Anda di halaman 1dari 35

PEREMPUAN DALAM

PERSPEKTIF ISLAM:
HAKIKAT PENCIPTAAN
PEREMPUAN DAN
KEDUDUKAN
PEREMPUAN DALAM
ISLAM

Oci Senjaya,SH.,MH
HAKIKAT PENCIPTAAN PEREMPUAN DAN
KEDUDUKAN PEREMPUAN DALAM ISLAM

• DEFINISI ISLAM (bahasa Arab, al-islam)


“berserah diri kepada Tuhan” adalah agama yang
mengimani satu Tuhan, yaitu Allah. Islam dari
segi bahasa berasal daripada kata dasar salama
yang membawa maksud taat dan patuh, aman
dan damai serta terlepas atau jauh daripada
kekurangan kekurangan zahir dan batin.
Sedangkan Perempuan adalah salah satu dari
dua jenis kelamin manusia.
• Perempuan diciptakan untuk menjadi pasangan
atau teman laki-laki untuk saling mengisi.
Feminisme di kalangan orang Indonesia lebih
familiar dengan istilah emansipasi (kemerdekaan,
pembebasan).
• Sesungguhnya wanita muslimah mempunyai kedudukan
yang sangat tinggi di dalam Islam dan pengaruh yang begitu
besar di dalam kehidupan setiap Muslim. Dialah sekolah
pertama di dalam membangun masyarakat yang shalih jika
ia berjalan sesuai dengan petunjuk Al-Qur'an dan Sunnah
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Karena berpegang
teguh kepada kedua sumber itu dapat menjauhkan setiap
Muslim laki-laki dan wanita dari kesesatan di dalam segala
sesuatu.
• Islam benar-benar telah mengangkat harkat dan martabat
kaum wanita dan memuliakannya dengan kemuliaan yang
belum pernah dilakukan oleh agama lain. Wanita dalam
Islam merupakan saudara kembar laki-laki; sebaik-baik
mereka adalah yang terbaik bagi keluarganya. Wanita
muslimah pada masa bayinya mempunyai hak disusui,
mendapatkan perhatian dan sebaik-baik pendidikan dan
pada waktu yang sama ia merupakan curahan kebahagiaan
dan buah hati bagi kedua ibu dan bapaknya serta saudara
laki-lakinya.
• Dari Mu’awiyah bin Haidah Al Qusyairi radhiallahu’ahu,
beliau bertanya kepada Nabi:
ُ ‫ قُ ْل‬، َ‫ أ ُ َّمك‬: ‫ َم ْن أَبَرُّ ؟ قال‬: ‫ت‬
• : ‫ قال‬: ُّ‫ َم ْن أَبَر‬: ‫ت‬ ُ ‫ قُ ْل‬، ‫ك‬َ ‫ أُ َّم‬: ‫رسول هللاِ ! َم ْن أَبَرُّ ؟ قال‬
َ ‫يا‬
َ ‫ب فَاألَ ْق َر‬
‫ب‬ َ ‫ ثُ َّم األَ ْق َر‬، ‫ أباك‬: ‫ َم ْن أَبَرُّ ؟ قال‬: ‫ت‬ َ ‫أ ُ َّم‬
ُ ‫ قُ ْل‬، ‫ك‬
• “wahai Rasulullah, siapa yang paling berhak aku
perlakukan dengan baik? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu
siapa lagi? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi
menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab:
ayahmu, lalu yang lebih dekat setelahnya dan setelahnya”
(HR. Al Bukhari dalam Adabul Mufrad, sanadnya hasan).
Menurut bahasa, kata feminisme berasal dari bahsa Latin, femina
yang berarti perempuan. Dalam kamus bahasa Inggris, feminism
adalah kata benda dan diartikan sebagai sebuah doktrin atau
gerakan yang menganjurkan persamaan hak antara laki-laki dan
perempuan dibidang sosial, politik, dan ekonomi

• Perempuan, sebelum Islam datang, ditempatkan pada kedudukan yang


rendah oleh peradaban dan klaim kemajuan budaya umat manusia. Di
peradaban manapun, kecuali Islam, perempuan ditempatkan sebagai
obyek budak, pelayan dan pemuas nafsu lelaki saja. Berikut beberapa
pandangan Perempuan menurut baberapa masyarakat : Pada Masa
Sebelum Islam datang, kaum wanita hidup dalam kesengsaraan
terutama pada masa Arab jahiliyah, di mana saat itu mereka membenci
kelahiran anak perempuan. Sedangkan perempuan dalam pandangan
Yunani tak memiliki tempat yang layak. Bahkan kaum lelaki saat itu
mempercayai bahwa perempuan merupakan sumber penyakit dan
bencana. Pada masyarakat Persia, hukum yang mereka terapkan tak
memberikan keadilan bagi perempuan. Pada masyarakat India
mempercayai bahwa perempuan merupakan sumber dosa, kerusakan
akhlak dan pangkal kehancuran jiwa. Kemudian pada bangsa Yahudi,
perempuan selayaknya komoditas yang bisa diperjual-belikan di pasar.
NASIB PEREMPUAN PRA ISLAM
• KONSEP ISLAM TENTANG PEREMPUAN 1. Pemuliaan Islam
Terhadap Perempuan Islam memandang perempuan sebagai
makhluk yang mulia dan terhormat, memiliki hak dan
kewajiban yang disyariatkan Allah. Dalam Islam, haram
hukumnya menganiaya dan memperbudak perempuan, dan
pelakunya diancam dengan siksaan yang pedih.
• a. Kesamaan Kedudukan Perempuan dengan Laki – laki Salah
satu tema utama sekaligus prinsip pokok dalam ajaran Islam
adalah persamaan antar manusia, baik antara lelaki dan
perempuan maupun antar bangsa, suku, dan keturunan.
Kesamaan lain antara perempuan dan laki-laki adalah dalam
hal menerima beban taklif (melaksanakan hukum) dan
balasannya kelak di kahirat (Q.S. al-Mu’min:40) menyebutkan
bahwa siapa saja laki-laki maupun perempuan yang beriman
dan mengerjakan amal saleh, maka akan masuk surga. Ajaran
Islam melarang untuk menyakiti dan mengganggu orang
beriman, baik laiki-laki maupun perempuan, dan mengancam
pelanggarnya dengan siksa yang pedih (Q.S. al-Buruj:10).
• b. Perbedaan Perempuan dengan Laki-laki Dalam Q.S. Ali
‘Imran:36, Allah SWT menegaskan bahwa secara kodrati laki-
laki memang berbeda dari perempuan. Letak perbedaan ini,
menurut K.H. Ali Yafie, sebagian besar menyangkut dua hal,
yaitu: perbedaan biologis dan perbedaan fungsional dalam
kehidupan sosial. Dalam konteks kepemimpinan keluarga, Islam
memandang Istri bukan hanya mitra suami, melainkan juga
sahabatnya (Q.S. al-A’raf:189, al-Nisa’:9, al- Rum:21).
• c. Peranan Perempuan dalam Keluarga Wanita diberikan
peranan secara khas dan eksklusif untuk membesarkan anak
karena wanita diberikan keistimewaan dan keunikan yang tidak
dimiliki oleh kaum pria dari segi biologi-fisiologi, mental dan
emosi.
• d. Hak-hak Perempuan • Hak politik • Hak profesi • Hak dan
kewajibab belajar • Hak sipil • Hak berpendapat
• e. Peran perempuan dalam Membangun Masyarakat Muslim di
Masa Awal Islam Terdapat banyak tokoh wanita penting yang
lain merupakan orang-orang terdekat dengan pembawa Islam
itu sendiri yaitu Rasulullah Muhammad seperti istri, putri, dan
kerabat dekat beliau. Misalnya Khadijah dan Aisyah yang
merupakan istri Rasul, dan Fatimah yang merupakn putri
beliau. Salah satu aktivitas sosial yang banyak diminati kaum
perempuan muslimah pada masa awal sejarah peradaban
Islam adalah bidang kependidikan dan pelayanan sosial, untuk
meningkatkan kecerdasan dan kesejahteraan.
Ketauladanan Tokoh Perempuan Islam

• Khadijah Binti Khuwaid


Rasulullah menikahi seorang pengusaha terkenal di Arab. Dialah
Khadijah binti Khuwaid. Dalam banyak riwayat, Khadijah adalah
istri yang setia pada suaminya.
Dialah orang pertama yang menyatakan beriman dan
membenarkan da’wah Rasulullah SAW. Khadijah membela
Rasulullah SAW dengan jiwa dan hartanya. Khadijah
mendampingi Rasulullah SAW pada masa awal perjuangan
da’wah beliau yang sangat berat hingga ajal menjemputnya.
Selama Khadijah hidup, Rasulullah SAW tidak menikah dengan
wanita selainnya.
Dalam salah satu hadits diriwayatkan bahwa, Rasulullah SAW
bersabda:
“Dia beriman kepadaku ketika orang-orang ingkar kepadaku, dia
membenarkanku ketika orang-orang mendustakanku, dia
menyerahkan hartanya untukku ketika orang-orang mencegah
hartanya untukku, dan Allah memberiku keturunan lewatnya,
sementara yang lainnya tidak mendapatkannya.” (HR. Ahmad)
2. Aisyah Binti Abu Bakar
• Aisyah adalah putri dari sahabat Rasulullah yang paling ia cintai, Abu Bakar.
Beliau menjadi istri Rasulullah SAW yang menemani hingga beliau meninggal.
Aisyah menjadi istri yang paling banyak mengahabiskan waktu bersama beliau
ketika beliau telah menjadi Rasul. Oleh sebab itu, Aisyah banyak
meriwayatkan-kan hadits dari Rasulullah, baik dari perkataan beliau maupun
kebiasaan-kebiasaannya.
• Meskipun Aisyah menjadi istri Rasulullah saat usianya masih belia, namun
keteladanannya dalam membangun rumah tangga patut dicontoh. Salah satu
kisahnya dalam sejarah dikenal dengan istilah Haditsul Ifhi (berita dusta).
• Kisah ini bermula saat Rasulullah dan pasukannya pulang perang Bani
Mustaliq. Aisyah yang ikut serta dalam rombongan, kehilangan kalung yang ia
pinjam dari saudaranya. Aisyah pun mencari kalung tersebut dan rombongan
kaum muslimin meneruskan pulang ke Madinah. Aisyah tertinggal rombongan.
Ia berharap rombongan kembali setelah menyadari bahwa ia tertinggal.
• Saat menunggu di bawah pohon, seorang sahabat bernama Shafwan bin
Mu’aththal lewat dan menawarinya menaiki hewan tunggangannya dan ia
akan menuntunnya. Beberapa hari setelah sampai di Madinah, Aisyah dituduh
telah selingkuh. Fitnah ini pun menyebar luas hingga Rasulullah SAW
mengumpulkan para sahabat dan meminta pendapat mereka terkait hal ini.
• Hingga turunlah wahyu dari Allah SWT berikut
• “Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari
golongan kamu juga. Janganlah kamu mengira bahwa berita bohong itu buruk
bagimu bahkan ia adalah baik bagimu. Tiap-tiap seorang dari mereka
mendapat balasan dari dosa yang dikerjakan. Dan siapa di antara mereka
yang mengambil bagian terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya
azab yang besar.”  (QS. An-Nur: 11)
3. Fatimah Binti Rasulullah
• Tidak semua yang kita dengar harus kita sampaikan kepada orang lain.
Apalagi jika hal tersebut bersifat rahasia. Kisah Fatimah, putri Rasulullah
dalam menjaga rahasia patut menjadi teladan bagi kita sebagai
muslimah. Nah, seperti apa kisahnya?
• Ketika sakit yang diderita Rasulullah SAW semakin berat, istri-istri beliau
berkumpul di sekelilingnya. Saat itu Fatimah datang menjenguknya.
Setelah mempersilakan duduk putrinya, beliau membisikan sesuatu
kepada Fatimah. Pada bisikan pertama Fatimah menangis, lalu
kemudian ia tertawa setelah bisikan kedua.
• Ketika Fatimah beranjak untuk pulang, Aisyah menanyainya apa yang
telah disampaikan Rasulullah SAW sehingga ia menangis lalu tertawa.
Namun, Fatimah dengan berkata, “Saya tidak akan membuka rahasia
Rasulullah SAW.”
• Setelah wafatnya Rasulullah, Aisyah kembali mempertanyakan hal
tersebut. Akhirnya Fatimah pun menjawab, “Kalau sekarang, bolehlah,”
seraya ia melanjutkan:
• “Pada bisikan pertama, Rasulullah menyampaikan bahwa Jibril biasanya
setiap tahun mengulang bacaan Al Qur’an sebanyak sekali kepadanya,
tapi tahun ini dia melakukannya dua kali. Hal tersebut beliau yakini
sebagai pertanda ajalnya yang telah dekat, maka beliau berpesan
kepadaku agar bertaqwa dan bersabar, karena beliau akan
mendahuluiku, mendengar itu aku menangis. Kemudian beliau
menambahkan bahwa akulah pemimpin wanita umat ini, dan akulah
orang yang paling cepat menyusul beliau, mendengar itu aku tertawa.”
(HR. Muslim)
• Beberapa bulan kemudian Fatimah wafat menyusul Rasulullah SAW.
• Shafiyyah Binti Abdul Muthalib
• Ummu Sulaim
• Ummu Salamah
• Asma Binti Abu Bakar
• Zainab Binti Abu Mu’awiyah
• Khaulah Binti Tsa’labah
Tanggung Jawab Muslimah dalam Struktur Komunitas
Masyarakat
• Urgensi atau pentingnya (peran wanita) itu tampak di dalam beban tanggung jawab
yang harus diembannya dan perjuangan berat yang harus ia pikul yang pada
sebagiannya melebihi beban tanggung jawab yang dipikul kaum pria. Maka dari itu,
di antara kewajiban terpenting kita adalah berterima kasih kepada ibu, berbakti
kepadanya dan mempergaulinya dengan baik. Dalam hal ini ia harus lebih
diutamakan dari pada ayah. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman.

Artinya : "Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang
ibu-bapaknya ; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku
dan kepada kedua ibu bapakmu, hanya kepada Ku-lah kamu kembali". [Luqman :
14]

‘Wahai sekalian wanita, bersedekahlah kalian, karena sesungguhnya kalian pernah


diperlihatkan kepadaku sebagai penghuni Neraka yang paling banyak.’ Mereka
bertanya, ‘Karena apa, wahai Rasulullah?’ Beliau menjawab, ‘Kalian banyak
melaknat dan mengingkari suami. Aku tidak melihat pihak yang memiliki
kekurangan pada akal dan agama yang lebih cepat menghilangkan akal orang laki-
laki yang teguh melebihi salah seorang di antara kalian.’ Mereka bertanya, ‘Lalu
apa kekurangan agama dan akal kami, wahai Rasulullah?’ Beliau bertanya,
‘Bukankah kesaksian seorang wanita itu seperti setengah kesaksian orang laki-
laki?’ Mereka menjawab, ‘Benar.’ Beliau bersabda, ‘Demikianlah bagian dari
kekurangan akalnya. Bukankah jika sedang haid, dia tidak shalat dan tidak
berpuasa?’ Mereka menjawab, ‘Benar.’ Beliau pun bersabda, ‘Demikianlah bentuk
kekurangan agamanya.’” [HR. Al-Bukhari dan Muslim]
• Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

‫ن اَل‬2‫عَ لَ ْي ِه َّن َ ْأ‬2‫ِ َم ِة ِهَّللا َولَ ُك ْم‬222‫ب‬


‫ َجه َُّن ِ َكل‬2‫و‬222‫ف‬‫ ُ ُر‬2‫ ْستَحْ لَ ْلتُْم‬2‫م ِان ِهَّللا َوا‬222‫ب‬
َ َ ‫ َخ ْذت ُ ُمو ُه َّن ِ أ‬2‫ َأ‬2‫ ُك ْم‬222‫ف‬ ‫ا َهَّللا ِ ي‬2‫قُو‬222‫ف‬
َّ‫ َسا ِء َ إِن‬22‫ لنِّا‬222‫ف‬ َّ‫َ ات‬
‫ ِر ْزقُه َُّن َو ِك ْس َوتُه َُّن‬2‫لَه َُّن عَ لَ ْي ُك ْم‬2‫ح َو‬ ٍ ‫ بًا َغي َْر ُمبَ ِّر‬2ْ‫ ُه َّن َضر‬2‫اضْ ِربُو‬ ْ ‫ن َ َع‬222‫ف‬
222‫ل َن َذلِ َك َ ف‬222‫ف‬ ‫ َحدًا َ ْك‬2‫ َأ‬2‫ َش ُك ْم‬222‫ف‬
ْ ِ ‫ َ إ‬2‫ َرهُونَ ُه‬222‫ت‬ ‫و ِط ْئ َن ُ ُر‬22‫ُ ي‬
1218 : 2‫ مسلم‬2‫خرجه‬2‫ُوفأ‬ .ِ ‫ر‬2‫ ْع‬222‫ب‬‫ِ ْل َم‬
22‫ا‬

"Bertakwalah kalian kepada Allah (dalam menangani) istri-istri.


Sesungguhnya kalian mengambil mereka dengan rasa aman dari Allah,
menghalalkan kemaluan mereka dengan kalimat Allah. Hak kalian atas
mereka, (ialah) mereka tidak boleh memasukkan ke ranjang kalian
seseorang yang kalian benci. Jika mereka melakukannya, maka pukullah
mereka dengan pukulan yang tidak menyakitkan. Bagi mereka (yang
menjadi kewajiban) atas kalian memberi rezki dan sandang bagi mereka
dengan sepantasnya". [HR Muslim, 1218]
• Agama Islam yang hanif, dengan arahan-arahan yang lurus serta petunjuk-
petunjuknya yang penuh hikmah, memelihara wanita, melindungi
kemuliaan dan martabatnya. Juga menjamin terwujudnya kemuliaan dan
kebahagiaanya.

• Islam telah membuka jalan bagi wanita untuk meraih nikmatnya kehidupan,
jauh dari suasana yang meragukan dan fitnah, serta (jauh) dari kejelekan
dan kerusakan. Ajaran-ajaran Islam merupakan katup pengaman tidak
hanya bagi diri wanita, tetapi bersifat menyeluruh untuk masyarakat,
supaya tidak terjerat kejelekan dan fitnah. Dan Islam berfungsi untuk
mencegah dari musibah dan prahara yang bakal menimpa
• Kewajiban wanita muslimah, adalah menerima segala pengajaran Islam
dengan dada yang lapang, hati yang jernih, penerapan dan pengamalan
yang baik, agar ia dapat hidup dengan bahagia, memenangkan ridha
Rabbnya dan kebahagiaan duniawi dan ukharawi.

Kewajiban para penanggung jawab wanita agar mereka serius dalam


memperhatikan dan membina mereka dengan adab-adab Islam, dan
menjaga hak-hak pribadi mereka serta memuliakan dan berbuat baik
kepada mereka sebagai bentuk ketaatan kepada Allah dan pencarian
pahala dan bentuk realisasi takwa kepada Allah. Allah lah tempat
memohon pertolongan, tidak ada Rabb selainnya. Wala haula wala
quwwata illa billah.

• Apabila rambu-rambu Islam yang berkaitan dengan wanita telah lenyap


dari tatanan masyarakat, maka akan timbul kerusakan, keburukan dan
bahaya datang silih berganti. Fakta sejarah telah menjadi saksi.
Barangsiapa yang mencermati sejarah sepanjang zaman, akan
menyimpulkan bahwa faktor yang sangat berpengaruh bagi kehancuran
sebuah peradaban, hancurnya komunitas, kemerosotan moral,
menjamurnya tindakan amoral dan keruntuhan nilai-nilai luhur, serta
meluasnya tindakan kriminal, adalah terlepasnya wanita dari ajaran-
ajaran agama yang lurus serta pengarahan-pengarahannya yang penuh
bijak, bimbingannya yang berkah.
• Bagaimanakah cara yang seharusnya dilakukan oleh wanita dalam
melakukan kontribusi perbaikan masyarakat? Ada beberapa langkah
yang harus diperhatikan, di antaranya:

• Pertama, Keshalihan Wanita


• Sebagaimana yang telah kita bahas sebelumnya bahwa
menghambakan diri kepada Allah adalah merupakan ciri dari wanita
yang shalih. Sementara itu keshalihan seorang wanita merupakan
asas yang terpenting sekali daripada asas-asas yang lain. Kegagalan
asas ini dapat mengakibatkan asas-asas lain tidak akan berfungsi
untuk memberi kebahagiaan yang sebenarnya di dalam kehidupan.
Tanpa wanita yang shalih maka keluarga-keluarga Islam tidak akan
dapat diwujudkan, padahal pembinaan dan terbentuknya pergerakan
Islam itu bergantung kepada kelahiran keluarga-keluarga Islam ini.
Kalau sekiranya pergerakan Islam itu penting untuk membawa dan
mempraktekkan Islam maka Wanita yang shalih juga sama
pentingnya.
• Karena itu, hendaknya wanita yang berperan dalam memperbaiki
masyarakat adalah wanita yang shalihah agar ia dapat menjadi
contoh dan teladan bagi wanita lain. Agar seorang wanita mencapai
derajat shalihah, maka ia harus memiliki ilmu, yaitu ilmu syar’i yang
dapat ia pelajari melalui kitab-kitab (buku) atau melalui apa yang ia
dengar dari lisan para ulama. Ia dapat mendengarkan rekaman
ceramah-ceramah mereka, dan media kaset ini cukup berperan
dalam mengarahkan masyarakat menuju perbaikan dan keshalihan.
• Bagaimanakah sifat-sifat wanita yang menghambakan diri kepada
Allah Ta’ala itu?
• Taat kepada Allah Ta’ala dan Rasul serta patuh kepada perintah-
Nya. Sanggup menjaga kesucian dirinya walaupun di tempat-
tempat yang sunyi dari pandangan orang lain, juga sering berdzikir
kepada Allah Ta’ala serta takut kepada-Nya.
• Allah Ta’ala berfirman,
• ُ ‫ب بِ َما َحفِظَ هَّللا‬ َّ ‫فَال‬
ِ ‫صالِ َحاتُ قَانِتَاتٌ َحافِظَاتٌ ِل ْل َغ ْي‬
• “Wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara
diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara
(mereka).” (QS. An-Nisa’, 4: 34)

• Bersyukur terhadap nikmat yang diberikan oleh Allah Ta’ala


kepada suaminya, karena ia meyakini bahwa Allah Ta’ala telah
menakdirkannya, sementara takdir Allah Ta’ala tidak pernah
mencelakan dirinya.
• Taat kepada suaminya serta memahami hak dan kewajiban
terhadap suaminya. Seperti yang pernah disabdakan oleh
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
• Kedua, peran dan tanggung jawab dalam ra’iyyatun li abna-iha
(mendidik /menjaga anak-anaknya).
• Allah Ta’ala berfirman,
• ‫س ِدي ًدا‬ ِ ً‫ين لَ ْو تَ َر ُكوا ِمنْ َخ ْلفِ ِه ْم ُذ ِّريَّة‬
َ ‫ض َعافًا َخافُوا َعلَ ْي ِه ْم فَ ْليَتَّقُوا هَّللا َ َو ْليَقُولُوا قَ ْواًل‬ َ ‫َو ْليَ ْخ‬
َ ‫ش الَّ ِذ‬
• “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang
seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang
lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)
mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada
Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang
benar.” (QS. An-Nisa, 4: 9)
• Ayat ini hendaknya menumbuhkan kesadaran para orangtua
akan mas’uliyah (tanggung jawab) mereka dalam
memperhatikan anak keturunannya. Hendaknya mereka takut
dan khawatir jika meninggalkan keturunan yang lemah; baik
lemah finansial maupun lemah akal dan pendidikannya.
Sadarilah, lemahnya pendidikan harus lebih lebih diwaspadai
daripada lemahnya harta atau finansial.
• Tanggung jawab pendidikan adalah tanggung jawab bersama
suami-istri; namun tidak dapat dipungkiri bahwa peran dan
tanggung jawab wanita dalam hal ini porsinya cukup besar.
Karena dialah yang memiliki porsi lebih besar dalam berinteraksi
dengan anak-anaknya. Renungkanlah hadits berikut ini,
• ‫اع فِي أَ ْهلِ ِه َوه َُو‬ٍ ‫سئُو ٌل عَنْ َر ِعيَّتِ ِه َوال َّر ُج ُل َر‬ ٍ ‫سئُو ٌل عَنْ َر ِعيَّتِ ِه اإْل ِ َما ُم َر‬
ْ ‫اع َو َم‬ ْ ‫اع َو ُك ُّل ُك ْم َم‬
ٍ ‫ُك ُّل ُك ْم َر‬
‫اع فِي َما ِل‬ ٍ ‫سئُولَةٌ عَنْ َر ِعيَّتِ َها َوا ْل َخا ِد ُم َر‬ ْ ‫ت َز ْو ِج َها َو َم‬ِ ‫اعيَةٌ فِي بَ ْي‬ ِ ‫سئُو ٌل عَنْ َر ِعيَّتِ ِه َوا ْل َم ْرأَةُ َر‬ ْ ‫َم‬
‫سئُو ٌل عَنْ َر ِعيَّتِ ِه‬ ْ ‫سيِّ ِد ِه َو َم‬
َ
•  “Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan
dimintai pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya. Imam
adalah pemimpin yang akan diminta pertanggung jawaban atas
rakyatnya. Seorang suami adalah pemimpin dan akan dimintai
pertanggung jawaban atas keluarganya. Seorang isteri adalah
pemimpin di dalam urusan rumah tangga suaminya, dan akan
dimintai pertanggung jawaban atas urusan rumah tangga
tersebut. Seorang pembantu adalah pemimpin dalam urusan
harta tuannya, dan akan dimintai pertanggung jawaban atas
urusan tanggung jawabnya tersebut.” (HR. Bukhari No. 844)
• Maka, diantara peran dan tanggungjawab seorang muslimah
adalah memberikan pendirikan yang terbaik kepada anak-
anaknya. Masa yang penting dalam pendidikan kepada mereka
adalah apa yang disebut golden-age, masa di mana anak
sangat mudah menyerap segala informasi, belajar tentang
segala sesuatu. Dan ibu adalah orang yang terdekat dengan
anak, yang lebih sering berinteraksi dengan anak. Wahai
muslimah, teruslah tempa diri  agar menjadi sumber ilmu dan
pendidik pertama bagi anak-anak, yang mampu menanamkan
fondasi awal dan utama bagi generasi yang akan menjadi
pemimpin masa depan.
• Ketika anak mulai memasuki dunia sekolah, tugas ibu tak
lantas menjadi tergantikan oleh sekolah. Bahkan sang ibu
dituntut untuk dapat mengimbangi apa yang diajarkan di
sekolah.
• Peran yang demikian strategis ini, menuntut wanita muslimah
untuk membekali dirinya dengan ilmu yang memadai. Maka,
mereka harus terus bergerak meningkatkan kualitas dirinya.
Karena untuk mencetak generasi yang berkualitas, dibutuhkan
pendidik yang berkualitas pula. Hal itu berarti, seorang wanitia
tidak boleh berhenti belajar. Teladanilah para shahabiyah yang
bahkan meminta kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam untuk diberikan kesempatan di hari tertentu khusus
untuk mengajari mereka.
• “Seorang wanita menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam dan menyampaikan uneg-unegnya, ‘Wahai
Rasulullah, orang laki-laki sudah biasa datang kepadamu
dan menimba hadits, maka tolong berilah kami jatah
harimu sehingga kami bisa menemuimu dan anda dapat
mengajarkan kepada kami ilmu yang telah Allah ajarkan
kepada anda.’ Rasul mengiyakan dengan bersabda:
‘Boleh, berkumpullah kalian pada hari ini dan ini, di tempat
si fulan dan fulan, ‘ maka para wanita pun berkumpul dan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengajari mereka
ilmu yang telah Allah ajarkan kepada beliau…’” (HR.
Bukhari No. 6766)
• Dengan begitu akan bermunculan kembali Aisyah-Aisyah
yang mempunyai pemahaman yang luas dan mendalam
tentang agamanya
• Wahai muslimah, didik putra-putrimu agar mengenal Allah
Ta’ala dan taat pada-Nya, agar gemar membaca dan
menghapal kalam-Nya. Ajarkan mereka agar mencintai
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan meneladani
beliau. Bekali mereka dengan akhlak imani, mencintai
sesama, menghormati yang tua dan menyayangi yang
muda. Jadilah kalian Khansa-Khansa baru yang siap
mencetak para syuhada.
• Ketiga, peran dan tanggung jawab sebagai waziratun li
zaujiha (pendamping suaminya).
• Allah Ta’ala memberikan perumpamaan yang indah tentang
ikatan suami-istri,
• َ ُ‫ون أَ ْنف‬
َ ‫س ُك ْم فَت‬
‫َاب َعلَ ْي ُك ْم َو َعفَا َع ْن ُك ْم‬ َ ُ‫اس لَ ُهنَّ َعلِ َم هَّللا ُ أَن َّ ُك ْم ُك ْنتُ ْم ت َْختَان‬
ٌ َ‫اس لَ ُك ْم َوأَ ْنتُ ْم لِب‬
ٌ َ‫هُنَّ لِب‬
• “Mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah
pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu
tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni
kamu dan memberi ma’af kepadamu”. (QS. Al-Baqarah,
2:187)
• Dalam kehidupan sehari-hari fungsi pakaian setidaknya ada
tiga, yaitu: menutup aurat, melindungi diri dari panas dan
dingin, serta sebagai perhiasan. Begitupula kehidupan rumah
tangga seorang muslim dan muslimah; mereka hendaknya
saling menutupi kekurangan masing-masing, saling
melindungi dan memberi manfaat, serta saling membantu
dalam memancarkan kebaikan di tengah-tengah masyarakat.
• Keempat, peran dan tanggung jawab sebagai ukhtan li mujtama’iha
(saudara bagi masyarakatnya).
• Muslimah hendaknya turut berkontribusi dalam melakukan perbaikan dan
pembangunan di tengah-tengah masyarakatnya, terutama dalam rangka
mencetak individu yang baik yang kelak menjadi anggota masyarakat yang
baik.
• Perbaikan masyarakat ada dua macam:
1. Perbaikan yang Zhahir (Nampak). Yaitu perbaikan yang dilakukan di tempat-
tempat terbuka, seperti: masjid, pasar, tempat kerja, dan sejenisnya. Jenis
perbaikan seperti porsinya lebih besar dilakukan oleh kaum laki-laki, karena
merekalah yang lebih banyak beraktivitas di luar rumah.
2. Perbaikan di Balik Tabir.Yaitu perbaikan yang dilakukan di dalam rumah.
Urusan ini biasanya diperankan oleh kaum wanita, karena merekalah yang
menjadi pengatur urusan-urusan internal rumah tangga, sebagaimana
difirmankan oleh Allah Ta’ala,
• Bagaimanakah cara yang seharusnya dilakukan oleh
wanita muslimah dalam berkontribusi dalam perbaikan
masyarakat? Ada beberapa langkah yang harus
diperhatikan, diantaranya:
1. Menjaga keshalihan, sebagaimana telah dibahas di awal.
2. Fasih di dalam berbicara, yakni mampu mengungkapkan
perasaan, ide, dan gagasan dengan penuh hikmah
(berdasarkan ilmu dan kebijaksanaan).
3. Mampu mendidik anak-anaknya dengan baik. Dengan
begitu ia telah berkontribusi dalam memperbaiki
masyarakat.
4. Giat dalam berdakwah di lingkungan luar yang
memungkinkan baginya.

Guna mewujudkan peran dan tanggung jawabnya tersebut


secara seimbang, hendaknya wanita muslimah mampu
melakukan tarbiyah dzatiyah (sarana pembinaan yang guna
nya untuk membentuk kepribadiaan islami yang
sempurna).secara berkesinambungan; yakni menyiapkan dan
memanfaatkan sarana pembinaan diri sehingga dirinya
terbentuk menjadi muslimah yang berkepribadian islami di
seluruh sisinya; ilmiah, iman, akhlak, sosial, dan lain
sebagainya.
• Hal demikian dapat terwujud jika perempuan mampu
melakukan tandzimul auqat (menata waktu) dan adaul
insyithatil mushalati ila itqanil ‘amal (melakukan kegiatan-
kegiatan yang menunjang terwujudnya amal yang
sempurna); diantaranya adalah: muhasabah, taubat,
mencari ilmu dan memperluas wawasan, komitmen dengan
amalan harian, memperbaiki akhlak, melibatkan diri dalam
aktivitas dakwah, mujahadah (bersungguh-sungguh), dan
selalu berdo’a.
Islam dan Konstruksi tentang Gender

• Konstruksi Politik dan Budaya

Sejarah dan kiprah wanita- wanita istimewa seperti Khadijah,Aisyah,


Fatimah binti Muhammad menunjukkan bahwa wanita-wanita pada
zaman Nabi Muhammad SAW tidak jauh berbeda dengan wanita-
wanita pada zaman modern ini. Mereka tidak hanya aktif di ruang
domestik –mengurus suami dan rumah tangga, serta mendidik
anak– tapi juga aktif di ruang-ruang publik.

Menurut pandangan Islam laki-laki dan perempuan adalah sama,


karena mereka merupakan kelompok umat manusia yang satu. Islam
tidak membeda-bedakan antara laki-laki dan perempuan di dalam
mengajak manusia kepada keimanan. Seperti firman Allah dalam
Artinya: “Katakanlah: "Hai manusia Sesungguhnya aku adalah
utusan Allah kepadamu semua, Yaitu Allah yang mempunyai
kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah)
selain Dia, yang menghidupkan dan mematikan, Maka berimanlah
kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang Ummi yang beriman
kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan
ikutilah Dia, supaya kamu mendapat petunjuk.”
• Diawali dengan anggapan bahwa konstruksi gender dalam
masyarakat sangat dipengaruhi oleh agama dan ideologi yang
dianutnya, Anggapan bahwa pemahaman agama bias gender
membuat arah baru gerakan feminisme, di mana para feminis mulai
menawarkan pemaknaan baru terhadap agama sekaligus
membongkar dogma-dogma agama yang telah mapan dan dianggap
membelenggu kaum perempuan. Dia menganggap bahwa
subordinasi terhadap perempuan yang terjadi di masyarakat Barat
waktu itu berakar dari ideology dan agama yang dipegang teguh
masyarakat.
• Isu penting yang muncul menjelang berakhirnya abad ke-20 adalah
persoalan gender. Isu tentang gender ini telah menjadi tema sentral
dan menarik untuk dibicarakan dan menjadi bahasan yang
memasuki setiap analisis sosial, perubahan sosial, dan juga
persoalan pembangunan dan perubahan sosial. Sesungguhnya ini
menjadi penting karena kaum perempuan dianggap punya andil
dalam keberhasilan pembangunan, baik fisik apalagi moril.
• Dalam membicarakan persoalan gender pasti pikiran kita akan terus
digiring terhadap eksistensi perempuan, terutama yang berkaitan
dengan persoalan hak-hak yang terabaikan. Istilah gender itu pada
awalnya berkembang sebagai suatu analisis ilmu sosial oleh Ann
Oakley, dan sejak saat itu menurutnya gender lantas dianggap
sebagai alat analisis yang baik untuk memahami persoalan
diskriminasi terhadap kaum perempuan secara umum.
• Ada banyak sebab mengapa feminisme di kalangan Islam
juga berkembang, sebab yang paling nyata adalah karena
kondisi di sebagian masyarakat Islam yang pemahaman,
persepsi, dan perlakuan terhadap perempuan lebih banyak
diwarnai oleh kultur lokal dibanding Islam. Mereka
mengkritik pemahaman yang berkembang selama ini.
Pemahaman masyarakat dan ulama khususnya terhadap
hadits dan ayat-ayat Al-Qur’an dianggap bias gender.
Itulah sebabnya menurut mereka di masyarakat Islam
masih ada fenomena penindasan dan ketidakadilan
terhadap kaum perempuan. Feminis muslim memahami
bahwa spirit Islam yang dibawa Rasul adalah untuk
membebaskan kaum perempuan dari penindasan dan
ketidakadilan tersebut, seperti yang banyak dilansir dalam
sejarah Islam dengan sebutan zaman jahiliyah.
• SEJARAH FEMINISME Gerakan feminis di Barat penyebab
utamanya adalah pandangan meremehkan bahkan membenci
perempuan (misogyny), bermacam-macam anggapan buruk
(stereotype) yang dilekatkan kepadanya, serta aneka citra
negatif yang terwujud dalam tata nilai masyarakat, kebudayaan,
hukum, dan politik. Lahirnya gerakan Feminisme yang
dipelopori oleh kaum perempuan terbagi menjadi dua
gelombang dan pada masing–masing gelombang
keberadaaanya memiliki perkembangan yang sangat pesat.
Diawali dengan kelahiran era pencerahan yang terjadi di Eropa
dimana Lady Mary Wortley Montagu dan Marquis de
Condoracet sebagai pelopornya. Feminisme barat atau sering
disebut feminisme arus utama, tidak memperdulikan ragam
budaya yang mempengaruhi perempuan itu sendiri, sehingga
perempuan yang berada di negara berkembang (dunia ketiga)
disebut oleh feminis barat sebagai perempuan yang bodoh,
terbelakang, buta huruf, tidak progresif dan tradisional.
• Sejarah feminis di Indonesia telah dimulai pada abad 18
oleh RA Kartini melalui hak yang sama atas bidang
pendidikan bagi anak-anak perempuan.
• RA. Kartini lahir pada tanggal 21 April 1879 di Jepara,
Jawa Tengah. RA. Kartini dikenal sebagai wanita yang
mempelopori kesetaraan derajat antara wanita dan pria
di Indonesia. Hal ini dimulai ketika Kartini merasakan
banyaknya diskriminasi yang terjadi antara pria dan
wanita pada masa itu, dimana beberapa perempuan
sama sekali tidak diperbolehkan mengenyam pendidikan.
Kartini sendiri mengalami kejadian ini ketika ia tidak
diperbolehkan melanjutkan studinya ke jenjang yang
lebih tinggi. Kartini sering berkorespondensi dengan
teman-temannya di luar negeri, dan akhirnya surat-surat
tersebut dikumpulkan oleh Abendanon dan diterbitkan
sebagai buku dengan judul “Habis Gelap Terbitlah
Terang”.
• Pandangan Islam Tentang Feminisme Dalam pandangan
Islam, ide dasar dan utama yang diperjuangkan oleh
feminisme berupa keadilan antara laki-laki dan perempuan
dalam wujud kesetaraan kedudukan dan hak antara
perempuan dengan laki-laki adalah sesuatu yang tidak benar
dan menyalahi kodrat kemanusiaan. Dalam konteks keluarga,
Islam memandang perempuan sebagai pasangan, partner, dan
sahabat laki-laki dalam menjalankan tugas mengabdi kepada
Allah SWT dan menjadi khalifah di bumi melalui pembagian
pekerjaan di antara keduanya. Tolok ukur kemuliaan dalah
ketakwaan yang diukur secara kualitatif, yaitu sebaik apa-
bukan sebanyak apa-seseorang bertakwa kepada Allah SWT
(Q.S. al-Hujurat:13 dan al-Mulk:2). Bagi golongan Islamis,
kesetaraan tidak semestinya bermakna penyamarataan.
• Dalam kaca mata Islam, keadilan adalah meletakkan sesuatu
pada tempatnya sehingga perlu mempertimbangkan
kesesuaian, kelayakan, kesediaan dan fitrah dalam
menempatkan seseorang yang terbaik untuk tugas tertentu
• RAGAM FEMINISME

• a. Feminisme Liberal Bertumpu pada kebebasan dan


kesetaraan rasionalitas.
• b. Feminisme Marxis Sumber penindasan perempuan
berasal dari eksploitasi kelas dan cara produksi.
• c. Feminisme Radikal Bertumpu pada pandangan bahwa
penindasan terhadap perempuan terjadi akibat sistem
patriarki (sistem yang berpusat pada laki-laki).
• d. Feminisme Sosial Menggunakan analisis kelas dan
gender untuk memahami penindasan perempuan.
• e. Feminisme Teologis Berpendapat bahwa penyebab
tertindasnya perempuan oleh laki-laki adalah teologi atau
ideologi masyarakat yang menempatkan perempuan di
bawah laki-laki (subordinasi).
• f. Ekofeminisme Usaha untuk mengakhiri penindasan
perempuan akibat sistem patriarki.
• KRITIK TENTANG FEMINISME Gerakan feminisme diakui
telah banyak membawa perubahan positif pada kondisi
perempuan. Kritik tersebut bersifat teoritis, namun lebih
sering berupa bukti nyata kegagalan feminisme. Kritik dan
tanggapan negatif tersebut, antara lain :
• a. Berbagai eksperimen membuktikan bahwa pria dan
perempuan sama mengalami kegagalan. Contohnya,
ketika pada tahun 1997 pemerintahan Inggris
memberlakukan “gender free approach” dalam merekrut
tentaranya dan memberlakukan ujian fisik yang sama.
• b. Eksperimen penerapan persamaan jender juga
dilakukan negara-negara Skandinavia. Mereka
mengkampanyekan agar laki-laki tidak malu berkerja di
sektor domestik, dan sisi lain mendorong perempuan
untuk bekerjaan di luar rumah dengan cara menyediakan
tepat penitipan anak (day care center) secara besar-
besaran.
• c. Munculnya para feminis radikal yang mengutuk system
patriarki, mencemooh perkawinan, menghalalkan aborsi,
menyarankan lesbianism dan revolusi seks, justru
menodai reputasi gerakan itu
• Secara sederhana dapat diartikan sebagai sebuah proses
yang terus berjalan dan tidak pernah berhenti atau
berjalan ditempat. Amina Wadud dalam penelitiannya
mengatakan bahwa, di bidang gender, para pemikir
konservatif menafsirkan reformasi yang jelas, yang
dilakukan Al-Qur’an terhadap praktik historis dan kultur,
sebagai pernyataan yang sesungguhnya dan pasti tentang
praktik tersebut untuk selamanya dan di manapun. Yang
dibutuhkan adalah suatu pemahaman yang menganggap
perubahan tersebut sebagai upaya membangun preseden
untuk dikembangkan secara berkelanjutan menuju sebuah
tatanan sosial yang adil. Tatanan sosial yang adil dan
komprehensif tidak saja memperlakukan wanita secara
adil, tetapi juga melibatkan wanita sebagai agen, yang
bertanggung jawab untuk memberikan konstribusi
terhadap semua persoalan yang berhubungan dengan
masyarakat manusia. Menarik untuk dibicarakan, paling
tidak sebagai upaya mengangkat harga diri kaum
perempuan sehingga lebih disejajarkan dengan kaum laki-
laki.
TERIMAKASIH
WASALAMU’ALAIKUM Wr.Wb

Anda mungkin juga menyukai