Penulis : Mahdavi Penerbit : Republika Tahun Terbit : 2013 Halaman : 396
Novel ini menceritakan tentang seorang perempuan yang menganut kepercayaan
feminisme , diantara orang tua yang beragama kristen dan katolik. Ia diajarkan untuk sangat membenci Islam , di dasarkan oleh pengalaman pribadi orang tuanya dan oleh propaganda- propaganda yang dibuat komunitas feminisnya tresebut tentang Islam. Ia termasuk dalam deretan wanita feminis yang sangat di andalkan oleh pemimpin komunitas tersebut, namun fakta bahwa keluarganya lekat dengan Islam tak dapat di bantah lagi . Sedikit demi sedikit banyak jalan yang Allah tunjukkan untuk menarik hatinya ke dalam Islam . Dimulai dengan kenyamanan yang muncul saat ia memasuki masjid , dan perasaan gemuruh serta kerinduan yang amat dalam ketika melihat umat Muslim sholat berjamaah. Kemudian, semua mulai terlihat terang ketika sodari muslimnya datang berkunjung. Semuanya semakin jelas, kegelisahan dan kerinduan terus menghantuinya. Hingga tanpa ia sadari , ia banyak belajar tentang Islam . Hingga pada puncaknya ia memutuskan untuk bersedia mengucapkan syahadat dan berpindah agama sebagai muslim. Dengan identitasnya yang baru, sudah tentu bukan hal yang mudah, baik dengan komunitas feminisnya , pun tentang kedua orang tuanya yang sangat keras menentang dan membenci Islam. Hingga ia muncul dalam titik keberaniaanya untuk mengutarakan identitasnya di depan komunitas feminisnya, dengan lantang mengundurkan diri. Serta mendapat respon dari kedua orang tuanya, seketika mengusirnya dari kediaman mereka. Disitulah letak perjuangannya, ketika teman-teman satu komunitas feminisnya merasa kesal akan identitas barunya sebagai seorang muslim. Berusaha menciderainya, namun Allah tetap bersama hamba-Nya yang teguh berada di jalanNya. Dan karna itu pula, ia dipertemukan dengan orang-orang yang senantiasa menuntunnya ke jalan Allah. Maka, dari kisah di atas dapat kita lihat dalam Islam tentang konsep kebebasan beragama . Seperti disebutkan dalam Q.S. An-Nahl: 125 “Ajaklah (manusia) kepada jalan Rabbmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik” . Dalam ayat tersebut dijelaskan, bahwa Islam tidak pernah dalam berdakwah memaksakan suatu kehendak untuk umatnya agar mau memeluk agama Islam. Namun diajarkan, agar mampu mengajak memalui hikmah dan dengan penuh kelemah lembutan. Islam selalu mengutamakan HAM dalam setiap dakwahnya, menghargai setiap keputusan yang dibuat oleh umatnya. Dan memiliki banyak sekali cara untuk menunjukkan hidayahNya. Tanpa sebuah paksaan ataupun diskriminasi . Termasuk dengan sabar menuntun umatnya untuk mampu melihat ke dalam agama yang benar, namun bukan berarti dengan cara memerangi mereka yang berbeda dengan Islam.