PENDAHULUAN.................................................................................................................................2
A. PENGERTIAN ISLAMISASI.......................................................................................................3
B. ISLAMISASI SAINS....................................................................................................................3
a. Munculnya Ide Islmisasi Sains..................................................................................................3
1) Tradisi Sains Pada Awal Perkembangan Islam......................................................................3
2) Tradisi Sains Modern.............................................................................................................4
b. Ide Islamisasi Sains: Perjuangan Mengembalikan Identitas Kaum Muslimin............................5
C. ISLAMISASI MELALUI SAINS DALAM RANAH PENDIDIKAN DI INDONESIA.....................................6
1. Dimulai Dari Kampus................................................................................................................7
2. Kembali Kepada Agama............................................................................................................7
3. Upaya Integrasi Ilmu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.......................................................10
4. Upaya Integrasi Ilmu di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.......................................................11
5. Upaya Integrasi Ilmu di UIN Sunan Malik Ibrahim Malang....................................................13
PENUTUPAN.....................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................16
Page | 1
PENDAHULUAN
Islam merupakan salah satu agama kedua terbesar di dunia. Maka kehadirannya
sudah jelas mempengaruhi segala sistem dan tatanan sosial yang ada. Nilai-nilai moral ,
saling beradu, satu dengan yang lainnya, seolah-olah ingin menunjukkan ajaran mana yang
lebih kuat ketika di hadapkan pada individu.
Indonesia dikenal sebagai negara yang mayoritas muslim, artinya tidak seluruh
penduduknya muslim. Maka muncul pertanyaan, bagaimana bisa Islam hadir dan
mendominasi di Indonesia. Sejarah menjawab, bahwa semua bermula pada sebuah
perdagangan , dimana agama hadir disana, hingga menjadi satu kultur dan ajaran yang dapat
di terima oleh rakyat pada saat itu. Namun, tidak hanya Islam saja yang hadir , agama lainpun
ikut hadir dengan berbagai cara untuk menjadi bagian diantara masyarakat Indonesia. Maka
dari sana muncul istilah Islamisasi, atau istilah yang sering dipakai untuk mengislamsakan
seseorang ataupun segolongan masyarakat.
Page | 2
A. PENGERTIAN ISLAMISASI
Islamisasi adalah proses konversi masyarakat menjadi Islam. Dalam
penggunaan kontemporer, mungkin mengacu pada pengenaan dirasakan dari sistem
sosial dan politik Islam di masyarakat dengan latar belakang sosial dan politik
pribumi yang berbeda1. Bila dilihat dalam KBBI ( Kamus Besar Bahasa Indonesia ) ,
kata Islamisasi diartikan sebagai pengislaman. Proses pengislaman terhadap orang-
orang yang belum Islam.
B. ISLAMISASI SAINS
1
https://id.wikipedia.org/wiki/Islamisasi
2
Sayyed Hossein Nasr, Intelektual Islam; Teologi, Filsafat dan Gnosis, terjemahan Djamaludin M.Z.,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet ke 2, 1996), Sub bahasan Metafiska Ibnu Sina.
Page | 3
dua filsof ini. Banyak perbedaan, dan saling pembantahan teori satu
dengan yang lainnya.
Hal yang perlu dicermati dari perbedaan pendapat ini adalah adanya
suatu semangat ilmiah pada saat itu untuk memikirkan masa depan
kemanusiaan sebagai upaya penerjemahan amanah Allah ( manusia
sebagai khalifatullah fil-ardli ) . Adanya dialog ini membawa umat Islam
kepada masa kejayaan yang belum pernah dicapai sebelumnya, bahkan
Islam pada saat itu menjadi pusat peradaban dunia. Maka dari sini muncul
sebuah pertanyaan: Apakah pertentangan yang ada, kemajuan yang
diperoleh dan tradisi keilmuan yang ada pada saat itu Islami, kurang
Islami atau tidak Islam? Dari realitas di atas, yang jelas pada periode ini
umat Islam memiliki sesuatu yang patut diandalkan, yaitu andalan iman,
andalan intelektual (filsafat), andalan empiris (sains), dan andalan mistis
(sufisme)3.
Page | 4
Krisis kehidupan akhirnya mewabah dalam semua sisi dan segi
kehidupan dan perilaku manusia modern. Rasionalitas yang mereka
tawarkan dalam sains modern juga harus mereka bayar mahal. Konsep
dasar mereka tentang realitas dan hakikat alam terhempas oleh pemikiran
mereka sendiri. Munculnya teori kuantum (sebagaimana dijelaskan di atas
—tentang hakikat sains) membuat mereka tersadar bahwa alam tidak
dapat berdiri sendiri, akan tetapi merupakan satu kesatuan yang utuh yang
tidak dapat didefinisikan dan dijelaskan melalui teori ilmiah.
Jamal Barzinji, Sejarah Islamisasi Ilmu Pengetahuan, (Jurnal SALAM, Edisi 2 dan 3, 1998), hlm. 44
5
Ibid, hlm. 48
Page | 5
Namun ada hal-hal yang harus dipahami dalam pemaknaan Islamisasi ini
sendiri. Karena tidak sedikit kalangan yang memakai istilah ini dalam ranah
politik, dan berbagai bidang lainnya yang dimaksudkan memiliki tujuan tertentu
atau berdasarkan kepentingan kelompok tertentu. Dengan demikian tidak
sampailah pemaknaan Islamisasi pada maksud yang sesunggunya. Ada tiga
negara yang bersemangat memproklamirkan dasar ajaran Islam, yaitu Saudi
Aravia, Iran, dan Pakistan, dimana ternyata Barat sangat memainkan peran.
Sehingga ada indikasi politik Islamisasi telah di-setting orientalis untuk
menghalangi kemajuan Islam dengan ide yang dilontarkan sendiri ( ide
Islamisasi sains ).
Terlepas dari kepentingan politik, yang jelas sudah diadakan beberapa kali
konferensi internasonal tentang upaya Islamisasi sains. Konfersi Pertama
diadakan di Swiss tahun 1977, dengan hasil konfersi ialah kesadaran akan
perlunya mencari jalan keluar untuk mengatasi krisis pemikiran Islam dengan
mengambil tema konsep Islamisasi Pengetahuan. Konfersi Kedua di adakan di
Islamabad, Pakistan pada tahun 1982 dengan mengambil tema yang sama.
Konfersi Ketiga diadakan di Kuala Lumpur, Malaysia pada tahun 1984. Dengan
mengambil tema penetapan langkah-langkah konkret untuk menerapkan atau
memadukan Islam dalam berbagai disiplin Ilmu Pengetahuan. Konfersi Keempat
dilakukan pada tahun 1987 di Khartoum. Dengan mengambil tema ‘Metodologi
pemikiran Islam dan IslamisasiIilmu-Ilmu Tingkah Laku’6.
Salah satu jenjang pendidikan yang sudah mulai banyak menerapkan perpaduan
antara Islam dan sains adalah dunia kampus/perkuliahan. Tidak sedikit kampus di
6
Mengutip dari Khozin Afandi (suatu pengantar), Pengetahuan Modern dalam Al-Qur’an, (Surabaya;
Al-Ikhlas, 1995)
Page | 6
Indonesia telah melakukan perpaduan ini, bahkan memasuki ranah kurikulum dan
dibakukan dalam satu aturan dan konsep yang nyata.
Barat kini pun mulai menengok dan melirik Islam sebagai alternatif. Dan
para ilmuwan tidak lagi terpukau kepada sainstisme:science is the most
powerful; karena implikasi saintisme ternyata telah menumbuhkan berbagai
masalah dan gejala yang cenderung akan menjadi bumerang bagi peradaban
manusia. Sains telah menjadi kering, dan menggiring manusia kepada
kehidupan yang penuh dehumanisasi sesama manusia, dan kepada lingkungan
yang tak harmonis antara manusia dan alam7.
Page | 7
Kurangnya pengetahuan mahasiswa dan dosen tentang pandangan agama
berkenaan dengan disiplin ilmu, akan menyumbang kepada pembentukan
kepribadian sebagai hasil pendidikan; yakni suatu kepribadian yang
terefleksika pada tingkah laku yang bertentangan dengan agama 8 . Akhirnya,
kemerosotan akhlak dan moral berpangkal pada kaum terpelajar (intelektual)
dengan kurikulum kampus yang liberal dan serba boleh. Kampus pendidikan
yang melangsungkan proses marginisasi nilai-nilai kehidupan humanis, harus
segera kembali merujuk ke gudang nilai agama.
8
Ibid, hlm. 303
Page | 8
d) Menyimak semua buku teks di sekolah atau perguruan tinggi agar
terhindar dari format dan isi yang menimbulkan keraguan terhadap
kekuasaan dan keagungan Yang Maha Pencipta dalam kehidupan
pelajar, mahasiswa, maupun masyarakat. Buku teks harus mampu
menyimak masa depan, menajamkan presepsi terhadap kondisi realitas,
untuk mencapai masa depan yang lebih panjang.
e) Kita semua (pelajar/mahasiswa dan /guru/dosen) bersama-sama
melaksanakan makna fungsi pendidikan, yakni proses belajar-
mengajar, latihan dan keteladanan dalam berilmu amaliah dan beramal
ilmiah, untuk membangun integritas kepribadian yang terefleksi dalam
tingkah laku mulia (akhlaq karimah) pribadi universal dan eternal,
pribadi yang menjadi rahmat bagi semesta.
f) Kita bersama-sama berusaha menjamin konsistensi dan keharmonisan
tiga lingkaran pendidikan; pendidikan keluarga (sekolah pertama,
informal), pendidikan sekolah ( sekolah kedua, formal ), dan
pendidikan masyarakat ( lingkungan masyarakat, nonformal, sebagai
sekolah yang ketiga ). Kita semua ( umat beragama ) harus menuju
masa depan yang memuat unsur-unsur antisipatif dan wawasan
normatif tentang masa depan pendidikan.
g) Kita semua, yang di kampus atau lembaga pendidikan masa depan
lainnya, dijauhkan dari sifat keangkuhan intelektual. Hubungan para
ilmuwan (cendekiawan) dengan para agamawan (ulama) perlu lebih
akrab, agar perubahan material mengandung unsur normatif. Dengan
demikian masa depan kampus akan berdimensi moral-spiritual
sekaligus teknis-material.
Page | 9
kritis artinya kedua jenis keilmuan dalam berkonsestensi dan berkomunikasi terbuka
untuk saling mengkritisi secara konstruktif.
UIN Jakarta juga merumuskan program kerja yang disebut Pola Ilmiah Pokok
(PIP) yaitu, pembaharuan dalam Islam dengan menampilkan Islam yang modern ,
rasional dan kompitebel dengan perkembangan zaman agar tercipta integrasi
keislaman, keilmuan, kemanusiaan, dan keindonesiaan.
9
AM Saefudin, Islamisasi Sains dan Kampus, ( Jakarta: PT PPA Consultants, Oktober 2010), hlm. 326
Page | 10
Keempat, menegakkan kapasitas intelektual dan moral untuk membela dan
secara aktif menyebarkan nilai-nilai yang telah diterima secara universal, termasuk
perdamaian, keadilan, kebebasan, kesetaraan dan solidaritas seperti disinggung dalam
konstitusi UNESCO.
Untuk itu, UIN Jakarta sebagai salah satu lembaga pendidikan tinggi Islam
dalam perannya menciptakan masyarakat madani Indonesia, seharusnya
mengembangkan kurikulum yang mampu merespon perkembangan iptek dan
perubahan masyarakat yang semakin kompleks, dan mensinergikan ayat-ayat
Qur’aniyah dengan ayat-ayat kauniyah, atau antara ilmu pengetahuan yang diperoleh
melalui pendekatan rasional empiris. Jelasnya, kurikulum perlu dikembangkan dengan
pendekatan integrasi keilmuan dan keislaman serta menghilangkan kecenderungan
dikotomis dan pragmatis yang melanda berbagai masyarakat dunia masa kini.
Page | 11
Selain itu, dalam setiap langkah yang ditempuh, selalu dibarengi landasan etika-
moral keagamaan objektif yang kokoh, karena keberadaan Al-Qur’an dan as-sunnah
yang dimaknai secara baru selalu menjadi landasan pijak pandangan hidup keagamaan
manusia yang menyatu dalam satu tarik nafas keilmuan dan keagamaan. Semua itu
diabdikan untuk kesejahteraan manusia secra bersama-sama tanpa pandangan latar
belakang, etnisitas, agama, ras maupun golongan. Ini berbeda dengan kondisi
keilmuan sebelumnya yang bersifat dikotomis-atomistik dengan format kurikulum
terpisah, dimana radius daya jangkau aktivitas keilmuan dan lebih-lebih pendidikan
agama di seluruh Perguruan Tinggi Agama Islam hanya berfokus pada ilmu-ilmu
agama ( Kalam, Falsafah, Tasawuf, Hadis, Fiqih, Tarikh, Tafsir, Lughah) .
Tegasnya, dalam era UIN sekarang, Fakultas Syari’ah tidak boleh menolak
untuk dimasuki mata kuliah baru yang mengandung muatan humanities kontemporer
dan ilmu-ilmu sosial. Begitu juga dengan Fakultas Tarbiyah, Dakwah, Adab, dan
Ushuluddin.
Dengan demikian, setidaknya, jika para alumni UIN akan berprofesi mereka
tidaklah harus terkurung dalam sangkar isolated profession ( Profesi yang steril dan
terpisah dari persoalan masyarakat sekitarnya ), tetapi lebih dituntut untuk sekaligus
sebagai penggagas dan pelopor social empowerment dan social agent of change
dengan muatan etik yang memihak rakyat kecil yang tidak berdaya dan lingkungan
hidup yang sehat.
Page | 12
arsitektur kampus yang secara keseluruhan membentuk kultur akademis yang ideal
(selaras dengan konsep keterpaduan agama dan sains).
Mahasiswa UIN Malang, tanpa kecuali, jurusan apapun yang diambil wajib
mengambil dan menguasai bidang ini. Mengikuti ahli fiqih, mendalami bahasa Arab
dan Inggris, ilmu manthiq, ilmu alam dan ilmu sosial serta sumber ajaran Islam
tersebut hukumnya fardhu ‘ain.
Page | 13
PENUTUPAN
Islam hadir dengan berbagai cara di Indonesia. Para Ulama pun melakukan berbagai
cara agar Islam tersebar luas, dan dipahami dengan baik oleh masyarakat Indonesia.
Sehingga, tidak menjadi hal yang tabu ketika Islam hadir dalam berbagai aspek termasuk
ilmu pengetahuan dan sains.
Islamisasi melalui ilmu pengetahuan dan sains bukanlah satu-satunya cara untuk
mencapai tujuan dari Islamisasi itu sendiri. Namun, menjadi salah satu cara yang cerdas
Page | 14
untuk menunjukan keagungan Al-Qur’an dan sunnah Rasullullah SAW melalui hal yang di
pandang mutlak seperti sains dan ilmu pengetahuan .
Pada akhirnya, kita mulai memasuki ranah pendidikan . Dimana objeknya itu sendiri
bukanlah terbatas pada orang dewasa saja, melainkan pada anak-anak yang mengenyam
bangku pendidikan. Walaupun, semua mempunyai tingkatan yang berbeda tentunya dalam
aspek penerapan Islamisasi itu sendiri.
Kampus menjadi salah satu objek paling nyata dan tepat untuk mewujudkan
Islamisasi ilmu pengetahuan dan sains ini. Mengapa demikian? Karena, dirasa merupakan
objek yang paling matang, dan mampu menjadi penggerak bagi penyebarluasan Islam itu
sendiri. Semakin kuat arus globalisasi, maka semakin beragam pula Islamisasi di Indonesia.
Dari mulai pendidikan, politik, sosial, bahkan ekonomi
DAFTAR PUSTAKA
Page | 15
Sayyed Hossein Nasr, Intelektual Islam; Teologi, Filsafat dan Gnosis, terjemahan
Jamal Barzinji, Sejarah Islamisasi Ilmu Pengetahuan, Jurnal SALAM, Edisi 2 dan 3,
1998
Page | 16