Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH PERKEMBANGAN STUDI ISLAM DI DUNIA

BARAT TIMUR DAN ISLAM

Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah

Dosen Pengampu :

I
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Perkembagan Studi Islam Di Dunia Barat
Dan Timur" dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata pelajaran (MATKUL). Selain itu,
makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang nilai demokrasi bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih (PENGAMPU), selaku guru Mata pelajaran


(MATKUL). Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu diselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Banjar, 20 Oktober 2023

Reiki Putra Gani

II
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................................I

KATA PENGANTAR..............................................................................................................II

DAFTAR ISI...........................................................................................................................III

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................1

1.3 Tujuan..........................................................................................................................1

1.4 Manfaat........................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................2

2.1 Sejarah perkembangan awal studi islam di dunia barat dan timur……………………...2

2.2 Pengaruh Modernisasi Terhadap Studi Islam...................................................................3

2.3 Konflik Dunia Dalam Memengaruhi Perkembangan Studi Islam....................................3

BAB III PENUTUP..................................................................................................................6

3.1 Kesimpulan..................................................................................................................6

3.2 Saran............................................................................................................................6

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................7

LAMPIRAN..............................................................................................................................8

III
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Semenjak kehadiran Rasulullah, Islam menjadi sebuah agama sekaligus peradaban


baru yang muncul bahkan kemudian mendominasi peradaban di dunia. Kemajuan Islam telah
banyak dikenal dunia sejak zaman Khulafaur Rasyidin hingga kemajuan Islam semakin
berkembang pesat. Saat itu, kemajuan yang ditorehkan Islam tidak hanya di bidang militer.
Islam juga mengalami kemajuan di bidang sains, teknologi, perekonomian, tata negara dan
lain sebagainya. Singkatnya, Islam tidak lagi hanya sebagai agama yang menarik untuk dianut,
melainkan juga sebuah peradaban hebat yang wajib untuk diikuti. Islam merupakan agama
yang memiliki banyak sudut pandang, ada yang menganggapnya berkah ada pula yang
menganggapnya terror.Dalam Islam ada yang menggunakannya sebagai pedoman dalam
kelakuan.lalu ada yang memaksa dalam melaksanakan perintah tuhan-Nya ada yang
mengajak dalam melaksanakan perintahNya. Terkadang orang menganggapnya identik
dengan kerasnya kondisi Timur Tengah terkadang orang menganggapnya identik dengan
lembutnya kondisi di Nusantara.

Sampai saat ini umat Islam masih terus mengalami perkembangan, di hampir
seluruh belahan dunia, termasuk di Eropa yang letaknya tidak dekat dari tempat dimana
Islam pertama kali muncul dan berkembang, ada kelompok -kelompok muslim yang tinggal
dan menetap di daerah tersebut. Islam mulai masuk ke Eropa sudah dimulai dari berabad-
abad yang lalu. Semua itu di awali oleh penaklukan negara Andalusia pada tahun 756 M –
1492 M di Semenanjung Iiberia. Kemudian berlanjut melalui Sisilia serta penaklukan wilayah
Balkan yang dilakukan oleh kekhalifahan Utsmaniyyah.Kehadiran dan perkembangan Islam di
Eropa kemudian berlanjut dari imigrasi besar-besaran umat Islam yang berada di
negaranegara Islam menuju Eropa setelah selesai perang dunia kedua. Dengan terbukanya
Eropa untuk tenaga kerja asing memberikan kesempatan pada tenaga kerja yang datang dari
negara-negara yang mayoritas Muslim.Pada saat itulah Kehadiran Muslim ke Eropa dimulai.
Melalui imigrasi Muslim tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua arus kedatangan dalam
melihat kehadiran mereka. Pertama, Banyak imigran Muslim yang direkrut sebagai tenaga
kerja melalui kebijakan pekerja tamu atau guestworker scheme yang diterapkan oleh negara-
negara Eropa Barat, khususnya negara Jerman sebagai pelopor dari kebijakan tersebut.
Sebagian besar imigran Muslim berasal dari negara-negara mediterania seperti Turki,
Maroko, dan negara Afrika Utara lainnya.Kedua, sejak tahun 1950an, Inggris, Prancis dan
Belanda mengalami migrasi pasca-kolonial (post-colonial migration) dimana banyak
pendatang ke Eropa dari bekas wilayah jajahan.Imigran dari India, Pakistan, Bangladesh, dan
Karibia datang ke Inggris.Prancis yang kedatang imigran dari Aljazair, Tunisia, dan wilayah
bekas jajahan lainnya.

Mayoritas orang berpandangan bahwa Eropa merupakan gudang nonmuslim dan


selalu menunjukan sikap tidak suka akan pergerakan pertumbuhan umat Islam secara umum
karena mempunyai catatan sejarah hitam dengan kaum muslimin atau setelah terjadinya
perang salib antara komunitas agamawan Kristen dengan umat islam. Dalam

1
perkembangannya, Islam menjadi sumber ilmu bagi orang Eropa.Karena itu, kehadiran Islam
di Spanyol banyak menarik perhatian para sejarawan.Perkembangan Islam di Eropa berasal
dari pekerja imigran.Meningkatnya angka imigran Muslim di Eropa, pada mulanya disambut
baik oleh pemerintah Negara-negara di Eropa karena mereka termasuk sumber tenaga kerja
yang murah.Namun secara perlahan para imigran mulai memunculkan jati diri mereka dan
identitas keIslamannya, diantaranya ialah dengan membangun masjid serta pusat-pusat
keIslaman, dan secara aktif menyampaikan ajaran Islam kepada masyarakat luas di Eropa.Dan
pada saat itulah pemerintah mulai merasa terancam bahaya.Ditambah lagi dengan dakwah
serta pengenalan Islam di Eropa semakin luas sehingga semakin banyak masyarakat Eropa
yang memeluk agama Islam.Permasalahan yang terjadi dalam perkembangan Islam di eropa
menimbulkan kelompok-kelompok gerakan anti Islam di belahan Negara Eropa, salah satunya
yakni gerakan Islam pegida.Pegida merupakan gerakan politik yang berbasis di Dresden
Jerman.Sejak Oktober 2014,

Pegida menggalang aksi demonstrasi terhadap pemerintahan Jerman, melawan


Islamisasi Eropa.Aksi demonstrasi semula digalang melalui media sosial, oleh seorang yang
bernama Lutz Bachmann.Setiap hari Senin, Pegida melakukan aksi demonstrasi
mingguan.Kelompok yang berawal dari group facebook ini telah menarik perhatian
publik.Pada Oktober 2014, aksi demonstrasi diikuti oleh 350 orang, dan awal Januari 2015,
aksi demonstrasi sudah diikuti oleh 18 ribu. Torehan tinta emas peradaban Islam yang cukup
lama mendominasi dunia tersebut tentunya menjadikan Islam sebagai sebuah fenomena
yang layak untuk dikaji di sepanjang zaman terutama oleh orang-orang di luar Islam.Orang-
orang Barat khususnya.Mereka meneliti, melakukan kajian, hingga menjadikan Islam sebagai
sebuah objek kajian di dunia pendidikan mereka.Apalagi didukung dengan keunggulan
metodologis yang mereka miliki.Hasilnya, hingga kini, ratusan bahkan ribuan pakar Islamic
Studies terlahir dari beberapa Universitas baik di Amerika maupun di Eropa.Dengan latar
belakang inilah, penulis ingin mengkaji secara mendalam berkaitan dengan studi Islam di
dunia Barat khususnya didunia akademik.Semoga dapat memberikan manfaat secara
menyeluruh

Islam menjadi obyek kajian yang ramai dibicarakan di berbagai penjuru dunia. Jelas
saja jika di negara Islam, terdapat kajian Islam secara mendalam di semua lembaga
pendidikan. Namun ternyata, studi Islam juga ramai diselenggarakan oleh negara-negara non
muslim. Studi Islam di negara-negara non Islam diselenggarakan antara lain oleh India,
Amerika, London dan Kanada. Kajian Islam yang diselenggarakan pun berbeda-beda. Ada
yang mengkaji Islam sebagai doktrin. Ada pula yang mengkaji kebahasaan dan kebudayaan
Islam. Dan banyak yang mengkaji Islam dari sisi sejarah dan sosiologi.17 Jika ditinjau dari
aspek sejarah, Jamali Sahrodi mengelompokkan studi Islam yang dilakukan oleh dunia barat
dalam tiga tahapan. Yaitu tahap teologis, tahap politis dan tahap saintifik.

1. Tahap Teologis Tidak dapat dipungkiri bahwa agama Islam merupakan agama yang
yang sangat cepat perkembangannya pada masa awal Islam. Inilah yang kemudian
menimbulkan reaksi dari kalangan pemeluk agama lain, termasuk Kristen, sebagai agama
yang ada lebih dahulu. Adalah seorang teolog Kristen bernama St. John asal Damaskus pada
masa dinasti Umayyah yang mengemban amanat untuk mempelajari Islam baik dari sisi
Alquran sebagai sumber utama Islam maupun sumber-sumber lain. Usahanya didukung
dengan kemampuannya berbahasa arab dan bahasa Yunani serta keluasan penguasa Islam
pada masa itu yang memberi ruang terbuka bagi perdebatan teologis.

2
Hasilnya, St. John menganggap Islam sebagai ‘agama yang mengandung seribu satu
ajaran murtad.’19 Karakteristik studi Islam yang diwakili oleh St. John nampak masih tetap
kuat hingga beberapa abad kemudian.

2. Tahap Politik Tahap politik dimulai pada abad ke-12 ketika usaha studi Islam
dilakukan lebih serius dengan tujuan misionaris. Tujuannya ialah, menghadapi peradaban
Islam dengan cara penerjemahan Alquran dan teks-teks Muslim lainnya. Disebabkan oleh
kuatnya pengaruh studi Islam pada masa awal, tahapan ini juga masih diwarnai dengan unsur
teologis berupa mempertahankan keyakinan Kristen. Di antara tokoh-tokohnya adalah Peter
the Venerable (1094-1156). Ia menerjemahkan teks-teks Alquran, hadis, sirah Nabi dan
manuskrip-manuskrip lain.

Termasuk tokoh dalam tahap ini ialah St. Thomas Aquinas yang menganggap Islam
sebagai ajaran kafir. Pada tahapan ini, Islam dikaji lebih serius. Tidak hanya hal-hal yang
bersifat teologis, pada tahapan ini juga banyak dikaji karya-karya sains Islam yang ditelurkan
oleh ilmuwan-ilmuwan Muslim. Di antara karya-karya ilmuwan Islam yang banyak dikaji
dunia Barat saat itu antara lain karya Ibnu Sina Al Qanun fi At-Tibb misalnya, menjadi rujukan
paling penting ilmu kedokteran di Eropa selama lebih dari tiga abad. Begitu juga buku
penting Ibn Rusyd, Fasl Al Maqal, menjadi rujukan kaum tercerahkan di Eropa, untuk
menghadapi dominasi gereja.

Bahkan Ibnu Rusyd diakui sebagai komentator pemikiran Aristoteles yang paling
menyeluruh melalui karya beliau Tahafut al-Tahafut. Kemudian pada abad ke-16, studi Islam
diwarnai oleh situasi politik yang sangat kompleks yaitu ketika terjadi gerakan Reformasi
Eropa. Di antaranya pertentangan antara Kristen Katholik dan Protestan. Studi terhadap
Islam saat itu dijadikan sebagai perantara dan argumen untuk saling menyalahkan di antara
mereka sendiri. Sebagai contoh seorang tokoh Protestan bernama Mathew Sutcliff
menggunakan Islam sebagai titik perbandingan untuk menyerang Katholik. Sebaliknya
Humphrey Prideaux, seorang sarjana bahasa Arab di Inggris membela ajaran Katholik dengan
jalan memperbandingkannya dengan Islam.

3. Tahap Saintifik Studi Islam tahap saintifik dimulai pada abad ke-19, yaitu ketika
sikap kalangan Kristen dalam studi Islam mulai dihubung-hubungkan dengan kesesuaian
agama Islam terhadap fenomena sosial yang terjadi di masyarakat.22 Ketika itu, kekuasaan
Islam mengalami penurunan drastis. Hampir seluruh kekuasaan Bani Utsmaniyyah berada
dalam kontrol kolonialisme bangsa-bangsa Barat.23 Studi Islam pada masa itu diwujudkan
dalam bentuk kajian masalah-masalah ketimuran (oriental studies).

Pada awal-awal abad ke-20, mulai dimunculkan kajian keIslaman baru yaitu berupa
kajian kawasan (area studies) khususnya kawasan Timur Tengah. Kajian keislaman pada masa
ini tidak lagi dominan mengangkat tentang tema kontroversi teologis yang terlalu berlebihan.
Yang paling penting bagi Barat ialah, kajian keislaman harus dapat memberi arti penting bagi
kepentingan politik Barat atas bangsa-bangsa Islam. Contoh nyata adalah yang telah
dilakukan oleh salah seorang orientalis bernama Snouck Hurgronje yang memperhatikan
kasus Islam di Indonesia.24 Snouck menggabungkan studi bahasa Arab dan Islam dengan
tekanan khusus kepada hukum islam di satu pihak dengan perhatiannya kepada Islam
kontemporer di Indonesia, atau dalam arti luas, linguistik dan antropologi Hindia Belanda
dan bahkan politik kolonialisme. Snouck melakukan observasi langsung tentang Islam dengan

3
mengelilingi pulau jawa. Hasilnya, Snouck menyatakan bahwa Islam di Indonesia adalah
sebagaimana Hindia Belanda sebagai Imperium Kolonial yang harus dipelajari dan digarao
sungguh-sungguh. Snouck juga melatih generasi setelahnya yang terdiri dari para mahasiswa
untuk melanjutkan studi keislamannya kelak jika ia wafat.25 Dan pada era modern seperti
sekarang ini, kita mendapati dunia akademi barat lebih terbuka pada cabang-cabang
keilmuan yang lain. Tidak hanya filsafat dan sains, tetapi juga cabang-cabang ilmu keislaman,
seperti Alquran, hadis, fiqh, dan sejarah islam. Hal ini merupakan a respons dari semakin
meningkatnya kajian arkeologis, antropologis, historis, dan sosiologis di Eropa.

Dalam hal ini, A. Qodri Azizy mengamati bahwa para sarjana Barat yang melakukan
kajian Islam semata-mata dengan pertimbangan akademik, mereka menempatkan Islam
murni sebagai obyek studi. Sama seperti halnya mereka mengkaji agama lain. Islam oleh para
sarjana Barat yang termasuk golongan tersebut memandang Islam tidak hanya sebagai
agama dengan pengertian sempit, namun juga meliputi peradabannya. A. Qodri Azizy juga
menambahkan bahwa kajian Islam di Barat lebih cenderung pada analisis realitas baik yang
berkaitan dengan keilmuan maupun berkaitan dengan masyarakat pemeluk Islam.

rupa. Tidak mengherankan kalau mereka begitu bebasnya menilai, mengkritik


bahkan melucuti ajaran-ajaran dasar Islam yang bagi kaum muslim tabu unuk
dipermasalahkan. Kondisi studi Islam di dunia akademik Barat dapat diketahui dengan
banyaknya bermunculan pusat-pusat kajian keislaman di Eropa dan Amerikan Serikat. Berikut
ini uraian singkat mengenai beberapa pusat kajian keagamaan yang telah diupayakan oleh
berbagai kalangan sarjana Barat yang berkonsentrasi pada kajian keislaman:

1. Pusat Kajian Keislaman di Kanada Kajian islam di kanada pertama kali dilakukan di
McGill Univrsity dengan tokoh utamanya Wilfred Cantwel Smith. Gagasan utama dibukanya
kajian ini adalah banyaknya konflik yang ditimbulkan oleh isu agama. Hal ini menggugah
Smith untuk membuka pusat kajian agar para sarjana barat tahu secara benar tentang islam
dan sekaligus untuk mengurangi adanya kesalahpahaman di antara mereka. Kemudian pusat
kajian ini berkembang menjadi sebuah departemen yang menjadi bagian dari McGill
University. Demi meningkatkan kualitas kajian Islam, departemen ini mengundang para pakar
dari berbagai universitas di negara-negara Islam. Dari Indonesia, yang pernah menjadi tenaga
pengajar di departemen ini adalah Prof. Dr. Nur Cholis Madjid (alm) dan Prof. A. Syafi’i
Ma’arif.27 Di Kanada, studi Islam bertujuan: pertama, menekuni kajian budaya dan
peradaban islam dari zaman Nabi Muhammad SAW, hingga masa kontemporer. Kedua,
memahami ajaran islam dan masyarakat muslim di seluruh dunia. Ketiga, mempelajari
beberapa bahasa muslim. Salah satu alumni Universitas ini yang kini eksis sebagai akademisi
di Indonesia adalah Dr. Affandi Mochtar, MA.

2. Kajian Islam di Amerika Di Amerika, studi-studi Islam pada umumnya memang


menekankan pada studi sejarah Islam, bahasa-bahasa Islam selain bahasa arab, sastra dan
ilmu-ilmu sosial,berada dipusat studi Timur Tengah atau Timur dekat.28 Kajian Islam telah
lama menjadi sebuah kebutuhan di lembaga-lembaga perguruan tinggi di Amerika Serikat.
Salah satu penggagas kajian Islam di Amerika Serikat ialah Prof. Mahmud Ayyub. Beliau
menggagas kajian Islam di Temple University. Salah seorang mahasiswa Indonesia yang
pernah beliau rekomendasikan untuk belajar di universitas ini ialah Alwi Shihab. Alwi Shihab
seusai pendidikannya di sana, sempat menjadi anggota peneliti Harvort Seminary dalam
beberapa tahun.29 Selain di Temple University, studi Islam juga banyak ditemukan di

4
lembagalembaga lain. Di UCLA (University of California Los Angles) studi Islam dibagi kepada
komponen-komponen. Pertama, mengenai doktrin agama Islam, termasuk sejarah pemikiran
Islam. Kedua, bahasa arab termasuk teks-teks klasik mengenai sejarah, hukum dan lain-lain.
Ketiga, bahasa-bahasa non arab yang muslaim, sperti Turki, Urdu, Persia, dan sebagainya.
Sebagai bahasa yang dianggap telah ikut melahirkan kebudayaan Islam. Kempat, ilmu-ilmu
sosial, sejarah, bahasa arab, sosiologi dan semacamnya.

3. Kajian Islam di Belanda Islam, dan khususnya bahasa Arab, telah menjadi obyek
studi di universitasuniversitas Belanda. Universitas Leiden, karena di kemudian hari
Universitas ini menjadi pusat studi tentang Islam di Indonesia. Lebih dari itu, perpustakaan
Leiden dan koleksi manuskrip masih terus berlangsung yang sangat penting untuk studi
tentang sejarah dan ciri-ciri khusus Islam Indonesia hingga dewasa ini. Namun demikian,
studi bahasa Arab di Leiden bukanlah merupakan masalah “murni akademis”. Selanjutnya ia
menambahkan tiga motif untuk mempelajari bahasa Arab, yaitu (1) untuk penyiaran agama
Kristen di daerah-daerah Islam, (2) untuk mempelajari ilmu kedokteran, dan (3) sebagai
pembantu untuk studi linguistik, khususnya bahasa Ibrani.30 Universitas Leiden bekerja sama
dengan Departemen Agama RI telah banyak menghasilkan penelitian –penelitian tentang
keislaman di Nusantara.31

4. Kajian Islam di Jerman Di Jerman, hingga hari ini, kajian-kajian tentang....


merupakan inti dari studi Islam yang dipelajari. Dan di dunia akademik, lebih dikenal dengan
‘Seminar Orientalis’. Sebagaimana studi ketimuran pada umumnya, studi Islam berdiri
terlepas dari kungkungan teologi serta tidak terpengaruh oleh polemik dan apologi. Studi
Islam di Universitas Jerman berada di bawah fakultas Seni atau di bawah sub bagiaannya
(jurusanjurusan) misalnya, studi budaya sebagaimana yang ada di Swedia dan Belanda. Di
antara tokoh-tokoh studi Islam di Jerman adalah Theodor Noldeke, Julius Wellhausen dan
Ignaz Goldziher yang masing-masing dikenal karena penelitian mereka tentang Alquran, awal
sejarah Islam dan perkembangan internal agama dan budaya Islam.32

5. Kajian Islam di London Di London, studi Islam digabungkan dalam school of oriental and
african studies, fakultas mengenai studi ketimuran dan afrika, yang memiliki berbagai jurusan bahasa
dan kebudayaan asia dan afrika. Salah satu progrm studi didalamnya adalah program MA tentang
masyarakat dan budaya Islam yang dapat dilanjutkan kejenjeng doktor.33 6. Kajian Islam di Chicago
University Maraknya kajian Islam di perguruan tinggi di Amerika Serikat merupakan faktor pendorong
bagi Chicago University untuk membuka pusat kajian Islam. Salah satu tokoh cendekiawan Muslim
yang sangat dikenal di universitas ini ialah Fazlur rahman, guru besar asal Pakistan. Banyak
mahasiswa Indonesia yang mengenyam pendidikan di universitas ini.

5
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah perkembangan awal studi islam di dunia barat dan timur
2. Apa pengaruh modernisasi studi islam di dunia barat dan timur?
3. Bagaimana konflik dunia barat dan timur dalam memengaruhi perkembangan studi
Islam?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui bagaimana sejarah mula perkembangan awal studi


2. Untuk mengetahui ciri-ciri dalam pengaruh modernisasi
3. Untuk mengetahui konflik internal sehingga memengaruhi perkembangan studi

1.4 Manfaat

1. Supaya dapat memahami makna studi islam lebih dalam.


2. Supaya mengetahui bagaimana ciri-ciri pengaruh perkembangan.
3. Supaya dapat mengetahui perwujudan suatu ilmu dalam studi islam.

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah perkembangan awal studi islam

Agama sebagai sistem kepercayaan dalam kehidupan manusia dapat


dilihat dari berbagai sudut pandang, sebagai agama yang telah mengalami
perkembangan sejak abad ke- 14 yang masih memiliki permasalahan yang
masih perlu untuk di kaji yang berkaitan dengan ajaran dan kegiatan
politik,ekonomi, social, dan budaya. Sudut padang yang dimaksud yaitu kajian
tentang sejarah islam. Apabila sejarah dijadikan sesuatu pendekatan untuk
mempelajari agama maka sudut pandang yang digunakan dapat mengarah
pada kejadian yang terjadi di masa lampau. Penelitian berkaitan dengan
dimensi waktu, bahkan pendekatan sejarah bukan hanya melihat dari
partumbuhan, pengembangan dan jatuhnya akan tetapi melihat dari gejala –
gejala stuktural yang menyebabkan peristiwa tersebut terjadi. Sejarah berasal
dari bahasa Arab Syajarotun yang berarti pohon. Kata ini berkembang
kemudian menjadi akar, keturunan, asalusul, riwayat, dan silsilah.
Dalam bahasa inggris berarti history, yang berasal dari bahasa yunani
yang berarti ilmu. Menurut pengertian diatas bahwa sejarah adalah peristiwa-
peristiwa atau kejadian-kejadian yang terjadi pada masa lampau, baik social,
pendidikan, dan sesuatu yang bener terjadi. Dalam hal ini menyatakan bahwa
pendekatan sejarah dapat diartikan sebagai sebuah sudut pandang objek kajian
yang akan diteliti secara ilmiah berdasarkan sejarah. Sejarah islam adalah
suatu peristiwa yang terjadi di masa lalu yang berkaitan dengan agama islam.
Pendekatan sejarah study islam dapat diartikan sebuah sudut pandang objek
kajian yang akan diteliti secara ilmiah dengan berdasarkan sejarah. Sejarah
yang diangkat kepermukaan adalah sejarah terkait dengan kajian islam yang
menjadi objeknya.
A) Sejarah Pra-Islam
Al–Qur’an menggambarkan bahwa situasi kehidupan bangsa
arab sebelum islam banyak ungkapan negative. Adanya berbagai

2
perilaku penyimpangan yang terdapat pada masyarakat arab sebelum
islam. Dalam bidang akidah, mereka mudah jatuh kedalam
persekutuan Tuhan atau Musyrik dengan mempercayai benda –
benda selain tuhan. Dalam bidang ibadah, mereka telah memuja atau
menyembah berhala yang mereka bikin sendiri. Mereka telah keliru
dan tersesat dalam menggunakan akal sehatnya. Dalam bidang
akhlak, mereka telah menerapkan pola hidup bebas tanpa batas
dalam memperturutkan hawa nafsu syahwat dan nafsu materi. Dalam
bidang ekonomi, mereka menerapkan pola ekonomi liberal,
monopoli, kapitalisme, dan mengahalalkan segala cara. Dan dalam
bidang social masyarakat arab sebelum islam terbagi atas dua kasta.
Ada kelompok majikan dan kelompok buruh. Sistem social yang
didasarkan pada garis keturunan, harta benda, dan jenis kelamin.
B) Periode Pengambangan
Pengembangan ajaran Islam sulit dilakukan di Makkah, maka
Nabi, atas perintah Allah, berangkat ke Madinah dan di sanalah ia
melakukan pengembangan ajaran mulia ini yang meliputi berbagai
aspek. Pembentukan dan pentingnya pengembangan pendidikan
dapat dilihat dalam surat At-Taubah ayat 122 : Artinya: Tidak
sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang).
Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka
beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang
agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila
mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga
dirinya. Pada sisi lain dapat dilihat pula corak perbedaan pendidikan
dan materinya yang didapati di Makkah dengan materi pendidikan
yang berlangsung di Madinah. Perbedaan ini diuraikan sebagai
berikut:
1) Pelaksnaan Pendidikan Di Mekkah
Allah Maha Bijaksana, sebagai calon panutan umat
manusia, Muhammad ibn Abdullah sejak “awal sekali” telah
disiapkan Allah, dengan menjaganya dari sikap-sikap jahiliah.

3
Dengan akhlaknya yang terpuji, syarat dengan nilai-nilai
humanisme dan spiritualisme di tengahtengah umat yang
hampir saja tidak berperikemanusiaan, Muhammad ibn
Abdullah, masih sempat mendapat gelar penghargaan tertinggi,
yaitu Al-Amiin. Ibn Abdullah, seseorang yang teguh
mempertahankan tradisi Nabi Ibrahim, tabah dalam mencari
kebenaran hakiki, menjatuhkan diri dari keramaian dan sikap
hedoisme dengan berkontemplasi (bertahannust) di gua hira.
Pada tanggal 17 Ramadhan turunlah wahyu Allah yang
pertama, surat Al-Alaq ayat 1-5 sebagai fase pendidikan Islam
Makkah
Muhammad adalah orang yang sudah mendapat
pembentukan kepribadiannya dari Allah sejak ia belum menjadi
Rasul. Walaupun ia hidup di tengah-tengah penyembahan
berhala, tapi ia sendiri dan sebahagian orang lain juga, tidak
pernah menyembah berhala, ia tidak minum arak, tidak berjudi
dan perbuatan keji lainnya. Ia sangat terkenal sebagai orang
yang jujur, terpercaya, berkata benar, santun dan lemah lembut.
Ia terkenal sangat adil dalam mengambil keputusan dan bijak
dalam menyelesaikan peristiwa-peristiwa yang terjadi di
tengah-tengah kaumnya. Ketika Muhammad dewasa ia mulai
bertahannuts (merenung) baik di rumahnya ataupun ia pergi ke
gua Hira’ pada bulan-bulan tertentu seperti di bulan Ramadhan.
Tradisi ini memang merupakan tradisi dari sisa-sisa agama
Ibrahim. Merenung, berfikir di tempat yang sunyi sambil
berdoa dengan mengharapkan agar dilimpahkan sesuatu oleh
Allah kepadanya.
C) Perkembangan Studi Islam Di Barat
Studi Islam atau dengan istilah barat dinamakan Islamic Studies
sekarang sedang marak dijadikan sebuah program studi oleh
berbagai institusi baik di negara yang mayoritas penduduknya
Islam, maupun yang tidak. Banyak lembaga-lembaga pendidikan

4
tinggi baik yang memiliki embel-embel nama Islam maupun tidak,
yang menawarkan jurusan Islamic Studies untuk para mahasiswa
maupun sarjana. Munculnya fenomena Islam sebagai obyek
keilmuan nampaknya perlu difahami terlebih dahulu agar tidak
menimbulkan kerancuan dalam memaknai studi Islam.Studi Islam
sebenarnya berasal dari dua kata, yakni Studi dan Islam.Secara
etimologi, studi berarti penelitian ilmiah, kajian, telaah dan
riset.Sedangkan Islam berasal dari kata salima yang berarti selamat
sentosa, yang kemudian dikembangkan menjadi aslama yang berarti
berserah diri masuk dalam kedamaian.
1 Jika didefinisikan secara terminologi, Studi Islam berarti
usaha sadar dan sistematis untuk mengetahui dan memahami serta
membahas secara mendalam tentang seluk beluk atau hal-hal yang
berhubungan dengan agama Islam.Baik berupa ajaran, sejarah,
maupun praktik-praktik pelaksanaannya secara nyata dalam
kehidupan sehari-hari, sepanjang sejarahnya.
2 Jika melihat sifat dan karakteristik dari dua kata di atas, yakni
studi dan Islam, maka akan ditemukan sebuah kontradiksi yang
cukup tajam. Kata studi berkaitan dengan ilmu pengetahuan yang
mempunyai sifat dan karakter kritis, analistis, empiris dan
historis.Sedangkan sifat dan karakteristik agama lebih cenderung
menuju pada sikap pemihakan, idealitas, bahkan seringkali diwarnai
pembelaan yang bercorak apologis.
Oleh karena itu, Amin Abdullah memiliki pandangan menarik tentang
studi Islam bahwasanya ketika Islam dilihat dari segi normatif, maka Islam
kurang pas dikatakan sebagai sebuah disiplin Ilmu.Sedangkan ketika Islam
dilihat dari segi historis yakni dalam artian Islam dipraktikkan oleh manusia
serta tumbuh dan berkembang dalam sejarah kehidupan manusia, maka Islam
dapat dikatakan sebagai sebuah disiplin Ilmu. Salah satu sebab pentingnya
diadakan studi Islam ialah berangkat dari permasalahan ketika fungsi agama
Islam semakin lama semakin

5
Islam menjadi obyek kajian yang ramai dibicarakan di berbagai penjuru
dunia.Jelas saja jika di negara Islam, terdapat kajian Islam secara mendalam di semua
lembaga pendidikan. Namun ternyata, studi Islam juga ramai diselenggarakan oleh
negara-negara non muslim. Studi Islam di negara-negara non Islam diselenggarakan
antara lain oleh India, Amerika, London dan Kanada. Kajian Islam yang
diselenggarakan pun berbeda-beda.Ada yang mengkaji Islam sebagai doktrin.Ada
pula yang mengkaji kebahasaan dan kebudayaan Islam.Dan banyak yang mengkaji
Islam dari sisi sejarah dan sosiologi.10Jika ditinjau dari aspek sejarah, Jamali Sahrodi
mengelompokkan studi Islam yang dilakukan oleh dunia barat dalam tiga
tahapan.Yaitu tahap teologis, tahap politis dan tahap saintifik.11 Berikut penjelasan
detailnya:
a. Tahap Teologis Tidak dapat dipungkiri bahwa agama Islam merupakan
agama yang yang sangat cepat perkembangannya pada masa awal Islam. Inilah yang
kemudian menimbulkan reaksi dari kalangan pemeluk agama lain, termasuk Kristen,
sebagai agama yang ada lebih dahulu. Adalah seorang teolog Kristen bernama St.
John asal Damaskus pada masa dinasti Umayyah yang mengemban amanat untuk
mempelajari Islam baik dari sisi Alquran sebagai sumber utama Islam maupun
sumber-sumber lain. Usahanya didukung dengan kemampuannya berbahasa arab dan
bahasa Yunani serta keluasan penguasa Islam pada masa itu yang memberi ruang
terbuka bagi perdebatan teologis. Hasilnya, St. John menganggap Islam sebagai
‘agama yang mengandung seribu satu ajaran murtad
b. Tahap Politik Tahap politik dimulai pada abad ke-12 ketika usaha studi
Islam dilakukan lebih serius dengan tujuan misionaris. Tujuannya ialah,
menghadapi peradaban Islam dengan cara penerjemahan Alquran dan teks-teks
Muslim lainnya. Disebabkan oleh kuatnya pengaruh studi Islam pada masa
awal, tahapan ini juga masih diwarnai dengan unsur teologis berupa
mempertahankan keyakinan Kristen. Di antara tokoh-tokohnya adalah Peter
the Venerable (1094-1156). Ia menerjemahkan teksteks Alquran, hadis, sirah
Nabi dan manuskrip-manuskrip lain. Termasuk tokoh dalam tahap ini ialah St.
Thomas Aquinas yang menganggap Islam sebagai ajaran kafir. Pada tahapan
ini, Islam dikaji lebih serius. Tidak hanya hal-hal yang bersifat teologis, pada

6
tahapan ini juga banyak dikaji karya-karya sains Islam yang ditelurkan oleh
ilmuwan-ilmuwan Muslim. Di antara karya-karya ilmuwan Islam yang banyak
dikaji dunia Barat saat itu antara lain karya Ibnu Sina Al Qanun fi At-Tibb ,
menjadi rujukan paling penting ilmu kedokteran di Eropa selama lebih dari
tiga abad. Begitu juga buku penting Ibn Rusyd, Fasl Al Maqal, menjadi
rujukan kaum tercerahkan di Eropa, untuk menghadapi dominasi gereja.
Bahkan Ibnu Rusyd diakui sebagai komentator pemikiran Aristoteles yang
paling menyeluruh melalui karya beliau Tahafut al-Tahafut. Kemudian pada
abad ke-16, studi Islam diwarnai oleh situasi politik yang sangat kompleks
yaitu ketika terjadi gerakan Reformasi Eropa. Di antaranya pertentangan
antara Kristen Katholik dan Protestan.
Studi terhadap Islam saat itu dijadikan sebagai perantara dan argumen untuk
saling menyalahkan di antara mereka sendiri. Sebagai contoh seorang tokoh Protestan
bernama Mathew Sutcliff menggunakan Islam sebagai titik perbandingan untuk
menyerang Katholik. Sebaliknya Humphrey Prideaux, seorang sarjana bahasa Arab di
Inggris membela ajaran Katholik dengan jalan memperbandingkannya dengan Islam.
Dan pada abad ke-18, studi Islam di Barat diwarnai dengan upaya berbentuk polemik
teologis sebagai reaksi Kristen terhadap pesatnya perkembangan agama Islam ketika
itu Tahap Saintifik Studi Islam tahap saintifik dimulai pada abad ke19, yaitu ketika
sikap kalangan Kristen dalam studi Islam mulai dihubung-hubungkan dengan
kesesuaian agama Islam terhadap fenomena sosial yang terjadi di masyarakat.
Ketika itu, kekuasaan Islam mengalami penurunan drastis. Hampir seluruh
kekuasaan Bani Utsmaniyyah berada dalam kontrol kolonialisme bangsabangsa Barat.
Studi Islam pada masa itu diwujudkan dalam bentuk kajian masalah-masalah
ketimuran (oriental studies). Pada awal-awal abad ke-20, mulai dimunculkan kajian
keIslaman baru yaitu berupa kajian kawasan (area studies) khususnya kawasan Timur
Tengah. Kajian keislaman pada masa ini tidak lagi dominan mengangkat tentang tema
kontroversi teologis yang terlalu berlebihan. Yang paling penting bagi Barat ialah,
kajian keislaman harus dapat memberi arti penting bagi kepentingan politik Barat atas
bangsa-bangsa Islam. Contoh nyata adalah yang telah dilakukan oleh salah seorang
orientalis bernama Snouck Hurgronje yang memperhatikan kasus Islam di Indonesia.

7
Snouck menggabungkan studi bahasa Arab dan Islam dengan tekanan khusus
kepada hukum islam di satu pihak dengan perhatiannya kepada Islam kontemporer di
Indonesia, atau dalam arti luas, linguistik dan antropologi Hindia Belanda dan bahkan
politik kolonialisme. Snouck melakukan observasi langsung tentang Islam dengan
mengelilingi pulau jawa. Hasilnya, Snouck menyatakan bahwa Islam di Indonesia
adalah sebagaimana Hindia Belanda sebagai Imperium Kolonial yang harus dipelajari
dan digarap sungguh-sungguh. Snouck juga melatih generasi setelahnya yang terdiri
dari para mahasiswa untuk melanjutkan studi keislamannya kelak jika ia wafat.
Pada era modern seperti sekarang ini, kita mendapati dunia akademi barat
lebih terbuka pada cabang-cabang keilmuan yang lain. Tidak hanya filsafat dan sains,
tetapi juga cabang-cabang ilmu keislaman, seperti Alquran, hadis, fiqh, dan sejarah
islam. Hal ini merupakan a respons dari semakin meningkatnya kajian arkeologis,
antropologis, historis, dan sosiologis di Eropa. Dalam hal ini, A. Qodri Azizy
mengamati bahwa para sarjana Barat yang melakukan kajian Islam sematamata
dengan pertimbangan akademik, mereka menempatkan Islam murni sebagai obyek
studi. Sama seperti halnya mereka mengkaji agama lain. Islam oleh para sarjana Barat
yang termasuk golongan tersebut memandang Islam tidak hanya sebagai agama
dengan pengertian sempit, namun juga meliputi peradabannya. A. Qodri Azizy juga
menambahkan bahwa kajian Islam di Barat lebih cenderung pada analisis realitas baik
yang berkaitan dengan keilmuan maupun berkaitan dengan masyarakat pemeluk Islam
D) Perkembangan Studi Islam Di Timur
Perkembangan studi Islam di Timur ditandai dengan beberapa
kemajuan oleh kaum muslim dalam dunia pendidikan. Yaitu dengan
ditandai adanya beberapa universitas atau perguruan tinggi yang
muncul. Selain itu perkembangan ilmu Islam yang cukup pesat pada
saat itu menandai telah berpengaruhnya perkembangan studi Islam
yang ada di Timur. Hal-hal tersebut dapat kita ketahui dari beberapa
hal sebagai berikut.
Pertama, di Teheran, Iran mempunyai beberapa universitas
yang di dalamnya menyimpan naskah kuno yang dicatat dalam
bahasa Persia oleh para tokoh pemikir klasiknya. Studinya
dilakukan dalam sebuah fakultas yang mereka sebut dengan

8
Kulliyat ilahiyat (fakultas Agama). Di Teheran juga terdapat
universitas yang menarik yaitu universitas Islam Sadiq yang
didalamnya membahas atau mempelajari Ilmu umum dan Islam
sekaligus.
Kedua, di India dalam universitas Aligarch, studi Islam mereka
bagi dua. Yaitu Islam sebagai doktrin dikaji dalam sebuah Fakultas
Ushuluddin yang mempunyai dua jurusan pula yaitu jurusan
Madzhab Ahli Sunnah dan Syi’ah. Selanjutnya Islam sebagai
sejarah dikaji dalam Fakultas Humaniora dalam sebuah jurusan
Islamic Studies Yang berdiri sejajar dengan jurusan politik, sejarah
dan lainnya.
Ketiga, Nizhamiyah di Baghdad, perguruan tinggi yang berdiri
tahun 445 Hijriah ini memiliki perpustakaan yang sangat bagus dan
terpandang kaya akan ilmu pengetahuannya. Yakni, Bait Al-
Hikmah yang di bangun oleh seorang khalifah ternama juga pada
saat itu yaitu Al-Makmun. Pada saat itu banyak sekali tokoh Islam
yang mengajar disana yaitu salah satunya seperti Imam Al-Ghazali.
Tetapi sangat disayangkan kemajuan yang dialami oleh umat Islam
di Baghdad ini tidak mencapai waktu yang lama. Hanya sekitar dua
abad saja karena pada tahun 1258 M terjadi penyerbuan dari bangsa
Mongol yang menyebabkan Baghdad sebagai pusat ilmu
pengetahuan saat itu harus hancur lebur bagaikan ditelan oleh bumi.
Keempat, Cordova merupakan suatu wilayah yang berada di
semenanjung Liberia yang tadinya sudah berabad-abad dinilai
sebagai daerah yang miskin dapat diubah menjadi daerah yang
makmur dan kaya raya. Semua itu terjadi karena salah satu faktor
yaitu irigasi yang ada disana mencontoh lembah Nil dan lembah
Eufrate. Pada saat itu Cordova juga sebagai pusat ilmu pengetahuan
Islam yang dijadikan rujukan semua kalangan umat Muslim yang
ada dibelahan dunia. Namun sangat disayangkan juga bahsanya
Cordova harus mengalami kemunduran juga seperti Baghdad.

9
Kelima, Kairawan Nizam al-Muluk di Maroko merupakan juga
tanda adanya perkembangan studi Islam di Timur. Perguruan tinggi
ini bahkan masih ada sampai sekarang. Tokoh ternama seperti Ibnu
Rusyd merupakan salah satu ilmuan yang pernah mengajar di sana.
Tetapi karena adanya perang salib dan penghancuran kota Baghdad
oleh pasukan Hulagu Khan pada tahun 1258 M pada saat itulah
kemunduran studi Islam terjadi. Dan hal itu memberikan dampak
hingga sekarang, walaupun tampaknya sekarang umat Islam akan
merebut itu semua kembali. Keenam, perkembangan studi Islam
yang ada di Mesir menandai juga bahwa pada saat itu studi Islam
juga berkembang cukup pesat. Dimana pada masa kekhalifahan
Juhari Al-Siqili beliau membangun sebuah perguruan tinggi yang
sangat besar bahkan masih ada sampai saat ini yaitu universitas Al-
Azhar. Disana juga terdapat perpustakaan yang sangat besar yang
diberi nama Bait Al-Hikmah.

2.2 Pengaruh Modernisasi Terhadap Studi Islam


Islam adalah sebuah kata dalam bahasa arab, yang artinya ialah pasrah, yakni pasrah
kepada Allah SWT, karena menaruh kepercayaan kepada-Nya. Semua agama yang
dibawah oleh para nabi (pengajar kebenaran, pembawa kabar gembira, dan peringatan
bagi manusia) mengajarkan tentang pasrah kepada Allah SWT. Meskipun seorang nabi
tidak berbahasa Arab, ia tetap disebut sebagai muslim, dan agamanya pun tetap disebut
sebagai Islam, karena ia sendiri pasrah kepada Allah SWT.
Islam juga merupakan sebuah agama yang berisi ajaran- ajaran yang diturunkan Allah
SWT kepada manusia melalui nabi Muhammad SAW yang diutus sebagai rasul pembawa
ajaran tersebut. Islam juga mengambil bentuk sikap penyerahan diri seluruhnya dan sikap
pasrah kepada kehendak Allah SWT atas segala kehendaknya.Dalam berbagai tulisannya,
Cak Nur banyak membicarakan mengenai Islam yang dalam penulisannya ditulis dengan
“Islam” (huruf I besar), dan “islam” (dengan menggunakan huruf i kecil).
Cak Nur memberikan kesan islam sesungguhnya lebih penting daripada Islam. Sebab,
menurutnya Islam banyak Mengandung konotasi sosial, dalam arti bahwa terutama dalam
masa sekarang ini lebih banyak menunjuk kepada perwujudan sosial orang-orang yang
memeluk atau mengaku memeluk agama Islam. Maka menjadi orang Islam, dari sudut

10
tinjauan ini lebih banyak berarti menjadi anggota masyarakat, yang dilihat dari segi
formal keislaman. Sedangkan islam (dengan i kecil) mengandung pengertian yang lebih
dinamis, yaitu sikap penyerahan diri kepada Tuhan justru karena menerima tantangan
moralNya. Maka jika digabung antara pengertian yang generik (islam dengan i kecil) dan
(Islam dengan I besar), maka “ menjadi seorang Islam atau seorang muslim adalah berarti
menjadi orang yang seluruh hidupnya diliputi tantangan untuk senantiasa meningkatkan
diri menuju pada moralitas yang setinggi-tingginya, dengan jalan selalu mengusahakan
pendekatan diri kepada Tuhan, yang dalam agama disebut Takwa.
Sedangkan kata modern, modernitas, modernisme dan modernisasi berasal dari asal
kata yang sama yaitu Modernus (latin) yang artiya “baru saja, just now, atau terkini, sikap
dan cara berfikir serta cara bertindak sesuai dengan tuntutan zaman, akan tetapi adanya
tambahan atau imbuhan yang ada pada ujung kata tersebut menjadikannya mengalami
sedikit perubahan artian. Modernisasi menurut Cak Nur berarti cara.
Proses transformasi perubahan, baik dari sikap dan mentalitas untuk menyesuaikan
tuntunan hidup dengan tuntunan hidup masa kini,5guna terciptanya kebahagiaan hidup
bagi manusia. Modernisasi ini juga dapat diartikan sebagai gerakan, aliran atau usaha-
usaha yang bertujuan menafsirkan kembali doktrin-doktrin tradisional, dan
menyesuaikannya dengan perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan. Lebih jauh Cak
Nur menjelaskan bahwa modernisasi adalah suatu pemahaman yang diidentikkan dengan
pengertian rasionalisasi, karena rasionalisasi ini berarti suatu proses yang mengubah pola
dan tata cara berfikir yang bersifat tradisional (tidak akliah) menjadi tata cara dan pola
yang lebih maju dan modern (rasional).
Sedangkan menurut Harun Nasution, Modernisasi mengandung arti pikiran, aliran,
gerakan, dan usaha-usaha untuk mengubah paham-paham, adat istiadat, institusi-institusi
lama dan lain sebagainya, agar semua itu menjadi sesuai dengan pendapat dan keadaan
baru yang ditimbulkan oleh ilmu pengetahuan dan teknologi modern.8 Jika dua kata di
atas digabungkan menjadi modernisasi Islam, maka modernisasi Islam adalah sebuah
gerakan, aliran dan paham yang ingin merekonstruksi dan mengoreksi kembali nilai-nilai
yang terkandung dalam Islam untuk dapat disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan dan
relevansi umat Islam di zaman modern ini. Islam dan Modernisasi memang bukanlah
suatu isu yang baru muncul dalam sejarah perkembangan pemikiran Islam, isu ini telah
lama beredar dan telah banyak menyita perhatian para ilmuan dan cendikiawan, baik

11
cendikiawan Islam maupun di luar Islam. Maryam Jamilah mengatakan modernisasi
adalah suatu upaya untuk menempatkan kembali nilai-nilai teologik tradisional.

A) Pengaruh Modernisasi Terhadap Dunia Barat


Sesungguhnya Eropa pada awal kebangkitannya, mengalami hambatan yang sangat
hebat, hal tersebut dikarenakan terdapat kekuatan-kekuatan perang Islam yang sulit
dikalahkan, terutama kerajaan Turki Usmani. Maka satu-satunya jalan bagi mereka yaitu
menembus itu semua dengan cara membuat aneka riset tentang bagaimana cara
melakukan penaklukan laut juga berbagai benua agar mudah untuk mereka taklukkan..
Untuk diketahui bahwa awal mula penjajahan Eropa dimulai oleh seorang pelaut Portugis
yang bernama Vasco da Gama, dalam rute perjalanannya keliling Afrika ke India dan
India Timur, yang pada kemudian diikuti oleh Perancis, Inggris dan Belanda.
Dalam kesulitan itu munculah pemikiran tentang penaklukan terhadap satu wilayah
tertentu. Perhatian utama perjalanan ekspedisi ilmiah ini adalah perdagangan, dan
khususnya bangsa Eropa bertujuan hendak menemukan sumber-sumber persedian
rempah-rempah, barangbarang mewah dan benda-benda lain yang harus sampai ke Eropa
melalui negeri-negeri Islam Mediteranian Timur. Peperangan yang diperlukan apabila
terjadi perlawanan bersenjata atas para pedagang tersebut. Walaupun demikian, secara
perlahan tapi pasti perdagangan ini kemajuannya semakin meningkat, maka keterlibatan
politik menjadi makin lebih besar Dengan begitu dunia Islam makin tersudut menghadapi
tantangan utama selama abad ke-19.
B) Pengaruh Modernisasi Terhadap Dunia Timur
Menurut Amin Abdullah, tantangan di era globalisasi menuntut respons tepat
dan cepat dalam sistem pendidikan Islam secara komperhensif. Jika kaum muslimin
tidak hanya ingin sekedar bertahan dalam persaingan global yang semakin tajam,
maka harus ada perubahan orientasi pemikiran mengenai pendidikan Islam dan
rekonstruksi sistem pendidikan merupakan suatu keharusan. Umat Islam tidak boleh
berpangku tangan dari luar seluruh perkembangan yang tengah bergulir .
Dengan demikian gejala pembaharuan pendidikan di kalangan umat Islam
merupakan reaksi atau respons yang diberikan terhadap perkembangan sosiobudaya
baru, bukan meneruskan sesuatu perkembangan yang telah ada sebelumnya.Tentu saja

12
perkembangan ini sangat erat hubungannya dengan semakin meluasnya peradaban
atau kebudayaan Barat di dunia Islam.Masuknya kebudayaan barat yang akrab disebut
modernisasi yang disertai perubahan sosial tersebut, punya pengaruh yang cukup
mendalam bagi sebagian besar masyarakat Islam Timur Tengah. Modernisasi
pendidikan Islam di wilayah-wilayah muslim berlangsung dengan latar belakang in-
tensitas interaksi antara muslim dan Barat. Tokoh-tokoh pemikir pada era liberal
menempuh pendidikan di Barat, atau paling tidak pernah melakukan kunjungan ke
Barat. Interaksi antara muslim dan Barat merupakan salah satu faktor yang patut
diperhitungkan dalam menjelaskan modernisasi pendidikan Islam.
Faktor lain yang juga memberi sumbangsih penting dalam proses modernisasi
pendidikan di dunia Islam adalah semakin merosotnya pengaruh politik dunia Islam
terhadap Barat dan semakin kuatnya pengaruh Barat di negara-negara muslimmelalui
kolonialisme dan imperialisme. Dua wilayah muslim akan dijadikan sebagai kasus
untuk melihat bagaimana modernisasi pendidikan Islam berlangsung. Mesir dan Turki
dianggap representatif dijadikan sebagai pijakan untuk meli-hat modernisasi
pendidikan di Timur Tengah.Mesir memberikan pengaruh besar terhadap proses
pembaruan dan modernisasi Islam di Timur Tengah.
Turki pengaruhnya relatif kecil, tetapi proyek sekularisasi yang berlangsung
sejak 1924 bersamaan dengan pembekuan sistem khilafat islamiyahmemberikan
sebuah wawasan lain tentang modernisasi dan respons muslim terhadap Barat. Lebih
dari itu, tidak dapat dimungkiri bahwa modernisasi pendidikan Islam di negara-negara
muslim merupakan gerakan yang saling terkait antara satu dan yang lain. Kesadaran
umat Islam di berbagi negara, seperti Mesir dan Turki atas ketertinggalan mereka dari
bangsa Eropa dalam bidang ilmu pengetahuan mendorong umat Islam untuk melihat
ke dalam dirinya sendiri yang akhirnya ditemukanlah faktor penyebab utama
ketertinggalan tersebut karena umat Islam
Modernisasi pendidikan Islam di Mesir diprakarsai pemerintah. Dengan kata
lain, negara merupakan faktor penting modernisasi pen-didikan Mesir. Dengan
demikian, modernisasi pendidikan berasal dari atas dengan latar belakang kepentingan
politik dan sosial seba-gai sesuatu yang dominan. Fondasi pendidikan modern di
Mesir di-letakkan pada awal abad ke-19 oleh Muhammad Ali Pasha yang me-nguasai
Mesir secara independen antara 1805-1848. Setelah berhasil mengonsolidasi

13
kekuasaan atas namanya sendiri, dan menjalankan pemerintahan secara independen,
Muhammad Ali berniat melakukan modernisasi dengan membangun kekuatan militer
sederajat dengan Eropa dan menerapkan administrasi pemerintahan dan ekonomi
yang efisien.Inisiatif modernisasi Muhammad Ali tersebut merupakan faktor
terpenting yang melatarbelakangi munculnya sekolah-sekolah militer dan teknik.
Harus ditegaskan bahwa lembaga-lembaga pendidikan tradisional, kuttab, dan
madrasah termasuk al-Azharyang sepenuhnya masih diabdikan kepada ilmuilmu
keislaman, tetap dibiarkan beroperasi, bahkan dijadikan sebagai basis rekrutmen
murid untuk sekolah modern.Karena hanya mereka yang mengenyam pendidikan di
lembaga-lembaga pendidikan tersebut yang memiliki dasar-dasar untuk pendidikan
lebih lanjut, khususnya bidang administrasi dan militer. Sebelum penjajahan Eropa,
kalangan terpelajar
Mesir sendiri, terutama mereka yang mengenyam pendidikan di luar negeri,
sudah mencita-citakan pendidikan sebagai media untuk mencetak model masyarakat
dan penduduk ideal. Dengan kata lain, mereka ingin membangun lembaga pendidikan
modern yang sanggup memenuhi kebutuhan kehidupan sosial, politik, dan ekonomi
modern. Cita-cita itu semakin diperkuat oleh pandangan Eropa tentang pendidikan
yang tidak semata-mata dikaitkan dengan konsep mencari ilmu, tetapi juga dengan
konsep sosial dan politik. Tokoh yang populer sebagai pembaharu pendidikan Mesir
adalah al-Tahtawi, Jamaluddin al-Afghani, Muhammad Abduh, dan Mu-hammad
Rasyid Ridha. AlTahtawi memulai karirya setelah tamat di al-Azhar dengan mengajar
di al-Azhar selama dua tahun, kemudian ia menjadi imam mahasiswa yang dikirim
Muhammad Ali Pasha ke Perancis. Di samping tugasnya sebagai imam, ia juga
menggunakan waktunya untuk belajar, dia menetap di sana selama lima tahun, selama
di Perancis ia menterjemahkan 12 buah buku dan risalah ke bahasa Arab.

2.3 Konflik Dunia Dalam Memengaruhi Perkembangan Studi Islam


Dalam menyebarluaskan cita-cita dan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh kelompok
dan individu, agama sangat mempengaruhi tujuan perilaku seseorang dalam situasi
konflik. Seseorang lalu menetapkan kriteria atau kerangka acuan untuk menentukan benar
dan salahnya suatu (penyebab) peristiwa. Dilihat dari perspektif agama, konflik tidak
hanya ditafsirkan sebagai hancurnya hubungan horizontal sesama manusia, tetapi juga

14
sebagai hancurnya hubungan vertikal dengan sang Ilahi. Dalam ‘kesemestaan budaya
kultural bersama’ atau ‘kosmologi kolektif’ dimana agama melengkapi beroperasinya
tingkat kesadaran dan ketidak sadaran bertindak seseorang. Kedua tingkat kesadaran itu
ikut bermain di tengah-tengah konflik. Dalam perselisihan, yang menyertai konflik bisa
mengganggu dan menggoyang aturan yang tak tertulis, harapan yang diinginkan dan
memperkuat kecenderungan untuk membingkai hubungan dalam kategori keagamaan.
Dalam konteks ini, prasangka religius tentang ‘diri’, ‘yang lain’, ‘konflik’ dan ‘damai’
muncul, sebagai individu.
Dengan mengakui penampilan bagai seorang model atau preseden perilaku yang
diinginkan dalam situasi konflik, dan secara khusus mengingatkan orang lain, agama
secara implisit mempengaruhi keinginan dan kemungkinan program tindakan tertentu dari
orang lain. Ketika ini digunakan secara konstruktif, agama dapat mempengaruhi respon
individu dan sosial untuk memicu peristiwa melalui:5 menempatkan peristiwa itu dalam
konteks historis, konteks mencari tujuan, memberikan makna bagi peristiwa dengan nilai-
nilai yang jelas, tujuan dan identitas agama dan menawarkan peran untuk menangani
konflik secara tepat, respon afirmatif berdasarkan ajaran agama dan model-model ideal.
Ketika dihadapkan dengan tantangan yang sulit atau ketidakpastian dalam konflik,
mereka akan berpegang pada kode etik yang diyakini untuk mengurangi disonansi
kognitif, kecemasan dan rasa bersalah serta memperlihatkan jalur kebenaran (berdasarkan
program ideal dari tindakan) yang menjanjikan pengembalian harmoni dan ketertiban.
A) Konflik Barat Dalam Memengaruhi Studi Islam
Berbicara tentang tantangan dan problematika yang dihadapi MuslimAmerika,
perlu kiranya menyinggung banyak hal, misalnya saja, peran politik, sosial budaya
dalam kehidupan dan dasar hukum yang dipakai sebagai petunjuk pelaksanaan teknis
layaknya orang hidup, cukup membawa perbedaan siginifikan di Muslim-Amerika.
Terutama sekali hubungan antar masyarakat Barat yang samping itu, untuk bisa
mewujudkan Muslim yang berkualitas dan mampu bersaing dengan non-Muslim di
Barat, dibutuhkan dua pendekatan baru yaitu, self refleksionisme, yaitu umat Islam
belajar introspeksi menerima dan mengakui kekurangan-kekurangan yang dimiliki,
hingga mampu menata kembali dalam suatu format dan cara berpikir yang
progressive.

15
B) Konflik Timur Dalam Memengaruhi Studi Islam
Konflik Timur Tengah mempengaruhi studi Islam dalam beberapa cara yang
signifikan. Pengaruh Terhadap Kajian Kontemporer Islam Konflik Timur Tengah telah
memberikan dorongan besar terhadap studi Islam kontemporer. Para akademisi dan
peneliti tertarik untuk memahami peran Islam dalam konteks konflik dan perang di
wilayah tersebut. Hal ini meliputi analisis tentang bagaimana agama digunakan untuk
membenarkan atau memobilisasi dalam konteks konflik, serta peran pemimpin agama
dan kelompok Islam dalam konflik tersebut.
Pentingnya Kajian tentang Radikalisme dan Ekstremisme Konflik di Timur
Tengah telah memperkuat kebutuhan untuk memahami radikalisme dan ekstremisme
dalam konteks Islam. Ini termasuk studi tentang gerakan-gerakan radikal seperti ISIS,
al-Qaeda, dan kelompok-kelompok terkait, serta faktor-faktor yang mempengaruhi
proses radikalisasi. Analisis Terhadap Pemikiran Islam Konflik di Timur Tengah telah
mendorong penelitian tentang pemikiran dan interpretasi Islam kontemporer. Para
akademisi tertarik untuk memahami bagaimana berbagai kelompok dan komunitas
Muslim mengartikan ajaran Islam dan menerapkannya dalam konteks politik, sosial,
dan budaya. Pentingnya Studi tentang Identitas dan
Kewarganegaraa Konflik di Timur Tengah juga telah meningkatkan fokus
pada studi tentang identitas Muslim dan pertanyaan kewarganegaraan. Pertanyaan
tentang bagaimana individu dan kelompok mengidentifikasi diri dalam konteks
konflik dan bagaimana hal ini mempengaruhi tindakan politik dan sosial mereka
menjadi hal penting. Pengaruh terhadap Kajian Sejarah Islam Konflik di Timur
Tengah telah mendorong penelitian tentang sejarah Islam, terutama dalam konteks
regional. Para akademisi tertarik untuk memahami bagaimana sejarah wilayah ini
mempengaruhi perkembangan dan interpretasi agama Islam
Dampak Terhadap Pendidikan dan Penelitian Konflik juga dapat
mempengaruhi infrastruktur pendidikan dan penelitian di wilayah-wilayah terkait.
Universitas dan pusat penelitian mungkin menghadapi tantangan dalam mengakses
sumber daya dan mempertahankan lingkungan akademik yang stabil. Peran Islam
dalam Proses Rekonsiliasi dan Rekonstruksi Studi Islam juga berfokus pada peran
agama dalam proses rekonsiliasi dan rekonstruksi pasca-konflik. Bagaimana Islam
digunakan sebagai faktor untuk mempromosikan perdamaian, rekonsiliasi, dan

16
pembangunan kembali menjadi area penelitian yang penting. Menggali Alternatif
Solusi dan Pendekatan Berbasis Agama Para akademisi dan pemangku kepentingan
tertarik untuk mengeksplorasi cara-cara di mana nilai dan ajaran Islam dapat
digunakan sebagai sumber inspirasi untuk mencari solusi damai dalam konflik di
Timur Tengah. Jadi, konflik di Timur Tengah telah mempengaruhi berbagai aspek dari
studi Islam, dari analisis kontemporer hingga pemikiran Islam, sejarah, dan upaya
rekonsiliasi. Hal ini mencerminkan kompleksitas dan keragaman peran agama dalam
wilayah yang konflik tersebut terjadi.

17
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Perkembangan studi Islam di dunia Barat dan Timur telah mengalami evolusi yang
signifikan seiring berjalannya waktu. Di Dunia Barat, studi Islam dimulai dengan kontak
awal antara Eropa dan dunia Islam pada Abad Pertengahan, dengan fokus utama pada
pandangan Eropa terhadap Islam dan komunitas Muslim. Renaisans dan Pencerahan pada
Abad ke-15 hingga ke-18 membawa terjemahan teks klasik Islam ke bahasa Latin, membuka
pintu bagi pemahaman lebih mendalam tentang ajaran Islam meskipun dengan adanya bias
dan misinterpretasi. Pada abad ke-19 dan 20, studi Islam semakin berkembang di universitas-
universitas besar dengan para orientalis Eropa memusatkan perhatian pada aspek bahasa,
sejarah, hukum, dan teologi Islam. Abad ke-20 menyaksikan perkembangan ilmu
pengetahuan yang lebih kritis terhadap studi Islam, dengan akademisi Barat mengadopsi
metode ilmiah modern dan pendekatan interdisipliner dalam memahami Islam.

3.2 Saran

Untuk mengembangkan studi Islam di Dunia Barat dan Timur, langkah-langkah berikut
dapat diambil. Pertama, penting untuk mendorong dialog dan pertukaran intelektual antara
para cendekiawan dan akademisi dari kedua wilayah. Seminar, konferensi, dan forum diskusi
dapat menjadi platform yang efektif untuk memperluas wawasan dan memperdalam
pemahaman tentang Islam. Selain itu, kolaborasi antar universitas dan lembaga penelitian
dari berbagai negara dapat memperkaya perspektif yang ada dan diperlukan penekanan pada
pendekatan interdisipliner dalam studi Islam. Hal ini akan memungkinkan integrasi antara
ilmu-ilmu sosial, humaniora, dan ilmu pengetahuan alam dengan kajian Islam. Metode ilmiah
modern perlu diterapkan dengan bijak untuk memastikan akurasi dan objektivitas dalam
penelitian.

18
DAFTAR PUSTAKA
https://repository.uin-suska.ac.id/3970/4/BAB%20III.pdf

file:///C:/Users/DELL/Downloads/Perkembangan_Studi_Islam_di_Timur.pdf

file:///C:/Users/DELL/Downloads/jurnal+Dinjiyyah+hal+116-128%20(1).pdf

file:///C:/Users/DELL/Downloads/13076-39209-1-SM.pdf

https://media.neliti.com/media/publications/361668-none-dbb4dc5c.pdf

https://media.neliti.com/media/publications/339833-modernisasi-pendidikan-islam-di-
timur-te-2872c268.pdf

file:///C:/Users/DELL/Downloads/5248-Article%20Text-7276-8965-10-
20160715%20(1).pdf

19
LAMPIRAN

20

Anda mungkin juga menyukai