuri jalan ke barat maka akan sampai ke tempat semula.
Oleh karena itu banyak bangsa Eropa berlomba mencari wilayah baru seperti
Spanyol, Portugis, Inggris, Belanda, Prancis, dan sebagainya. Tujuan mereka bukan
hanya mencari tahu tentang kebenaran teori tersebut, tetapi sebagian besar dari
mereka juga bertujuan mengambil alih kekuatan ekonomi umat Islam yang saat itu
menguasai sistem ekonomi dunia.
Pada abad 20 M merupakan periode kebangkitan kembali Islam, setelah
mengalami kemunduran pada periode pertengahan. Pada periode ini mulai
bermunculan pemikiran modernisasi dalam Islam. Gerakan modernisasi tersebut
paling tidak muncul karena dua hal. Pertama, timbulnya kesadaran para ulama
bahwa banyak ajaran asing yang masuk dan diterima sebagai ajaran Islam. Ajaran
ajaran tersebut bertentangan dengan semangat ajaran Islam seperti, bid’ah , khurafat,
dan takhayul. Ajaran ajaran inilah tanpa disadari sebenarnya dapat membawa Islam
menjadi mundur. Kedua, pada periode ini barat mendominasi dunia dibidang politik
dan peradaban.
Persentuhan dengan barat menyadarkan tokoh-tokoh Islam dalam ketinggalan
mereka. Oleh karena itu, mereka berusaha bangkit dengan mencontoh barat dalam
maslaah masalah politik dan peradaban untuk menciptakan balance of power.
Ketika tiga kerajaan besar Islam sedang mengalami kemunduran pada abad ke 18
M. Eropa barat mengalami kemajuan dengan pesat.
Eropa dengan sekejap menjadi penguasa lautan dan bebas melakukan
kegiatan ekonomi dan perdagangan keseluruh dunia tanpa mendapat hambatan

1
bahkan satu persatu negeri Islam jatuh kebawah kekuasaannya sebagai negeri
taklukan dan jajahan.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam pembahasan materi kali ini yaitu:
1. Bagaimana kemajuan dunia Barat dalam ilmu pengetahuan dan juga teknologi?
2. Bagaimana proses kebangkitan Eropa?
3. Bagaimana imperialisme Barat terhadap dunia Islam?
4. Bagaimana kondisi kemunduran Kerajaan Usmani dan Ekspansi Barat ke
Negeri-Negeri Islam?
C. Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah di atas adapun tujuan penulisan, yakni:
1. Untuk mengetahui kemajuan dunia Barat dalam ilmu pengetahuan dan juga
teknologi.
2. Untuk mengetahui proses kebangkitan Eropa.
3. Untuk mengetahui imperialisme Barat terhadap dunia Islam.
4. Untuk mengetahui kondisi kemunduran Kerajaan Usmani dan Ekspansi Barat ke
Negeri-Negeri Islam.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kemajuan Dunia Barat dalam Ilmu Pengetahuan dan Teknologi


Ketika Islam mulai memasuki masa kemunduran, Eropa bangkit dari
keterbelakangannya. Kebangkitan itu bukan saja terlihat dalam bidang politik
dengan keberhasilan Eropa mengalahkan kerajaan - kerajaan Islam dan bagian
dunia lainnya, tetapi terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
Bahkan, kemajuan dalam ilmu dan teknologi itulah yang mendukung
keberhasilan politiknya. Kemajuan - kemajuan Eropa ini tidak bisa dipisahkan dari
pemerintahan Islam di Spanyol. Dari Spanyol Islam, Eropa banyak menimba ilmu.
Pada periode klasik, ketika Islam mencapai masa keemasannya,
Spanyol merupakan pusat peradaban Islam yang sangat penting, menyaingi
Baghdad di Timur. Ketika itu orang - orang Eropa Kristen banyak belajar di
perguruan tinggi Islam disana. Islam menjadi guru bagi orang Eropa. Karena itu,
kehadiran Islam di Spanyol banyak menarik perhatian para sejarawan.1
Dalam hal ini pemikiran Ibnu Rusyd atau Averros (1120 M-1198 M) sangat
berpengaruh di dunia Eropa. Pemikiran ini berhasil melepaskan belenggu pemikiran
taklid, dan mengkritik semua bentuk pemikiran yang tidak rasional diantara ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam Islam yang banyak dipelajari ilmuwan Barat
adalah ilmu kedokteran, ilmu sejarah dan ilmu-ilmu lainnya.
Dari kerja keras dan tingginya kreativitas bangsa Barat dalam mempelajari
ilmu pengetahuan yang dihasilkan oleh umat Islam, menyebabkan bangsa barat
menemukan masa kemajuan dan kejayaannya. Setelah bangsa Barat menemukan
masa kejayaannya, mereka ingin mengadakan ekspedisi ke berbagai negara di luar
Eropa. Mereka ingin membuktikan pendapat dari GaliLeo Galilei yang
menyatakan bahwa bumi ini bulat, yang berarti bahwa jika terus menelusuri jalan
ke barat, maka akan sampai di tempat semula.
Oleh karena itu, banyak bangsa Eropa seperti Spanyol, Portugis, Inggris,
Belanda, Perancis, dan sebagainya berlomba mencari wilayah baru. Tujuan mereka

1
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam : Dirasah Islamiyah II (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2000), 87.

3
tidak hanya untuk membuktikan kebenaran teori itu, tetapi juga ada sebagian
mereka yang bertujuan mengambil alih kekuatan ekonomi umat Islam yang saat itu
menguasai perekonomian dunia.
Di awal periode modern, kondisi dunia Islam secara politis berada di bawah
penetrasi kolonialisme. Baru pada pertengahan abad ke 20 M dunia Islam mulai
bangkit melepaskan negerinya dari imperialisme Barat.2
Pada abad 20 M ini merupakan periode kebangkitan kembali Islam, setelah
mengalami kemunduran pada periode pertengahan. Pada periode ini mulai
bermunculan pemikiran modernisasi dalam Islam. Munculnya semangat Islam
tersebut setidaknya dilatarbelakangi oleh dua sebab. Pertama, para ulama
menyadari banyaknya ajaran yang tidak sesuai dengan ajaran Islam dan
menyebabkan kemunduran bagi Islam seperti takhayul, bida’ah dan khurafat.
Kedua, muncul kesadaran dari para tokoh Islam yang pernah belajar atau
setidaknya bersentuhan dengan Barat agar umat Islam menjadi kekuatan
penyeimbang bagi kemajuan Barat di berbagai bidang.3
Ketika tiga kerajaan besar Islam sedang mengalami kemunduran, Eropa
Barat mengalami kemajuan pesat. Kerajaan Safawi dihancurkan oleh serangan-
serangan bangsa Afghan, kerajaan Mughal yang dihancurkan Inggris, dan kerjaan
Turki Usmani, namun yang terakhir inipun terus mengalami kemunduran demi
kemunduran, sehingga ia dijuluki sebagai “The Sick Man of Europe “ yang artinya
orang sakit Eropa. 4 Hingga menyebabkan Eropa mudah untuk menjajah negeri-
negeri Islam dengan mudah. Akibatnya mereka menjadi bertambah maju. Akhirnya
dengan mudah Napoleon Bonaparte berhasil menduduki Mesir pada 1789 M
sebagai salah satu pusat Islam yang terpenting.

B. Kebangkitan Eropa
Sesungguhnya Eropa pada awal kebangkitannya, mengalami hambatan yang
sangat hebat, hal tersebut dikarenakan terdapat kekuatan-kekuatan perang Islam
yang sulit dikalahkan, terutama kerajaan Turki Usmani. Maka satu-satunya jalan

2
Anang Sholikhudin, “MEREBUT KEMBALI KEJAYAAN ISLAM ANALISIS INTERNAL DAN
EKSTERNAL PENYEBAB KEMUNDURAN ISLAM,” Al-Murabbi: Jurnal Pendidikan Agama Islam 3,
no. 1 (Desember 2017): 146.
3
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Rajawali Press, 2001), 173.
4
Badri Yatim, 175.

4
bagi mereka yaitu menembus itu semua dengan cara membuat aneka riset tentang
bagaimana cara melakukan penaklukan laut juga berbagai benua agar mudah untuk
mereka taklukkan.5
Mereka melakukan berbagai penelitian tentang rahasia alam, berusaha
menaklukan lautan dan menjelajahi benua yang sebelumnya masih diliputi
kegelapan. Setelah Christopher Colombus menemukan benua Amerika (1492 M)
dan Vasco da Gama menemukan jalan timur melalui Cape Town (1498 M), benua
Amerika dan kepulauan Hindia segera jatuh ke bawah kekuasaan Eropa. Dua
penemuan itu, sungguh tidak terkirakan nilainya, Eropa menjadi maju dalam dunia
perdagangan karena tidak lagi tergantung kepada jalur lama yang dikuasai umat
Islam.
L. Stoddard dalam The New Word of Islam menggambarkan situasi ini
dengan kata-kata demikian :“Lalu dengan sekejap mata dinding laut itu berubah
menjadi jalan raya, dan Eropa yang terpojok itu menjadi yang dipertuan di laut dan
dengan demikian yang dipertuan dunia. Terjadilah perputaran nasib yang maha
hebat dalam sejarah seluruh umat manusia. “
Kalau Eropa tadinya menghadapi kegagahan dan ketangguhan Asia dengan
putus asa, terhadap siapa saja kemenangan tidak mungkin tercapai dengan serangan
langsung, sekarang orang Eropa dapat memandangnya ringan.
Dalam bidang perekonomian bangsa-bangsa Eropa pun semakin maju karena
daerah-daerah baru terbuka baginya. Mereka dapat memperoleh kekayaan yang
tidak terhingga untuk meningkatkan kesejahteraan negerinya. Maka mulailah
kemajuan bangsa Barat menandingi kemajuan umat Islam yang telah sejak lama
memang berangsur-angsur mengalami kemunduran.
Dengan didukung oleh pertumbuhan produksi pabrik dalam skala, dan
perubahan yang besar serta dengan metode komunikasi ditandai dengan
ditemukannya kapal uap, kereta api, dan telegrap, Eropa telah siap untuk
melakukan Ekspansi perdagangan. Semuanya ini diiringi dengan peningkatan
kekuatan angkatan bersenjata dari negara-negara besar Eropa.6
Negeri-negeri Islam yang jatuh pertama kali dibawah kekuasaan Eropa adalah
negeri yang jauh dari pusat kekuasaan Kerajaan Usmani (Islam di Asia Tenggara
5
L. Stoddard, Dunia Baru Islam (Jakarta, 1966), 25.
6
Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta, t.t.), 348.

5
dan Anak Benua India) karena kerajaan ini meskipun mengalami kemunduran, ia
masih disegani dan dipandang cukup kuat untuk berhadapan dengan kekuatan
militer Eropa waktu itu.7

C. Imperialisme Barat terhadap Dunia Islam


Kelemahan dan kemunduran dunia Islam dimanfaatkan oleh bangsa-bangsa
Barat untuk bangkit dan bergerak menuju ke arah negara-negara Islam serta
menguasai dan menjajahnya. Motivasi mereka datang ke negara-negara Islam
adalah motivasi ekonomi, politik, dan agama. Hal tersebut dapat terlihat dari cara-
cara mereka datang untuk pertama kali ke negara-negara Islam. Mereka datang
dengan dalih untuk berdagang atau mencari rempah-rempah di Timur. Akhirnya
mereka terangsang oleh keuntungan besar dan ambisi yang kuat sehingga
muncullah keinginan untuk menguasai semua sistem ekonomi dan politik negara-
negara Islam yang dikuasainya.
Pada saat yang sama dunia Islam sedang terus dilanda kemunduran dan
kelemahan dalam berbagai bidang sehingga negara-negara Islam tidak mampu
bersaing dengan bangsa Barat yang didukung oleh kekuatan politik militer yang
tangguh. Saat itulah dunia Islam berada dalam kekuasaan kaum imperialisme Barat.
Setelah bangsa-bangsa Barat menguasai ekonomi dan politik negara-negara
Islam terdapat negara Barat yang menjajah dunia Islam yang melakukan
penyebaran agama Kristen melalui misionaris atau zending. Penjajahan bangsa
Barat yang dipelopori oleh bangsa Spanyol dan Portugis mempunyai tujuan yang
hampir sama yaitu disamping mencari daerah penanaman modal asingnya mereka
juga berusaha untuk menyebarkan agama Kristen di wilayah jajahannya. Walaupun
usahanya tidak segencar yang dilakukan oleh Spanyol dan Portugis yang
bersemboyan gold, glory, dan gospel.8
Oleh karena itu kedua bangsa Barat itu terus gencar melakukan penjajahan
terhadap negara-negara Islam dan berusaha menguasainya sehingga dengan mudah
mereka dapat menyebarkan agama Kristen. Kondisi seperti ini didukung oleh

7
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, 175.
8
Nara Purnama Wari, “EKSPANSI DAN IMPERIALISME BARAT KENEGERI NEGEERI ISLAM
HINGGA JATUHNYA KHALIFAH UTSMANI TURKI,” Falah: Jurnal Hukum Ekonomi Syariah 1, no.
1 (Juli 2020): 58–59.

6
semangat balas dendam yang disebut reconquesta, yaitu semangat balas dendam
bangsa-bangsa Barat terhadap Islam yang dulu pernah menjajah mereka.
Dengan demikian motivasi bangsa-bangsa Barat dalam menjajah negara-
negara Islam selain motivasi ekonomi dan politik juga terdapat motivasi agama.
Masyarakat Islam yang berada di wilayah kekuasaan bangsa-bangsa Barat ditekan
sehingga banyak diantara umat Islam yang melarikan diri atau bertahan dengan
melakukan perlawanan terhadap kekuatan penjajah Barat tersebut. Gerak langkah
umat Islam diawasi sedemikian rupa sehingga umat Islam tidak dapat
mengembangkan peradabannya atau paling tidak mempertahankan peradaban Islam
yang masih ada. Hampir semua sistem Barat diterapkan di dunia Islam termasuk
peradabannya. Masyarakat Islam diubah budayanya agar berperilaku dan
berperadaban Barat. Dengan demikian, pola hidup dan pemikiran umat Islam
mengarah kepada kehendak bangsa Barat yang menjajahnya.
Satu demi satu negara-negara Islam akhirnya jatuh ke tangan penjajah
bangsa-bangsa Barat. Hanya beberapa negara yang tidak dijajah oleh bangsa Barat
seperti kerajaan Turki Usmani dan juga Arab.
Dengan demikian, dapat dikatakan pada saat kelemahan umat Islam seluruh
Benua Asia Afrika jatuh ke tangan penjajah bangsa-bangsa Barat. Namun,
meskipun berada dalam tekanan dan penjajahan, umat Islam terus melakukan
perlawanan dan berusaha membebaskan tanah air dan agama mereka dari tekanan
penjajah bangsa-bangsa Barat tersebut. Para penjajah yang datang ke negara-negara
Asia-Afrika selain untuk mengeruk hasil bumi dan keuntungan yang sangat besar
mereka juga menyebarkan agama Kristen.
Selain itu, kedatangan bangsa-bangsa Barat ke negeri-negeri atau wilayah
Islam terutama negara-negara yang subur dan kaya hasil rempah-rempahnya,
seperti Indonesia dan Malaka serta Hindia, bukan semata-mata untuk mencari
keuntungan serta mengatur kekayaan hasil buminya tetapi juga bertujuan
menguasai seluruh sistem yang ada, baik sistem ekonomi, politik, budaya,
pendidikan, agama dan lain-lain.9
Kekejaman mereka dalam bidang ekonomi terlihat dari upaya mereka untuk
melakukan monopoli perdagangan, yakni dengan merebut bandar-bandar pelabuhan

9
Abdul Qadim Zallum, Malapetaka Runtuhnya Khilafah (Bogor: Al Azhar Press, 2007), 36.

7
besar yang sebelumnya menjadi daerah perdagangan umat Islam dari Arab, Persia,
India, dan Cina. Seperti kedatangan Portugis, Belanda, Inggris, dan Spanyol dari
abad ke-15 M sampai abad ke-19 M di kawasan perdagangan internasional Malaka,
Gujarat, dan lainnya. Mereka menguras kekayaan pribumi dengan cara-cara
paksaan bahkan dengan kekerasan senjata dalam merebut wilayah bandar tersebut.
Dalam bidang kemasyarakatan, penjajah sengaja menciptakan jurang pemisah
antara kaum bangsawan dengan rakyat kecil. Kaum bangsawan dibujuk agar mau
menuruti kehendak penjajah dengan mendapatkan posisi jabatan tertentu dan
keuntungan dari penjajah. Rakyat kecil selalu diawasi agar mereka tidak
memberontak. Mereka harus tunduk dan patuh pada penguasa yang menjajahnya.
Kebijaksanaan politik pecah belah yang dilakukan pemerintah imperialisme
bertujuan agar tidak terjadi persatuan dan kesatuan di kalangan rakyat. Sebab jika
hal tersebut terjadi dikhawatirkan akan menimbulkan kekuatan yang akan
mengancam keberadaan kaum penjajah.
Di samping itu, kaum penjajah seringkali melakukan penghinaan terhadap
umat Islam. Mereka mengatakan bahwa kaum agama Islam adalah orang-orang
yang bodoh dan terbelakang. Oleh karena itu mereka tidak pantas mengatur
masyarakat. Kaum agama tidak boleh berpolitik. Mereka cukup melakukan ibadah
saja di masjid. Mereka dilarang melakukan kegiatan-kegiatan organisasi. Orang-
orang Islam yang baru pulang haji juga tidak lepas dari pengawasan pemerintah
kolonial. Pengawasan ini dilakukan agar mereka tidak terpengaruh oleh gerakan
gerakan pembaharuan dan perlawanan bangsa-bangsa Asia Afrika yang digerakkan
oleh para pembaharu Islam.
Sikap dan perlakuan penjajah terhadap masyarakat yang dijajah tidak sebatas
sampai di situ saja. Para penjajah menyebarkan budaya yang merusak bangsa dan
agama, seperti budaya minuman keras, berjudi, pergaulan bebas, dan sebagainya
yang melanda kaum terjajah. Dengan cara-cara seperti itu penjajah merusak
peradaban Islam, dan dengan demikian mereka berharap dapat dengan mudah
menguasai negara dan masyarakat Islam yang berada di bawah kekuasaannya.10
Pada awal abad ke-17 India yang pada saat itu dibawah kekuasaan Mongol
Islam berada dalam posisi kemajuan dan kemakmuran. Keadaan demikian

10
Azman, “Nasionalisme di Dunia Islam,” Jurnal Al Daulah 6, no. 2 (Desember 2017): 35.

8
mengundang bangsa Eropa yang sedang mengalami kemajuan untuk berdagang
kesana. Pada awal abad ke-17 M, Inggris dan Belanda mulai menginjakkan kaki di
India. Pada tahun 1611 M Inggris mendapat izin menanamkan modal dan pada
tahun 1617 M Belanda mendapatkan izin yang sama.
Kongsi dagang Inggris, British East India Company (BEIC) mulai berusaha
menguasai wilayah India bagian timur ketika mereka merasa cukup kuat. Penguasa
penguasa setempat mencoba mempertahankan kekuasaan dan berperang melawan
Inggris tahun 1761 M. Namun mereka tidak berhasil mengalahkan Inggris.
Akibatnya, daerah-daerah seperti Bengal dan Orissa jatuh ke tangan Inggris. Pada
tahun 1803 M Delhi ibukota Kerajaan Mughal juga berada di bawah bayang-
bayang kekuasaan Inggris.
Maka sejak itulah Inggris dengan leluasa mengembangkan kekuasaannya di
anak benua India dan sekitarnya. Pada tahun 1842 M keamiran muslim Sind di
India dikuasainya. Tahun 1857 M Kerajaan Mughal bahkan dikuasai penuh dan
setahun kemudian rajanya yang terakhir dipaksa meninggalkan istana. Sejak itu
India berada di bawah kekuasaan Inggris yang menegakkan pemerintahannya di
sana. Pada tahun 1879 M Inggris berusaha menguasai Afghanistan dan kesultanan
muslim Balochistan dimasukkan di bawah kekuasaan India- Inggris tahun 1899 M.
Di kawasan Asia Tenggara, beberapa wilayah negeri Islam baru mulai
berkembang yang merupakan daerah rempah-rempah terkenal pada masa itu.
Negeri-negeri di Asia Tenggara menjadi ajang perebutan negara-negara Eropa.
Kekuatan Eropa justru lebih awal menancapkan kekuasaannya di negeri ini. Hal
tersebut mungkin karena dibandingkan dengan Mughal, kerajaan-kerajaan Islam di
Asia Tenggara lebih lemah sehingga dengan mudah dapat ditaklukan oleh bangsa
Eropa.11
Malaka, sebuah kerajaan Islam yang berdiri pada awal abad ke-15 M di
Semenanjung Malaya yang strategis dan merupakan kerajaan Islam kedua di Asia
Tenggara setelah Samudra Pasai, ditaklukan Portugis tahun 1511 M. Sejak itu
peperangan antara Portugis melawan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia
seringkali berkobar. Para pedagang Portugis terutama berusaha menguasai Maluku
yang sangat kaya akan rempah-rempah. Pada tahun 1521 M Spanyol datang ke
11
Wari, “EKSPANSI DAN IMPERIALISME BARAT KENEGERI NEGEERI ISLAM HINGGA
JATUHNYA KHALIFAH UTSMANI TURKI,” 61.

9
Maluku dengan tujuan dagang. Spanyol berhasil menguasai Filipina termasuk di
dalamnya beberapa Kerajaan Islam yang ada.
Pada akhir abad ke-16 M, Belanda, Inggris, Denmark, dan Perancis yang
datang ke Asia Tenggara. Namun, Denmark dan Perancis tidak berhasil menguasai
wilayah di Asia Tenggara dan hanya dapat berdagang. Belanda datang pada tahun
1595 M dan dapat memonopoli perdagangan di kepulauan Nusantara. Kongsi
dagangnya, VOC segera pula memainkan peran politik.
Kedatangan Belanda mendapat perlawanan dari penduduk setempat, maka
seringkali terjadi peperangan antara Belanda dengan para penduduk. Walaupun
akhirnya peperangan itu dimenangkan oleh Belanda. Sementara itu, setelah Inggris
datang ke Asia Tenggara, ia segera menjadi kekuatan yang dominan, menyaingi
kekuatan Belanda. Inggris bahkan juga sempat menguasai seluruh wilayah
Indonesia selama beberapa waktu yang tidak terlalu lama pada awal abad ke-19 M.
Asia Tenggara sebagaimana juga di India, kekuasaan politik negara-negara Eropa
itu berlanjut hingga pertengahan abad ke-20 M.12

D. Kemunduran Kerajaan Usmani dan Ekspansi Barat ke Negeri-Negeri Islam


Dikarenakan kemajuan-kemajuan bangsa Eropa terutama dalan teknologi
militer dan industri perang, membuat Kerajaan Usman menjadi kecil di hadapan
Eropa. Akan tetapi, nama besar Turki Usmani masih membuat Eropa Barat segan
untuk menyerang atau mengalahkan wilayah-wilayah yang berada di bawah
kekuasaan kerajaan Islam termasuk daerah-daerah yang berada di Eropa Timur.
Namun, kekalahan besar Kerajaan Usmani dalam menghadapi serangan
Eropa di Wina tahun 1683 M membuka mata Barat bahwa Kerajaan Usmani telah
mundur jauh sekali. Sejak itulah Kerajaan Usmani berulang kali mendapat
serangan-serangan dari Barat. la hanya terpelihara dari keruntuhan karena
kedengkian di antara kerajaan-kerajaan Barat, yang memperebutkan rampasan
perang yang berasal dari Turki.
Demikianlah keadaan dunia Islam menghadapi Eropa abad ke-19 M. Eropa
disemangatkan oleh Revolusi Industri. Ia dipersenjatai, yang tidak terjadi
sebelumnya, oleh ilmu-ilmu modern dan penemuan-penemuan yang membuka

12
Samsul Munir Amin, Sejarah peradaban islam (Jakarta: AMZAH, 2009), 353–54.

10
rahasia-rahasia alam dan menempatkan di tangannya yang agresif dengan berbagai
senjata, yang sampai waktu itu tidak pernah dimimpikan.
Sejak kekalahan dalam pertempuran Wina itu, Kerajaan Usmani juga
menyadari akan kemundurannya dan kemajuan Barat. Usaha-usaha pembaruan
mulai dilaksanakan dengan mengirim duta-duta ke negara-negara Eropa, terutama
Prancis, untuk mempelajari suasana kemajuan di sana dari dekat.
Celebi Mehmed diutus ke Paris tahun 1720 M dan diinstruksikan untuk
mengunjungi pabrik-pabrik, benteng-benteng pertahanan dan institusi-institusi
lainnya. Ia kemudian memberi laporan tentang kemajuan teknik, organisasi
angkatan perang modern, dan kemajuan lembaga-lembaga sosial lainnya. Laporan-
laporan itu mendorong Sultan Ahmad III (1703-1730 M) untuk memulai pertbaruan
di kerajaannya. Pada masa kekuasaannya didatangkan ahli-ahli militer dari Eropa
untuk tujuan pembaruan militer dalam Kerajaan Usmani. Pada tahun 1717 M,
seorang perwira Prancis De Rochefort, dalang le Istambul dalam rangka
membentuk korp At-Then dan melatih tentara Usmani dalam ilmu-ilmu kemiliteran
modern. Pada tahun 1729 M, datang lagi Comte de Bonneval, juga dari Prancis,
untuk memberi latihan penggunaan meriam modern. Ia dibantu oleh Macasthy dari
Irlandia, Ramsay dari Skotlandia, dan Mormai dari Prancis. Pada tahun 1734 M,
untuk pertama kalinya Sekolah Teknik Militer dibuka.
Usaha pembaruan ini tidak terbatas dalam bidang militer. Dalam bidang-
bidang yang lain pembaruan juga dilaksanakan, seperti pembukaan pencetakan di
Istambul tahun 1727 M, untuk kepentingan kemajuan ilmu pengetahuan. Demikian
juga gerakan penerjemahan buku-buku Eropa ke dalam bahasa Turki. Pembaruan di
Turki dilakukan dalam berbagai bidang untuk meraih kemajuan-kemajuan negara.13
Akan tetapi, walaupun demikian, usaha-usaha pembaruan itu bukan hanya
gagal menahan kemunduran Kerajaan Turki Usmani yang terus mengalami
kemerosotan, tetapi juga tidak membawa hasil yang diharapkan. Penyebab
kegagalan itu terutama adalah kelemahan raja-raja Usmani karena wewenangnya
sudah jauh menurun. Di samping itu, keuangan negara yang terus mengalami
kemerosotan sehingga tidak mampu menunjang usaha pembaruan. Faktor
terpenting lainnya yang membawa kegagalan itu adalah karena ulama dan tentara
13
Ahmad Syalabi, Sejarah dan kebudayaan islam: imperium turki Usmani (Jakarta: Kalam Mulia, 1988),
45.

11
Yenisseri yang sejak abad ke-17 M menguasai suasana politik dalam Kerajaan
Usmani serta menolak usaha pembaruan itu. Dengan demikian, Kerajaan Usmani
terus mendekati jurang kehan-curannya, sementara Barat yang menjadi ancaman
baginya semakin besar dan bertambah maju.
Modernisasi di Turki Usmani baru mengalami kemajuan setelah penghalang
pembaruan utama, yaitu tentara Yenisseri dibubarkan oleh Sultan Mahmud 11
(1807-1839 M) pada tahun 1826 M. Struktur kekuasaan kerajaan dirombak,
lembaga-lembaga pendidikan modem didirikan, buku-buku barat diterjemahkan ke
dalam bahasa Turki, siswa-siswa berbakat dikirim ke Eropa untuk belajar, dan yang
terpenting sekali adalah sekolah-sekolah yang berhubungan dengan kemiliteran
didirikan. Bidang militer inilah yang utama dan pertama mendapat perhatian. Akan
tetapi, meski banyak mendatangkan kemajuan, hasil gerakan pembaruan tetap tidak
berhasil meng-hentikan gerak maju Barat ke dunia Islam di abad ke-19 M. Selama
abad ke-18 M Barat menyerang ujung garis medan pertempuran Islam di Eropa
Timur, wilayah kekuasaan Kerajaan Usmani. Akhir dari serangan-serangan itu
adalah ditandatanganinya Perjanjian San Stefano Maret, 1878 M) dan Perjanjian
Berlin (Juni-Juli, 1878 M) antara Kerajaan Usmani dengan Rusia. Dengan demikian,
berakhirlah lekuasaan Turki di Eropa. Sementara sebagian besar daerah berpen-
duduk mayoritas muslim di Timur Tengah pada abad berikutnya mulai diduduki
bangsa-bangsa Eropa.
Gerakan modernisasi di Turki justru mengancam kekuasaan para rultan yang
absolut, karena para pejuang Turki melihat bahwa kelemahan Turki terletak pada
keabsolutan Sultan itu. Mereka ingin membatasi kekuasaan Sultan dengan
membentuk konstitusi, sehingga lahir gerakan Tanzimat, Usmani Muda, Turki
Muda, dan Partai Persatuan dan Kemajuan (Ittihad ve Terekki).14
Ketika Perang Dunia I meletus, Turki bergabung dengan Jerman yang
kemudian mengalami kekalahan Akibatnya, kekuasaan kerajaan Turki Usmani
semakin ambruk. Partai Persatuan dan Kemajuan memberontak kepada Sultan dan
dapat menghapuskan kekhalifahan Usmani, kemudian membentuk Turki modern
pada tahun 1924 M. Dengan demikian, kesatuan politik dalam negeri Kerajaan
Usmani dan bergeloranya gerakan pembaruan justru tidak stabil, terutama karena

14
Amin, Sejarah peradaban islam, 357.

12
para sultan tidak mampu mengakomodasi pemikiran yang berkembang di kalangan
pemimpin bangsanya. Di samping itu, peperangan melawan Barat di Eropa Timur
terus berkecamuk, memakan dan menguras tenaga, berakhir dengan kekalahan di
pihak Turki.
Pada sisi lain, satu demi satu daerah-daerah di Asia dan Afrika yang
sebelumnya dikuasai Turki Usmani, melepaskan diri dari pusat kekuasaan
Konstantinopel. Dari sekian banyak faktor yang menyebabkan kemunduran Turki
Usmani itu yang tak kalah Pentingnya adalah timbulnya perasaan nasionalisme
pada bangsa-bangsa yang berada di bawah kekuasaannya. Bangsa Armenia dan ke
Barat, memohon bantuan Yunani yang beragama Kristen berpaling Barat untuk
kemerdekaan tanah airnya. Bangsa Kurdi di pegunungan dan Arab di padang pasir
dan lembah-lembah juga bangkit untuk melepaskan diri dari cengkeraman penguasa
Turki Usmani.
Demikianlah keadaan dunia Islam pada abad ke-19 M, sementara Eropa
sudah jauh meninggalkannya. Eropa dipersenjatai dengan ilmu modern dan
penemuan yang membuka rahasia alam. Satu demi satu negeri-negeri Islam yang
sedang rapuh itu jatuh ke tangan Barat. Dalam waktu yang tidak lama, kerajaan-
kerajaan besar Eropa sudah membagi-bagi seluruh dunia Islam. Inggris merebut
India dari Mesir. Rusia menyeberangi Kaukasus dan menguasai Asia Tengah.
Prancis menaklukkan Afrika Utara, dan bangsa-bangsa Eropa lainnya mendapat
pub bagiannya dari warisan Islam itu.
Ketika terjadi Perang Dunia I (1915 M) Turki Usmani berada di pihak yang
kalah. Sampai tahun 1919 M, Turki diserbu tentara Sekutu. Sejak itu kebesaran
Turki Usmani benar-benar tenggelam, bahkan tidak lama kemudian,
kekhalifahannya dihapuskan (1924 M). Semua daerah kekuasaannya yang luas,
baik di Asia maupun Afrika diambil alih oleh negara-negara Eropa yang menang
perang. Perang Dunia itu merupakan babak akhir proses penaklukan Barat terhadap
negeri-negeri Islam. Sejak itu, seakan-akan tidak ada lagi kerajaan Islam yang
betul-betul merdeka.15
Barat ke pusat dunia Islam di Timur Tengah pertama-tama dilakukan oleh
dua bangsa Eropa terkemuka, Inggris dan Prancis, yang memang sedang bersaing.
15
Wari, “EKSPANSI DAN IMPERIALISME BARAT KENEGERI NEGEERI ISLAM HINGGA
JATUHNYA KHALIFAH UTSMANI TURKI,” 63.

13
Inggris terlebih dulu menanamkan pengaruhnya di India. Prancis merasa perlu
memutuskan hubungan komunikasi antara Inggris di Barat dan India di Timur. Oleh
karena itu, pintu gerbang ke India, yaitu Mesir, harus berada di bawah
kekuasaannya. Untuk maksud tersebut, Mesir dapat ditaklukkan Prancis tahun 1798
M.
Alasan lain Prancis menaklukkan Mesir adalah untuk memasarkan hasil-hasil
industrinya. Mesir, di samping mudah dicapai, juga dapat menjadi sentral aktivitas
untuk mendistribusikan barang-barang ke Turki, Syiria, Hijaz, begitu pula ke Timur
Jauh. Di balik itu, Napoleon Bonaparte sendiri, sebagai Panglima Ekspedisi Prancis
memiliki keinginan untuk mengikuti jejak Alexander the Great Macedonia, yang
jauh di masa lalu pernah menguasai Eropa dan Asia sampai ke India. Akan tetapi,
kondisi politik Prancis menghendaki Napoleon meninggalkan Mesir tahun 1799 M.
Di Mesir, Jenderal Kleber menggantikan kedudukan Napoleon. Dalam suatu
pertempuran laut antara Inggris dan Prancis Jenderal Kleber kalah. Jenderal Kleber
dan ekspedisinya meninggalkan Mesir 31 Agustus 1801 dan di Mesir terjadi
kekosongan kekuasaan.
Kekosongan itu dimanfaatkan oleh seorang perwira Turki, Muhammad Ali
(1769-1849 M) yang didukung oleh rakyat berhasil mengambil kekuasaan dan
mendirikan dinastinya. Dimulai oleh Muhammad Ali, Mesir sempat menegakkan
kedaulatan dan melakukan beberapa pembaruan. Tetapi pada tahun 1882 M, negeri
ini ditaklukkan oleh Inggris. Persaingan antara Inggris dan Prancis di Timur Tengah
memang sudah lama dan terus berlangsung. Dengan demikian satu demi satu
wilayah-wilayah Negara Islam jatuh ke tangan imperialisme Barat. Keadaan umat
Islam yang semakin melemah tersebut seakan tiada berdaya menghadapi
imperialisme Barat yang semakin maju dalam berbagai bidang khusus di dalam
bidang ilmu pengetahuan dan teknologi modern.16

16
Amin, Sejarah peradaban islam, 359.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Negeri-negeri yang pertama kali jatuh ke bawah kekuasaan Eropa adalah
negeri-negeri yang jauh dari pusat kekuasaan Kerajaan Usmani. Karena pada
dasarnya meskipun terus mengalami kemunduruan, namun Kerajaan Usmani masih
disegani dan dipandang masih cukup kuat untuk berhadapan dengan kekuatan
militer Eropa. Negeri negeri Islam pertama yang dapat dikuasai Barat juga adalah
negeri-negeri Islam di Asia tenggara dan beberapa negara di benua lain. Sementara
negeri-negeri Islam di Timur Tengah yang berada di bawah kekuasaan Kerajaan
Usmani, baru diduduki Eropa pada masa masa berikutnya.
Kelemahan dan kemunduran dunia Islam dimanfaatkan oleh bangsa-bangsa
Barat untuk bangkit dan bergerak menuju ke arah negara-negara Islam serta
menguasai dan menjajahnya. Motivasi mereka datang ke negara-negara Islam
adalah motivasi ekonomi, politik dan agama.
Islam terus mengalami kemunduran baik dalam segi ekonomi serta juga
dalam buidang politik. Saat itu Islam mulai goyah dan terpuruk, puncaknya ketika
Barat mulai dengan berani menyerang Kerajaan Usmani di Turki. Kelemahan dan
kemunduran inilah yang dimanfaatkan bangsa Barat untuk bangkit dan bergerak
menuju ke arah negara-negara Islam serta menguasai dan menjajahnya. Hal tersebut
dapat terlihat dari cara-cara mereka datang untuk pertama kali ke negara-negara
Islam. Mereka datang dengan dalih untuk berdagang atau mencari rempah rempah
di Timur. Namun dibalik itu semua mereka memiliki niat memperluas wilayah
kekuasaan dan menguasai negeri-negeri yang ada di bawah kekuasaan Islam.

B. Saran
Diharapkan dengan pembahasan mengenai imperialisme Barat terhadap dunia
Islam ini akan memberikan kontribusi pengetahuan atau ilmu bagi para pembaca
untuk dapat menambah wawasan mereka mengenai sejarah peradaban Islam pada
masa imperialisme Barat.

15
DAFTAR PUSTAKA

Amin, Samsul Munir. Sejarah peradaban islam. Jakarta: AMZAH, 2009.


Anang Sholikhudin. “MEREBUT KEMBALI KEJAYAAN ISLAM ANALISIS
INTERNAL DAN EKSTERNAL PENYEBAB KEMUNDURAN ISLAM.” Al-
Murabbi: Jurnal Pendidikan Agama Islam 3, no. 1 (Desember 2017).
Azman. “Nasionalisme di Dunia Islam.” Jurnal Al Daulah 6, no. 2 (Desember 2017).
Badri Yatim. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Rajawali Press, 2001.
———. Sejarah Peradaban Islam : Dirasah Islamiyah II. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2000.
L. Stoddard. Dunia Baru Islam. Jakarta, 1966.
Samsul Munir Amin. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta, t.t.
Syalabi, Ahmad. Sejarah dan kebudayaan islam: imperium turki Usmani. Jakarta:
Kalam Mulia, 1988.
Wari, Nara Purnama. “EKSPANSI DAN IMPERIALISME BARAT KENEGERI
NEGEERI ISLAM HINGGA JATUHNYA KHALIFAH UTSMANI TURKI.”
Falah: Jurnal Hukum Ekonomi Syariah 1, no. 1 (Juli 2020).
Zallum, Abdul Qadim. Malapetaka Runtuhnya Khilafah. Bogor: Al Azhar Press, 2007.

16

Anda mungkin juga menyukai