Disusun Oleh :
Kelompok 12
2023-2024
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kehadirat allah SWT semoga rahmat dan keselamatan
dilimpahkan kepada nabi Muhammad SAW.Pertama tama mari kita panjatkan puji syukur
kita atas rahmat dan berkah allah swt karena tanpa Rahmat dan berkahnya kita tidak mungkin
dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada bapak selaku dosen Dr . Imron
Rossidy, M. Th., M. Ed mata kuliah Filsafat Ilmu yang membimbing kami dalam pengerjaan
tugas makalah ini.kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman teman kami yang serta
membantu dalam hal mengumpulkan data data dalam pembuatan makalah ini. Dalam
makalah ini kami menjelaskan tentang konsep islamisasi ilmu
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya pengetahuan dan pengalaman yang kami miliki. Oleh karna itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran serta kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Akhirnya kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi dunia Pendidikan.
penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.3 Tujuan............................................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................4
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................................9
3.2 Saran..............................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
timur) yang telah meneliti perangai orang orang barat,ia mengemukakan bahwa orang
barat "keras kepala,keras hati,pendengki,materialis,egois dan pendendam" Seiring
berjalannya waktu penemuan inovasi ini tidak diimbangi dengan raw material yang
dimiliki oleh bangsa eropa sehingga memunculkan revolusi industry,yang berdampak
pada krisis kemanusiaan;misalnya perbudakan,pengangguran,pemberontakan,bahkan
awal mula masuknya misi kristen yang sejalan dengan faham liberal dan sekuler.
Usaha mereka menggerus akidah tidak seluruhnya berhasil hingga mencabut
keimanan pada diri orang orang muslim,justru dengan adanya hal ini membuat
masyarakat muslim semakin berambisi untuk melawan penjajah dengan membentuk
berbagai organisasi keislaman.setelah beberapa upaya yang dilakukan nihil,kaum
Eropa mulai mencari dan menganalisis jalan yang lebih rumit. Mereka berasumsi
bahwa eksistensi kekuatan umat merupakan hasil dari akidah dan al-din al-islam itu
sendiri. Sehingga mereka berusaha secara mendalam berkampanye untuk
mengendurkan kekuatan dan ikatan umat melalui al-din al-islam; mengubah
pemahaman dan pengamalan syariat yang menjadi prinsip islam yang kukuh dan
aktif,penuh nilai nilai positif,menjadi bentuk yang kaku dan kurang mampu
membangkitkan jiwa dan mengarahkan kehidupan manusia.inilah yang kemudian
dikenal sebagai penaklukan intelektual. Penjajah Eropa dengan beberapa
orientalisnya memunculkan persuasinya dengan mengganti prespektif dan kesusilaan
ajaran islam agar dicemarkan,memisahkan islam dari kehidupan sehari-hari dan
mengubahnya menjadi agama yang aneh,sehingga keruntuhan intelektual islam mulai
runtuh dan tidak lagi memiliki kepercayaan diri untuk mempertahankan pribadi
bahkan negaranya.
Upaya-upaya orang Barat tersebut menyebabkan keadaan umat islam berada
pada posisi terendah umat islam dicampur
tangani ,dijajah,dikhianati,diekslploitir,dibunuh dipaksa menukar agama yang
dianutnya.Tidak hanya itu dimedia masa islam digambarkan
agresif,penentang,pemusnah,tidak mempunyai aturan perundang
undangan,ganas,tidak berperikemanusiaan,kolot,fanatik,serta kuno.Umat islam pada
saat itu juga digambarkan sebagai pusatnya perpecahan,,pertenatangan antar
sesama,peperangan.Intinya disini dunia islam sedang sakit. Pada masa ini ilmu
pengetahuan berkembang dan teknologi barat sekuler semakin maju dan tersebar luas
dibelahan dunia termasuk dunia islam, disini seakan-akan umat islam tertipu daya
oleh perkembangan ilmu pengetahuan sekuler dan semakin jauh dari ruh dan
2
beberapa nilai agama karena banyak hal yang bersebrangan dengan ideologi dan
peradaban islam. Mereka memisahkan antara agama dan ilmu pengetahuan,sebab
menurut mereka ilmu pengetahuan bebas nilai (value free) dan tidak terikat oleh
apapun. Ilmu adalah ilmu,dan agama tidak ada sangkutpaut didalamnya. Dalam
sejarah islam tercatat bahwa masa awal kemunculan islam yang kemudian dilanjutkan
oleh Khulafa’urrasyidin sampai masa bani Abbasiyyah,yang oleh Harun Nasution
disebut sebagai masa klasik2,merupakan masa kejayaan islam,dan kemajuan
peradaban diberbagai aspek kehidupan,khususnya sisi ilmiah. Kemajuan peradaban
ini ditandai dengan revolusi ilmu pengetahuan yang dilakukan secara besar-besaran
didunia islam yang kemudian dinamakan “islamisasi ilmu”. Muncul pula ulama-
ulama dalam berbagai bidang ilmu,baik agama maupun sekuler. Juga menghasilkan
banyak terjemahan buku-buku dari bemacam-macam bahasa kedalam bahasa
arab,seperti filsafat,optic,astronomi,kedokteran,arsitektur.
1.3 Tujuan
1.Untuk mengetahui bagaimana realisasi islamisasi ilmu pengetahuan
2
Nasim Butt,Sains dan Masyarakat Islam, Ter. Oleh Masdar Hilmy (Pustaka Hidayah; Bandung, 1996)
Hal 69.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
yazid al-busthami. Dalam bidang Filsafat ,seperti ibnu maskawaih,al-kindi,ibnu
sina,al-farabi. Dan juga ada beberapa ilmuwan seperti ibnu Al-haytham,al-
Khawrizmi,al-masdi,dan Ar-razi juga terlibat dalam pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.6 Dengan pengetahuan mereka yang luas tentang Islam,
mereka menyaring filsafat Yunani kuno untuk diterapkan pada pemikiran Islam guna
mempertahankan identitas muslim dalam persaingan budaya global, ilmuwan
muslim melarang segala bentuk inovasi dan mendukung keyakinan fanatik terhadap
syari’ah Islam sebagai produk fiqh pada abad pertengahan dahulu. Mereka sudah
melupakan ijtihad yang merupakan sumber kreativitas,bahkan menganggap pintu
ijtihad sudah tertutup.. Umat Islam menyikapi pesatnya perkembangan ilmu
pengetahuan modern dengan sikap yang berbeda-beda.
Menurut Nasim Butt, umat Islam yang terpesona dengan sains modern
mempunyai reaksi yang berbeda. Pertama adalah kelompok umat Islam yang
menolak ilmu yang tidak bersumber dari Al-Quran dan Sunnah. Bagi mereka, hanya
dua sumber Islam inilah yang bernilai dan sahih sebagai sumber ilmu pengetahuan.
Kalaupun ada ilmu yang bersumber selain Al-Qur’an dan As-Sunnah, misalnya
ilmu pengetahuan modern, maka status ilmu itu hanya fardu kifayah, artinya hanya
boleh dipelajari oleh segelintir orang saja. Di sisi lain, ilmu yang wajib dipelajari
setiap muslim (fardu ain) merupakan wacana ilmiah seputar kedua sumber Islam
tersebut. Kedua, ada kelompok Muslim yang percaya bahwa ilmu pengetahuan
modern perlu diislamkan. Oleh karena itu, dalam upaya menetralisir dan
meminimalisir pengaruh ilmu pengetahuan barat sekuler modern, muncullah
gagasan yang dikenal dengan “Islamisasi ilmu pengetahuan” 7. Akibatnya, ada
beberapa hal dalam filsafat Yunani kuno yang diterima dan ada pula yang ditolak.
Sehingga islamisasi dalam arti sebenarnya bukanlah suatu hal yang baru jika dilihat
dari sudut pandang yang luas. Hanya saja, secara fungsional, istilah “Islamisasi ilmu
pengetahuan” dipopulerkan oleh para reformis Islam sebagai kerangka epistemologis
baru pada tahun 1970-an. Dalam konteks modern,gagasan perlunya proses islamisasi
ilmu pengetahuan pertama kali diungkapkan oleh Muhammad Iqbal pada tahun
1930-an dan kemudiaan oleh Syed Hussain nasr pada tahun 1960-an,meskipun ia
belum menggunakan label yang jelas. Pada koferensi pendidikan islam pertama yang
6
Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan (Jakarta : Bulan Bintang,
1975).
7
Nasim Butt, Sains dan Masyarakat Islam, Terj. Oleh Masdar Hilmy, ( Bandung: Pustaka
Hidayah,1996), Hal 60.
5
diadakan di Makkah pada tahun 1977,gagasan tersebut kembali dipaparkan oleh
Syed Muhammad naquib Al-attas (seorang sarjana melayu),dalam pertemuan ini
beliau memaparkan makalahnya berjudul “Preliminary Thoughts on the Nature of
Knowledge and the Definition and Aims of Education” pemikiran ini disempurnakan
dalam bukunya yang berjudul “Islam dan Sekularisme” (1978). Syed Muhammad
Naquib al-Attas menyadari bahwa “virus” yang terkandung dalam ilmu pengetahuan
Barat yang modern dan sekuler merupakan tantangan terbesar yang dihadapi umat
Islam saat ini. Menurutnya, peradaban Barat modern telah mempersulit ilmu
pengetahuan. Selain telah salah-memahami makna ilmu, peradaban Barat juga telah
menghilangkan maksud dan tujuan ilmu. Sekalipun peradaban Barat modern juga
menghasilkan ilmu yang bermanfaat,namun peradaban tersebut juga telah
menyebabkan kerusakan dalam kehidupan manusia. Dalam pandangan Syed
Muhammad Naquib al-Attas,bahwa ia bercita-cita ingin menjadikan peradaban islam
kembali hidup dan memiliki pengaruh yang mewarnai peradaban global umat
manusia. Karena itu, seluruh hidupnya ia persembahkan bagi upaya-upaya
revitalisasi peradaban Islam, agar nilai-nilai yang di masa lalu dapat membumi dan
menjadi 'ikon' kebanggaan umat islam, dapat menjelma dalam setiap lini kehidupan
kaum muslim sekarang ini.
8
Peter Salim& Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Ichtar Baru Van
Hoeve,1986), Hal 971.
9
Poerwodarminto, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka), Hal 373.
6
dari pengaruh sekularisme).10 Sehingga dapat disimpulkan bahwa islamisasi ilmu
pengetahuan berarti membebaskan ilmu pengetahuan dari penafsiran yang
didasarkan pada ideologi sekuler dan dari makna serta ekspresi masyarakat sekuler.
Gagasan Al-Attas ini disambut baik oleh seorang filosof Palestina bernama
Ismail Al-Faruqi pada tahun 1982 dengan bukunya yang berjudul "Islamization of
Knowledge", bahwa islamisasi ilmu adalah upaya untuk memberikan definisi
baru,mengorganisasikan data,memikirkan kembali cara berpikir dan
menghubungkan data,mengevaluasi kembali kesimpulan,dan merencanakan kembali
tujuan. Semua ini dilakukan sedemikian rupa sehingga disiplin ilmu ini memperkaya
wawasan keislaman dan bemanfaat bagi cita-cita islam. 11 Secara umum islamisasi
ilmu pengetahuan bertujuan untuk memberikan respon positif terhadap realitas ilmu
pengetahuan modern yang sekuler dan islam yang terlalu religius dengan model ilmu
pengetahuan baru yang utuh dan terpadu yang didalamnya tidak ada pemisahan
apapun diantaranya.12
Menurut Fazlur Rahman, ilmu pengetahuan tidak bisa diislamkan karena
tidak ada salahnya, hanya soal pemanfaatannya saja. Menurut Fazlur Rahman,”tidak
perlu bersusah payah dengan rencana dan diagram tentang bagaimana menciptakan
ilmu pengetahuan islam,lebih baik habiskan waktu,tenaga,dan uang untuk
berekreasi”,ilmu pengetahuan mempunyai dua fungsi, seperti “senjata dua sisi” yang
harus digunakan dengan hati-hati dan bertanggung jawab, namun sangat penting
untuk menggunakannya dengan benar saat menerimanya. Menurutnya, ilmu
pengetahuan sangat bergantung pada bagaimana cara memanfaatkannya. Jika
pemakainya baik, maka ilmu itu akan bermanfaat, memberi manfaat bagi banyak
orang, namun bila pemakainya tidak baik, ilmu itu akan merugikan.13
Gagasan islamisasi ilmu pengetahuan telah menjadi kontroversi sejak
kemunculannya hingga saat ini,ada yang mendukung dan ada pula yang menolak.
Yang lain mendukung beberapa gagasan dan menolak bagian lainnya. Meski disatu
sisi momentum ini disambut antusias dan optimis sebagai awal kebangkitan
10
Wan Mohd Nor Wan Daud, The Educational Philosophy and Practice of Syed M. Naquib al-Attas,
diterjemahkan oleh Hamid Fahmy dkk, Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam Sted Naquib al-Attas, (Bandung:
Mizan,1998), Hal 341
11
Budi Handrianto, Islamisasi Sains Sebuah Upaya Mengislamkan Sains Barat Modern, (Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar,2010) Hal 38-39.
12
Zainal Habib. Islamisasi Sains Mengembangkan Integrasi Mendialogkan Perspektif, (Malang: UIN
Malang Press, 2007), Hal 54.
13
Adnin Armas, Krisis Epistimologi dan Islamisasi Ilmu, (ISID Gontor: Center for Islamic & Occidental
Studis,2007) Hal 15.
7
islam,namun ada pihak lain yang menganggap bahwa gerakan islamisasi ini hanya
sebuah euphoria sesaat untuk mengatasi masalah yang ada.yaitu,mengobati rasa
patah hati dan rasa rendah diri yang berlebihan (inferiority complex) karena
tertinggal jauh jika dibandingkan peradaban negara-negara barat. Oleh karena
itu,ada beberapa tokoh yang termasuk dalam kategori kontra akan islamisasi
ilmu,yaitu;
1.) Ziauddin Sardar (seorang pemikir muslim dari inggris)
2.) Fazlur Rahman (ulama’sudan yang dulunya mengajar di Universitas King
Abdul Aziz,Saudi Arabia)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
14
Zainal habib. Islamisasi Sains Mengembangkan Intregasi Mendialogkan Perspektif, (Malang:UIN
Malang Press, 2007) hal 54.
8
Kembali semangat berpikir intelektual dan penelitian rasional,empiris,dan
filosofis,dengan mengacu pada isi al-qur’an dan hadits. Dan dampaknya ,umat islam
akan terpisah dari hegemoni sekuler barat. Islamisasi ilmu bertujuan untuk
menguasai ilmu modern sehingga dapat dipadukan dengan nilai-nilai khazanah
warisan umat islam sejak dulu.
3.2 Saran
Setelah membaca makalah ini,penyusun menyarankan agar pembaca:
9
DAFTAR PUSTAKA
al-Attas, S. M. (1981). Islam dan Sekularism terjemah Karsidjo Djojosuwarno. Bandung: Pustaka.
Butt, N. (1996). Sains dan Masyarakat Islam Terjemah oleh Masdar Hilmy. Bandung: Pustaka
Hidayah.
Esposito, J. L., & D. M. (2007). Who Speaks for islam diterjemahkan oleh Eva Y Nukma dengan
judul; Saatnya Muslim Bicara;Opini Umat Islam Tentang Islam,Barat,Kekerasan,Ham dan
Isu-isu Kontemporer Lainnya. Bandung: Mizan Pustaka.
Handrianto, B. (2010). Islamisasi Sains Sebuah Upaya Mengislamkan Sains Barat Modern. Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar.
P. S., & Y. S. (1986). Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta: Ichtar Baru Van Hoeve.
10